menurut Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, adalah : “Dalam hal ihwal
kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan peraturan pemerintah pengganti
undang-undang.”
Penetapan PERPPU yang dilakukan oleh Presiden ini juga ditentukan didalam Pasal 1 angka
4 Undang-Undang No.12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
yang berbunyi :
PERPPU itu jangka waktunya terbatas (sementara), sebab secepat mungkin harus dimintakan
persetujuan pada DPR, yaitu pada persidangan berikutnya.
Apabila PERPPU itu disetujui oleh DPR, akan dijadikan Undang-Undang (UU). Sedangkan,
apabila PERPU itu tidak disetujui (ditolak) oleh DPR, Maka PERPU tersebut harus dicabut.
Mengapa persetujuan DPR tentang PERPPU sangat penting? karena DPR lah yang memiliki
kekuasaan legislatif, dan yang secara obyektif menilai ada tidaknya “kegentingan yang
memaksa”,
Bahwa bila dilihat dari tata urut susunan perundang-undangan, maka letak/kedudukan Perpu
dalam peraturan perundang-undangan berdasarkan Pasal 7 ayat (1) UU 12/2011 adalah
sebagai berikut :
oleh karena fungsi maupun materi PERPPU sama dengan Undang-Undang, maka PERPU
perlu disetujui DPR, dan apabila suatu PERPU telah disetujui oleh DPR dan kemudian
dijadikan sebagai suatu Undang-undang, maka saat itulah biasanya Perpu dipandang
memiliki kedudukan sejajar/setingkat dengan Undang-undang, namun apabila PERPU
tersebut ditolak oleh DPR maka PERPPU tersebut tidak dapat diberlakukan sebagai Undang-
undang, dan PERPPU tersebut harus segera dicabut.
Bahwa pencabutan suatu PERPPU yang ditolak oleh DPR tidak perlu melalui suatu Undang-
undang, namun oleh karena PERPU tersebut dikeluarkan oleh Presiden, maka menurut saya
pencabutan PERPPU cukup melalui Keputusan Presiden. Dan setelah PERPU tersebut
ditolak DPR dan kemudian dicabut atau dibatalkan maka Presiden/Pemerintah harus
melaksanakan ketentuan Undang-undang yang ada sebelum PERPPU tersebut dikeluarkan,
dan atau mengajukan Draft Revisi atau Amandemen Undang-undang terhadap Undang-
undang yang berlaku sebelumnya kepada DPR.
PERPPU hendaknya jangan dipakai sebagai ”alat politik” untuk mendiskreditkan serta
mengkriminalisasi pandangan serta pemikiran politik secara kritis terhadap suatu kebijakan
penguasa yang dianggap bertentangan dengan “kepentingan politik” penguasa.
Contoh Perpu yang telah disetujui oleh DPR dan dijadikan UU adalah UU No. 15 Tahun
2003 tentang Penetapan Perpu No. 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Terorisme, Menjadi UU.
Dasar hukum:
1. Undang-Undang Dasar 1945