Biaya bahan baku merupakan harga pokok bahan baku yang dipakai atau
dikorbankan dalam proses produksi. Pembahasan biaya bahan baku akan berkenaan
dengan harga pokok bahan baku yang dibeli, harga pokok bahan baku yang dipakai
dan diproduksi, masalah yang berhubungan dengan bahan baku, dan manajemen
persediaan.
Cara menghitung harga pokok bahan baku yang dibeli, yakni dengan
menjumlahkan komponen-komponen atau biaya-biaya yang secara langsung maupun
tidak langsung terjadi untuk mendapatkan persediaan tersebut.
Perlakuan terhadap sisa bahan tergantung dari harga jual sisa bahan itu sendiri.
Ada 3 perlakuan terhadap hasil penjualan:
Diperlukan sebagai pengurang biaya bahan baku yang dipakai dalam
pesanan. Jurnalnya:
Kas / Piutang Dagang XXX
BDP – Biaya Bahan XXX
Baku
Perlakuan terhadap produk rusak tergantung dari sifat dan sebab terjadinya:
Jika produk rusak terjadinya karena pengerjaan yang sulit, maka harga
yang tidak memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan, yang secara
ekonomis tidak bisa diperbaiki menjadi produk jadi. Pokok produk
rusak dibebankan sebagai tambahan harga pokok produk yang baik
dalam pesanan bersangkutan.
Perbedaan antara biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung
BTKL BTKTL
Menguntungkan produk atau proyek Menguntungkan banyak produk atau
tunggal proyek
Berhubungan langsung dengan Tidak berhubungan langsung dengan
produksi produk atau proyek produksi produk atau proyek
Termasuk ke dalam biaya produksi Termasuk ke dalam biaya overhead
pabrik
Sementara untuk minggu ke 3 dalam bulan yang sama, semua upah naik 10% dan
total jam semua turun 10%
Jawab :
Tabel Perhitungan
Golongan Jml Jam Kerja Tarif Upah (Rp) Upah Kotor (Rp) Potongan Upah yang Diterima (Rp)
PPh Pasal 21 (Rp)
MINGGU KE 2
I 160 Rp 35.000 Rp 5.600.000 Rp 840.000 Rp 4.760.000
II 110 Rp 44.500 Rp 4.895.000 Rp 734.250 Rp 4.160.750
III 100 Rp 54.500 Rp 5.450.000 Rp 817.500 Rp 4.632.500
JUMLAH Rp 15.945.000 Rp 2.391.750 Rp 13.553.250
MINGGU KE 3
I 144 Rp 38.500 Rp 5.544.000 Rp 831.600 Rp 4.712.400
II 99 Rp 48.950 Rp 4.846.050 Rp 726.908 Rp 4.119.143
III 90 Rp 59.950 Rp 5.395.500 Rp 809.325 Rp 4.586.175
JUMLAH Rp 15.785.550 Rp 2.367.833 Rp 13.417.718
Perhitungan pada minggu ke-3 (terdapat perubahan pada jam kerja dan
tariff upah)
Golongan I 160 – (10% x 160) = 144 (Jumlah
jam kerja)
Rp 35.000 + (10% x Rp 35.000) = Rp 38.500 (Tarif
Upah)
Golongan II 110 – (10% x 110) = 99 (Jumlah
jam kerja)
Rp 44.500 + (10% x Rp 44.500) = Rp 48.950 (Tarif
Kerja)
Golongan III 100 – ( 10% x 100) = 90 (Jumlah
jam kerja)
Rp 54.500 + (10% x Rp 54.500) = Rp 59.950 (Tarif
Kerja)
Jurnal
Tanggal Keterangan Debit Kredit
Minggu Ke 2
Untuk Mencatat Jumlah Gaji dan Upah
Januari Gaji dan Upah Rp 15.945.000
2019 Hutang Gaji dan Upah Rp 13.553.250
PPh yang Harus di Setor Rp 2.391.750
Pada saat gaji dan upah dibayarkan maka ada pengeluaran kas
Hutang Gaji dan Upah Rp 13.553.250
Kas Rp 13.553.250
Saat Pajak dibayarkan
PPh yang Harus di Setor Rp 2.391.750
Kas Rp 2.391.750
Minggu ke 3
Untuk Mencatat Jumlah Gaji dan Upah
Januari Gaji dan Upah Rp 15.785.550
2019 Hutang Gaji dan Upah Rp 13.417.718
PPh yang Harus di Setor Rp 2.367.833
Pada saat gaji dan upah dibayarkan maka ada pengeluaran kas
Hutang Gaji dan Upah Rp 13.417.718
Kas Rp 13.417.718
Saat Pajak dibayarkan
PPh yang Harus di Setor Rp 2.367.833
Kas Rp 2.367.833
2. CV KAHFI FARUHA BAGUS Pada bulan Januari 2019 pada catatan bahan baku
terdapat data sebagai berikut:
Hitung harga pokok bahan baku yang dipakai dengan metode FIFO, LIFO dan Rata-
rata
Tertimbang, buat jurna yang diperlukan, bagaimana analisa anda tentang hasil
hitungan dengan ketiga metode diatas.
Jawab :
a. Metode FIFO
Harga Pokok Bahan Baku yang di pakai pada tanggal 18 Januari 2019 :
2.500 x Rp 100.000 = Rp 250.000.000
3.000 x Rp 110.000 = Rp 330.000.000 +
Rp 580.000.000
Harga Pokok Bahan Baku yang di Pakai pada tanggal 28 Januari 2019 :
2.000 x Rp 110.000 = Rp 220.000.000
2.000 x Rp 105.000 = Rp 210.000.000 +
Rp 430.000.000
Jurnalnya :
18/01/19 Barang dalam proses – Biaya Bahan Baku Rp 580.000.000
Persediaan Bahan Baku Rp
580.000.000
28/01/19 Barang dalam proses – Biaya Bahan Baku Rp 430.000.000
Persediaan Bahan Baku Rp
430.000.000
b. Metode LIFO
Harga Pokok Bahan Baku yang di pakai pada tanggal 18 Januari 2019 :
5.000 x Rp 110.000 = Rp 550.000.000
500 x Rp 100.000 = Rp 50.000.000 +
Rp 600.000.000
Harga Pokok Bahan Baku yang di Pakai pada tanggal 28 Januari 2019 :
4.000 x Rp 105.000 = Rp 420.000.000
Jurnalnya :
18/01/19 Barang dalam proses – Biaya Bahan Baku Rp 600.000.000
Persediaan Bahan Baku Rp
600.000.000
28/01/19 Barang dalam proses – Biaya Bahan Baku Rp 420.000.000
Persediaan Bahan Baku Rp
420.000.000
c. Metode Rata-Rata
Harga Pokok Bahan Baku yang di pakai pada tanggal 18 Januari 2019 :
Saldo 2.500 x Rp 100.000 = Rp 250.000.000
Pembelian 5.000 x Rp 110.00 = Rp 550.000.000 +
7.500 Rp 800.000.000
Maka Harga satuannya adalah = Rp 800.000.000 : 7.500
= 106.667
Maka harga pokok bahan baku pada tanggal 18 = 5.500 x Rp 106.667
= Rp 586.666.667
Harga Pokok Bahan Baku yang di Pakai pada tanggal 28 Januari 2019 :
Saldo 2.000 x Rp 106.667 = Rp 213.334.000
Pembelian 5.500 x Rp 105.000 = Rp 577.500.000 +
7.500 Rp 790.834.000
Maka Harga satuannya adalah = Rp 790.834.000 : 7.500
= Rp 105.445
Maka harga pokok bahan baku pada tanggal 28 = 4.000 x Rp 105.445
= Rp 421.780.000
Jurnalnya :
18/01/19 Barang dalam proses – Biaya Bahan Baku Rp 586.666.667
Persediaan Bahan Baku Rp
586.666.667
28/01/19 Barang dalam proses – Biaya Bahan Baku Rp 421.780.000
Persediaan Bahan Baku Rp
421.780.000
Penggunaan ketiga metode di atas menghasilkan Harga Pokok Bahan Baku yang
berbeda-beda, keadaan tersebut dapat di sesuaikan dengan target yang ingin di
capai yang dapat berkaitan dengan laba yang diinginkan serta kaitannya dengan
pembayaran pajak. Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan, metode Fifo
menghasilkan harga pokok bahan baku yang paling rendah sehingga
memungknkan menghasilkan laba koto yang lebih tinggi, hal ini dapat
memungkinkan pula perusahaan membayar pajak yang cukup besar.
Jawab :
Tanggal saya penjualan
Menurut Keterangan Debit dapat menguntungkan
atas sisa bahan (scrap) tersebut Kredit
12/01/2019 Kas/Piutang Dagang Rp 90.000.000
Hasil Penjualan Sisa Bahan Rp 90.000.000
25/01/2019 Kas/Piutang Dagang Rp 43.950.000
Hasil Penjualan Sisa Bahan Rp 43.950.000
Jumlah Rp 133.950.000 Rp 133.950.000
Menurut saya penjualan atas sisa bahan (scrap) tersebut dapat menguntungkan
perusahaan, karena berdasarkan keadaannya bahwa scrap ini merupakan bahan yang
mengalami kerusakan di proses produksi yang mana pada dasarnya keadaan tersebut
bukan keadaan normal untuk dijual, namun dengan perlakuan scrap sebagai
pendapatan di luar usaha, maka akan mampu mendapatkan pendapatan tambahan dari
penjualan yang tidak di sengaja tersebut.
4. Peraturan dalam perusahaan ASKER , Bila karyawan bekerja di atas jam kerja
reguler, maka akan mendapat lembur dan premi lembur.
Karyawan yang bekerja melebihi 7 jam per hari dihitung sebagai jam lembur yang
tarifnya sama dengan tarif jam kerja biasa. Premi lembur 50% dari upah regular. Upah
karyawan per jam Rp. 25.000,00. Jika karyawan bernama Resta bekerja selama 12
jam pada suatu hari, berapakah upah yang diterimanya pada hari tersebut?
Jawab :
Keterangan Jumlah jam Tarif Upah Total
Upah reguler 7 Rp 25.000 Rp 175.000
Upah lembur 5 Rp 25.000 Rp 125.000
Premi Lembur 5 Rp 12.500 Rp 62.500
Total Rp 362.500
Jadi upah yang di terima karyawan pada hari tersebut yaitu sebesar Rp 362.500