Anda di halaman 1dari 8

‼️JARKOM LAPORAN PRAK BIOFARMASETIKA ‼️

📌 Cover Buku Laporan

- Disampul kertas hvs biru, cover buku diprint sesuai format + disampul plastik biar rapi

- Buku tebal 100 halaman

📌 Format Penulisan

- Penulisan bolak balik

- Margin : Kanan 3 cm, atas mengikuti garis atas halaman buku, kiri 2 cm, bawah mengikuti
garis halaman buku

- Laporan awal syarat ikut tutorial.

- Lampiran hasil revisi dibuat setelah tutorial dan syarat masuk lab.

- Laporan praktikum akhir dibuat untuk syarat ikut tutorial selanjutnya ditambahkan laporan
sementara p berikutnya

- Tutor + pretest+ laporan awal

📌 Materi Praktikum

P1 : Uji Disolusi Tablet, Partikulat, Kapsul

P2 : Abdsorpsi Obat Perkutan Seacara InVitro

P3 : Penetepan Profil Farmakokinetika Obat Menggunakan Data Darah

P4 : Penetapan Profil Farmakokinetika Obat Menggunakan Data Urin

P5 : Winsam dan SPSS

TAMBAHAN UNTUK FORMAT LAPORAN

- warna cover biru disamakan

- cover lap. sementara putih

- jumlah halaman buku disamakan (kalau beda disuruh ganti)

- tulisan harus jelas dan bisa dibaca (risiko kalau tidak terbaca akan diminus oleh asdos)
- lampiran berupa lampiran foto dan lampiran perhitungan (jika ada)

- Dapus ditambahkan DOI atau link jurnal

- Dapus Vancouver

- Dapus Minimal 40% artikel bahasa Inggris

- Dapus masing-masing laporan (awal& akhir) minimal 10 pustaka jadi total 20 pustaka
berbeda di laporan akhir

- lampiran foto diprint langsung ditempel aja wordnya

- lembar pengesahan tulis tangan

- buat halaman pertama di buku dikosongkan ya, untuk lembar pengesahan akhir

- Bab 3 disamakan

- Tujuan Disamakan seangkatan

- minimal pretest 65

- penulisan pake Romawi jak

Misal : I.1, II.1, untuk P1 yang dah terlanjur pake ABC lanjut

Urutan Buku

INDEKS = UNTUK RESPONSI

1. Lembar pengesahan lap akhir

2. Cover lap awal

3. Lembar pengesahan lap awal

4. BAB 1, 2, 3 (bolak balik)

BAB I PENDAHULUAN (max 2 hal)

I.1 Tujuan

I.2 Latar Belakang

I.3 Rumusan Masalah


BAB II DASAR TEORI (Min 1 Hal, max 2 hal)

BAB III METODOLOGI (tidak ada batas hal)

III.1 Alat dan Bahan (Tabel)

III.1.1 Alat

III.1.2 Bahan

III.2 Cara Kerja (Skematis)

III.3 Analisis Data (cantumkan rumus dan cara perhitungan)

DAFTAR PUSTAKA

Lampiran. Halaman hasil revisi

Cover Laporan Akhir (print out dan ditempel)

BAB IV. DATA PERCOBAAN DAN HASIL ANALISIS

IV.1 Data Percobaan

IV.2 Hasil Analisis

BAB V PEMBAHASAN (min 3 halaman)

BAB VI. KESIMPULAN (disesuaikan dengan rumusan masalah)

DAFTAR PUSTAKA

Pake DOI, 10 tahun terakhir, 40% artikel bahasa Inggris, Minimal 2 buku

10 Dapus lap awal 2 buku+8 artikel min

5. Revisi lap awal 6. Cover lap akhir

8. Dapus tambahan di akhir


P1 : Uji Disolusi Tablet, Partikulat dan Kapsul

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 TUJUAN PRAKTIKUM

Tujuan Praktikum pada praktikum kali ini adalah :

1. Memahami konsep dasar uji disolusi tablet, partikulat dan kapsul


2. Dapat melakukan uji disolusi tablet, pratikulat dan kapsul

I.2 LATAR BELAKANG

Obat adalah suatu zat yang dapat mempengaruhi proses hidup dan suatu
senyawa yang digunakan untuk mencegah, mengobati, mendiagnosis
penyakit/gangguan, atau menimbulkan suatu kondisi tertentu.. Obat dapat untuk
mengobati penyakit, mengurangi gejala atau memodifikasi proses kimia dalam
tubuh (1). Obat baru akan terus dihasilkan oleh industri farmasi setiap tahunnya untuk
memenuhi kebutuhan akan obat yang akan dipasarkan dengan efektif dan terjangkau.
Banyak bentuk sediaan obat yang dihasilkannya dan yang sering dijumpai adalah
tablet dan kapsul.

Tablet merupakan sediaan yang paling praktis dibanding dengan sediaan lain,
hal ini dapat dibuktikan dari segi keuntungan tablet baik formulasi, pembuatan,
pengemasannya, dan penggunaannya. Sedangkan kapsul merupakan salah satu bentuk
sediaan padat yang banyak digunakan karena pembuatannya yang sederhana(2).
Kapsul merupakan sediaan yang diproduksi dari gelatin, yang diberikan secara oral
dan banyak digunakan karena praktis, mudah ditelan, bentuk dan warna cangkang
yang menarik, tidak berasa dan mudah terlarut dalam tubuh(3)(4). Selain efektif dan
terjangkau, kenyamanan pasien juga perlu diperhatikan seperti metode formulasi serta
jenis sediaan baru terus dikembangkan untuk meningkatkan efektifitas obat yang
dikonsumsi pasien. Salah satu faktor pertimbangan dalam desain formulasi adalah
kelarutan obat(5).

kelarutan obat dalam air merupakan faktor utama yang menentukan laju
disolusi. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa data kelarutan bahan obat dapat
digunakan sebagai prediksi adanya kemungkinan masalah mengenai bioavailibilitas,
yang merupakan suatu faktor pertimbangan dalam desain formulasi sediaan obat.
Tablet dan kapsul merupakan salah satu sediaan yang banyak mengalami
perkembangan dari segi metode formulasi. tablet dan kapsul merupakan sediaan obat
yang kadang mempunyai masalah dengan disolusi (5).

Dalam industri farmasi, disolusi didefinisikan sebagai jumlah zat obat yang
masuk ke dalam larutan per satuan waktu dalam kondisi standar antar muka cair atau
padat, suhu dan komposisi pelarut. Disolusi dianggap sebagai salah satu uji kontrol
kualitas terpenting yang dilakukan pada bentuk sediaan farmasi dan sekarang
berkembang menjadi alat untuk memprediksi bioavailabilitas. Data bioavailabilitas
yang diperoleh sebagai hasil uji disolusi dapat digunakan untuk memandu
pengembangan formulasi baru dan proses pengembangan produk ke arah optimalisasi
produk, serta memastikan kualitas produk yang berkelanjutan dan kinerja proses
sediaan(6). Salah satu sediaan tablet yang mengalami disolusi adalah ketoprofen.

Ketoprofen memiliki bioavailabilitas rendah karena permeabilitas tinggi dan


kelarutan rendah. Oleh karena itu, ketoprofen menjadi salah satu objek yang penting
untuk ditingkatkan bioavailibilitasnya pada pemberian oral melalui pembuatan obat
dalam sistem dispersi padat (7).

I.3 RUMUSAN MASALAH

Rumusan Masalah pada praktikum kali ini adalah :

1. Bagaimana konsep dasar uji disolusi tablet, partikulat dan kapsul ?


2. Bagaimana cara dapat melakukan uji disolusi tablet, pratikulat dan kapsul ?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 TABLET

Tablet adalah bentuk sediaan padat yang dibuat dengan mengompres suatu obat atau
campuran obat, dengan atau tanpa eksipien. Tablet memiliki bentuk yang bervariasi dan
sangat berbeda dalam ukuran dan berat tergantung pada jumlah zat obat. Tablet harus
memiliki identitas produk yang bebas dari cacat seperti retak, perubahan warna, dan
kontaminasi. Tablet harus memiliki kekuatan yang cukup untuk menahan guncangan
mekanis selama pengemasan, pengiriman, dan pengeluaran produksinya.

II.2 KAPSUL

Kapsul adalah salah satu bentuk sediaan padat yang banyak digunakan karena
pembuatannya yang sederhana (2). Kapsul merupakan sediaan yang diproduksi dari gelatin
dan mudah ditemukan dalam bentuk cangkang lunak atau keras (3). Kapsul termasuk sediaan
farmasi yang diberikan secara oral dan banyak digunakan karena praktis, mudah ditelan,
bentuk dan warna cangkang yang menarik, tidak berasa dan mudah terlarut dalam tubuh.
Kapsul mengandung satu atau lebih bahan aktif obat, baik berupa cairan, serbuk, maupun
granul, yang dimasukkan ke dalam cangkang lunak maupun keras (4).

II.3 PARTIKULAT

II.1 UJI DISOLUSI

Uji disolusi merupakan suatu metode yang digunakan dalam pengembangan


formulasi obat baru, memantau kualiatas roduk obat, menilai dampak potensial dari
perubahan pasca-persetujuan pada kasus kinerja produk, memprediksi kinerja in vivo dari
produk obat (Diaz dkk 2015). Uji disolusi adalah marker pengganti untuk uji bioekivalen
karena merupakan pendekatan praktis dan ekonomis (susanti, 2019). Disolusi adalah proses
dimana zat terlarut padat memasuki larutan. Dalam industri farmasi, disolusi didefinisikan
sebagai jumlah zat obat yang masuk ke dalam larutan per satuan waktu dalam kondisi standar
antar muka cair/padat, suhu dan komposisi pelarut. Disolusi dianggap sebagai salah satu uji
kontrol kualitas terpenting yang dilakukan pada bentuk sediaan farmasi dan sekarang
berkembang menjadi alat untuk memprediksi bioavailabilitas (chaudhary). Disolusi
menggambarkan proses kinetik dan laju disolusi menunjukkan jumlah obat yang dilepaskan
selama waktu tertentu yang menunjukkan kinerjanya (susanti).

Proses disolusi terjadi ketika molekul obat dibebaskan dari fase padat (bentuk
sediaan) dan akan masuk ke dalam fase larutan (cairan tubuh), secara fisikokimia disolusi
merupakan proses zat padat memasuki fasa pelarut melewati proses multi langkah yang
melibatkan berbagai reaksi heterogen antara fasa solut-solut (zat terlarut-zat terlarut) dan fasa
pelarut pada antarmuka solut dan pelarut. Sifat disolusi dapat menggambarkan hubungan
suatu obat dengan aktivitas farmakologinya karena terjadinya absorpsi obat dan respons
klinis (aini dkk 2015).

II.2 ALAT UJI DISOLUSI

II.3 KETOPROFEN

Ketoprofen atau asam 2-(3-benzoilfenil) propionat Ketoprofen merupakan


suatu obat anti inflamasi nonsteroid yang digunakan secara luas untuk mengurangi
nyeri dan inflamasi yang disebabkan oleh beberapa kondisi seperti, osteoartritis dan
reumatoid artritis dengan dosis 25 – 50 mg dan mempunyai bioavailibilitas 90%
( Peningkatan Kadar Ketoprofen Terdisolusi melalui Pembentukan Dispersi Padat
menggunakan Polivinil Alkohol (PVA)).

( das sk, 2020)

Ketoprofen juga bersifat analgetik antipiretik, sifat anti inflamasi ketoprofen


muncul karena obat ini mampu menghambat sintesa prostaglandi dan leukotrien.
Selain itu juga memiliki aktivitas antibradikidinin dan menstabilkan membran
lisosom. Ketoprofen praktis tidak larut dalam air, sehingga kecepatan disolusi dan
ketersediaan hayatinya rendah. Oleh karena itu, ketoprofen menjadi salah satu objek
yang penting untuk ditingkatkan bioavailibilitasnya pada pemberian oral melalui
pembuatan obat dalam sistem dispersi padat (rachmaniar dkk 2020)

Anda mungkin juga menyukai