Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH BIOFARMASETIKA

Proses Disolusi Sediaan Tablet

OLEH

ARDHITA NUR RAHMA AT 000112032022


YANTI PUSPITASARI 000312032022

MAGISTER FARMASI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan
limpahan rahmat, anugerah, dan kekuatan kepada penyusun sehingga makalah ini
dapat diselesaikan. Proses penyusunannya sempat mengalami beberapa kendala.
Namun, berkat kesungguhan dan kerja keras penyusun dan dorongan dari berbagai
pihak, kendala-kendala tersebut dapat diatasi.
Penyusun telah berusaha menyusun makalah ini sebaik-baiknya, tetapi
kekurangan dan kesalahan pasti ada. Memang benar kata orang bijak bahwa di
dunia ini tidak ada yang sempurna. Yang sempurna adalah kesempurnaan itu
sendiri. Atas dasar kenyataan tersebut, saran, dan kritik yang bersifat membangun
agar makalah ini menjadi lebih baik sangat diharapkan dan diterima penyusun
dengan tangan terbuka.
Akhirnya, semoga makalah ini bermanfaat dan menambah pengetahuan
dan dapat memberikan yang terbaik bagi kemajuan bangsa Indonesia.

Makassar, 27 April 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI .....................................................................................................iiii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2

C. Tujuan............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3

A. Artikel 1 .................................................................................................... 3

B. Artikel 2 .................................................................................................... 4

C. Artikel 3 .................................................................................................... 6

D. Artikel 4 .................................................................................................... 8

E. Artikel 5 .................................................................................................. 11

BAB III PENUTUP ........................................................................................... 13

A. Kesimpulan ............................................................................................. 13

B. Saran ....................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Disolusi merupakan suatu proses perpindahan molekul obat dari bentuk
padat ke dalam larutan suatu media (cairan tubuh), pada saat obat melarut
partikel-partikel padat memisah dari molekul demi molekul yang akan
bercampur dengan cairan dan tampak menjadi bagian dari cairan tersebut.
Proses disolusi terjadi ketika molekul obat dibebaskan dari fase padat
(bentuk sediaan) dan akan masuk ke dalam fase larutan (cairan tubuh),
secara fisikokimia disolusi merupakan proses zat padat memasuki fasa
pelarut melewati proses multi langkah yang melibatkan berbagai reaksi
heterogen antara fasa solut-solut (zat terlarut-zat terlarut) dan fasa pelarut
pada antarmuka solut dan pelarut (Kurniawan, 2013).
Disolusi merupakan salah satu uji yang wajib digunakan dalam berbagai
bentuk sediaan farmasi yang diberi secara oral (seperti: suspensi, emulsi,
larutan, kaplet, kapsul dan tablet).
Sejak tahun 1950 dalam USP dinyatakan secara resmi bahwa uji
disintegrasi secara tidak langsung berkaitan dengan ketersediaan hayati obat
dan kinerja produk, hal ini yang mendasari untuk dilakukan uji disolusi
dalam berbagai sediaan farmasi yang dibuat dalam bentuk sediaan oral guna
melihat kerja fisiologis sediaan (obat) dan ketersediaan hayati, sehingga
pada tahun 1962 persyaratan dalam pembuatan sediaan oral diwajibkan
untukmelakukan uji disolusi dan harus dimuat dalam seluruh monografi.
Tablet merupakan salah satu sediaan farmasi yang wajib dilakukan
pengujian disolusi. Tablet merupakan sediaan padat kompak yang dibuat
dalam takaran dosis tunggal dengan menggunakan penamabahan bahan
pembantu, dan dicetak menggunakan mesin yang sesuai menggunakan
tekanan yang tinggi. Tablet merupakan suatu sediaan yang paling praktis
dibanding dengan sediaan lain, hal ini dapat dibuktikan dari segi keuntungan
tablet baik formulasi, pembuatan, pengemasannya, dan penggunaannya.

1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, didapat rumusan masalah yaitu Hal apa saja
yang menyebabkan permasalahan biofarmasetika uji disolusi pada tablet?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu untuk mengetahui
permasalahan biofarmasetik uji disolusi obat tablet.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. ARTIKEL 1
Efek Penambahan Polivinil Pirolidon Terhadap Disolusi Tablet
Parasetamol

Pada penelitian ini uji disolusi digunakan secara in vitro karena tidak
secara langsung mengukur avaibilitas obat dalam tubuh. Medium yang
digunakan adalah dapar fosfat pH 5,8. Larutan dapar digunakan untuk
mempertahankan pH dari medium.
Formula I Formula II Formula III
1 67,41 88,94 91,36
2 64,74 81,46 90,73
3 70,12 89,21 91,04
x̄ 67,42 86,54 91,04
Formula II dan III dengan konsentrasi 0,15% dan 0,20% memenuhi
syarat pada Farmakope Indonesia edisi IV karena memiliki % parasetamol
terlarut yang lebih dari 80%. Sedangkan FI yang mempunyai PVP dengan
konsentrasi 0,10%, hasil disolusinya kurang dari 80% sehingga tidak
memenuhi syarat. Dengan demikian konsentrasi PVP yang lebih dari 0,15%
menghasilkan tablet parasetamol yang baik.

Salah satu faktor yang mempengaruhi disolusi tablet adalah ada tidaknya
bahan pembasah. Adanya PVP sebagai bahan polimer maka dapat membantu
kelarutan tablet parasetamol.

Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukan bahwa semakin tinggi


kosentrasi polimer polivinil pirolidon maka konsentrasi pada menit ke 30
semakin tinggi karena didapatkan F hitung (10,010) > F tabel (5,143)
Kesimpulan
Semakin besar konsentrasi polivinil pirolidon dalam tablet parasetamol
maka waktu hancurnya semakin cepat dan semakin meningkat disolusi yang
ditunjukan dengan C30 semakin tinggi.

3
B. ARTIKEL 2
Uji Disolusi Terbanding Tablet Metformin Hidroklorida Generik
Berlogo dan Bermerk

Hasil Uji Disolusi dan Nilai Q30 5 Macam Produk Metformin Hidroklorida

Profil Disolusi 5 Macam Produk Metformin Hidroklorida

Data hasil uji disolusi menunjukkan bahwa semua produk yang diuji
memiliki profil disolusi yang memiliki pola yang mirip, kecuali produk D.
Profil disolusi tersebut khas untuk pola profil disolusi produk tablet immediate
release. Pada menit- menit awal jumlah obat yang terdisolusi naik dengan cepat
karena tablet mengalami disintegrasi yang diikuti dengan disolusi.

4
Selanjutnya terjadi peningkatan yang perlahan karena obat yang belum
terdisolusi tinggal sedikit.
Produk E memiliki jumlah obat yang terdisolusi yang paling besar
dibandingkan dengan produk yang lain. Hal ini disebabkan karena produk E
memiliki kekerasan yang lebih rendah dibandingkan produk A, B, dan C,
sehingga memungkinkan terjadinya penetrasi air yang lebih cepat ke dalam
tablet untuk selanjutnya terjadi disolusi. Perbedaan profil disolusi antar
produk disebabkan karena adanya perbedaan bahan tambahan yang digunakan,
sumber bahan aktif yang berbeda, dan proses produksi yang juga berbeda
dari masing-masing pabrik. Pengecualian terjadi pada produk B dan C yang
memiliki profil disolusi yang sangat identik karena berasal dari pabrik yang
sama, cuma berbeda namanya saja.
Profil disolusi dari berbagai produk obat dibandingkan dengan
menggunakan nilai f2 yang ditunjukkan melalui tabel IV. Nilai f2 =50 atau
lebih besar menunjukkan kesamaan atau ekivalensi 2 profil disolusi, yang
berarti kemiripan profil disolusi ke– 2 produk.
Produk generik bermerek (B) dan generik berlogo C, D, dan E memiliki
nilai f2 kurang dari 50, sehingga dapat dikatakan bahwa profil disolusi
keempat produk tersebut tidak identik dengan produk inovator (A). Profil
disolusi seluruh produk generik berlogo (D dan E) tidak identik dengan
generik bermerek (B) karena memiliki nilai f2 berturut – turut 38,52 dan
37,82 (kurang dari 50). Hal tersebut menunjukkan bahwa produk obat
generik bermerek dan generik berlogo yang berasal dari pabrik yang berbeda
memiliki kualitas yang berbeda pula. Disolusi terbanding tablet metformin
hidroklorida generik berlogo dengan generik bermerek yang berasal dari
pabrik yang sama memiliki kemiripan (produk B dan C). Hasil uji nilai f2
yang diperoleh menunjukkan bahwa antara produk generik bermerek B
dengan produk generik berlogo C memiliki nilai f2 yang > 50 (83,58) yang
berarti memiliki kemiripan profil disolusi. Kedua produk tersebut (produk B
dan C) berasal dari pabrik yang sama. Hal tersebut dimungkinkan karena baik

5
produk generik bermerek B dengan produk generik berlogo C dibuat dengan
formula dan metode formulasi yang sama karena satu pabrik, tetapi berbeda
pada nama dan desain kemasan.
Kesimpulan
Tablet metformin hidroklorida generik berlogo dan generik bermerek
memiliki profil disolusi yang tidak identik dengan produk inovator. Tablet
metformin hidroklorida generik berlogo memiliki profil disolusi yang tidak
identik dengan tablet metformin hidroklorida generik bermerek. Tablet
metformin hidroklorida generik berlogo memiliki profil disolusi yang identik
dengan tablet metformin hidroklorida generik bermerek yang berasal pabrik
yang sama.

C. ARTIKEL 3

Uji Presisi Dan Profil Disolusi Tablet Losartan Inovator Dan Copy
Product Dengan Metode Spektrofotometri Ultraviolet Visible

Berdasarkan gambar dan hasil uji statistik dengan LSD, terlihat bahwa
tablet losartan copy product B memiliki kesamaan profil disolusi dengan
tablet losartan inovator. Hal ini dapat terlihat juga berdasarkan penilaian

6
f2 dan hasil analisis anova. Tablet losartan copy product B dengan tablet
losartan inovator dalam penilaian f2, memiliki kesamaan dengan nilai
79,4551.

Pada tablet losartan copy product D memiliki perbedaan antara hasil


analisis dengan anova dan nilai f2. Hasil analisis menggunakan anova
yang dilanjutkan dengan LSD memperlihatkan bahwa tablet losartan copy
product D berbeda signifikan dengan tablet losartan inovator, sedangkan
hasil nilai f2 dari tablet losartan copy product D dengan inovator
memperlihatkan adanya kemiripan profil disolusi. Perbedaan ini dapat
disebabkan dari parameter penilaian pada masing−masing analisis.
Analisis anova dengan LSD menggunakan parameter penilaian dari nilai
%W pada menit ke−45, sedangkan untuk penilaian f2 digunakan
parameter %W pada menit ke−0; 5; 10; 15; 20; 25; 30; 35; 40; 45.

Adanya perbedaan kadar pelepasan obat pada menit ke−45 ini, dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kadar bahan aktif yang berbeda
dalam setiap tabletnya, perbedaan daya tekan alat, dan homogenitas tablet
pada saat pencampuran. Perbedaan berat dapat menyebabkan kandungan
bahan aktif tiap tablet pun berbeda. Semakin banyak bahan aktif yang
terkandung di dalam tablet maka semakin banyak pula zat yang terlarut
sehingga kadar yang didapat akan semakin besar, demikian pula
sebaliknya
Selain dipengaruhi oleh berat tablet, perbedaan kadar juga
dipengaruhi oleh kekerasan dan kerenyahan tablet. Jika daya tekan alat
terlalu besar maka akan menghasilkan tablet dengan tingkat kekerasan
dan kerenyahan yang tinggi sehingga waktu hancur yang diperlukan tablet
semakin lama dan tingkat disolusi akan semakin rendah. Hal ini
dipengaruhi oleh adanya penurunan porositas yang akan menyebabkan
penurunan penghancuran. Turunnya proses penghancuran mengakibatkan
penurunan dalam proses pelarutan.
Proses pelepasan obat dari sediaan juga dapat dipengaruhi oleh sifat

7
fisika kimia dari obat serta faktor formulasi dalam pembuatan sediaan.
Faktor−faktor sifat fisika kimia tersebut antara lain, konsentrasi obat,
kelarutan, ukuran molekul, bentuk kristal, dan pKa. Konsentrasi obat akan
berbanding lurus dengan proses pelepasan obat dari sediaan. Dimana jika
konsentrasi obat ditingkatkan, maka proses pelepasan obat akan
meningkat.
Kesimpulan
Hasil profil disolusi tablet Losartan inovator dan copy product
menggunakan faktor kemiripan dan analisis anova memperlihatkan bahwa
tablet losartan copy product B memiliki kemiripan dengan tablet losartan
inovator.

D. ARTIKEL 4
Uji Disolusi Terbanding Antara Sediaan Tablet Ramipril Generik Dan
bermerek

Hasil Perhitungan Konsentrasi

8
Kurva tersebut menunjukkan pada sampel 1 dan sampel 2 pada menit ke-
5 memiliki laju disolusi yang sama hingga menit ke-10. Pada menit ke-20 dan
ke-30 sampel 2 laju disolusi nya lebih tinggi dibandingkan sampel 1. Namun
pada menit ke-45 dan ke-60 laju disolusi pada sampel 1 lebih tinggi
dibandingkan sampel 2. Pada sampel 2 perubahan laju disolusinya tidak
terlalu tinggi dibandingkan sampel 1 sebagai generik. Sedangkan pada sampel
3 dan sampel 4 memiliki laju disolusi yang cukup tinggi dibandingkan sampel
1. Sehingga terlihat bahwa adanya perbedaan laju disolusi antara sampel
generik dan sampel bermerek yang digunakan.
Adanya perbedaan laju disolusi pada keempat sampel ini dikarenakan
adanya pengaruh formulasi dari pembuatan masing-masing sampel tablet
tersebut yang menyebabkan laju disolusi yang berbeda dari sampel tersebut.
Faktor-faktor sifat fisika kimia yang dapat mempengaruhi dari tablet yaitu
konsentrasi obat dan ukuran tablet. Faktor selanjutnya yaitu ukuran tablet,
semakin luas ukuran molekul dari tablet ini maka luas permukaan partikel
akan semakin meningkat. Selain dapat dilihat dari pengaruh formulasi tablet,

9
hasil juga dapat dilihat dari uji kekerasan, uji kerapuhan, dan uji disintegrasi
pada sampel tablet. Sehingga dapat terlihat faktor yang berpengaruh pada uji
disolusi terlihat pada sampel 1 (generik) yang memiliki laju disolusi yang
lambat. Namun pada sampel 2 (bermerek) hasil laju disolusi juga memiliki
nilai laju disolusi yang hampir sama dengan sampel 1. Hal ini juga
dipengaruhi oleh waktu hancur pada sampel 2 yang memiliki urutan kedua
setelah sampel 1 (generik). Sehingga diperoleh nilai yang tidak terlalu jauh
berbeda dibandingkan perbedaan pada sampel 3 dan sampel 4. Hal ini
dikarenakan waktu hancur berpengaruh dengan kekerasan suatu tablet,
semakin tinggi kekerasan suatu tablet maka waktu hancur akan semakin
lambat. Kelebihan sampel bermerek yaitu pada sampel 2, sampel 3, dan
sampel 4 dibandingkan sampel 1 yang generik memiliki laju disolusi yang
signifikan
Perbedaan laju disolusi antara sediaan generik dan bermerek dikarenakan
bahan tambahan yang berbeda sehingga mempengaruhi laju disolusi pada
suatu obat. selain dari bahan tambahan yang berbeda dari generik dan
bermerek juga dapat terlihat dari perbandingan harganya. Semakin mahal
bahan tambahan suatu obat maka harga obat dipasaran juga tinggi sehingga
kualitasnya pun semakin
Kesimpulan
Perbedaan profil kecepatan disolusi sampel yaitu sampel 1 (generik)
dibandingkan dengan sampel bermerek yaitu sampel 2, sampel 3, dan sampel
4 memiliki laju disolusi yang berbeda. Laju disolusi yang terendah diperoleh
pada sampel generik yaitu sampel 1 dan laju disolusi tertinggi diperoleh pada
sampel bermerek yaitu sampel 4.

10
E. ARTIKEL 5
Uji Sifat Fisik, Kadar, Dan Disolusi Terbanding Tablet Karbamazepin
Generik Berlogo, Generik Bermerek Dan Inovator

Hasil perhitungan f2 memperlihatkan bahwa produk memiliki nilai f2


sebesar 46. Pada nilai ini dapat dikatakan bahwa tidak memiliki kemiripan
profil disolusi dengan produk inovator karena memiliki nilai f2 <50 dan
memiliki nilai f1 mendekati 15 yaitu 14.

Hasil uji disolusi menunjukkan bahwa jumlah karbamazepin pada


produk B terdisolusi lebih cepat dan mengalami peningkatan lebih tinggi
dibandingkan produk A dan C pada menit awal hingga menit ke-15.
Setelah menit ke- 15, konsentrasi karbamazepin terdisolusi pada produk C
meningkat lebih tinggi dibandingkan produk obat A dan B. Hasil uji disolusi
juga menunjukkan konsentrasi yang sedikit lebih tinggi pada menit akhir

11
yaitu menit ke-60 dari produk C dibandingkan produk B. Hal ini jika ditinjau
dari waktu hancurnya, dapat disebabkan karena produk C memiliki waktu
hancur lebih lama dibandingkan produk B sehingga semakin lama pula waktu
yang dibutuhkan untuk karbamazepin dalam produk C dapat terdisolusi dan
jika ditinjau dari hasil uji penetapan kadar, produk C memiliki kadar
karbamazepin dalam tablet lebih tinggi dibandingkan produk B. Produk A
menunjukkan kadar yang rendah pada semua titik, hal ini dapat disebabkan
oleh waktu hancur produk A yang lebih lama dibandingkan produk B dan C
sehingga semakin lama pula waktu yang dibutuhkan untuk karbamazepin
dalam produk A dapat terdisolusi.

Kesimpulan

Perbedaan profil kecepatan disolusi sampel yaitu dapat dipengaruhi oleh


waktu hancur suatu sampel, dimana penggunaan bahan penghancur dalam
jumlah besar akan mengakibatkan semakin cepatnya waktu hancur tablet.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Permasalahan biofarmasetika uji disolusi obat dapat disebabkan karena
adanya perbedaan bahan tambahan yang digunakan sifat fisikokimia obat,
dan proses produksi yang dilakukan masing-masing pabrik. Penggunaan
bahan penghancur dalam jumlah besar akan mengakibatkan semakin cepatnya
waktu hancur tablet.
B. Saran
Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan yang kami miliki, naik
tulisan maupun bahasa yang kami sajikan. Olejh karena itu, mohon diebrikan
sarannya agar kami bisa membuat makalah lebih baik lagi, dan semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan menjadi wawasan kita
dalam memahami permasalahan biofarmasetika terhadap suatu obat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Citra Reswara Gantiaji, et al., 2018. Uji Sifat Fisik, Kadar, Dan Disolusi
Terbanding Tablet Karbamazepin Generik Berlogo, Generik Bermerek
Dan Inovator. Prodi Farmasi Fakultas MIPA Universitas Islam
Indonesia.

Devia et al., 2013. Uji Disolusi Terbanding Metformin Hidroklorida Generik


Berlogo dan Bermerk. Majalah Farmasetik, Vol. 9 No.1.

Iskandar et al., 2010. Efek Penambahan Polivinil Pirolidon Terhadap


Disolusi Tablet Parasetamol. Pharmacy Vol 07 No. 2.

Noorjannah, Noval, 2020. Uji Disolusi Terbanding Antara Sediaan Tablet


Ramipril Generik dan Bermerk. Journal of Pharmaceutical Care and
Science Vol. 1 (1) 45-54.

Wahyunita et al., 2010. Uji Presisi Dan Profil Disolusi Tablet Losartan
Inovator Dan Copy Product Dengan Metode Spektrofotometri
Ultraviolet Visible. Pharmacy Vol. 07. Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.

14

Anda mungkin juga menyukai