Kehadiran pasangan suami istri yang sah secara syar’i dan hukum positif
kepahaman ilmu berumah tangga dari pasangan suami istri sangat menentukan
kualitas rumah tangga yang akan dijalani. Dengan demikian, harapan melahirkan
keturunan yang memiliki nilai-nilai Robbani, Qur’ani dan Islami sebagai batu bata
Hubungan badan ( jima’ ) antara suami istri yang didasari tunjuk ajar Islam
adalah salah satu kunci yang harus dipahami agar hubungan badan tersebut bernilai
ibadah, menguatkan rasa kasih sayang, menyehatkan juga akan melahirkan generasi
yang berbobot dari segi jasadiyah, ruhiyah dan aqliyah . Realita objektif, berdasar
nikah, umumnya mereka kurang bahkan tidak mengetahui adab jima’ yang paling
yang relatif singkat tentu materi adabu jima’ tidak dapat disampaikan secara
Mencermati kondisi di atas perlu ada solusi riil yang bisa dijadikan bahan
bacaan dan petunjuk praktis dalam melakukan hubungan suami istri. Walaupun saat
kesempatan ini , dengan segala keterbatasan, saya mencoba menyajikan tulisan yang
1
A. Bahan Harus Berkualitas
Dalam surat An-Nisa’ ayat pertama Allah SWT menjelaskan bahwa asal mula
manusia - kecuali manusia pertama - dari seorang laki-laki dan perempuan. Adapun
proses terjadinya manusia dimulai dari petemuan sperma dan sel telur ( ovum ),
Al-Qur’an yang berkaitan tentang hal tersebut. Akhir dari proses tersebut lahirlah
janin atau bayi. Kondisi bayi dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya
ternyata sangat dipengaruhi dari bahan awal pembuatannya. Jika kondisi bahan dasar (
saripati asal sperma dan sel telur ) berkualitas, artinya suami istri makan dan minum
dari makanan dan minuman yang halal cara memperolehnya dan thoyyib ( bergizi,
bervitamin dan berprotein ) insyaallah anak akan memiliki sifat-sifat mulia dan jasad
yang sehat. Tentu hal tersebut bukan jaminan mutlak, apalagi jika bibit unggul tidak
dirawat dan dibina alamat kekecewaan yang akan dipetik dan diterima.
Cukupkah hanya dengan bahan dasar yang baik asa akan terwujud ? Ibarat
bibit tanaman kelas wahid harga selangit ditanam asal-asalan tanpa memperhatikan
prosedur standar, maka siap-siaplah menggigit jari tanda tak puas hati sebagai
berhubungan badan yang Islami di bawah tuntutan syar’i. Bukan berpikiran negatif
atau tabu untuk mengetahuinya baik sebelum maupun setelah nikah. Dengan alasan
tanpa belajarpun tentang hal tersebut otomatis dapat dilakukan, anak tetap lahir dan
kelakuan anak bisa baik serta beranggapan mengetahui hal tersebut justru dapat
melahirkan aksi coba-coba, khususnya anak muda. Paradigma berpikir seperti itu
harus dirubah secara berangsur dengan penjelasan yang bisa diterima akal dan iman.
2
B. Pengertian dan Manfaat Jima’
Secara bahasa jima’ memilik arti ; sumber segala sesuatu, tempat bernaung
dan berlindung, suatu yang agung dan kiasan dari nikah. Sedangkan menurut istilah
Fuqoha adalah hubungan seksual yang dilakukan oleh dua pasangan yang sah atau
bertemunya dua khitan dari dua pasangan yang sah, jika tidak sah disebut zina.( lihat
62 ).
Jima’ termasuk nafkah bathiniah yang harus dipenuhi oleh suami, karena ia
hak seorang istri. Melakukan jima’ adalah ibadah yang berpahala. Sebagai ibadah
tentu ada manfaat yang diperoleh. Ibn Qoyyim Al-Jawziyah menjelaskan ada
kenikmatan.
Pendapat di atas ternyata disepakati oleh kalangan ulama dan medis. Muhammad ibnu
( berjima’) dalam waktu lama maka badan mereka menjadi dingin, gerakan mereka
menjadi sulit, mengalami kesusahan tanpa sebab dan selera serta pencernaan mereka
menurun ”. Manfaat lain dari bersetubuh adalah dapat menjaga atau menahan
pandangan mata dan mengekang nafsu dari apa yang diharamkan. Sebagian ahli
3
sistem pernafasan dan membuat awet muda. Demikianlah sebagian kecil manfaat dan
Telah suci, Maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah
Ayat di atas menjelaskan larangan berhubungan badan sebelum istri dalam keadaan
suci ( mandi janabat ). Pelajaran lain yang bisa diambil yaitu pasutri yang akan
sehingga tercipta suasana segar dan bergairah. Kebersihan yang bisa dilakukan
pasutri, antara lain ; berwudhu’, membersihkan mulut, badan, tempat tidur, kamar dan
memakai minyak wangi. Nabi bersabda : ” Ambillah kapas ( atau yang serupa ) yang
4
jawaban Rasulullah SAW terhadap shahabiah yang bertanya tentang mandi
junub.Perintah Rasulullah SAW tersebut dalam rangka menghilangkan bau tak sedap
sehabis haid dan nifas. Selain itu dianjurkan menjaga kebersihan yang menyangkut
dengan khitan dan mencukur rambut kemaluan. Dalam hal ini Nabi bersabda : “ lima
perkara termasuk fitrah, yaitu : mencukur bulu kemaluan, khitan, mencukur kumis,
badan, seperti susu atau minuman suplemen lainnya. Hal ini pernah dilakukan
Rasulullah SAW terhadap Siti Aisyah RA. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Ahmad. ” Asma binti Yazid bin As Sakan berkata : ” Aku telah
menghias Aisyah untuk Rasulullah SAW., kemudian aku datang memanggilnya untuk
melihat Aisyah. Lalu Rasulullah SAW datang dan duduk disampingnya. Segelas susu
Aisyah. Namun Aisyah menundukkan kepalanya karena malu.” Asma berkata : ” Aku
Kita perlu selektif dan hati-hati dalam membeli dan mengkomsumsi obat-
obatan atau suplemen penambah stamina yang dijual di pasaran agar terhindar dari
5
Pertama, berzikir dengan ta’awuz ( A’uzubillahi minasy- syaithanirrajiim )
Dengan namaMu ya Allah jauhkan kami dari setan dan jauhkanlah setan dari
rezeki yang telah Engkau berikan”. Apabila ditakdirkan lahirnya anak, tidak
dicelakakan selamanya. Do’a ini bersumber dari hadits yang diriwayatkan Imam
Bukhari, Muslim, Ibnu Hibban dan At-Tirmizi. Perlu diingat do’a cukup dilakukan
dalam hati atau sebatas telinga pasutri yang mendengar, artinya jangan berdo’a seperti
orang kenduri dan do’a bisa dengan bahasa yang kita pahami.
Kedua, bercumbu rayu. Wanita biasanya lebih romantis dari laki-laki. Pada
saat ini gunakan kata-kata pujian, sanjungan, canda yang menimbulkan gairah,
bahkan Rasulullah SAW dalam hal ini menjelaskan bercumbu ria dengan istri dengan
saling menggigit bibir, demikian hadits yang diriwayatkan Imam Bukhori dan Imam
Muslim.
rayuan kepada istri sebelum berhubungan badan. Tentang variasi ciuman anda bisa
sensitif, seperti bibir, telinga, leher dengan lembut dan kalem. Pasutri dapat berdiskusi
dengan pasangannya untuk mengetahui bagian tubuh yang sensitif sampai yang paling
sensitif.
sebagaimana dijelaskan Ibnu Hajar dalam kitabnya Fathul Baari. Demikian juga
6
”Jangan perlihatkan auratmu, melainkan kepada istrimu dan budak wanita
Keenam, rintihan atau desahan suara pasutri, terutama istri, dapat menambah
gairah dan semangat melakukan hubungan badan suami istri. Sebenarnya masih ada
lagi trik-trik foreplay ( pemanasan )sebelum berhubungan seksual antara suami istri.
Untuk hal tersebut silahkan baca buku-buku yang membahasnya. Namun yang perlu
diingat oleh pasutri, lakukan foreplay yang tidak menyalahi ketentuan dan melebihi
batasan syar’i.
dan fisiologis mereka siap untuk berhubungan badan. Namun ada beberapa hal yang
perlu diketahui dan dilakukan saat pasutri berjima’ berdasar tuntunan Allah SWT dan
seizin istri,
5. Ketika bersetubuh tidak saat lelah dan kondisi jiwa tidak stabil.
6. Kemudian dilarang bersetubuh ketika istri dalam keadaan haid, nifas, masa
iddah, sedang ihram haji atau umroh, ketika puasa dan iktikaf .
7
thayyibatan”. ( Ya Allah, jadikanlah air mani kami sebagai keturuna yang
baik )
minal maa’i basyaran ”. ( Segala puji bagi Allah yang menciptakan dari air
1. Posisi suami di atas dan istri di bawah, ini adalah posisi standar yang baik
2. Sebaliknya bisa juga posisi istri yang di atas dan suami di bawah.
3. Kemudian ada juga posisi tajbiyah ( suami melakukan penetrasi dari arah
5. Pasutri bisa melakukan posisi lain yang disukai namun tidak menyalahi
Hal apa saja yang dilakukan pasutri setelah berhubungan badan ? Hal penting
3. Atau jika pasutri tidak mandi wajib langsung setelah berhubungan badan bisa
berwudhu’ lalu istirahat tidur. Setelah bangun tidur baru mandi wajib.
8
4. Kemudian pasutri tidak dibenarkan menceritakan hubungan badannya kepada
orang lain karena hal tersebut rahasia ranjang pasutri yang harus dijaga rapat.
Sebenarnya jika membaca lebih dalam tentang adab jima’ masih banyak lagi
yang harus diketahui pasutri. Namun demikian secara umum adab jima’ yang
dijelaskan di atas sudah dapat menjadi pedoman dasar dalam melakukan hubungan
badan.
pertempuran nikmat di atas ranjang ’ yang bisa menambah investasi pahala dari Allah
Ta’ala dan semoga dengan melakukan adab jima’ di bawah petunjuk Allah SWT dan
Rasulullah SAW, harapan akan lahirnya generasi Robbani, qur’ani dan Islami bisa