Anda di halaman 1dari 9

BAB III

ADAB BERHUBUNGAN BADAN SUAMI ISTRI

Kehadiran pasangan suami istri yang sah secara syar’i dan hukum positif

adalah titik awal peradaban dimulai. Kematangan fsikologis, fisiologis serta

kepahaman ilmu berumah tangga dari pasangan suami istri sangat menentukan

kualitas rumah tangga yang akan dijalani. Dengan demikian, harapan melahirkan

keturunan yang memiliki nilai-nilai Robbani, Qur’ani dan Islami sebagai batu bata

masyarakat berperadaban ( madani / civil socity ) akan terwujud.

Hubungan badan ( jima’ ) antara suami istri yang didasari tunjuk ajar Islam

adalah salah satu kunci yang harus dipahami agar hubungan badan tersebut bernilai

ibadah, menguatkan rasa kasih sayang, menyehatkan juga akan melahirkan generasi

yang berbobot dari segi jasadiyah, ruhiyah dan aqliyah . Realita objektif, berdasar

pengalaman menghadapi calon pengatin ( catin ) ketika pelaksanaan penasehatan pra

nikah, umumnya mereka kurang bahkan tidak mengetahui adab jima’ yang paling

mendasar untuk dilakukan. Kenyataan ini memang memprihatinkan. Dengan waktu

yang relatif singkat tentu materi adabu jima’ tidak dapat disampaikan secara

komprehensif. Sebagai langkah antisipatif sekaligus PR kepada catin diharapkan

untuk mencari dan mempelajarinya secara mandiri.

Mencermati kondisi di atas perlu ada solusi riil yang bisa dijadikan bahan

bacaan dan petunjuk praktis dalam melakukan hubungan suami istri. Walaupun saat

ini sudah banyak buku-buku yang membahas permasalahan tersebut. Dalam

kesempatan ini , dengan segala keterbatasan, saya mencoba menyajikan tulisan yang

dirangkum dari beberapa buku yang membahas tentang adab jima’.

1
A. Bahan Harus Berkualitas

Dalam surat An-Nisa’ ayat pertama Allah SWT menjelaskan bahwa asal mula

manusia - kecuali manusia pertama - dari seorang laki-laki dan perempuan. Adapun

proses terjadinya manusia dimulai dari petemuan sperma dan sel telur ( ovum ),

selanjutnya mengalami proses perkembangan sebagaimana bisa dibaca pada ayat-ayat

Al-Qur’an yang berkaitan tentang hal tersebut. Akhir dari proses tersebut lahirlah

janin atau bayi. Kondisi bayi dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya

ternyata sangat dipengaruhi dari bahan awal pembuatannya. Jika kondisi bahan dasar (

saripati asal sperma dan sel telur ) berkualitas, artinya suami istri makan dan minum

dari makanan dan minuman yang halal cara memperolehnya dan thoyyib ( bergizi,

bervitamin dan berprotein ) insyaallah anak akan memiliki sifat-sifat mulia dan jasad

yang sehat. Tentu hal tersebut bukan jaminan mutlak, apalagi jika bibit unggul tidak

dirawat dan dibina alamat kekecewaan yang akan dipetik dan diterima.

Cukupkah hanya dengan bahan dasar yang baik asa akan terwujud ? Ibarat

bibit tanaman kelas wahid harga selangit ditanam asal-asalan tanpa memperhatikan

prosedur standar, maka siap-siaplah menggigit jari tanda tak puas hati sebagai

konsekuensi. Disinilah dituntut suami-istri harus mempelajari etika dan teknik-teknik

berhubungan badan yang Islami di bawah tuntutan syar’i. Bukan berpikiran negatif

atau tabu untuk mengetahuinya baik sebelum maupun setelah nikah. Dengan alasan

tanpa belajarpun tentang hal tersebut otomatis dapat dilakukan, anak tetap lahir dan

kelakuan anak bisa baik serta beranggapan mengetahui hal tersebut justru dapat

melahirkan aksi coba-coba, khususnya anak muda. Paradigma berpikir seperti itu

harus dirubah secara berangsur dengan penjelasan yang bisa diterima akal dan iman.

2
B. Pengertian dan Manfaat Jima’

Secara bahasa jima’ memilik arti ; sumber segala sesuatu, tempat bernaung

dan berlindung, suatu yang agung dan kiasan dari nikah. Sedangkan menurut istilah

Fuqoha adalah hubungan seksual yang dilakukan oleh dua pasangan yang sah atau

bertemunya dua khitan dari dua pasangan yang sah, jika tidak sah disebut zina.( lihat

Fikih Nikah, Panduan Syar’I Menuju Rumah Tangga Islami,Tim Almanar,2003,h.61-

62 ).

Jima’ termasuk nafkah bathiniah yang harus dipenuhi oleh suami, karena ia

hak seorang istri. Melakukan jima’ adalah ibadah yang berpahala. Sebagai ibadah

tentu ada manfaat yang diperoleh. Ibn Qoyyim Al-Jawziyah menjelaskan ada

tiga tujuan pokok bersetubuh ( lihat Pengobatan Cara Nabi,Pustaka,h.203 ), yaitu ;

1. Memelihara keturunan dan melangsungkan jenis manusia sehingga

sempurnalah bilangan makhluk yang telah ditentukan Allah di dunia ini.

2. Mengeluarkan air ( sperma ) yang berbahaya jika ditahan karena akan

merusak anggota tubuh.

3. Memenuhi kebutuhan, mendapatkan kesenangan dan merasakan

kenikmatan.

Pendapat di atas ternyata disepakati oleh kalangan ulama dan medis. Muhammad ibnu

Zakariya menyatakan ; ”Aku melihat sebagian orang yang meninggalkanya

( berjima’) dalam waktu lama maka badan mereka menjadi dingin, gerakan mereka

menjadi sulit, mengalami kesusahan tanpa sebab dan selera serta pencernaan mereka

menurun ”. Manfaat lain dari bersetubuh adalah dapat menjaga atau menahan

pandangan mata dan mengekang nafsu dari apa yang diharamkan. Sebagian ahli

medis mengatakan beberapa manfaat hubungan seksual sah, yaitu memperpanjang

usia, membakar kalori, mengusir stres, menjaga kesehatan jantung, menyehatkan

3
sistem pernafasan dan membuat awet muda. Demikianlah sebagian kecil manfaat dan

kebaikan dari berhubungan badan.

C. Sebelum Berhubungan Badan

Hal-hal yang dilakukan pasangan suami istri ( pasutri ) sebelum melakukan

hubungan badan adalah sebagai berikut :

1. Dalam kondisi suci, bersih, berhias, rapi dan wangi.

: Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqoroh ayat 222

         


         
         
 

Artinya : “ Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu

adalah suatu kotoran". oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan

diri[bersetubuh] dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati

mereka, sebelum mereka suci[mandi atau berhenti darah]. apabila mereka

Telah suci, Maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah

kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan

menyukai orang-orang yang mensucikan diri”.( QS.2:222).

Ayat di atas menjelaskan larangan berhubungan badan sebelum istri dalam keadaan

suci ( mandi janabat ). Pelajaran lain yang bisa diambil yaitu pasutri yang akan

melakukan hubungan seksual hendaklah menjaga kebersihan diri masing-masing,

sehingga tercipta suasana segar dan bergairah. Kebersihan yang bisa dilakukan

pasutri, antara lain ; berwudhu’, membersihkan mulut, badan, tempat tidur, kamar dan

memakai minyak wangi. Nabi bersabda : ” Ambillah kapas ( atau yang serupa ) yang

dicampuri misk, lalu besihkan denganya.” ( HR.Bukhori ). Hadits ini adalah

4
jawaban Rasulullah SAW terhadap shahabiah yang bertanya tentang mandi

junub.Perintah Rasulullah SAW tersebut dalam rangka menghilangkan bau tak sedap

sehabis haid dan nifas. Selain itu dianjurkan menjaga kebersihan yang menyangkut

dengan khitan dan mencukur rambut kemaluan. Dalam hal ini Nabi bersabda : “ lima

perkara termasuk fitrah, yaitu : mencukur bulu kemaluan, khitan, mencukur kumis,

mencabut bulu ketiak dan memotong kuku.” ( HR.Jama’ah ).

2. Menyiapkan Minuman Dan Suplemen Penambah Stamina

Disunahkan seorang suami atau istri meyediakan minuman yang bisa

membangkitkan semangat dan membangun kekuatan sebelum melakukan hubungan

badan, seperti susu atau minuman suplemen lainnya. Hal ini pernah dilakukan

Rasulullah SAW terhadap Siti Aisyah RA. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang

diriwayatkan oleh Ahmad. ” Asma binti Yazid bin As Sakan berkata : ” Aku telah

menghias Aisyah untuk Rasulullah SAW., kemudian aku datang memanggilnya untuk

melihat Aisyah. Lalu Rasulullah SAW datang dan duduk disampingnya. Segelas susu

dihidangkan kepadanya, beliau meminumnya dan selanjutnya memberikan kepada

Aisyah. Namun Aisyah menundukkan kepalanya karena malu.” Asma berkata : ” Aku

ingatkan Aisyah seraya berkata : Ambil dari tangan Rasululah ”.Akhirnya ia

mengambilnya dan meminumnya.” ( HR. Ahmad ).

Kita perlu selektif dan hati-hati dalam membeli dan mengkomsumsi obat-

obatan atau suplemen penambah stamina yang dijual di pasaran agar terhindar dari

kemudharatan yang tidak diinginkan.

3. Melakukan Pemanasan ( Foreplay )

Apa saja yang dilakukan pasutri dalam pemanasan ? Jangan bayangkan

pemanasan ini seperti olahragawan.Beberapa hal yang dilakukan pasutri dalam

pemanasan, sebagai berikut ;

5
Pertama, berzikir dengan ta’awuz ( A’uzubillahi minasy- syaithanirrajiim )

dan basmallah ( Bismillahirrahmanirrahiim ), lalu baca do’a : ” Bismllahi

Allahumma Janibna syaithana wa janibi syaithana maa rozaqtana ” Artinya : ”

Dengan namaMu ya Allah jauhkan kami dari setan dan jauhkanlah setan dari

rezeki yang telah Engkau berikan”. Apabila ditakdirkan lahirnya anak, tidak

dicelakakan selamanya. Do’a ini bersumber dari hadits yang diriwayatkan Imam

Bukhari, Muslim, Ibnu Hibban dan At-Tirmizi. Perlu diingat do’a cukup dilakukan

dalam hati atau sebatas telinga pasutri yang mendengar, artinya jangan berdo’a seperti

orang kenduri dan do’a bisa dengan bahasa yang kita pahami.

Kedua, bercumbu rayu. Wanita biasanya lebih romantis dari laki-laki. Pada

saat ini gunakan kata-kata pujian, sanjungan, canda yang menimbulkan gairah,

bahkan Rasulullah SAW dalam hal ini menjelaskan bercumbu ria dengan istri dengan

saling menggigit bibir, demikian hadits yang diriwayatkan Imam Bukhori dan Imam

Muslim.

Ketiga, ciuman. Imam At-Tirmizi meriwayatkan , Nabi Muhammad SAW

menganjurkan agar terlebih dahulu memberikan rangsangan dengan ciuman dan

rayuan kepada istri sebelum berhubungan badan. Tentang variasi ciuman anda bisa

berinovasi sendiri asalkan halal sehingga ada dalil yang mengharamkannya.

Keempat, sentuhan. Lakukan sentuhan pada bagian-bagian tubuh yang

sensitif, seperti bibir, telinga, leher dengan lembut dan kalem. Pasutri dapat berdiskusi

dengan pasangannya untuk mengetahui bagian tubuh yang sensitif sampai yang paling

sensitif.

Kelima, pasutri dapat melihat seluruh anggota tubuh ( aurat ) pasangannya

sebagaimana dijelaskan Ibnu Hajar dalam kitabnya Fathul Baari. Demikian juga

hadits yang diriwayatkan oleh imam Abu Dawud, Rasulullah bersabda :

6
”Jangan perlihatkan auratmu, melainkan kepada istrimu dan budak wanita

yang engkau miliki ”.

Keenam, rintihan atau desahan suara pasutri, terutama istri, dapat menambah

gairah dan semangat melakukan hubungan badan suami istri. Sebenarnya masih ada

lagi trik-trik foreplay ( pemanasan )sebelum berhubungan seksual antara suami istri.

Untuk hal tersebut silahkan baca buku-buku yang membahasnya. Namun yang perlu

diingat oleh pasutri, lakukan foreplay yang tidak menyalahi ketentuan dan melebihi

batasan syar’i.

D. Saat Berhubungan Badan

Setelah pasutri melakukan pemanasan dengan baik, maka secara fsikologis

dan fisiologis mereka siap untuk berhubungan badan. Namun ada beberapa hal yang

perlu diketahui dan dilakukan saat pasutri berjima’ berdasar tuntunan Allah SWT dan

Rasulullah SAW, antara lain yaitu :

1. Lakukan di tempat tertutup, memakai tutup kain / selimut ketika berhubungan,

2. Tidak berhubungan melalui anus ( dubur ) istri,

3. Jangan melakukan ’azl ( melepas kemaluan saat mencapai orgasme ) kecuali

seizin istri,

4. Bersetubuhlah setelah tercernanya makanan di dalam perut, artinya tidak pada

waktu lapar dan kenyang,

5. Ketika bersetubuh tidak saat lelah dan kondisi jiwa tidak stabil.

6. Kemudian dilarang bersetubuh ketika istri dalam keadaan haid, nifas, masa

iddah, sedang ihram haji atau umroh, ketika puasa dan iktikaf .

7. Selanjutnya apabila suami akan mencapai puncak orgasme, lalu sperma

memancar keluar ucapkan do’a : ”Allahummaj’al nuthfatuna dzuriyatan

7
thayyibatan”. ( Ya Allah, jadikanlah air mani kami sebagai keturuna yang

baik )

8. dan berzikir atas nikmat yang dirasakan ” Alhamdulillahilladzi khalaqa

minal maa’i basyaran ”. ( Segala puji bagi Allah yang menciptakan dari air

mani menjadi manusia ).

Dalam melakukan persetubuhan pasutri dapat melakukannya dengan beberapa

gaya yang dibenarkan agama, yaitu :

1. Posisi suami di atas dan istri di bawah, ini adalah posisi standar yang baik

untuk mendapat keturunan.

2. Sebaliknya bisa juga posisi istri yang di atas dan suami di bawah.

3. Kemudian ada juga posisi tajbiyah ( suami melakukan penetrasi dari arah

belakang istri, namun tetap tertuju pada farji istri ).

4. Untuk menghindari kebosanan dan sebagai refreshing pasutri bisa

melakukannya dengan posisi berdiri atau posisi duduk.

5. Pasutri bisa melakukan posisi lain yang disukai namun tidak menyalahi

ketentuan agama ( Syara’).

E. Selesai Berhubungan Badan

Hal apa saja yang dilakukan pasutri setelah berhubungan badan ? Hal penting

yang dilakukan pasutri adalah :

1. Bersuci dengan mandi wajib ( junub ).

2. Namun apabila pasutri ingin menyambung atau mengulangi untuk ronde

kedua, maka lakukan wudhu’ terlebih dahulu.

3. Atau jika pasutri tidak mandi wajib langsung setelah berhubungan badan bisa

berwudhu’ lalu istirahat tidur. Setelah bangun tidur baru mandi wajib.

8
4. Kemudian pasutri tidak dibenarkan menceritakan hubungan badannya kepada

orang lain karena hal tersebut rahasia ranjang pasutri yang harus dijaga rapat.

Sebenarnya jika membaca lebih dalam tentang adab jima’ masih banyak lagi

yang harus diketahui pasutri. Namun demikian secara umum adab jima’ yang

dijelaskan di atas sudah dapat menjadi pedoman dasar dalam melakukan hubungan

badan.

Demikian beberapa hal yang perlu pasutri ketahui saat melakukan ’

pertempuran nikmat di atas ranjang ’ yang bisa menambah investasi pahala dari Allah

Ta’ala dan semoga dengan melakukan adab jima’ di bawah petunjuk Allah SWT dan

Rasulullah SAW, harapan akan lahirnya generasi Robbani, qur’ani dan Islami bisa

terwujud. Amiin yaa robbal’alamiin

Anda mungkin juga menyukai