Anda di halaman 1dari 37

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu akuntansi pada saat ini berkembang pesat sehingga memunculkan
beberapa cabang dari ilmu akuntansi seperti akuntansi perpajakan, akuntansi
sektor publik, akuntansi keperilakuan, sistem informasi akuntansi dan adanya
perkembangan yang baru khususnya di Indonesia konsep akuntansi syari’ah.
Faktor yang membuat adanya perkembangan ilmu akuntansi adalah dunia
bisnis yang terus berkembang dan hal tersebut juga membuat ilmu akuntansi
yang menjadi bahasa bisnis akhirnya juga ikut berkembang (Martani et al.,
2012). Hal tersebut sudah sewajarnya menjadi tuntutan, sehingga kualitas
laporan keuangan yang merupakan produk akhir dari akuntansi yang ditujukan
kepada investor maupun pemangku kepentingan tetap berkualitas tinggi, dan
bermanfaat dalam pengambilan keputusan (Martani et al., 2012). Secara
umum, akuntansi dapat diartikan sebagai sistem informasi yang menyediakan
laporan untuk para pemangku kepentingan. Sebab berkembangnya ilmu
akuntansi maka semakin berkembang pula para pemangku kepentingannya
sesuai dengan macam dari akuntansi tersebut (Reeve et al., 2009).
Perkembangan ilmu tersebut membantu perusahaan untuk menghasilkan
informasi yang dapat bermanfaat untuk para pemangku kepentingan serta
menghasilkan informasi yang sesuai dengan tujuan perusahaan dalam
menghasilkan kas dan laporan keuangan. Laporan keuangan adalah laporan
tertulis yang memberikan informasi kuantitatif berupa angka tentang posisi
keuangan dan perubahan-perubahannya, serta hasil yang telah dicapai selama
periode tertentu (Sadeli, 2015). Tujuan dari laporan keuangan menurut PSAK
1 (revisi 2009) adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan,
kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar
kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi ((IAI),
2009). Salah satu hasil dari adanya laporan keuangan adalah laporan posisi
keuangan, laporan laba rugi komperhensif, laporan arus kas, laporan
perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan. Menurut Lam dan Lau

1
(2014) informasi tersebut membantu pengguna laporan keuangan dalam
mempredikisikan arus kas masa depan entitas, khususnya waktu dan tingkat
kepastiannya.
Sebagian besar kegiatan perusahaan berhubungan dengan kas, karena
kas merupakan salah satu elemen keuangan yang digunakan untuk
mengevaluasi suatu proyek atau suatu perusahaan (Lam dan Lau, 2014).
Kelebihan atau kekurangan kas menimbulkan berbagai masalah. Adanya kas
yang menganggur menimbulkan risiko penggelapan atau kecurangan dan juga
akan menimbulkan kerugian penurunan nilai instrinsik. Laporan yang
menjelaskan pengelolaan berupa penerimaan kas dan penggunaan kas dalam
perusahaan adalah laporan arus kas. Laporan arus kas juga dinyatakan sebagai
salah satu laporan keuangan pokok yang wajib disusun untuk pengambilan
keputusan ekonomi. Dengan adanya laporan arus kas para manajer dapat
mengevaluasi perubahan aset neto entitas, struktur keuangan (termasuk
likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan entitas dalam menghasilkan kas di
masa yang akan mendatang (Martani et al., 2012).
Perusahaan mulai dari yang besar sampai yang kecil bahkan perusahaan
berskala mikro seperti toko kelontong, memerlukan sistem yang
memungkinkan untuk pengumpulan dan pengorganisasian data-data,
pengolahan data tersebut bertujuan untuk merubah data menjadi informasi
dan menyajikan dalam bentuk aporan keuangan (Martani et al., 2012). Hal
itulah yang membuat perusahaan pasti memiliki sistem akuntansi karena
sistem akuntansilah yang akan mempengaruhi laporan keuangan perusahaan.
Secara umum pengertian dari sistem akuntansi adalah kumpulan elemen atau
formulir, jurnal, buku besar, buku pembantu, dan laporan keuangan yang akan
digunakan oleh manajemen untuk mencapai tujuan dari perusahaan
(Sujarweni, 2015).
Sistem akuntansi yang baik dan efektif memampukan menajemen
perusahaan dan para pihak yang berkepentingan mendapatkan informasi
secara cepat dan akurat mengenai perusahaan. Sistem akuntansi yang sudah
diterapkan perusahaan harus dijalankan dengan sebaik-baiknya oleh seluruh
anggota karyawan bukan hanya para manajer puncak saja yang menjalankan

2
sistem tersebut. Karena kinerja dari semua karyawanlah yang akan sangat
mempengaruhi laporan keuangan terlebih laporan arus kas yang merupakan
inti dari seluruh aktivitas keuangan perusahaan. Sistem informasi bisa berhasil
karena peranan dari manusia, karena manusialah yang menjadi mediator atau
penghubung agar informasi itu dapat tersampaikan. Perkambangan akuntansi
saat ini pun tak lepas dari perilaku manusia, karena pemilihan dan penetapan
suatu keputusan bisnis juga melibatkan aspek-aspek keperilakuan dari para
pengambil keputusan. Dengan demikian, akuntansi tidak dapat dilepaskan dari
aspek perilaku manusia serta kebutuhan orginisasi akan informasi yang dapat
dihasilkan oleh akuntansi.
Akuntansi keperilakuan akhirnya diakui keberadaanya dan banyak bukti
empiris yang dihasilkan oleh para peneliti yang ikut memperkuat bidang
akuntansi prilaku. Akuntansi keperilakuan (behavioral acoounting)
merupakan bagian dari disiplin ilmu akuntansi yang mengkaji hubungan
antara perilaku manusia dan sistem akuntansi, serta dimensi keperilakuan dari
organisasi dimana manusia dan sistem akuntansi itu berada dan diakui
keberadannya (Suartana, 2010).
Para peneliti yang membuktikan bahwa perilaku manusia berpengaruh
terhadap kinerja karyawan. Penelitian yang dilakukan oleh Akay et al. (2016)
yang berjudul “Pengaruh Aspek Keperilakuan Terhadap Penerapan Sistem
Akuntansi Persediaan Pada PT. Surya Wenang Indah Manado” menghasilkan
bahwa aspek-aspek keperilakuan seperti sikap karyawan, motivasi karyawan,
persepsi karyawan, emosi karyawan berpengaruh terhadap persediaan
perusahaan tersebut (Akay et al., 2016). Penelitian yang dilakukan oleh
Rombe et al. (2016) pun juga menyatakan bahwa sikap, motivasi, persepsi,
pembelajaran, dan emosi berpengaruh terhadap sistem kas yang ada di
perusahaan PT. Bank Sulutgo (Rombe et al., 2016).
Aspek keperilakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sikap,
emosi dan motivasi. Sikap individu yang positif terhadap suatu objek
cenderung senang terhadap objek tersebut dan sikap individu yang negatif
terhadap suatu objek cenderung menghindari atau menjauhi objek tersebut.
Emosi para karyawan muncul akibat rangsangan atau tekanan terhadap suatu

3
objek, emosi juga memberikan peranan nyata bagi kehidupan sehingga ketika
beberapa emosi digambarkan pada saat yang salah dapat mengurangi kinerja
karyawan. Motivasi yang diberikan para pemimpin dapat membuat para
karyawan semaksimal mungkin dalam bekerja. Ketiga faktor aspek
keperilakuan itulah yang mempengaruhi dari kinerja para karyawan terlebih
karyawan yang menjalankan sistem pelaporan arus kas. Sistem pelaporan arus
kas dalam sebuah perusahaan sangat liquid, karena laporan tersebut
menyajikan informasi tentang perubahan arus kas dan setara kas entitas
selama satu periode (Martani et al., 2012). Berdasarkan hal tersebut, maka
sistem pelaporan arus kas yang diterapkan haruslah berjalan sesuai dengan
prosedur yang berlaku. Perilaku karyawan yang baik dapat menjadi faktor
pendukung keberhasilan sistem pelaporan arus kas, karena karyawan
merupakan pihak yang menjalankan sistem yang diterapkan perusahaan.
Peneliti tertarik untuk meneliti sistem pelaporan arus kas dari sisi aspek
keperilakuan karena dalam bekerja aspek keperilakuan tidak lepas dari
kinerja para karyawan atau dengan kata lain adanya pengaruh antara aspek
keperilakuan dengan kinerja karyawan. Hal ini juga disampaikan oleh (Lubis,
2010) bahwa aspek keperilakuan dapat mempengaruhi naik atau turunnya
kinerja karyawan. Karyawan yang berhubungan dengan sistem pelaporan arus
kas di anggap peneliti menjadi tokoh penting dalam pembuatan laporan
keuangan perusahaan, jika karyawan tersebut salah dalam menjurnal atau
memposting pengeluaran atau penerimaaan kas maka akan berpengaruh
terhadap laporan keuangan perusahaan dan juga akan berimbas dari jeleknya
kinerja karyawan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka disusun rumusan masalah
sebagai berikut. Apakah sikap, emosi, dan motivasi berpengaruh terhadap
sistem pelaporan arus kas?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan secara empiris

4
pengaruh sikap, emosi, dan motivasi terhadap sistem pelaporan arus kas.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi refrensi dan memberi
sumbangan konseptual bagi penelitian sejenis dalam rangka
mengembangkan ilmu pengetahuan demi kemajuan dunia pendidikan.
1.4.2 Bagi Koperasi
Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan bahan eveluasi
bagi pemimpin atau manajer perusahaan dalam rangka menjaga dan
meningkatkan kinerja dari karyawan.

5
BAB 11
TINJAUAN TEORI

2.1 Akuntansi
2.1.1 Pengertian Akuntansi
Akuntansi berasal dari bahasa asing yang artinya bila diterjemahkan
ke dalam Bahasa Indonesia adalah menghitung atau
mempertanggungjawabkan. Terdapat banyak definisi dan arti akuntansi
yang ditulis oleh para ahli dan peneliti yang merupakan pakar di bidang
akuntansi, di antaranya Siegel dan Ramanauskas- Marconi (1989)
akuntansi adalah suatu disiplin jasa yang mampu memberikan informasi
yang relevan dan tepat waktu mengenai masalah keuangan perusahaan
guna membantu pemakai internal dan eksternal dalam proses pengambilan
keputusan ekonomi (Siegel dan Ramanauskas-Marconi, 1989). Sementara,
Komite Terminologi AICPA (The Committee on Terminology of the
American Institute of Certified Public Accountants) dalam Lubis (2010)
mendefinisikan akuntansi sebagai seni pencatatan, penggolongan, dan
pengikhtisaran transaksi serta kejadian yang bersifat keuangan dengan cara
yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan uang, serta interpretasi dari
hasil proses tersebut.
Menurut Pontoh (2013) akuntansi adalah sebuah sistem informasi
yang mengukur aktivitas bisnis, pemerosesan data menjadi laporan, dan
mengkomunikasikan hasilnya kepada para pengambil keputusan. Menurut
Warren et al. (2015) akuntansi dapat diartikan sebagai sistem informasi
yang menyediakan laporan untuk para pemangku kepentingan mengenai
aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan. Sistem informasi
mengumpulkan dan memproses data-data yang diberkaitan dan kemudian
menyebarkan informasi keuangan kepada pihak yang terkait.
Secara umum dari beberapa definisi diatas dapat di ambil
kesimpulan bahwa akuntansi adalah salah satu cabang ilmu yang
mempelajari tentang seni dan teknik untuk mengukur, menjabarkan serta

6
memberikan sebuah kepastian dari beberapa informasi yang berguna untuk
menjadi landasan utama bagi para pengguna akuntasni seperti manajer,
akuntan, auditor untuk menghasilkan sebuah kepastian.

2.1.2 Pengertian Sistem Akuntansi


Pengertian sistem akuntansi adalah kumpulan elemen atau formulir,
jurnal, buku besar, buku pembantu, dan laporan keuangan yang akan
digunakan oleh manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan
(Sujarweni, 2015). Menurut Warren et al. (2015) sistem akuntansi adalah
metode dan prosedur untuk mengumpulkan, mengelompokkan,
merangkum, serta melaporkan informasi keuangan dan operasi
perusahaan. Menurut Mulyadi (2001) sistem akuntansi adalah organisasi
formulir, catatan, dan laporan yang di koordinasi sedemikian rupa untuk
menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna
memudahkan pengelolaan.
Secara umum dari definisi diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa
sistem akuntansi yaitu metode dan prosedur untuk mencatat dan
melaporkan informasi keuangan yang disediakan bagi perusahaan atau
suatu organisasi bisnis.

2.1.3 Sistem dan Prosedur Akuntansi


Sistem informasi akuntansi memproses berbagai transaksi keuangan
dan transaksi non keuangan yang secara langsung mempengaruhi
pemrosesan transaksi keuangan. Sistem informasi akuntansi terdiri dari
tiga subsistem : (1) Sistem pemrosesan transaksi (transaction processing
system), yang mendukung operasi bisnis harian melalui berbagai dokumen
serta pesan untuk para pengguna di seluruh perusahaan; (2) sistem buku
besar / pelaporan keuangan (general ledger / financial reporting system),
yang menghasilkan laporan keuangan, seperti laporan laba rugi, neraca,
arus kas, pengembalian pajak, serta berbagai laporan lainnya yang di
syaratkan oleh hukum; dan (3) sistem pelaporan manajemen ( management
repoting system) yang menyediakan pihak manajemen internal berbagai

7
laporan keuangan yang bertujuan khusus serta informasi yang dibutuhkan
untuk pengambilan keputusan, seperti anggaran, laporan kinerja, serta
laporan pertanggung jawaban (Hall, 2001).
Mulyadi (2001) dari definisi sistem informasi akuntansi, unsur suatu
sistem akuntansi pokok adalah formulir, catatan yang terdiri dari jurnal,
buku besar, buku pembantu serta laporan. Berikut ini di uraikan lebih
lanjut pengertian masing- masing unsur sistem akuntansi tersebut:
1. Formulir
Formulir merupakan dokumen yang digunakan untuk merekam
terjadinya tranksaksi. Formulir sering disebut dengan istilah dokumen,
karena dengan formulir ini peristiwa yang terjadi dalam organisasi di
rekam (di dokumentasikan) diatas secarik kertas.
2. Jurnal
Jurnal merupakan catatan akuntansi pertama yang digunakan untuk
mencatat, mengklasifikasikan, dan meringkas data keuangan lainnya.
3. Buku Besar
Buku besar (general ledger) terdiri dari rekening-rekening yang
digunakan untuk meringkas data keuangan yang telah dicatat
sebelumnya dalam jurnal.
4. Buku Pembantu
Buku pembantu ini terdiri dari rekening-rekening pembantu yang
merinci data keuangan yang tercantum dalam rekening tertentu dalam
buku besar. Buku besar dan buku pembantu merupakan catatan
akuntansi akhir, yang berarti tidak ada catatan akuntansi lain lagi
sesudah data akuntansi diringkas dan digolongkan dalam rekening buku
besar dan buku pembantu.
5. Laporan
Hasil akhir proses akuntansi adalah laporan keuangan yang dapat
berupa neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan laba yang ditahan,
laporan harga pokok produksi, laporan biaya pemasaran, laporan harga
pokok penjualan, daftar umur piutang, daftar utang yang akan dibayar,
daftar saldo persediaan yang lambat penjualannya.

8
Sistem akuntansi sendiri terdiri dari input yang berupa transaksi
yang dicatatkan dalam formulir (input) kemudian diproses (dengan
menjurnal, membuat buku besar, membuat buku pembantu) dan outputnya
berupa laporan keungan yang digunakan manajemen untuk mencapai
tujuan perusahaan (Sujarweni, 2015).
Menurut (TMbooks, 2015) dalam pembuatan sistem akuntansi ada
beberapa hal yang perlu di perhatikan yaitu:
1. Desain input.
Dalam menentukan input, metode input, prosedur untuk menyaring data
input, konten input data, format input yang tetap, media input, dan
volume transaksi yang harus dipertimbangkan
2. Desain pemerosesan
Untuk tahap pemerosesan, perhitungan yang pasti dengan urutan yang
tepat harus ditentukan, termasuk juga hardware dan software-nya.
Hardware meliputi komputer, alat komunikasi, printer, dan input/output
device. Siklus pemerosesan dan juga waktu pemerosesan juga harus
dijelaskan. Software meliputi aplikasi-aplikasi pembuat laporan
keuangan.
3. Desain output
Pertimbangan utama dalam menentukan desain output adalah efektivitas
biaya. Laporan manajerial harus relevan, jelas, akurat, dan tepat waktu.
Selain itu, dalam mendesain laporan dan output lainnya, faktor-faktor
seperti frekuensi pelaporan, media output, dan format laporan juga
harus dipertimbangkan.

2.1.4 Fungsi dan Tujuan Sistem Akuntansi


Menurut Martani et al. (2012) sistem akuntansi yang baik
memampukan manajemen perusahaan dan para pihak yang berkepentingan
mendapatkan informasi secara cepat dan akurat mengenai perusahaan,
seperti dalam hal:
a. Besarnya kas yang dimiliki perusahaan.
b. Besar saldo utang yang harus dilunasi perusahaan.

9
c. Banyaknya aset yang dimiliki perusahaan.
d. Besarnya laba yang dihasilkan perusahaan.
e. Besarnya deviden yang bisa dibagikan kepada perusahaan.
f. Kinerja operasional perusahaan.
Pihak pelaksana atau penyusun informasi akuntansi adalah seseorang
atau kumpulan orang yang mengoperasikan sistem akuntansi dari awal
sampai dihasilkannya laporan keuangan. Pengertian ini menjelaskan
bahwa pelaksana atau penyusun informasi akuntansi memainkan peranan
penting dalam menopang kegiatan atau operasi harian perusahaan (Lubis,
2010).
Infomasi akuntansi menyediakan data yang relevan dan andal bagi
pemakai yang dapat digunakan untuk menilai kinerja suatu entitas atau
unit usaha. Berdasarkan informasi tersebut kreditur dapat menyalurkan
kreditnya pada entitas-entitas yang dapat mengembalikan dananya dan
memberikan imbalan bunga (Martani et al., 2012). Bagi pemegang saham
informasi, informasi akuntansi dapat digunakan untuk menilai entitas
sehingga pemgang saham dapat mengalokasikan dananya pada entitas
yang memberikan prospek bagus di masa mendatang.
Menurut Lubis (2010) infomasi keuangan yang disajikan dalam
laporan keuangan sebagai hasil dari sistem infomasi keuangan bertujuan
sebagai berikut:
1. Menyediakan infomasi laporan keuangan yang dapat dipercaya dan
bermanfaat bagi investor serta kreditor sebagai dasar pengambilan
keputusan dan pemberian kredit.
2. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan perusahaan
dengan menunjukan sumber-sumber ekonomi (kekayaan) perusahaan
serta asal dari kekayaan tersebut.
3. Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukan kinerja
perusahaan dalam menghasilkan laba.
4. Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukan
kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang-hutangnya.
5. Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukan sumber-

10
sumber pendanaan perusahaan
6. Menyediakan informasi yang dapat membantu para pemakai dalam
memperkirakan arus kas masuk perusahaan.
2.1.5 Kesuksesan Sistem Informasi
Kesuksesan suatu sistem informasi dapat diukur atau dapat dinilai
(Baridwan, 2012). Salah satu model kesuksesan sistem informasi
akutansi adalah D dan M Information System Success Model yang
dikembangkan oleh DeLone dan McLean (1992) dalam Baridwan (2012).
D dan M Information System Success Model yang dikembangkan oleh
Delone dan McLean ada 6 (indikator) yaitu:
1. Kualitas informasi,
2. Kualitas sistem,
3. Penggunaan informasi,
4. Kepuasan penggunaan,
5. Dampak individu,
6. Dampak organisasi.

2.2 Arus Kas


2.2.1 Pengertian Arus Kas
Kas merupakan salah satu elemen keuangan yang digunakan untuk
mengevaluasi suatu proyek atau suatu entitas tertentu. Dalam analisis
laporan keuangan informasi arus kas dan analisisnya memberikan
sejumlah informasi keuangan yang tidak bisa disediakan oleh laporan lain
(Lam dan Lau, 2014). Dalam neraca kas merupakan aktiva yang paling
sering berubah. Hampir dalam setiap tranksaksi dengan pihak luar selalu
mempengaruhi kas.
Tranksaksi yang dicatat dan dirangkum di dalam sebuah laporan
akan disiapkan untuk para pengguna laporan tersebut. Menurut Reeve et
al. (2009) laporan akuntansi yang menyediakan informasi ini disebut
laporan keuangan (financial statements). Laporan keuangan bagi
perusahaan ada empat yaitu: 1) laporan laba rugi (income statements)
berisi tentang ringkasan dari pendapatan dan beban untuk suatu periode

11
waktu tertentu seperti satu bulan atau satu tahun, 2) laporan ekuitas
pemilik (statement of owner’s equity) berisi tentang ringkasan perubahan
dalam ekuitas pemilik yang terjadi selama periode waktu tertentu seperti
satu bulan atau satu tahun, 3) neraca (balance sheet) berisi tentang daftar
aset, kewajiban, dan ekuitas pemilik pada waktu tertentu biasanya pada
tanggal terakhir dari bulan atau tahun tertentu, 4) laporan arus kas
(statement of cash flows) berisi tentang ringkasan dari penerimaan dan
pembayaran kas untuk periode waktu tertentu seperti satu bulan atau satu
tahun.
Laporan arus kas (statement of cash flows) ringkasan dari
penerimaan dan pembayaran kas untuk periode waktu tertentu, seperti satu
bulan atau satu tahun. Dalam PSAK No. 2 ((IAI), 2009) arus kas adalah
arus kas masuk dan arus kas keluar kas yang utama dari suatu perusahaan
selama satu periode. Laporan ini menyediakan infomasi yang berguna
mengenai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas dari operasi,
mempertahankan dan memperluas kapasitas operasinya, memenuhi
kewajiban keuangannya dan membayar deviden.

2.2.2 Manfaat Arus Kas


Laporan Arus kas menyediakan beberapa informasi yang tidak bisa
ditemuakan pada laporan keuangan lain contohnya perubahan dalam aset
neto pada suatu entitas dan arus kas dari berbagai aktivitas lainnya yang
berbeda. Dengan beberapa informasi ini, bersamaan dengan laporan
keuangan lain maka pengguna laporan keuangan akan bisa mengevaluasi
beberapa hal berikut:
1. Struktur keuangan perusahaan, termasuk likuiditas dan solvabilitas,
2. Kemampuan perusahaan untuk menggunakan jumlah dan pemilihan
waktu arus kas dalam rangka beradaptasi terhadap perubahan kondisi
dan peluang.
3. Jumlah, pemilihan waktu, dan kepastian masa depan arus kas dengan
membandingkan informasi arus kas historis.
4. Keakuratan penilian arus kas masa depan dan hubungannya antara

12
profitabilitas dan arus kas neto dan dampaknya terhadap perubahan
harga.
Laporan arus kas mengklasifikasi penerimaan kas terdiri dari tiga
bagian, aktivitas operasi, aktivitas investasi, aktivitas pendanaan. Setiap
aktivitas itu mempunyai kegiatan tersendiri mengenai arus kas :
1) Arus kas dari aktivitas operasi,
2) Arus kas dari aktivitas inveestasi,
3) Arus kas dari aktivitas pendanaan,

2.2.3 Arus Kas dari Aktivitas Operasi


Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan
indikator yang menentukan apakah dari operasinya perusahaan dapat
menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara
kemempuan operasi perusahaan, membayar deviden dan melakukan
investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar
((IAI), 2009).
Arus kas dari aktivitas operasi terutama deviden dari aktivitas
penghasil utama pendapatan perusahaan. Oleh karena itu, arus kas
tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang
mempengaruhi pendapatan laba atau rugi bersih. Beberapa contoh arus kas
dari operasi adalah : ((IAI), 2009)
1. Penerimaan kas dari penjualan barang atau jasa.
2. Penerimaan kas dari royalti, komisi dan pendapatan lain.
3. Pembayaran kas kepada pemasok barang atau jasa.
4. Pembayaran kas kepada karyawan.
5. Penerimaan dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi
sehubungan dengan premi, kalim, anuitas dan manfaat asuransi
lainnya.
6. Pembayaran kas atau penerimaan kembali pajak penghasilan kecuali
jika dapat diindentifikasikan secara khusus sebagai bagian dari
aktivitas pendanaan dan investasi.
7. Penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang diadakan untuk

13
tujuan transaksi usaha dan perdagangan.
Terdapat dua metode alternatif pelaporan arus kas dari aktivitas
operasi dalam laporan arus kas (Lam dan Lau, 2014). Kedua metode
tersebut adalah:
1) Metode langsung
Metode langsung dalam pelaporan arus kas dari aktivitas operasi
menyediakan informasi mengenai penerimaan dan pembayaran kas
bruto oleh entitas termasuk penerimaan kas dari konsumen dan
pengeluaran kas kepada pemasok dan karyawan. Informasi semacam ini
tidak bisa diperoleh ketika entitas menggunakan metode tidak langsung
dan mungkin berguna dalam mengembangkan prakiraan arus kas dam
model pendanaan. Keunggulan metode ini adalah bahwa metode ini
melaporkan sumber dan penerimaan kas dalam laporan arus kas.
Kelemahan utamanya adalah bahwa data yang dibutuhkan seringkali
tidak mudah didapat dan biaya pengumpulan umumnya mahal.
2) Metode Tidak Langsung
Metode tidak langsung mendapatkan informasi arus kas untuk
aktivitas operasi dengan menggunakan pendekatan yang serupa dengan
pendekatan penyesuaian pada metode langsung. Namun pendekatan
penyesuaian pada metode tidak langsung berfokus pada laba atau tugi
dari suatu entitas daripada item-item individu laporan laba rugi.
Keunggulan utama dari metode ini adalah bahwa metode ini
memusatkan pada perbedaan antara laba bersih dan arus kas dari
aktivitas operasi. Dalam hal ini, metode tersebut menunjukan hubungan
antara laporan laba rugi, neraca, dan laporan arus kas. Sebab datanya
dapat tersedia dengan segera, maka metode tidak langsung pada
umumnya lebih mudah dibanding metode langsung.

2.2.4 Arus Kas dari Aktivitas Investasi


Arus kas dari aktivitas investasi menggambarkan pengeluaran entitas
untuk mendapatkan pemasukan di masa mendatang. Arus kas ini
menyediakan informasi bagi pengguna untuk mengestimasi kemampuan

14
operasi dan pertumbuhan entitas. Arus kas yang timbuk dari aktivitas
investasi adalah :

1. Pembayaran kas untuk mengakuisisi aset tetap, aset takberwujud dan


aset jangka panjang lainnya, termasuk pengembangan yang
dikapitalisasikan dan pembuatan aset tetap itu sendiri,
2. Penerimaan kas dari penjualan aset tetap, aset takberwujud, dan aset
jangka panjang lainnya,
3. Pembayaran untuk mengakuisisi modal dan instrumen utang dari
entitas lainnya serta kepentingan dalam ventura bersama (selain
pembayaran untuk instrumen ini dianggap sebagai setara kas atau
yang dimiliki untuk dijual kembali),
4. Penerimaan kas dari penjualan modal atau instrumen utang dari
entitas lain dan kepentingan dalam ventura bersama (selain
penerimaan untuk instrumen ini dianggap sebagai setara kas atau
yang dimiliki untuk dijual kembali,
5. Uang muka dan pinjaman yang dibuat untuk pihak lain (selain uang
muka dan pinjaman yang dibuat oleh lembaga keuangan),
6. Penerimaan kas dari pengembalian kembali uang muka dan pinjaman
yang dibuat untuk pihak lain (selain uang muka dan pinjaman yang
dibuar oleh lembaga keuangan),
7. Pembayaran kas untuk kontrak future, kontrak reward, kontrak opsi
dan kontrak swap kecuali ketika kontrak tersebut dipegang untuk
tujuan dijual kembali atau pembayaran diklasifikasikan sebagai
aktivitas pendanaan,
Penerimaan kas dari kontrak future, kontrak reward, kontrak opsi
dan kontrak swap, kecuali ketika kontrak dipegang untuk tujuan dijual
kembali atau pembayaran diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan.

2.2.5 Arus Kas dari Pendanaan


Aktifitas pendanaan adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan
dalam ukuran dan komposisi dari modal dan pinjaman entitas (Martani et

15
al., 2012). arus kas historis yang muncul dati aktivitas pendanaan
menggambarkan sumber dana dari pemilik modal maupun pemberi
pinjaman serta menilai struktur dari suatu entitas. Arus kas yang timbul
dari sifat pendanaan adalah:
1. Kas yang diperoleh dari penerbitan saham atau instrumen ekuitas
lainnya,
2. Pembayaran kas kepada pemilik modal untuk mendapatkan atau
menebus saham entitas,
3. Kas yang dihasilkan dari mengeluarkan surat utang, pinjaman,
obligasi, hipotek, dan pinjaman jangka pendek maupun jangka
panjang lainnya,
4. Pembayaran kembali kas atas pinjaman yang telah diterbitkan,
5. Pembayaran kembali oleh penyewa untuk mengurangi kewajiban
yang beredar yang berhubungan dengan dewa pembiayaan.

2.3 Akuntansi Keperilakuan


2.3.1 Pengertian Akuntansi Keperilakuan
Akuntansi keperilakuan (behavioral accounting) adalah cabang
akuntansi yang mempelajari hubungan antara perilaku manusia dengan
sistem akuntansi (Siegel dan Ramanauskas-Marconi, 1989). Istilah sistem
akuntansi yang dimaksud di sini dalam arti luas yang meliputi seluruh
desain alat pengendalian manajemen yang meliputi sistem pengendalian,
sistem penganggaran, desain akuntansi pertanggungjawaban, desain
organisasi seperti desentralisasi atau sentralisasi (Hudayati, 2002).
Menurut Suartana (2010) akuntansi keperilakuan adalah suatu studi tetang
prilaku akuntan atau non akuntan yang dipengaruhi oleh fungsi-fungsi
akuntansi dan infomasi pelaporan (Suartana, 2010). Tujuan informasi
tersebut adalah memberikan petunjuk dalam memilih tindakan yang paling
baik untuk mengalokasikan sumber daya yang langka pada aktivitas bisnis
dan ekonomi.
Menurut Baridwan (2012) teori sistem informasi keperilakuan
bersandar pada salah satu aliran psikologi yaitu behaviorisma

16
(behaviorism). Behaviorisma adalah aliran psikologi yang mempelajari
perilaku yang dapat diobservasi dan diukur. Aliran ini berpendapat bahwa
perilaku dapat dipelajari dan dijelaskan secara saintifik. Behaviorisma
menekankan pada respon-respon perilaku yang dapat diobservasi dan
diukur. Behaviorisma menunjukkan bahwa perilaku adalah respon
terhadap stimuli dilingkungan yang dapat dipelajari (Baridwan, 2012).

2.3.2 Ruang Lingkup


Menurut Lubis (2010), ruang lingkup akuntansi keperilakuan
sungguh luas, antara lain:
a. Aplikasi dari ilmu keperilakuan terhadap desain dan kontruksi
sistem akuntansi.
b. Studi reaksi manusia terhadap format dan isi laporan akuntansi.
c. Cara dimana informasi diproses untuk membantu pengambilan
keputusan.
d. Pengembangan teknik pelaporan yang dapat mengomunikasikan
perilaku para pemakai data, dan
e. Pengembangan strategi guna memotivasi dan memengaruhi perilaku,
cita-cita, serta tujuan dar orang-orang yang menjalankan perusahaan.
Dengan demkian, akuntansi tidak dapat dilepaskan dari aspek
perilaku manusia serta kebutuhan organisasi akan informasi yang dapat
dihasilkan oleh akuntnasi.

2.4 Planned Behavior


2.4.1 Toeri Planned Behavior
Kajian dalam bidang psikologi mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi prilaku manusia, salah satunya adalah melalui Theory of
Planned Behavior (TPB) (Ajzen, 1991). Berdasarkan model TPB dalam
Ajzen (1991), dapat dijelaskan bahwa perilaku individu berpengaruh
terhadap kinerja karyawan yang dipengaruhi oleh niat untuk berperilaku
tidak patuh. Niat untuk berperilaku dipengaruhi oleh tiga faktor,
1. Pertama adalah behavioral belief, yaitu keyakinan akan hasil dari suatu

17
perilaku (outcome belief) dan evaluasi terhadap hasil perilaku tersebut.
Keyakinan dan evaluasi terhadap hasil ini akan membentuk variabel
sikap (attitude) terhadap perilaku itu.
2. Kedua adalah normative belief, yaitu keyakinan individu terhadap
harapan normatif orang lain yang menjadi rujukannya, seperti keluarga,
teman, dan manajer. Harapan normatif ini membentuk variabel norma
subjektif atas suatu keperilauan seperti motivasi.
3. Ketiga adalah control belief, yaitu keyakinan individu tentang
keberadaan hal-hal yang mendukung atau menghambat perilakunya
dan persepsinya tentang seberapa kuat hal-hal tersebut mempengaruhi
perilakunya. Control belief membentukk variabel kontrol perilaku yang
dipersepsikan seperi emosi.

2.5 Sikap
2.5.1 Pengertian Sikap
Masalah sikap merupakan masalah yang urgen dalam bidang
Psikologi Sosial. Beberapa ahli mengemukakan pengertian tentang sikap,
diantaranya (Azwar, 1988):
a) Thurstone
Berpandangan bahwa sikap merupakan suatu tingkatan afek, baik itu
bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya dengan obyek-
obyek psikologis.
b) Kimball Young (1945)
Menyatakan bahwa sikap merupakan suatu predisposisi mental untuk
melakukan suatu tindakan.
c) Fishbein dan Ajzen (1975)
Menyebut bahwa sikap sebagai predisposisi yang dipelajari untuk
merespon secara konsisten dalam cara tertentu berkenaan dengan obyek
tertentu.
d) Sherif (1956)
Sikap menentukan keajegan dan kekhasan perilaku seseorang dalam
hubungannya dengan stimulus manusia atau kejadian-kejadian

18
tertentu. Sikap merupakan suatu keadaan yang memungkinkan
timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku.
Dari pengertian-pengertian yang dikemukakan para ahli tersebut
dapat ditemukan unsur yang hampir sama pada sikap, yaitu sikap
merupakan kecenderungan untuk bertindak untuk bereaksi terhadap
rangsang (Dayaksini dan Hudainah, 2009).

2.5.2 Komponen Sikap


Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interelasi dari
berbagai komponen, dimana komponen-komponen tersebut menurut
Allport dalam (Dayaksini dan Hudainah, 2009) ada tiga,
1. Komponen Kognitif
Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau
informasi yang dimiliki seseorang tetang obyek sikapnya. Dari
pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu
tentang obyek sikap tersebut. Contohnya: keyakinan, perasaan, optimis.
2. Komponen Afektif
Yaitu yang berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang jadi
sifatnya evaluasi yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan
atau sistem nilai yang dimilikinya. Contohnya: senang atau tidak senang
terhadap sebuah objek.
3. Komponen Konatif
Yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang
berhubungan dengan obyek sikapnya. Contohnya: rasa tanggung jawab,
disiplin. Dengan demikian sikap seseorang pada suatu obyek sikap
merupakan menifestasi dari konstelasi ketiga komponen tersebut yang
saling berinteraksi untuk memahami, merasakan dan berperilaku
terhadap obyek sikap.
Menurut Dayaksini dan Hudainah (2009) ada pendapat lain yang
menyatakan bahwa sikap melibatkan satu komponen yaitu komponen
afek seperti yang dikemukan Thrustone. Komponen afek atau perasaan
tersebut memiliki dua sifat, yaitu positif atau negatif. Individu yang

19
mempunyai perasaan positif terhadap suatu obyek psikologis dikatakan
menyukai obyek tersebut atau mempunyai sikap yang favorable
terhadap obyek itu. Sedangkan individu yang mempunyai perasaan
negatif terhadap suatu obyek psikologis dikatakan mempunyai sikap
unfavorable terhadap obyek tersebut, sedangkan dalam sikap yang
negatif orang cenderung untuk menjauhi atau menghindari obyek
tersebut.

2.5.3 Karakteristik Sikap


Menurut Brigham (1991) ada beberapa ciri sifat (karakteristik) dasar
dari sikap, yaitu:
1. Sikap disimpulkan dari cara-cara individu bertingkah laku,
2. Sikap ditujukan mengarah kepada obyek psikologis atau kategori,
3. Sikap dipelajari,
4. Sikap mempengaruhi perilaku.

2.6 Emosi
2.6.1 Pengertian Emosi
Setiap orang memiliki karakteristik kepribadian, tetapi karakteristik
kepribadian itu sering kita campur adukan dengan sikap emosi kita. Ketika
emosi memberikan peran nyata bagi kehidupan kita sehari-hari, hal ini
sering mengejutkan kita sehingga kita tertarik mempelajarinya. Beberapa
emosi, terutama ketika digambarkan pada waktu yang salah, tentu dapat
mengurangi kinerja karyawan. Namun, ini tidak mengubah hakikat
karyawan untuk membawa satu komponen emosional ketika mereka
bekerja setiap hari, dan tidak ada studi dari perilaku organisasi yang dapat
dilakukan secara komprehensif tanpa mempertimbangkan peran dari emosi
dalam perilaku tempat kerja (Lubis, 2010).
Menurut King (2010) emosi (emotion) adalah perasaan, atau afeksi
yang dapat melibatkan rangsangan fisiologis (seperti denyut jantung yang
cepat), pengalaman sadar (seperti memikirkan keadaan jatuh cinta dengan
seseorang), dan ekspresi perilaku (sebuah senyum atau raut muka

20
cemberut). Menurut Lubis (2010) emosi adalah perasaan intens yang
diarahkan pada seseorang atau sesuatu.

2.6.2 Teori Emosi


Teori James-Lange dalam King (2010) menyatakan bahwa emosi
terjadi dari keadaan fisiologis yang muncul karena rangsangan di
lingkungan. Setiap emosi, mulai dari marah hingga gembira memiliki
serangkaian perubahan fisiologis yang berbeda, dan terlihat dalam denyut
jantung, pola pernapasan, keringat, dan respons- respons lainnya. Inti dari
teori James menyatakan bahwa sesudah persepsi awal, pengalaman emosi
merupakan hasil dari persepsi seseorang terhadap perubahan fisiologis
yang dialaminya.
Teori Cannon-Bard dalam King (2010) menyatakan bahwa emosi
dan reaksi fisiologis terjadi bersamaan. Pandangan biologi kontemporer
melihat emosi sangat dipengaruhi oleh sirkuit-sirkuit saraf dan
neurotransmiter.

2.6.3 Inteligensi Emosional


Inteligensi emosional (emotional intelligence) mengacu pada
berbagai keterampilan non-kognitif, kemampuan, serta kompetensi yang
mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam tuntutan
ligkungan dan tekanan (Lubis, 2010). Menurut Lubis (2010) hal ini
disusun dari lima jenis dimensi berikut:
1. Kesadaran diri, senantiasa sadar akan apa yang anda rasakan. Hal ini
digambarkan oleh keyakinan diri, penilain diri yang realistis, dan
kemunduran rasa humor terhadap diri sendiri.
2. Manajemen diri, kemampuan mengatur emosi diri sendiri. Hal ini
digambarkan oleh kepercayaan dan integritas yang disertai dengan
ambiguitas dan keterbukaan untuk berubah.
3. Motivasi diri, kemampuan berkeras dalam menghadapi kemunduran
dan kegagalan. Hal ini digambarkan oleh arah yang kuat untuk
dicapai, optimisme, dan komitmen organisasi yang tinggi.

21
4. Empati, kemampuan memahami perasaan orang lain. Hal ini
digambarkan oleh keahlian dalam membangun sensitivitas lintas
budaya dan jasa terhadap klien dan pelanggan.
5. Keterampilan sosial, kemampuan mengenai emosi orang lain. Hal ini
digambarkan oleh kemampuan membujuk, serta keahlian dalam
membangun dan memimpin kelompok.

2.6.4 Komponen Emosi


Menurut Lubis (2010) ada enam indikator komponen emosi yaitu:
kebahagiaan, kejutan, ketakutan, kesedihan, kemarahan, rasa jijik.

Kebahagia Kejutan Ketakutan Kesedihan Kemarahan Rasa Jijik

Gambar 2.1 Emosi secara universal

Gambar yang di tampilkan di atas menunjukkan enam emosi yang


dapat dikonseptualisasikan sebagai suatu kontinum. Semakin dua emosi
dekat satu sama lain pada kontinum ini, semakin sulit dibedakan. Sebagai
contoh, kebahagian dan kejutan sering dianggap sama, sementara
perbedaan antara kebahagiaan dan rasa jijik (disgust) jarang
membingungkan (Lubis, 2010).

2.7 Motivasi
Motivasi adalah proses yang dimulai dengan definisi fisiologis atau
psikologis yang menggerakkann perilaku atau dorongan yang ditujukan
untuk tujuan intensif. Motivasi juga berkaitan dengan reaksi subjektif yang
terjadi sepanjang proses ini (Lubis, 2010). Menurut Setiawan dan Ghozali
(2006) motivasi adalah pemberian dorongan-dorongan individu untuk
bertindak yang menyebabkan orang tersebut berperilaku dengan cara
tertentu yang mengarah pada tujuan.
Mengarahkan dan memotivasi karyawan adalah pekerjaan manajer.
Manajer akan selalu berusaha agar karyawannya selalu rajin bekerja dan

22
mau berkeja dengan giat. Pemberian motivasi merupakan salah satu tujuan
agar karyawan yang diberi motivasi dapat bekerja sesuai dengan acuan
kerja dan tanggung jawab yang diberikan sehingga tujuan perusahaan
dapat tercapai dengan baik (Lubis, 2010). Selain itu, juga terkandung
unsur-unsur upaya, yaitu upaya yang berkualitas dan diarahkan serta
konsisten dengan tujuan-tujuan orginasasi yang ingin dicapai.

2.7.1 Teori Motivasi


Teroi Expectancy yang diungkapkan oleh Greenberg (1999) dalam
Rivai (2005) memandang motivasi sebagai akibat dari tipe-tipe keyakinan
yang dimiliki oleh individu, terdiri dari ekspektasi berupa keyakinan
bahwa usaha seseorang akan mempengaruhi performance. Performance
akan menuju pada instrumentality, yaitu berupa keyakinan bahwa kinerja
seseorang yang bagus akan diberikan balas jasa yang setimpal. Individu
akan menilai reward secara eksplisit maupun tersirat yang akan
membentuk suatu persepsi atas reward itu sendiri. Menurut gomes (1997)
dalam Rivai (2005) motivasi melibtakan faktor-faktor individual yang
meliputi kebutuhan-kebutuhan (needs), tujuan-tujuan (goal), sikap
(attitude) dan kemampuan (ability) sedangkan yang tergolog faktor-faktor
organisasi meliputi pembayaran gaji (pay), keamanan kerja (job security),
hubungan sesama kerja (co- workers), pengawasan (supervisor), pujian
(praise), dan pekerjaan itu sendiri (job itself). Abraham Maslow dalam
(Rivai, 2005) menjelaskan bahwa individu mempunyai lima jenjang
kebutuhan yaitu: kebutuhan fisik (physilogical needs), kebutuhan
keamanan/keselamatan (safety/security needs), kebutuhan untuk kelompok
(effection needs), kebutuhan akan harga diri/keselamatan (esteem
needs/egoistis needs) kebutuhan akan pengakuan diri/pengembangan diri
(sekfactualization needs/ self expression needs).

2.7.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi


Bentuk atau faktor-faktor motivasi yang dapat digunakan agar
karyawan memiliki semangat dan gairah dalam bekerja (Alex, 1980)

23
dalam (Sigid, 2010) antara lain: gaji yang cukup, pemberian reward,
memperhatikan kebutuhan rohani, menciptakan suasana santai, harga diri
perlu mendapatkan perhatian, beri kesempatan mereka untuk maju, rasa
aman menghadapi masa depan perlu diperhatikan, usaha para karyawan
untuk mempunyai legalitas, sekali-sekali karyawan perlu diajak berunding,
pembinaan insentif yang terarah, fasilitas yang menyenangkan.

2.7.3 Hubungan Motivasi dengan Kinerja Karyawan


Seorang karyawan yang termotivasi akan bersifat energik dan
bersemangat dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya
(Rivai, 2005). Sebaliknya para karyawan yang memiliki motivasi yang
rendah akan sering menampilkan rasa tidak nyaman dan tidak senang
terhadap pekerjaannya. Akibatnya kinerja mereka menjadi buruk dan
tujuan perusahaan tidak akan tercapai. Marjani (2001) dalam Rivai (2005)
mengungkapkan bahwa ada hubungan positif antara motivasi dengan
kinerja pegawai. Motivasi dapat menyebabkan seseorang untuk
berperilaku baik, oleh karna itu motivasi karyawan yang tinggi berbanding
lurus dengan kinerja perusahaan (Rivai, 2005).
Penelitian tersebut ditemukan hasil bahwa tingginya kondisi
motivasi kerja pegawai berhubungan dengan kecenderungan pencapaian
tingkat kinerja pegawai yang cukup tinggi. Pegawai yang memiliki
motivasi yang tinggi, mereka akan berupaya untuk melakukan
semaksimal mungkin tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan.
2.8 Penelitian Terdahulu
No Nama
Judul Variabel Hasil Penelitian
. Peneliti
1. Murty dan Pengaruh Konpensasi, Kompensasi,
Hudiwinarsih Kompensasi, Motivasi, Motivasi dan
(2017) Motivasi dan Komitmen, Komitmen
Komitmen Kinerja Berpengaruh
Organisasional Karyawan Signifikan,
terhadap terhadap Kinerja

24
Kinerja Karyawan
Karyawan
Bagian
Akuntansi
(Studi Kasus
Pada
Perusahaan
Manufaktur di
Surabaya)
2. Akay et al. Pengaruh Aspek Aspek
(2017) Aspek Keprilakuan, Keperilakuan
Keperilakuan Penerapan Berpengaruh pada
terhadap Sistem Penerapan Sistem
Penerapan Akuntansi Akuntansi
Sistem Persediaan pada
Akuntansi PT. Surya
Persediaan Wenang Indah
pada PT. Manado
Surya Wenang
Indah Manado
3. Rombe et al. Pengaruh Akuntansi Akuntansi
(2018) Sistem Kas Keperilakuan Keperilakuan
Berbasis , Sistem berpengaruh
Akuntansi Pelaporan signifikan
Keperilakuan Arus Kas terhadap sistem
dalam pelaporan arus kas
Pelaporan pada PT. Bank
Arus Kas pada Sulutgo Manado
PT. Bank
Sulutgo
4. Indriani dan Pengaruh Perilaku Perilaku
Loulyta Perilaku Karyawan, Karyawan

25
(2018) Karyawan Kinerja Akuntansi dapat
Akuntansi Karyawan mempengaruhi
terhadap kinerja karyawan
Kinerja perusahaan
Perusahaan BUNM dan
pada BUMD di Banda
Perusahaan Aceh
BUMN dan
BUMD di
Banda Aceh

2.9 Kerangka Berpikir

Sikap (independen
variabel) X1

Sistem Pelaporan Arus


Emosi (independen Kas
variabel) X2 (variabel dependen) Y

Motivasi (independen
variabel) X3

2.10 Pengembangan Hipotesis


1. Pengaruh Sikap terhadap Sistem Pelaporan Arus Kas
Sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi
terhadap rangsang tentang kejadian-kejadian suatu obyek (Dayaksini
dan Hudainah, 2009). Pada hakekatnya sikap merupakan suatu interelasi
dari berbagai komponen, komponen-komponen tersebut menurut
Allport dalam Dayaksini dan Hudainah (2009) adalah komponen
kognitif, kompenen afektif, komponen konatif. Ketiga komponen
tersebut saling berinteraksi untuk memahami, merasakan, dan

26
berperilaku terhadap obyek. Menurut Dayaksini dan Hudainah (2009)
individu yang mempunyai sikap yang positif terhadap obyek akan
senang terhadap obyek tersebut, sebaliknya individu yang mempunyai
sikap negatif terhadap obyek akan menjauhi atau menghindari obyek
tersebut. Dari penjelasan diatas peneliti mengambil kesimpulan jika
sikap seseorang positif atau baik maka kinerja orang tersebut akan
meningkat.
Menurut Akay et al. (2016) dalam penelitiannya yaitu aspek
keperilakuan penerapan sistem akuntansi persediaan pada PT. Surya
Wenang Indah Manado. Hasilnya sikap berpengaruh secara signifikan
terhadap penerapan sistem akuntansi persediaan pada PT. Surya
Wenang Indah Manado.
H1 : Sikap berpengaruh signifikan terhadap sistem pelaporan arus kas

2. Pengaruh Emosi terhadap Sistem Pelaporan Arus Kas


Teori James Lange dalam King (2010) menyatakan bahwa emosi
terjadi dari keadaan fisiologis yang mencul karena merangsang keadaan
lingkungan. Sementara itu inteligensi emosional mengacu pada berbagai
keterampilan non-kognitif, kemampuan, serta kompetensi yang
mempengaruhi kemampuan seseorang untuk bertindak dalam
lingkungan dan tekanan (Lubis, 2010). Menurut Lubis (2010) tekanan
atau rangsangan dari lingkungan tersebut menghasilkan berbagai emosi-
emsoi yang terjadi dalam perilaku manusia seperti: kebahagiaan,
kejutan, ketakutan, kesedihan, kemarahan, rasa jijik. Beberapa emosi
ketika digambarkan pada waktu yang salah dapat mengurangi dari
kinerja karyawan (Lubis, 2010). Dari penjelasan diatas peneliti
mengambil kesimpulan karyawan yang sedang dalam emosi baik dan
buruk dapat berpengaruh terhadap kinerjanya.
Penelitian yang dilakukan Akay et al. (2016) aspek keperilakuan
terhadap penerapan sistem akuntansi persediaan pada PT. Surya
Wenang Indah Manado. Dalam penelitian tersebut menghasilkan bahwa
emosi berpengaruh terhadap penerapan sistem akuntansi persediaan.

27
H2 : Emosi berpengaruh terhadap sistem pelaporan arus kas.

3. Pengaruh Motivasi terhadap Sistem Pelaporan Arus Kas


Teori Expectancy yang diungkapkan oleh Greenberg (1999)
dalam Rivai (2005) memandang motivasi terjadi akibat dari tipe-tipe
keyakinan yang dimiliki oleh individu yang terdiri dari: ekspektasi diri
berupa keyakinan bahwa usaha seseorang akan mempengaruhi kinerja.
Menurut Alex (1980) dalam Sigid (2010) faktor-faktor yang dapat
membuat agar karyawan memiliki semangat bekerja antara lain: gaji
yang cukup, pemberian reward, memperhatikan kebutuhan rohani,
menciptakan suasana santai, harga diri perlu mendapatkan perhatian,
beri kesempatan mereka untuk maju, rasa aman dalam bekerja, usaha
para karyawan untuk mempunyai legalitas, sekali-sekali karyawan perlu
diajak berunding, pembinaan insentif yang terarah, fasilitas yang
menyenangkan. Motivasi dapat menyebabkan seseorang untuk
berperilaku baik, oleh karna itu motivasi karyawan yang tinggi
berbanding lurus dengan kinerja perusahaan (Rivai, 2005). Dari
penjelasan diatas peneliti mengambil kesimpulan bahwa karyawan yang
termotivasi akan mempengaruhi kinerja karyawan tersebut.
Menurut Rombe et al. (2016) dalam penelitiannya pengaruh
sistem kas berbasis akuntansi keperilakuan dalam pelaporan arus kas
pada PT. Bank Sulutgo hasilnya variabel motivasi berpengaruh secara
parsial sistem kas pada PT. Bank Sulutgo.
H3: Motivasi berpengaruh terhadap sistem pelaporan arus kas

28
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini menggunakan jenis penelitian asosiatif. Karena penelitian ini
meneliti hubungan dua variabel atau lebih. Penelitian ini menguji pengaruh
sikap, emosi, dan motivasi terhadap sistem pelaporan arus kas.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan pada KSP Kopdit Pintu Air Cabang Maumere.
Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan KSP Kopdit Pintu
Air Cabang Maumere. Sedangkan pengambilan sampel yang digunakan pada
penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria adalah
karyawan KSP Kopdit Pintu Air Cabang Maumere yang terdiri dari karyawan
bagian bagian Teller, karyawan bagian akuntansi, karyawan bagian sentral kas,
pemimpin dan pimpinan cabang.

3.4 Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan penelitian ini adalah data primer dan sekunder.
Data skunder pada pada penelitian ini berupa profil KSP Kopdit Pintu Air Cabang
Maumere.
Sedangkan data primer dalam penelitian ini berupa:
1. Karekteristik responden, yaitu umur, jenis kelamin, pekerjaan,
lama bekerja.
2. Tanggapan dari para responden yang bekerja pada koperasi tersebut
atas sikap, emosi, motivasi, dan sistem pelaporan arus kas.

29
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik angket, yaitu
menyebarkan daftar pertanyaan (kuesioner) yang akan diisi atau dijawab oleh
responden pada KSP Kopdit Pintu Air. Kuesioner terdiri dari dua bagian, bagian
pertama berisi sejumlah pertanyaan umum mengenai data demografi responden,
sedangkan bagian kedua berisi sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan
sikap, emosi, motivasi, dan sistem pelaporan arus kas.

3.6 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran


1. Variabel Dependen
Variabel dependen pada penelitian ini adalah sistem arus kas.
Sistem arus kas yaitu kumpulan komponen-komponen yang
berhubungan dengan kas masuk dan kas keluar dari berbagai aktifitas
untuk menghasilkan informasi laporan arus kas perusahaan.
Kesuksesam sistem arus kas dapat diukur oleh kualitas sistem arus kas
yang diterapkan perusahaan dan kualitas informasi yang dihasilkan dari
sistem tersebut. Indikator yang digunakan untuk mengukur sistem arus
kas mengadopsi dari Baridwan (2012) yaitu kenyamanan dan
kemudahan akses, kecepatan sistem, memperbaiki eror sistem,
kelengkapan informasi, akuratnya informasi sistem. Jumlah pertanyaan
yang mewakili sistem arus kas berjumlah 15 pertanyaan. Pengukuran
variabel sistem pelaporan arus kas menggunakan skala likert 1 s.d 5
yang menunjukan setuju atau tidak dengan pernyataan yang disajikan
dengan skala likert yang digunakan yaitu: sangat setuju (5), setuju (4),
ragu-ragu (3), tidak setuju (2), sangat tidak setuju (1).
2. Variabel Independen
Variabel independen pada penelitian terdiri dari tiga variabel yaitu
sikap, emosi, dan motivasi.
a. Sikap, variabel ini mempengaruhi dan memiliki hubungan terhadap

30
pelaporan sistem kas perusahaan karena berkaitan langsung dengan
perilaku para karyawan yang menyusun dan membuat laporan
keuangan. Karyawan yang memiliki emosi kurang baik pada waktu
bekerja dapat mengurangi dari kinerja karyawan. Menurut Dayaksini
dan Hudainah (2009) indikator yang digunakan untuk mengukur
sikap terdiri dari tiga indikator yaitu : komponen kognitif, komponen
afektif, komponen konatif.
b. Emosi sangat memberikan pengaruh terhadap pekerjaan yang
dilakukan karyawan dalam menyusun laporan keuangan khususnya
arus kas. Karyawan yang mampu mengendalikan emosinya saat
bekerja pastinya akan menghasilkan pekerjaan yang maksimal.
Menurut Lubis (2010) indikator dalam penilaian ini ada empat yaitu :
rasa bahagia, rasa ketakutan, rasa sedih, marah.
c. Motivasi sangat berkaitan dengan kepemimpinan dan manajerial
dalam perusahaan, dimana motivasi yang diberikan akan
mempengaruhi kinerja dari karyawan dalam menyusun laporan
keuangan dan penerapan sistem kas perusahaan. Indikator yang
digunakan untuk mengukur motivasi (Gomes, 1997) dalam (Rivai,
2005) yaitu : pemberian reward, keamanan kerja, pemberian gaji,
memberi kesempatan untuk maju.
Ketiga variabel independen tersebut diukur menggunakan skala
likert 1 s.d. 5 yang menunjukan setuju atau tidak dengan pernyataan
yang disajikan, dengan skala likert yang digunakan yaitu: sangat
setuju (5), setuju (4), ragu-ragu (3), tidak setuju (2), sangat tidak
setuju (1).

3.7 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
kuesioner. Kuesioner ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan tertutup yang diberikan peneliti.
Isi kuesioner tersebut terdiri dari dua pokok. Pokok pertama terdiri
dari karakteristik responden, yiatu jenis kelasmin, umur, pekerjaan, lama

31
bekerja. Pokok kedua berupa pertanyaan atau pernyataan yang
berhubungan dengan sikap, emosi, motivasi dan sistem pelaporan arus kas
yang diukur menggunakan skala likert, dimana responden memilih
kategori sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju.
a. Sikap mengambil indikator dari Dayaksini dan Hudainah (2009)
yaitu menggunakan:
1. Sikap Kognitif / Teori : 2 pertanyaan
2. Sikap Afektif / emosional : 1 pertanyaan
3. Sikap Konotif / perilaku : 2 pertanyaan
b. Emosi mengambil indikator dari Lubis (2010) yaitu
menggunakan:
1. Rasa bahagia : 2 pertanyaan
2. Rasa ketakutan : 1 pertanyaan
3. Rasa Sedih : 1 pertanyaan
4. Marah : 1 pertanyaan
c. Motivasi mengadopsi dari penelitian Rivai (2005) menggunakan
indikator:
1. Pemberian reward : 2 pertanyaan
2. Keamanan kerja : 1 pertanyaan
3. Pemberian gaji : 1 pertanyaan
4. Memberi kesempatan untuk maju : 1 pertanyaan
Sistem arus kas mengadopsi dari penelitian
Baridwan (2012) menggunakan indikator:
1. Kenyamanan dan kemudahan akses : 3 pertanyaan
2. Kecepatan sistem : 3 pertanyaan
3. Memperbaiki eror sistem : 3 pertanyaan
4. Kelengkapan informasi : 3 pertanyaan
5. Akuratnya informasi sistem : 3 pertanyaan
Kuesioner diberikan secara langsung kepada responden dengan
mendatangi Kantor KSP Kopdit Pintu Air Cabang Maumere. Adapun
responden adalah karyawan bagian keuangan, karyawan bagian kasir,
karyawan bagian akuntansi, karyawan bagian operasional.

32
3.8 Teknik Analisis Data
a. Uji Deskriptif
Uji deskriptif digunakan untuk menggambarkan profil data
sampel yang meliputi antara umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan lama
bekerja.
b. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya
suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur
oleh kuesioner (Ghozali, 2011).
Pengujian ini menguji validitas pada kuesiner yang belum
terpublish yaitu sikap, emosi, motivasi, dan sistem pelaporan arus kas.
Pengujian validitas dapat dilakukan dengan melihat nilai
Correlated Item- Total Correlation. Jika nilai r-hitung lebih besar dari
r-table dan nilainya positif, maka pertanyaan atau indikator tersebut
dinyatakan vallid.
c. Uji Reabilitas
Reliabilitas digunakan untuk mengukur ketepatan alat ukur dan
dikatakan reliable jika alat ukur dapat dipercaya. Pengujian reliable
dapat dilakukan dengan melihat nilai alpha cronbach. Semakin dekat
alpha cronbach dengan 1, maka semakin tinggi ketepatan alat ukur.
d. Uji Normalitas
Tujuan dari uji normalitas adalah untuk menguji apakah data telah
terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki
distribusi data normal atau mendelati normal. Pada penelitian ini,
menguji normalitas data dilakukan dengan cara metode grafik.
Metode grafik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melihat
Normal Probability Plot. Dasar pengambilan keputusan melalui analisis

33
ini, jika data menyebar disekitar garis diagonal sebagai representasi pola
distribusi normal, berarti model regresi memenuhi asumsi normalitas.
e. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah di dalam
model regresi yang digunakan ditemukan adanya korelasi variabel
bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
kolerasi diantara variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi,
maka variabel-variabek ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah
variabel bebas yang nilai kolerasi antara sesama variabel bebas sama
dengan nol (Ghozali, 2011).
Untuk mendeteksi ada tidaknya gejala mulltikolinearitas di dalam
model regresi, dapat dilihat dari nilai Tolerance dan Variance Inflation
Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel
independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya.
Tolerence mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang
tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Uji yang dapat
dikatakan baik jika uji multikolinearitas gagal diterima atau nilai VIF <
10 dan nilai tolerance > 0,1.
f. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi yang digunakan tidak terjadi kesamaan variabel. Jika
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut Homokedasititas dan jika beda disebut Heteroskedastitas.
Dikatakan baik adalah yang homokedastitas atau tidak terjadi
heteroskedastitas (Ghozali, 2011).
Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu
dengan metode Glejser Test, yaitu dengan cara meregresikan nilai
absolute residual terhadap variabel independen, sehingga dapat
diketahui ada tidaknya derajat kepercayaan 5%. Jika nilai signifikan
variabel independen > 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Sebaliknya, jika nilai signifikansi variabel independen < 0,05 maka
terjadi heteroskedastisitas.

34
3.9 Analisis Linear Berganda
a. Model Regresi Linear
Hipotesis menyatakan bahwa diduga sikap (𝑋1), emosi (𝑋2), dan
motivasi (𝑋1) mempunyai pengaruh secara simultan terhadap sistem
pelaporan arus kas (𝑌1). Untuk menguji hipotesis tersebut diperlukan
alat analisis linear berganda. Alat analisis regresi berganda digunakan
untuk mengetahui sejauh mana variabel independen berpengaruh
terhadap variabel dependen. Adapun persamaan yang digunakan adalah:
Y = a + 𝑏1𝑋1+ 𝑏2𝑋2+𝑏3𝑋3
Dimana :
Y = Sistem arus kas
𝑋1= Sikap
𝑋2= Emosi
𝑋3= Motivasi
a = Konstanta
regresi b =
Koefisien
regresi
b. Uji Statistik t (t-test)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel independen secara indidual dalam menerangkan variabel
dependen (Ghozali, 2011). Pengujian dilakukan dengan menggunakan
tingkat signifikansi 0,05 (α = 5%). Penerimaan atau penolakan hipotesis
dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :
1. Jika nilai signifikan > 0,05 maka 𝐻𝑎 diterima (koefisien regresi
tidak signifikan). Hal ini berarti bahwa secara parsial variabel
independen tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen.

35
2. Jika nilai signifikan > 0,05 maka 𝐻𝑎 gagal diterima (koefisien
regresi signifikan). Hal ini berarti secara parsial variabel
independen tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen.
c. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel
independen yang digunakan dalam model regresi mempunyai pengaruh
secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen (Ghozali,
2011). Dasar pengambilan keputusan pada penelitian ini berdasarkan
probabilitas signifikansi. Apabila nilai probabilitas signifikan < 0.05,
maka 𝐻𝑎 diterima yang berarti variabel independen secara bersama-
sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
d. Uji Koefisien Determinasi (𝑹𝟐)
Koefisien determinasi (𝑅2) menunjukan seberapa jauh variabel
independen menerangkan variabel dependen (Ghozali, 2011). Nilai dari
koefisien determinasi bernilai antara nol (0) sampai satu (1). Nilai 𝑅2
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang
mendekati satu (1) berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen (Ghozali, 2011).

36
DAFTAR PUSTAKA

Akay, E. M., A. T. Poputra, dan M. Y.Kalalo 2017. “Pengaruh Aspek


Keperilakuan Terhadap Penerapan Sistem Akuntansi Persediaan Pada PT.
Surya Wenang Indah Manado”.
Indriani, M., dan O. Loulyta 2018. “Pengaruh Variabel Perilaku Akuntansi
Terhadap Kinerja Perusahaan pada Perusahaan BUMN dan BUMD di
Banda Aceh”. Jurnal Telaah dan Riset Akuntansi, Vol. 2, No. 1, hlm: 80-
93.
JURNAL RISET EKONOMI, MANAJEMEN, BISNIS DAN AKUNTANSI, Vol. 4,
No.1, hlm: 688-697
Murty, W. A., dan G. Hudiwinarsih. 2017. “Pengaruh kompensasi, motivasi dan
komitmen organisasionalterhadap kinerjakaryawan bagian akuntansi (studi
kasus pada perusahaan manufaktur di Surabaya)”. The Indonesian
Accounting Review, Vol. 2, No., hlm: 215-228.
Rombe, A., A. T. Poputra, dan M. B. Kalalo. 2018. “Pengaruh Sitem Kas
Berbasis Akuntansi Keperilakuan dalam Pelaporan Arus Kas pada PT.
Bank Sulutgo”. JURNAL RISET EKONOMI, MANAJEMEN, BISNIS DAN
AKUNTANSI, Vol. 3, No 4, hlm.

37

Anda mungkin juga menyukai