kontroversi ketika diterbitkan. Kontroversi sulit dihindari karena penerbitan peraturan jenis ini
menempatkan presiden dalam posisi yang proaktif dan efektif dalam membuat suatu peraturan
dan kebijakan. Sedangkan, berdasar prinsip separation of powers, kekuasaan legislasi berada di
tangan lembaga legislatif. Presiden bukan saja sebagai pengambil inisiatif utama dalam
pembentukan kebijakan tetapi juga produk hukum tersebut langsung berlaku efektif tanpa
melalui proses lain termasuk pembahasan di lembaga legislatif. Kewenangan Presiden untuk
menetapkan Perppu diatur dalam Pasal 22 UUD NRI 1945 yang menyebutkan bahwa Presiden
berhak menetapkan Perppu dengan persetujuan DPR.
Akan tetapi, kelompok kami juga berpendapat bahwa pemerintah harus memberikan
regulasi bagi penerbitan Perppu melalui peraturan perundang-undangan, khususnya melalui
konstitusi yang mengatur lebih rinci proses pembentukan Perppu, kesementaraannya, hingga
proses pembahasan dan persetujuannya di parlemen. Bahkan secara rinci ditentukan materi-
materi yang mungkin diatur melalui peraturan darurat ini. Tidak semua masalah bisa diatur
melalui perppu karena terdapat materi-materi yang dianggap berpotensi disalahgunakan untuk
kepentingan politik kekuasaan eksekutif dan terdapat materi-materi yang berpengaruh kepada
nilai keadilan masyarakat akibat terbatasnya partisipasi publik dalam pembentukan Perppu.