Anda di halaman 1dari 94

PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

B.1.1 Tanggapan

B.1.1.1 Tanggapan Terhadap Latar Belakang

Rumah Sakit Umum Daerah Tebet adalah salah satu Rumah Sakit Milik Pemda DKI Jakarta
dengan Status sebagai Unit Pelaksana Teknis Daerah yang memberikan Pelayanan
Kesehatan Rumah Sakit Spesialis merupakan Rumah Sakit kelas C dengan SIO (Surat Ijin
Operasional) per tanggal 30 Desember 2019, dengan pengelolaan keuangan BLUD.

Rumah Sakit Umum Daerah Tebet menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan perseorangan


dengan mengutamakan upaya penyembuhan (kuratif), pemulihan (rehabilitatif) yang
dilakukan secara terpadu dengan upaya pencegahan (preventif) dan peningkatan (promotif)
serta melaksanakan upaya rujukan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3
Tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit pasal 17 ayat 3 bahwa Rumah
Sakit Umum kelas C memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 100 (seratus) buah. Saat ini
jumlah tempat tidur yang tersedia sejumlah 42 unit. Sehubungan dengan hal tersebut,
RSUD Tebet merencanakan untuk menambah fasilitas tempat tidur dengan menutup void
yang sebelumnya dilakukan penilaian terlebih dahulu terhadap struktur tanah dan
bangunan.

Tanggapan Konsultan
Berkaitan dengan hal tersebut diatas pada Pemerintah Daerah DKI Jakarta melalui Unit
Pelaksana Teknis Daerah sebagai Instansi Teknis yang memberikan Pelayanan Kesehatan
Rumah Sakit Spesialis merupakan Rumah Sakit kelas C dengan SIO (Surat Ijin Operasional)
per tanggal 30 Desember 2019, dengan pengelolaan keuangan BLUD akan merencanakan
untuk menambah fasilitas tempat tidur dengan menutup void yang pada saat ini jumlah
tempat tidur yang tersedia sejumlah 42 unit. Sedangkan berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 3 Tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit pasal 17 ayat
3 bahwa Rumah Sakit Umum kelas C memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 100
(seratus) buah.

PT. Karsa Persada Mulia Tanggapan dan Saran Terhadap KAK | 1


PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

B.1.1.2 Tanggapan Terhadap Maksud dan Tujuan

Maksud pekerjaan/ pengadaan belanja jasa Konsultansi Analisis Struktur Bangunan Gedung
RSUD Tebet dalam rangka meningkatkan kualitas layanan masyarakat, penambahan
kapasitas tempat tidur dan pasien safety dalam bekerja dan saat melayani pasien di Rumah
Sakit Umum Daerah Tebet.

Tujuan pekerjaan/ pengadaan belanja jasa Konsultansi Analisis Struktur Bangunan Gedung
RSUD Tebet adalah untuk mengetahui kelayakan struktur tanah dan bangunan gedung
sebelum dilakukan rehabilitasi bangunan gedung pada tahun 2021 di Rumah Sakit Umum
Daerah Tebet .

Tanggapan Konsultan
Penyedia Jasa menilai bahwa maksud dan tujuan dari pekerjaan “Jasa Konsultansi Analisis
Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet” yang terdapat di KAK sudah cukup jelas.

B.1.1.3 Tanggapan Terhadap Dasar Hukum

1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih


dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
4. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah beserta peraturan turunan dan lampiranya.
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, sebagaimana telah dirubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011.
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor
14/PRT/M/2020 tentang Standar Dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi Melalui
Penyedia.
7. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 165 Tahun 2012
tentang Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
8. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 142 Tahun 2013
tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah.

Tanggapan Konsultan
Adapun dasar hukum yang digunakan dalam pekerjaan “Jasa Konsultansi Analisis Struktur
Bangunan Gedung RSUD Tebet” telah jelas sebagaimana yang termuat dalam kerangka
acuan kerja (KAK). Namun penyedia jasa (konsultan) akan menggunakan dasar hukum dari
beberapa sumber lain yang dapat disesuaikan sebagai referensi diantaranya adalah undang-
undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, peraturan menteri, peraturan daerah
dalan lainnya yang dapat mendukung terlaksananya pekerjaan ini.

PT. Karsa Persada Mulia Tanggapan dan Saran Terhadap KAK | 2


PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

B.1.1.4 Tanggapan Terhadap Target/Sasaran

Target pekerjaan : Terlaksananya pekerjaan Belanja jasa Konsultansi Analisis Struktur


Bangunan Gedung RSUD Tebet dalam rangka pasien safety yang terjamin sesuai kebutuhan
Rumah Sakit Umum Daerah Tebet.

Tanggapan Konsultan
Penyedia Jasa telah memahami target/sasaran dari pekerjaan “Jasa Konsultansi Analisis
Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet” yang terdapat di KAK sudah cukup jelas.

B.1.1.5 Tanggapan Terhadap Nama Organisasi Pengadaan Barang / Jasa

1. SKPD : Rumah Sakit Umum Daerah Tebet


2. KPA : dr. Nailah, M.Si, M.P.H
3. PPK : Dra.Dhanya Rosa,Apt
4. UPPBJ : UPPBJ Jakarta Selatan

Tanggapan Konsultan
Nama Organisasi Pengadaan Barang/Jasa adalah para pihak yang terlibat dalam
pengadaan barang/jasa pada kegiatan pekerjaan “Jasa Konsultansi Analisis Struktur
Bangunan Gedung RSUD Tebet”, sudah dijelaskan pada KAK dan sudah di ketahui oleh
konsultan sebagai penyedia layanan jasa konsultansi.

B.1.1.6 Tanggapan Terhadap Sumber Dana dan Perkiraan Biaya

1. Sumber Dana : BLUD


2. Program : Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan SKPD
urusan Kesehatan
3. Kegiatan : Peningkatan Layanan Umum Daerah

Tanggapan Konsultan
Penyedia Jasa telah memahami bahwa sumber pendanaan dari pekerjaan “Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet” dibiayai dari BLUD melalui program
Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan SKPD urusan Kesehatan pada
kegiatan Peningkatan Layanan Umum Daerah sudah cukup dijelaskan pada KAK.

B.1.1.7 Tanggapan Terhadap Ruang Lingkup Pekerjaan

Ruang lingkup pekerjaan belanja Jasa Konsultasi Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD
Tebet, Tahun Anggaran 2020 terdiri dari beberapa tahapan, antara lain :

PT. Karsa Persada Mulia Tanggapan dan Saran Terhadap KAK | 3


PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

1. Tahap Konsep Rancangan, terdiri dari :


a. Melakukan penelitian tanah terhadap lokasi perencanaan dengan menghasilkan
dokumen laporan penelitian tanah, untuk dipakai sebagai acuan penyusunan
perencanaan teknis.
b. Melakukan koordinasia dengan unit terkait, terkait peraturan perizinan
pembangunan.
c. Membuat konsep perencanaan;
d. Memberikan laporan hasil penyelidikan tanah.

2. Tahap Pra Rancangan, terdiri dari :


a. Membuat rencana tapak.
b. Membuat pra rencana-bangunan.
c. Membuat perkiraan rencana biaya.
d. Membuat laporan perencanaan.

3. Tahap Pengembangan, terdiri dari :


a. Membuat rencana arsitektur, beserta uraian konsep dan visiualiasasi dua dimensi
serta tiga dimensi.
b. Membuat rencana struktur, beserta uraian konsep dan perhitunganya.
c. Membuat rencana mekanikal-elektrikal termasuk informasi dan teknologi, beserta
uraian konsep dan perhitungannya.
d. Membuat garis besar spesifikasi teknis.
e. Mambuat perkiraan biaya.

4. Tahap Rancangan Gambar Detail dan Penyusunan RKS dan RAB Dokumen Pelaksanaan,
terdiri dari:
a. Gambar rencana arsitektur, struktur, mekanikal dan elektrikal, plumbing, serta tata
ruang.
b. Gambar detail pelaksanaan arsitektur, struktur, mekanikal dan elektrikal, plumbing,
tata ruang beserta perhitunganya.
c. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) berikut spesifikasi teknis.
d. Rencana Anggaran Biaya (RAB) pekerjaan konstruksi beserta analisa harga satuan
pekerjaan.
e. Laporan ahir perencanaa, terdiri dari:
1) Laporan Arsitektur.
2) Laporan perhitungan struktur.
3) Laporan perhitungan mekanikal dan elektrikal.
f. Pembuatan AHS rancangan keselamatan keamanan kerja (K3).

5. Tahap Pelelangan, terdiri dari :


a. Memberikan pendampingan terhadap PPK dalam penyusunan dokumen pelelangan.
b. Membantu panitia pelelangan dalam menyusun program dan pelaksanaan
pelelangan.
c. Membantu panitia pelelangan pada waktu penjelasan pekerjaan (Aanwijzing).

PT. Karsa Persada Mulia Tanggapan dan Saran Terhadap KAK | 4


PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

d. Membantu menyusun kembali dokumen pelelangan dan melaksanakan tugas-tugas


yang sama apabila terjadi lelang ulang.

6. Tahap Pengawasan Berkala, terdiri dari :


a. Memeriksa kesesuaian pelaksanaan.
b. Melakukan penyesuaian gambar dan spesifikasi teknis pelaksanaan bila ada
perubahan.
c. Memberikan penjelasan terhadap persoalan-persoalan yang timbul selama masa
konstruksi.
d. Memberikan rekomendasi tentang penggunaan bahan.
e. Membuat laporan akhir pengawasan berkala, yang terdiri atas:
1) Perubahan perencanaan pada masa pelaksanaan konstruksi.
2) Petunjuk penggunaan, pemeliharaan, dan perawatan bangunan gedung,
termasuk petunjuk yang menyangkut peralatan dan perlengkapan mekanikal
elektrikal bangunan.

Tanggapan Konsultan
Untuk pekerjaan “Jasa Konsultansi Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet” yang
sudah dijelaskan dalam KAK sudah mencukupi dan konsultan telah memahaminya. Semua
kegiatan pada ruang lingkup pekerjaan akan dibahas pada B-2 Metodologi.

B.1.1.8 Tanggapan Terhadap Jadwal Waktu Pelaksanaan yang Diperlukan

Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan “Jasa Konsultansi Analisis Struktur Bangunan Gedung
RSUD Tebet” peningkatan mutu pelayanan dalam rangka pasien safety Rumah Sakit Umum
Daerah Tebet adalah 60 (enam puluh) hari kalender.

Tanggapan Konsultan
Jangka waktu pelaksanaan yang disediakan untuk kegiatan ini selama 60 (enam puluh) hari
kalender atau 2 (dua) bulan. Jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender ini merupakan
alokasi waktu yang umum dalam penyusunan “Jasa Konsultansi Analisis Struktur Bangunan
Gedung RSUD Tebet”, maka dalam pelaksanaannya nanti “manajemen waktu” akan
memegang peranan penting dalam keberhasilan pencapaian tujuan dan sasaran yang
digariskan dalam KAK.

B.1.1.9 Tanggapan Terhadap Tenaga Ahli yang Dibutuhkan

Tenaga ahli yang dibutuhkan meliputi :

1. Tenaga Ahli
a. Tenaga Ahli Madya : Sekurang-kurangnya berpendidikan sarjana (S1), mempunyai
sertifikat keahlian SKA Ahli Teknik Bangunan Gedung dengan pengalaman minimal
5 (lima) tahun, sebanyak 2 (dua) orang.

PT. Karsa Persada Mulia Tanggapan dan Saran Terhadap KAK | 5


PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

2. Tenaga Sub Profesional


a. Tenaga Asisten Ahli, mempunyai sertifikat keahlian SKA Ahli Teknik Bangunan
Gedung dengan pengalaman minimal 3 (tiga) tahun sebanyak 1 (satu) orang.
b. Tenaga Operator CAD/CAM, mempunyai sertifikat SKT Juru Gambar / Draftman
Sipil dengan pengalaman minimal 3 (tiga) tahun sebanyak 1 (satu) orang.

Tanggapan Konsultan
Tanggapan lebih lanjut terhadap jumlah dan komposisi personil, yaitu :
1. Dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) telah dijelaskan jumlah dan komposisi serta
kualifikasi tenaga ahli yang dibutuhkan. Dilihat dari jumlahnya, tenaga ahli yang terlibat
untuk kegiatan ini dirasakan sudah mencukupi.
2. Dilihat dari komposisinya tenaga ahli yang ada sudah dapat memenuhi kebutuhan ideal,
karena diperkirakan sudah dapat mengakomodir kebutuhan kajian dan analisis sesuai
lingkup substansi kegiatan yang akan dilakukan.
3. Jadwal penugasan personil konsultan akan menyiasati durasi penugasan masing-masing
personil sesuai kebutuhan, agar dapat mengefisienkan waktu dan pembiayaan.

Dengan kualifikasi tersebut diharapkan akan menghasilkan kualitas pekerjaan yang lebih
baik. Secara keseluruhan kualitas tenaga ahli harus memiliki kualifikasi yang sesuai agar
pelaksanaan pekerjaan mencapai hasil yang diharapkan. Penyedia jasa (konsultan) akan
melakukan seleksi untuk menempatkan tenaga ahli yang profesional di lapangan, agar
pekerjaan ini dapat terselesaikan sesuai mutu, waktu dan tujuan yang telah ditetapkan oleh
Pemberi Pekerjaan.

Adapun detail dari Implementasi tenaga ahli dalam pekerjaan ini akan tertuang dalam
Jadwal Penugasan Personil. Sedangkan kualifikasi tenaga ahli akan diuraikan lebih lanjut
dalam Curriculum Vitae (CV).

B.1.1.10 Tanggapan Terhadap Hasil yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dari analisis audit struktur bangunan adalah dokumen laporan
kelayakan gedung RSUD Tebet untuk di lakukan penutupan void untuk penambahan
kapasitas tempat tidur dari aspek keselamatan, keamanan dan kenyamanan pasien dan
petugas RSUD Tebet.

Tanggapan Konsultan
Sudah cukup jelas dipahami dan dimengerti oleh Konsultan sebagai penyedia jasa layanan
pekerjaan “Jasa Konsultansi Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet” ini sebagai
tahapan yang harus dilaksanakan sebagai harapan dari Pengguna Jasa.

PT. Karsa Persada Mulia Tanggapan dan Saran Terhadap KAK | 6


PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

B.1.1.11 Tanggapan Terhadap Keluaran Produk

Hasil akhir yang diberikan oleh Konsultan Perencanaan adalah:


1. Dokumen asli yang ditandatangani oleh pejabait terkait
a. Laporan konsepsi Perencanaan Sebanyak 3 (tiga) set.
b. Dokumen Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) teknis sebanyak 3 (tiga) set.
c. Rencana Anggaran Biaya (RAB) sebanyak 3 (tiga) set.
d. Laporan Akhir (Struktur, Arsitek, dan MEP sebanyak 3 (tiga) set.
e. Gambar Perencanaan sebanyak 3 (tiga) set.
f. Dokumen Detail Engineering Design (DED) sebanyak 3 (tiga) set.
g. Dokumen Analisa dan Anggaran Biaya K3 sebanyak 3 (tiga) set.
2. Dokumen fotokopi dari dokumen yang sudah di tandatangan
a. Laporan konsepsi perencanaan sebanyak 5 (lima) set.
b. Dokumen Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) Teknis sebanyak 5 (lima) set.
c. Rencana Anggaran Biaya (RAB) sebanyak 5 (lima) set.
d. Laporan akhir (Struktur, Arsitek, dan MEP sebanyak 5 (lima) set.
e. Gambar perencanaan sebanyak 5 (lima) set.
f. Dokumen Detail Engineering Design (DED) sebanyak 5 (lima) set.
g. Dokumen Analisa dan Anggaran Biaya K3 sebanyak 5 (lima) set.
3. Softcopy file dan dokumen pendukung lainya dalam keadaan baik dan lengkap.

Tanggapan Konsultan
Pelaporan yang akan menjadi keluaran produk kemajuan pada pekerjaan ini ditanggapi oleh
penyedia jasa (konsultan) antara lain sebagai berikut :
1. Permintaan Pihak Pengguna Jasa atas hasil yang diharapkan sebagaimana di atas,
adalah refleksi harapan dan keinginan pemberi kerja untuk dapat ditindaklanjuti oleh
Penyedia Jasa. Dalam hal ini konsultan wajib menyampaikan pelaporan kegiatan sesuai
jenis, tahapan dan kemajuan pekerjaan sebagaimana diminta dalam KAK.
2. Keluaran atau tahap pelaporan tersebut cukup memadai dalam arti masing masing
laporan telah menggambarkan tahapan atau tingkat kemajuan pekerjaan.
3. Waktu penyerahan laporan penentuannya sebaiknya melihat kegiatan-kegiatan yang
harus tercakup didalamnya, sehingga tidak terjadi penentuan waktu yang terlalu
terbatas dalam melakukan kegiatan-kegiatannya.
4. Dalam KAK tidak dijelaskan ketentuan Penyajian Buku Laporan, mengenai jenis dan
ukuran kertas yang digunakan, tulisan, sampul/cover. Dengan demikian penyedia jasa
(konsultan) perlu mendiskusikan lebih lanjut dengan pengguna jasa agar ketentuan
spesifikasi, ukuran dan desain yang mencakup komposisi, cakupan dan sistematisasinya
sesuai dengan refleksi harapan dan keinginan pemberi kerja serta dapat dipedomani
oleh penyedia jasa (konsultan).

Dalam hal ini konsultan wajib menyampaikan hasil kegiatan sesuai ketentuan jenis dan
spesifikasi selaras dengan tahapan dan kemajuan pekerjaan sebagaimana diminta dalam
KAK.

PT. Karsa Persada Mulia Tanggapan dan Saran Terhadap KAK | 7


PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

B.1.2 Saran

B.1.2.1 Saran Penyempurnaan Terhadap KAK

Sebagai catatan perbaikan dari hasil pemahaman dan tanggapan konsultan pada uraian di
atas, maka dapat disampaikan point-point sebagai berikut :
1. Walaupun secara umum Kerangka Acuan Kerja (KAK) pada kegiatan ini telah
dipersiapkan secara baik dan matang, dimana pokok kegiatan telah diuraikan dan
disajikan secara cukup jelas, namun untuk lebih menyempurnakan maka konsultan
menyarankan agar KAK yang disusun pada No.10 mengenai Tenaga Ahli dan Personil
hanya membutuhkan tenaga professional dan sub professional tentang Ahli Teknik
Bangunan Gedung saja, sehingga tidak sama dengan bagian No.8 Ruang Lingkup
Pekerjaan antara lain ada yang berisikan Arsitektur, Struktur, Mekanikal Elektrikal
Plambing. Walaupun demikian maka konsultan sebagai penyedia jasa akan dapat
mendeskripsikan sendiri sesuai kebutuhan dan keluaran kinerja yang diharapkan dalam
penyusunan dokumen Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet ini.
2. KAK dapat dilengkapi dengan informasi data dan fasilitas yang disediakan oleh
pengguna jasa yang dapat digunakan dan harus dipelihara oleh penyedia jasa, misalnya
(bila ada, kumpulan laporan dan data sebagai hasil studi terdahulu, serta dinyatakan
pula bila ada laporan dan data/informasi yang dapat dipakai sebagai referensi oleh
penyedia jasa).
3. Informasi pelaporan dalam KAK dapat dilengkapi dengan ketentuan Penyajian Buku
Laporan, termasuk berkaitan dengan jenis dan ukuran kertas yang digunakan, tulisan,
sampul/cover.

B.1.2.2 Inovasi Konsultan Dalam Pelaksanaan

Inovasi pada bagian ini merupakan gagasan konsultan untuk meningkatkan kualitas
keluaran yang diminta dalam KAK. Gagasan atau usulan yang disampaikan merupakan suatu
tatanan yang menjamin tercapainya tujuan dan sasaran-sasaran mutu pekerjaan yang
direncanakan serta menjamin kualitas output dan proses pelayanan/output. Dimulai dari
proses pelaksanaan dan pengumpulan data, analisis hingga penyusunan konsep.

1. Inovasi Dalam Proses Pelaksanaan Dan Pengumpulan Data


Tujuan:
 Terkumpulkannya data dan informasi secara lengkap dan akurat, tanpa mengalami
kesulitan yang berarti.
 Mengantisipasi kendala dalam rangka pengumpulan data dan informasi.

Langkah Inovasi :
 Konsultan dituntut untuk proaktif, menyusun strategi dan jalan terbaik untuk
melakukan pengumpulan data dan informasi tanpa tergantung pada “data yang ada /
diberikan pengguna jasa”.

PT. Karsa Persada Mulia Tanggapan dan Saran Terhadap KAK | 8


PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

2. Inovasi Optimalisasi Analisis


Tujuan:
 Terlaksananya pekerjaan secara sistematis, terarah, sesuai metodologi dan rencana
kerja.
 Terjalinnya koordinasi dan terciptanya komunikasi yang baik, internal maupun tim
konsultan.
 Terdistribusinya tugas dan tanggung jawab personil konsultan sesuai bidang keahlian
dan kemampuan masing-masing.

Langkah Inovasi :
 Konsultan dituntut untuk proaktif, dan senantiasa menjaga komunikasi yang
harmonis secara internal antar personil, maupun komunikasi yang dibangun dengan
tim teknis dan stakeholder yang terlibat.
 Analisis, desain awal hingga formulasi akhir sepenuhnya dilakukan konsultan dengan
mengembangkan segenap kemampuan, inovasi, kapabilitas dan keahlian tim serta
berdasarkan masukan dari Tim Teknis dan stakeholder lain.
 Manajemen Perusahaan memantau kinerja tenaga ahli, demikian pula kecakapan
Tenaga Ahli dan Tenaga Sub Profesional akan sangat menentukan kekompakan tim.

3. File Management & Computer Maintenance


Tujuan :
• Menghindari hilang dan rusaknya file-file penting kehilangan akibat human error.
• Menghindari hilang dan rusaknya file akibat gangguan virus, atau kerusakan alat
(hardisk dan komputer)

Langkah Inovasi :
• Backup secara berkala (tiap 1 minggu ke dalam CD dan Eksternal Hardisk).
• Backup rutin setelah update pengerjaan ke dalam beberapa external hardisk.
• Backup file-file penting melalui internet ke dalam e-file (upload via filehosting/shared
file).

4. Mekanisme Koordinasi dan Supervisi Pekerjaan


Tujuan :
• Terwujudnya mekanisme Koordinasi dengan Tim Teknis
• Terciptanya kesepahaman antara tim konsultan sebagai penyedia jasa dengan
pemberi kerja sebagai pengguna jasa
• Memastikan agar arah pekerjaan sesuai dengan keinginan pemberi kerja (on the
track),
• sebagaimana ditetapkan dalam KAK, dan notulensi penyempurnaan pekerjaan.

Langkah Inovasi :
• Adanya pertemuan rutin/berkala antara konsultan dengan Tim Teknis, yang
dilaksanakan di Kantor Pemberi Kerja ataupun Konsultan.

PT. Karsa Persada Mulia Tanggapan dan Saran Terhadap KAK | 9


PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

• Setiap pertemuan antara pemberi kerja dan konsultan diwajibkan untuk


menghasilkan risalah rapat (notulensi) yang disepakati kedua belah pihak, bersifat
mengikat dan harus ditindaklanjuti oleh konsultan dalam penyempurnaan laporan.
• Adanya pelaporan kemajuan secara berkala dari Tim Konsultan kepada Tim Teknis,
melalui e-mail dan atau dalam bentuk laporan pekerjaan.

5. Inovasi Dalam Manajemen Penjaminan Mutu Pekerjaan


Tujuan :
• Sebagai suatu bentuk komitmen pencapaian kinerja yang terukur dalam penerapan
sistem manajemen mutu.
• Upaya pencapaian sasaran mutu dalam pelaksanaan proyek dimaksudkan sebagai
salah satu sarana kepemimpinan dan keterlibatan semua pihak terkait dalam rangka
meningkatkan kinerja penerapan sistem manajemen mutu secara konsisten dan
berkesinambungan.
• Sebagai upaya untuk mengkomunikasikan kepada setiap personil yang terlibat dalam
pelaksanaan proyek, agar mereka memiliki tanggung jawab dalam keterlibatannya
untuk mencapai jaminan mutu tersebut dalam pelaksanaan kegiatan

Langkah Inovasi :
• Menyusun sasaran mutu berkaitan dengan kebutuhan masa kini dan masa yang akan
datang dari Pengguna Jasa atau Penyedia Jasa pada pelaksanaan kegiatan yang
dilayaninya;
• Temuan-temuan yang relevan berdasarkan tinjauan manajemen;
• Kinerja proses dan produk pada saat ini dan rencana ke depan;
• Tingkat kepuasan pelanggan dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya;
• Hasil audit, baik audit internal maupun audit eksternal;
• Tolak banding, analisis pesaing, peluang perbaikan; dan
• Sumber daya yang diperlukan untuk memenuhi sasaran mutu tersebut.

Secara umum sasaran mutu dinyatakan dalam bentuk target-target yang direncanakan bagi
pelaksanaan proyek, terutama yang terkait dengan kendala keterbatasan Biaya, Mutu dan
Waktu pelaksanaan proyek. Agar ketiga unsur tersebut dapat dicapai sesuai kebutuhannya.

PT. Karsa Persada Mulia Tanggapan dan Saran Terhadap KAK | 10


PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

1. Pengertian Bangunan Gedung


a. Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu
dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau
di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan
kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan
usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.
b. Bangunan gedung umum adalah bangunan gedung yang fungsinya untuk
kepentingan publik, baik berupa fungsi keagamaan, fungsi usaha, maupun fungsi
sosial dan budaya.
c. Bangunan gedung tertentu adalah bangunan gedung yang digunakan untuk
kepentingan umum.
d. Bangunan gedung khusus adalah bangunan teknis sipil lainnya yang tidak termasuk
bangunan gedung, gedung umum dan gedung tertentu yang dalam pembangunan
dan/atau pemanfaatannya membutuhkan pengelolaan khusus dan/atau memiliki
kompleksitas tertentu yang dapat menimbulkan dampak penting terhadap
masyarakat dan lingkungannya seperti menara/tower telekomunikasi,menara
transmisi, tanki bahan bakar, jembatan, billboard/megatron dan instalasi
pengolahan/pemanfaatan sumber daya alam.
e. Bangunan Permanen adalah bangunan yang ditinjau dari segi konstruksi dan umur
bangunan dinyatakan lebih dari 15 Tahun.
f. Bangunan Semi Permanen adalah bangunan yang ditinjau dari segi konstruksi dan
umur bangunan dinyatakan antara 5 Tahun sampai dengan 15 Tahun.
g. Bangunan Darurat / Sementara adalah bangunan yang ditinjau dari segi konstruksi
dan umur bangunan dinyatakan kurang dari 5 Tahun.
h. Kapling / Pekarangan adalah suatu perpetakan tanah, yang menurut pertimbangan
Pemerintah Daerah dapat dipergunakan untuk tempat mendirikan bangunan.
i. Klasifikasi bangunan gedung adalah klasifikasi dari fungsi bangunan gedung
berdasarkan pemenuhan tingkat persyaratan administratif dan persyaratan
teknisnya.
j. Mendirikan Bangunan adalah pekerjaan mengadakan bangunan seluruhnya atau
sebagaian termasuk pekerjaan menggali, menimbun atau meratakan tanah yang
berhubungan dengan pekerjaan mengadakan bangunan tersebut.

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 1
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

k. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah angka persentase perbandingan antara


luas seluruh lantai dasar bangunan gedung dan luas lahan/tanah
perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan
rencana tata bangunan dan lingkungan.
l. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) adalah angka persentase perbandingan antara
luas seluruh lantai bangunan gedung dan luas tanah perpetakan/daerah
perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan
dan lingkungan.
m. Koefisien Daerah Hijau (KDH) adalah angka persentase perbandingan antara luas
seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung yang diperuntukkan bagi
pertamanan/penghijauan dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang
dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan.
n. Tinggi Bangunan adalah jarak yang diukur dari lantai dasar bangunan, dimana
bangunan tersebut didirikan sampai dengan titik puncak dari bangunan.
o. Lantai dasar bangunan adalah ketinggian lantai dasar yang diukur dari titik
referensi tertentu.
p. Izin Penggunaan Bangunan selanjutnya disingkat IPB adalah Izin yang diberikan
untuk menggunakan bangunan sesuai dengan fungsi bangunan yang tertera dalam
IMB.
q. Izin Penghapusan Bangunan (IHB) adalah Izin yang diberikan untuk menghapuskan
/ membongkar bangunan secara total baik secara fisik maupun secara fungsi,
sesuai dengan fungsi bangunan yang tertera dalam IMB.
r. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota adalah hasil perencanaan tata ruang
wilayah Kota yang telah ditetapkan dengan peraturan daerah.
s. Penyelenggaraan bangunan gedung adalah kegiatan pembangunan yang meliputi
proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan
pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran bangunan gedung.

2. Rumah Sakit
Rumah sakit adalah suatu badan usaha yang menyediakan dan memberikan jasa
pelayanan medis jangka pendek dan jangka panjang yang terdiri atas tindakan
observasi, diagnostik, terapeutik dan rehabilitative untuk orang-orang yang menderita
sakit, terluka dan untuk yang melahirkan (World Health Organization).

Rumah sakit merupakan sarana upaya kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk
pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian (Permenkes No.159b/1988). Undang-
Undang No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.

a. Tugas dan Fungsi Rumah sakit


Berikut merupakan tugas sekaligus fungsi dari rumah sakit, yaitu :
1) Melaksanakan pelayanan medis, pelayanan penunjang medis

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 2
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

2) Melaksanakan pelayanan medis tambahan, pelayanan penunjang medis


tambahan
3) Melaksanakan pelayanan kedokteran kehakiman
4) Melaksanakan pelayanan medis khusus
5) Melaksanakan pelayanan rujukan kesehatan
6) Melaksanakan pelayanan kedokteran gigi
7) Melaksanakan pelayanan kedokteran sosial
8) Melaksanakan pelayanan penyuluhan kesehatan
9) Melaksanakan pelayanan rawat jalan atau rawat darurat dan rawat tinggal
(observasi)
10) Melaksanakan pelayanan rawat inap
11) Melaksanakan pelayanan administratif
12) Melaksanakan pendidikan para medis
13) Membantu pendidikan tenaga medis umum
14) Membantu pendidikan tenaga medis spesialis
15) Membantu penelitian dan pengembangan kesehatan
16) Membantu kegiatan penyelidikan epidemiologi

b. Jenis-Jenis Rumah Sakit


1) Rumah Sakit Umum, melayani hampir seluruh penyakit umum dan biasanya
memiliki institusi perawatan darurat yang siaga 24 jam (ruang gawat darurat)
untuk mengatasi bahaya dalam waktu secepatnya dan memberikan
pertolongan pertama. Rumah sakit umum biasanya merupakan fasilitas yang
mudah ditemui di suatu negara, dengan kapasitas rawat inap sangat besar
untuk perawatan intensif ataupun jangka panjang. Rumah sakit jenis ini juga
dilengkapi dengan fasilitas bedah, bedah plastik, ruang bersalin, laboratorium,
dan sebagainya. Tetapi kelengkapan fasilitas ini bisa saja bervariasi sesuai
kemampuan penyelenggaranya. Rumah sakit yang sangat besar sering disebut
Medical Center (pusat kesehatan), biasanya melayani seluruh pengobatan
modern. Sebagian besar rumah sakit di Indonesia juga membuka pelayanan
kesehatan tanpa menginap (rawat jalan) bagi masyarakat umum (klinik).
Biasanya terdapat beberapa klinik/poliklinik di dalam suatu rumah sakit.
2) Rumah Sakit Spesialisasi, jenis ini mencakup trauma center, rumah sakit anak,
rumah sakit manula, atau rumah sakit yang melayani kepentingan khusus
seperti psychiatric (psychiatric hospital), penyakit pernapasan, dan lain-lain.
3) Rumah Sakit Penelitian/Pendidikan, adalah rumah sakit umum yang terkait
dengan kegiatan penelitian dan pendidikan di fakultas kedokteran pada suatu
universitas/lembaga pendidikan tinggi. Biasanya rumah sakit ini dipakai untuk
pelatihan dokter-dokter muda, uji coba berbagai macam obat baru atau teknik
pengobatan baru. Rumah sakit ini diselenggarakan oleh pihak universitas /
perguruan tinggi sebagai salah satu wujud pengabdian masyararakat / Tri
Dharma perguruan tinggi.
4) Rumah Sakit Lembaga/Perusahaan, didirikan oleh suatu lembaga/perusahaan
untuk melayani pasien-pasien yang merupakan anggota lembaga
tersebut/karyawan perusahaan tersebut. Alasan pendirian bisa karena penyakit

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 3
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

yang berkaitan dengan kegiatan lembaga tersebut (misalnya rumah sakit


militer, lapangan udara), bentuk jaminan sosial/pengobatan gratis bagi
karyawan, atau karena letak/lokasi perusahaan yang terpencil/jauh dari rumah
sakit umum. Biasanya rumah sakit lembaga/perusahaan di Indonesia juga
menerima pasien umum dan menyediakan ruang gawat darurat untuk
masyarakat umum.

c. Karakteristik Rumah Sakit


Djojodibroto (1997) menyatakan bahwa organisasi rumah sakit mempunyai
sejumlah sifat atau karakteristik yang tidak dipunyai organisasi lainnya, antara lain:
1) Sebagian besar tenaga kerja rumah sakit adalah tenaga profesional.
2) Wewenang kepala rumah sakit berbeda dengan wewenang pimpinan
perusahaan.
3) Tugas-tugas kelompok profesional lebih banyak dibandingkan tugas kelompok
manajerial.
4) Beban kerjanya tidak bisa diatur.
5) Jumlah pekerjaan dan sifat pekerjaan di unit kerja beragam.
6) Hampir semua kegiatannya bersifat penting.
7) Pelayanan rumah sakit sifatnya sangat individualistik. Setiap pasien harus
dipandang sebagai individu yang utuh, aspek fisik, aspek mental, aspek
sosiokultur dan aspek spiritual harus mendapat perhatian penuh.
8) Pelayanan bersifat pribadi, cepat dan tepat.
9) Pelayanan berjalan terus menerus selama 24 jam dalam sehari.

d. Tipe-Tipe Rumah Sakit


Berdasarkan fugsi dan tugas dari rumah sakit, ada beberapa pembagian tipe-tipe
rumah sakit berdasarkan kemampuan sebuah rumah sakit dalam memberikan
pelayanan medis kepada para pasiennya, yaitu:
1) Rumah Sakit Tipe A, merupakan rumah sakit yang telah mampu memberikan
pelayanan kedokteran spesialis dan sub-spesialis luas sehingga oleh
pemerintah ditetapkan sebagai tempat rujukan tertinggi (Top Referral Hospital)
atau biasa juga disebut sebagai Rumah Sakit Pusat.
2) Rumah Sakit Tipe B, merupakan rumah sakit yang telah mampu memberikan
pelayanan kedokteran spesialis dan sub-spesialis terbatas. Rumah sakit ini
didirikan di setiap ibukota propinsi yang mampu menampung pelayanan
rujukan dari rumah sakit tingkat kabupaten.
3) Rumah Sakit Tipe C, rumah sakit kelas C adalah rumah sakit yang mampu
memberikan pelayanan kedokteran spesialis terbatas, yaitu pelayanan penyakit
dalam, pelayanan bedah, pelayanan kesehatan anak dan pelayanan kebidanan
dan kandungan. Rumah sakit kelas C akan didirikan di setiap ibukota
kabupaten (regency hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari
puskesmas.
4) Rumah Sakit Tipe D, rumah sakit kelas D adalah rumah sakit ynag bersifat
transisi karena pada satu saat akan ditingkatkan menjadi rumah sakit kelas C.
Kemampuan rumah sakit kelas D hanya memberikan pelayanan kedokteran

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 4
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

umum dan kedokteran gigi. Rumah sakit kelas D juga menampung pelayanan
rujukan yang berasal dari puskemas.
5) Rumah Sakit Tipe E, rumah sakit kelas E adalah rumah sakit khusus (spesial
hospital) yang menyelenggarakan satu macam pelayanan kedokteran saja,
misalnya rumah sakit kusta, rumah sakit paru, rumah sakit kanker, rumah sakit
jantung, rumah sakit ibu dan anak, rumah sakit gigi dan mulut dan lain
sebagainya.

3. Persyaratan Teknis Sarana Rumah Sakit Kelas C

a. Atap
1) Umum
Atap harus kuat, tidak bocor, tahan lama dan tidak menjadi tempat perindukan
serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya.
2) Persyaratan Atap
a) Penutup Atap
(1) Penutup atap dari bahan beton dilapis dengan lapisan tahan air,
merupakan pilihan utama.
(2) Penutup atap bila menggunakan genteng keramik, atau genteng
beton, atau genteng tanah liat (plentong), pemasangannya harus
dengan sudut kemiringan sesuai ketentuan yang berlaku.
(3) Mengingat pemeliharaannya yang sulit khususnya bila terjadi
kebocoran, penggunaan genteng metal sebaiknya dihindari.
b) Rangka Atap
(1) Rangka atap harus kuat memikul beban penutup atap.
(2) Apabila rangka atap dari bahan kayu, harus dari kualitas yang baik
dan kering, dan dilapisi dengan cat anti rayap.
(3) Apabila rangka atap dari bahan metal, harus dari metal yang tidak
mudah berkarat, atau di cat dengan cat dasar anti karat.

b. Langit-Langit
1) Umum
Langit-langit harus kuat, berwarna terang dan mudah dibersihkan.
2) Persyaratan Langit-Langit
a) Tinggi langit-langit di ruangan minimal 2,70 m dan tinggi di selasar
(koridor) minimal 2,40 m.
b) Rangka langit-langit harus kuat.
c) Langit-langit mungkin harus dari bahan kedap suara.

c. Dinding dan Partisi


1) Umum
Dinding harus keras, tidak porous, tahan api, kedap air, tahan karat, tidak
punya sambungan (utuh), dan mudah dibersihkan. Disamping itu dinding harus
tidak mengkilap.

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 5
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

2) Persyaratan Dinding pada Ruang-Ruang Khusus.


a) Pelapisan dinding dengan bahan keras seperti formika, mudah dibersihkan
dan dipelihara. Sambungan antaranya bisa di “seal” dengan filler plastik.
Polyester yang dilapisi (laminated polyester) atau plester yang halus dan
dicat, memberikan dinding tanpa kampuh ( tanpa sambungan =
seamless).
b) Dinding yang berlapiskan keramik/porselen, megumpulkan debu dan mikro
organisme diantara sambungannya. Semen diantara keramik/porselin tidak
bisa halus, dan kebanyakan sambungan yang diplaster cukup porous
sehingga mudah ditinggali mikro organisme meskipun telah dibersihkan.
c) Keramik/porselin bisa retak dan patah.
d) Cat epoksi pada dasarnya mempunyai kecenderungan untuk mengelupas
atau membentuk serpihan.
e) Pelapis lembar/siku baja tahan karat (stailess steel) pada sudut-sudut
tempat benturan membantu mengurangi kerusakan.

d. Lantai
1) Umum
Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak
licin, warna terang, dan mudah dibersihkan.
2) Persyaratan Lantai pada Ruang-Ruang Khusus
a) Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan yang
cukup ke arah saluran pembuangan.
b) Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk konus/lengkung agar
mudah dibersihkan.
c) Lantai harus cukup konduktif, sehingga mudah untuk menghilangkan
muatan listrik statik dari peralatan dan petugas, tetapi bukan sedemikian
konduktifnya sehingga membahayakan petugas dari sengatan listrik.
d) Untuk mencegah menimbunnya muatan listrik pada tempat dipergunakan
gas anestesi mudah terbakar, lantai yang konduktif harus dipasang.
e) Lantai yang konduktif bisa diperoleh dari berbagai jenis bahan, termasuk
vinil anti statik, ubin aspal, linolium, dan teraso. Tahanan listrik dari bahan-
bahan ini bisa berubah dengan umur dan akibat pembersihan.
f) Tahanan dari lantai konduktif diukur tiap bulan, dan harus memenuhi
persyaratan yang berlaku seperti dalam NFPA 56A.
g) Permukaan lantai tersebut harus dapat memberikan jalan bagi peralatan
yang mempunyai konduktivitas listrik yang sedang antara peralatan dan
petugas yang berhubungan dengan lantai tersebut.
h) Lantai dilokasi anestesi yang tidak mudah terbakar tidak perlu konduktif.
Semacam plastik keras (vinil), dan bahan-bahan yang tanpa sambungan
dipergunakan untuk lantai yang non konduktif.
i) Permukaan dari semua lantai tidak boleh porous, tetapi cukup keras untuk
pembersihan dengan penggelontoran (flooding), dan pemvakuman basah.

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 6
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

e. Struktur Bangunan
1) Persyaratan Pembebanan Bangunan Rumah Sakit
a) Umum
(1) Setiap bangunan rumah sakit, strukturnya harus direncanakan dan
dilaksanakan agar kuat, kokoh, dan stabil dalam memikul
beban/kombinasi beban dan memenuhi persyaratan keselamatan
(safety), serta memenuhi persyaratan kelayanan (serviceability)
selama umur layanan yang direncanakan dengan mempertimbangkan
fungsi bangunan rumah sakit, lokasi, keawetan, dan kemungkinan
pelaksanaan konstruksinya.
(2) Kemampuan memikul beban diperhitungkan terhadap pengaruh-
pengaruh aksi sebagai akibat dari beban-beban yang mungkin bekerja
selama umur layanan struktur, baik beban muatan tetap maupun
beban muatan sementara yang timbul akibat gempa, angin, pengaruh
korosi, jamur, dan serangga perusak.
(3) Dalam perencanaan struktur bangunan rumah sakit terhadap
pengaruh gempa, semua unsur struktur bangunan rumah sakit, baik
bagian dari sub struktur maupun struktur gedung, harus
diperhitungkan memikul pengaruh gempa rencana sesuai dengan zona
gempanya.
(4) Struktur bangunan rumah sakit harus direncanakan secara detail
sehingga pada kondisi pembebanan maksimum yang direncanakan,
apabila terjadi keruntuhan, kondisi strukturnya masih dapat
memungkinkan pengguna bangunan rumah sakit menyelamatkan diri.
(5) Untuk menentukan tingkat keandalan struktur bangunan, harus
dilakukan pemeriksaan keandalan bangunan secara berkala sesuai
dengan Pedoman Teknis atau standar yang berlaku.
(6) Perbaikan atau perkuatan struktur bangunan harus segera dilakukan
sesuai rekomendasi hasil pemeriksaan keandalan bangunan rumah
sakit, sehingga bangunan rumah sakit selalu memenuhi persyaratan
keselamatan struktur.
(7) Pemeriksaan keandalan bangunan rumah sakit dilaksanakan secara
berkala sesuai dengan pedoman teknis atau standar teknis yang
berlaku, dan harus dilakukan atau didampingi oleh ahli yang memiliki
sertifikasi sesuai.
b) Persyaratan Teknis
(1) Analisis struktur harus dilakukan untuk memeriksa respon struktur
terhadap beban-beban yang mungkin bekerja selama umur kelayakan
struktur, termasuk beban tetap, beban sementara (angin, gempa) dan
beban khusus.
(2) Penentuan mengenai jenis, intensitas dan cara bekerjanya beban
harus sesuai dengan standar teknis yang berlaku, seperti :
(a) SNI 03–1726-1989 atau edisi terbaru; Tata cara perencana an
ketahanan gempa untuk rumah dan gedung.

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 7
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

(b) SNI 03-1727-1989 atau edisi terbaru; Tata cara perencanaan


pembebanan untuk rumah dan gedung.

2) Struktur Atas
a) Umum
Konstruksi atas bangunan rumah sakit dapat terbuat dari konstruksi beton,
konstruksi baja, konstruksi kayu atau konstruksi dengan bahan dan
teknologi khusus.
b) Persyaratan Teknis
(1) Konstruksi Beton
Perencanaan konstruksi beton harus memenuhi standar teknis yang
berlaku, seperti :
(a) SNI 03–2847-1992 atau edisi terbaru; Tata cara perhitungan
struktur beton untuk bangunan gedung.
(b) SNI 03–3430-1994 atau edisi terbaru; Tata cara perencanaan
dinding struktur pasangan blok beton berongga bertulang untuk
bangunan rumah dan gedung.
(c) SNI 03-1734-1989 atau edisi terbaru; Tata cara perencanaan
beton dan struktur dinding bertulang untuk rumah dan gedung.
(d) SNI 03–2834 -1992 atau edisi terbaru; Tata cara pembuatan
rencana campuran beton normal.
(e) SNI 03–3976-1995 atau edisi terbaru; Tata cara pengadukan dan
pengecoran beton.
(f) SNI 03–3449-1994 atau edisi terbaru; Tata cara rencana
pembuatan campuran beton ringan dengan agregat ringan.
(2) Konstruksi Baja
Perencanaan konstruksi baja harus memenuhi standar yang berlaku
seperti :
(a) SNI 03-1729-1989 atau edisi terbaru; Tata cara perencanaan
bangunan baja untuk gedung.
(b) Tata Cara dan/atau pedoman lain yang masih terkait dalam
perencanaan konstruksi baja .
(c) Tata Cara Pembuatan atau Perakitan Konstruksi Baja.
(d) Tata Cara Pemeliharaan Konstruksi Baja Selama Pelaksanaan
Konstruksi.
(3) Konstruksi Kayu
Perencanaan konstruksi kayu harus memenuhi standar teknis yang
berlaku, seperti:
(a) Tata Cara Perencanaan Konstruksi Kayu untuk Bangunan Gedung.
(b) Tata cara/pedoman lain yang masih terkait dalam perencanaan
konstruksi kayu.
(c) Tata Cara Pembuatan dan Perakitan Konstruksi Kayu
(d) SNI 03 – 2407 – 1991 atau edisi terbaru; Tata cara pengecatan
kayu untuk rumah dan gedung.
(4) Konstruksi dengan Bahan dan Teknologi Khusus

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 8
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

(a) Perencanaan konstruksi dengan bahan dan teknologi khusus


harus dilaksanakan oleh ahli struktur yang terkait dalam bidang
bahan dan teknologi khusus tersebut.
(b) Perencanaan konstruksi dengan memperhatikan standar teknis
padanan untuk spesifikasi teknis, tata cara, dan metoda uji bahan
dan teknologi khusus tersebut.
(5) Pedoman Spesifik Untuk Tiap Jenis Konstruksi
Selain pedoman yang spesifik untuk masing-masing jenis konstruksi,
standar teknis lainnya yang terkait dalam perencanaan suatu
bangunan yang harus dipenuhi, antara lain:
(a) SNI 03-1735-2000 atau edisi terbaru; Tata cara perencanaan
bangunan dan lingkungan untuk pencegahan bahaya kebakaran
pada bangunan rumah dan gedung.
(b) SNI 03-1736-1989 atau edisi terbaru; Tata cara perencanaan
struktur bangunan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada
bangunan rumah dan gedung.
(c) SNI 03-1963-1990 atau edisi terbaru; Tata cara dasar koordinasi
modular untuk perancangan bangunan rumah dan gedung.
(d) SNI 03–2395-1991 atau edisi terbaru; Tata cara perencanaan dan
perancangan bangunan radiologi di rumah sakit.
(e) SNI 03–2394-1991 atau edisi terbaru; Tata cara perencanaan dan
perancangan bangunan kedokteran nuklir di rumah sakit.
(f) SNI 03–2404-1991 atau edisi terbaru; Tata cara pencegahan
rayap pada pembuatan bangunan rumah dan gedung.
(g) SNI 03–2405-1991 atau edisi terbaru; Tata cara penanggulangan
rayap pada bangunan rumah dan gedung dengan termitisida.

3) Struktur Bawah
a) Umum
Struktur bawah bangunan rumah sakit dapat berupa pondasi langsung
atau pondasi dalam, disesuaikan dengan kondisi tanah di lokasi
didirikannya rumah sakit.
b) Persyaratan Teknis
(1) Pondasi Langsung
(a) Kedalaman pondasi langsung harus direncanakan sedemikian rupa
sehingga dasarnya terletak di atas lapisan tanah yang mantap
dengan daya dukung tanah yang cukup kuat dan selama
berfungsinya bangunan tidak mengalami penurunan yang
melampaui batas.
(b) Perhitungan daya dukung dan penurunan pondasi dilakukan
sesuai teori mekanika tanah yang baku dan lazim dalam praktek,
berdasarkan parameter tanah yang ditemukan dari penyelidikan
tanah dengan memperhatikan nilai tipikal dan korelasi tipikal
dengan parameter tanah yang lain.

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 9
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

(c) Pelaksanaan pondasi langsung tidak boleh menyimpang dari


rencana dan spesifikasi teknik yang berlaku atau ditentukan oleh
perencana ahli yang memiiki sertifikasi sesuai.
(d) Pondasi langsung dapat dibuat dari pasangan batu atau konstruksi
beton bertulang.
(2) Pondasi Dalam
(a) Dalam hal penggunaan tiang pancang beton bertulang harus
mengacu pedoman teknis dan standar yang berlaku.
(b) Dalam hal lokasi pemasangan tiang pancang terletak di daerah
tepi laut yang dapat mengakibatkan korosif harus memperhatikan
pengamanan baja terhadap korosi memenuhi pedoman teknis dan
standar yang berlaku.
(c) Dalam hal perencanaan atau metode pelaksanaan menggunakan
pondasi yang belum diatur dalam SNI dan/atau mempunyai paten
dengan metode konstruksi yang belum dikenal, harus mempunyai
sertifikat yang dikeluarkan instansi yang berwenang.
(d) Dalam hal perhitungan struktur menggunakan perangkat lunak,
harus menggunakan perangkat lunak yang diakui oleh asosiasi
terkait)
(e) Pondasi dalam pada umumnya digunakan dalam hal lapisan tanah
dengan daya dukung yang cukup terletak jauh di bawah
permukaan tanah, sehingga penggunaan pondasi langsung dapat
menyebabkan penurunan yang berlebihan atau ketidakstabilan
konstruksi.
(f) Perhitungan daya dukung dan penurunan pondasi dilakukan
sesuai teori mekanika tanah yang baku dan lazim dalam praktek,
berdasarkan parameter tanah yang ditemukan dari penyelidikan
tanah dengan memperhatikan nilai tipikal dan korelasi tipikal
dengan parameter tanah yang lain.
(g) Umumnya daya dukung rencana pondasi dalam harus diverifikasi
dengan percobaan pembebanan, kecuali jika jumlah pondasi
dalam direncanakan dengan faktor keamanan yang jauh lebih
besar dari faktor keamanan yang lazim.
(h) Percobaan pembebanan pada pondasi dalam harus dilakukan
dengan berdasarkan tata cara yang lazim dan hasilnya harus
dievaluasi oleh perencana ahli yang memiliki sertifikasi sesuai.
(i) Jumlah percobaan pembebanan pada pondasi dalam adalah 1%
dari jumlah titik pondasi yang akan dilaksanakan dengan
penentuan titik secara random, kecuali ditentukan lain oleh
perencana ahli serta disetujui oleh instansi yang bersangkutan.
(3) Keselamatan Struktur
(a) Untuk menentukan tingkat keandalan struktur bangunan, harus
dilakukan pemeriksaan keandalan bangunan secara berkala sesuai
dengan ketentuan dalam Pedoman Teknis Tata Cara Pemeriksaan
Keandalan Bangunan Gedung.

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 10
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

(b) Perbaikan atau perkuatan struktur bangunan harus segera


dilakukan sesuai rekomendasi hasil pemeriksaan keandalan
bangunan rumah salikit, sehingga rumah sakit selalu memenuhi
persyaratan keselamatan struktur.
(c) Pemeriksaan keandalan bangunan rumah sakit dilaksanakan
secara berkala sesuai klasifikasi bangunan, dan harus dilakukan
atau didampingi oleh ahli yang memiliki sertifikasi sesuai.
(4) Keruntuhan Struktur
Untuk mencegah terjadinya keruntuhan struktur yang tidak
diharapkan, pemeriksaan keandalan bangunan harus dilakukan secara
berkala sesuai dengan pedoman/petunjuk teknis yang berlaku.
(5) Persyaratan Bahan
(a) Bahan struktur yang digunakan harus sudah memenuhi semua
persyaratan keamanan, termasuk keselamatan terhadap
lingkungan dan pengguna bangunan, serta sesuai pedoman teknis
atau standar teknis yang berlaku.
(b) Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum mempunyai
SNI, dapat digunakan standar baku dan pedoman teknis yang
diberlakukan oleh instansi yang berwenang.
(c) Bahan yang dibuat atau dicampurkan di lapangan, harus diproses
sesuai dengan standar tata cara yang baku untuk keperluan yang
dimaksud.
(d) Bahan bangunan prefabrikasi harus dirancang sehingga memiliki
sistem hubungan yang baik dan mampu mengembangkan
kekuatan bahan-bahan yang dihubungkan, serta mampu bertahan
terhadap gaya angkat pada saat pemasangan/pelaksanaan.

f. Pintu
1) Umum
Pintu adalah bagian dari suatu tapak, bangunan atau ruang yang merupakan
tempat untuk masuk dan ke luar dan pada umumnnya dilengkapi dengan
penutup (daun pintu).
2) Persyaratan
a) Pintu ke luar/masuk utama memiliki lebar bukaan minimal 120 cm atau
dapat dilalui brankar pasien, dan pintu-pintu yang tidak menjadi akses
pasien tirah baring memiliki lebar bukaan minimal 90 cm.
b) Di daerah sekitar pintu masuk sedapat mungkin dihindari adanya ramp
atau perbedaan ketinggian lantai.
c) Pintu Darurat
(1) Setiap bangunan RS yang bertingkat lebih dari 3 lantai harus
dilengkapi dengan pintu darurat.
(2) Lebar pintu darurat minimal 100 cm membuka kearah ruang tangga
penyelamatan (darurat) kecuali pada lantai dasar membuka ke arah
luar (halaman).

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 11
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

(3) Jarak antar pintu darurat dalam satu blok bangunan gedung maksimal
25 m dari segala arah.
d) Pintu khusus untuk kamar mandi di rawat inap dan pintu toilet untuk
aksesibel, harus terbuka ke luar (lihat Gambar 2.1) dan lebar daun pintu
minimal 85 cm.

Gambar B.2.1
Pintu Kamar Mandi pada Ruang Rawat Inap Harus Terbuka ke Luar

Sumber : Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C. Tahun 2007

g. Toilet (Kamar Kecil)


1) Umum
Fasilitas sanitasi yang aksesibel untuk semua orang (tanpa terkecuali
penyandang cacat, orang tua dan ibu-ibu hamil) pada bangunan atau fasilitas
umum lainnya
2) Persyaratan
a) Toilet Umum
(1) Toilet atau kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak yang cukup
untuk masuk dan keluar oleh pengguna.
(2) Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian
pengguna (36 ~ 38 cm).
(3) Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin.
(4) Pintu harus mudah dibuka dan ditutup.
(5) Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka
dari luar jika terjadi kondisi darurat
b) Toilet untuk Aksesibilitas
(1) Toilet atau kamar kecil umum yang aksesibel harus dilengkapi dengan
tampilan rambu/simbol "penyandang cacat" pada bagian luarnya.
(2) Toilet atau kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak yang cukup
untuk masuk dan keluar pengguna kursi roda.

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 12
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

(3) Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian


pengguna kursi roda sekitar (45 ~ 50 cm)
(4) Toilet atau kamar kecil umum harus dilengkapi dengan pegangan
rambat (handrail) yang memiliki posisi dan ketinggian disesuaikan
dengan pengguna kursi roda dan penyandang cacat yang lain.
Pegangan disarankan memiliki bentuk siku-siku mengarah ke atas
untuk membantu pergerakan pengguna kursi roda.
(5) Letak kertas tissu, air, kran air atau pancuran (shower) dan
perlengkapan-perlengkapan seperti tempat sabun dan pengering
tangan harus dipasang sedemikian hingga mudah digunakan oleh
orang yang memiliki keterbatasan keterbatasan fisik dan bisa
dijangkau pengguna kursi roda.
(6) Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin.
(7) Pintu harus mudah dibuka dan ditutup untuk memudahkan pengguna
kursi roda.
(8) Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka
dari luar jika terjadi kondisi darurat.
(9) Pada tempat-tempat yang mudah dicapai, seperti pada daerah pintu
masuk, dianjurkan untuk menyediakan tombol bunyi darurat
(emergency sound button) bila sewaktu-waktu terjadi sesuatu yang
tidak diharapkan.

Gambar B.2.2
Ruang Gerak dalam Toilet untuk Aksesibel.

Sumber : Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C. Tahun 2007

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 13
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

4. Persyaratan Teknis Prasarana Rumah Sakit Kelas C

a. Sistem Proteksi Kebakaran


1) Sistem Proteksi Pasif
Setiap bangunan rumah sakit harus mempunyai sistem proteksi pasif terhadap
bahaya kebakaran yang berbasis pada desain atau pengaturan terhadap
komponen arsitektur dan struktur rumah sakit sehingga dapat melindungi
penghuni dan benda dari kerusakan fisik saat terjadi kebakaran.
Penerapan sistem proteksi pasif didasarkan pada fungsi/klasifikasi resiko
kebakaran, geometri ruang, bahan bangunan terpasang, dan/atau jumlah dan
kondisi penghuni dalam rumah sakit.
a) Rumah sakit harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran.
b) Kompartemenisasi dan konstruksi pemisah untuk membatasi kobaran api
yang potensial, perambatan api dan asap, agar dapat:
(1) melindungi penghuni yang berada di suatu bagian bangunan terhadap
dampak kebakaran yang terjadi ditempat lain di dalam bangunan.
(2) mengendalikan kobaran api agar tidak menjalar ke bangunan lain
yang berdekatan.
(3) menyediakan jalan masuk bagi petugas pemadam kebakaran
c) Proteksi Bukaan
Seluruh bukaan harus dilindungi, dan lubang utilitas harus diberi penyetop
api (fire stop) untuk mencegah merambatnya api serta menjamin
pemisahan dan kompartemenisasi bangunan.
2) Sistem Proteksi Aktif
Sistem proteksi aktif adalah peralatan deteksi dan pemadam yang dipasang
tetap atau tidak tetap, berbasis air, bahan kimia atau gas, yang digunakan
untuk mendeteksi dan memadamkan kebakaran pada bangunan rumah sakit.
a) Pipa tegak dan slang Kebakaran
Sistem pipa tegak ditentukan oleh ketinggian gedung, luas per lantai,
klasifikasi hunian, sistem sarana jalan ke luar, jumlah aliran yang
dipersyaratkan dan sisa tekanan, serta jarak sambungan selang dari
sumber pasokan air.
b) Hidran Halaman
Hidran halaman diperlukan untuk pemadaman api dari luar bangunan
gedung. Sambungan slang ke hidran halaman harus memenuhi
persyaratan yang ditentukan oleh instansi kebakaran setempat.
c) Sistem Springkler Otomatis
Sistem springkler otomatis harus dirancang untuk memadamkan
kebakaran atau sekurang-kurangnya mempu mempertahankan kebakaran
untuk tetap, tidak berkembang, untuk sekurang-kurangnya 30 menit sejak
kepada springkler pecah.
d) Pemadam Api Ringan (PAR)
Alat pemadam api ringan kimia (APAR) harus ditujukan untuk menyediakan
sarana bagi pemadaman api pada tahap awal. Konstruksi APAR dapat dari
jenis portabel (jinjing) atau beroda,

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 14
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

e) Sistem Pemadam Kebakaran Khusus


Sistem pemadaman khusus yang dimaksud adalah sistem pemadaman
bukan portable (jinjing) dan beroperasi secara otomatis untuk
perlindungan dalam ruang-ruang dan atau penggunaan khusus.
Sistem pemadam khusus meliputi sistem gas dan sistem busa.
f) Sistem Deteksi & Alarm Kebakaran
Sistem deteksi dan alarm kebakaran berfungsi untuk mendeteksi secara
dini terjadinya kebakaran, baik secara otomatis maupun manual.
g) Sistem Pencahayaan Darurat
Pencahayaan darurat di dalam rumah sakit diperlukan khususmya pada
keadaan darurat, misalnya tidak berfungsinya pencahayaan normal dari
PLN atau tidak dapat beroperasinya dengan segera daya siaga dari diesel
generator.
h) Tanda Arah
Bila suatu eksit tidak dapat terlihat secara langsung dengan jelas oleh
pengunjung atau pengguna bangunan, maka harus dipasang tanda
penunjuk dengan tanda panah menunjukkan arah, dan dipasang di
koridor, jalan menuju ruang besar (hal), lobi dan semacamnya yang
memberikan indikasi penunjukkan arah ke eksit yang disyaratkan.
i) Sistem Peringatan Bahaya
Sistem peringatan bahaya dapat juga difungsikan sebagai sistem penguat
suara (public address), diperlukan guna memberikan panduan kepada
penghuni dan tamu sebagai tindakan evakuasi atau penyelamatan dalam
keadaan darurat. Ini dimaksudkan agar penghuni bangunan memperoleh
informasi panduan yang tepat dan jelas.

b. Sistem Komunikasi Dalam Rumah Sakit


Persyaratan komunikasi dalam rumah sakit dimaksudkan sebagai penyediaan
sistem komunikasi baik untuk keperluan internal bangunan maupun untuk
hubungan ke luar, pada saat terjadi kebakaran dan/atau kondisi darurat lainnya.
Termasuk antara lain: sistem telepon, sistem tata suara, sistem voice evacuation,
dan sistem panggil perawat.
Penggunaan instalasi tata suara pada waktu keadaan darurat dimungkinkan asal
memenuhi pedoman dan standar teknis yang berlaku.

1) Sistem Telepon dan Tata Suara


a) Umum
(1) Sistem instalasi komunikasi telepon dan sistem tata komukasi gedung,
penempatannya harus mudah diamati, dioperasikan, dipelihara, tidak
membahayakan, mengganggu dan merugikan lingkungan dan bagian
bangunan serta sistem instalasi lainnya, serta direncanakan dan
dilaksanakan berdasarkan standar, normalisasi teknik dan peraturan
yang berlaku.

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 15
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

(2) Peralatan dan instalasi sistem komunikasi harus tidak memberi


dampak, dan harus diamankan terhadap gangguan seperti interferensi
gelombang elektro magnetik, dan lain-lain.
(3) Secara berkala dilakukan pengukuran/pengujian terhadap EMC
(Electro Magnetic Campatibility). Apabila hasil pengukuran terhadap
EMC melampaui ambang batas yang ditentukan, maka langka
penanggulangan dan pengamanan harus dilakukan.
(4) Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum mempunyai SNI,
dapat digunakan standar baku dan pedoman teknis yang diberlakukan
oleh instansi yang berwenang
b) Persyaratan Teknis Instalasi Telepon
(1) Saluran masuk sistem telepon harus memenuhi persyaratan :
(a) Tempat pemberhentian ujung kabel harus terang, tidak ada
genangan air, aman dan mudah dikerjakan.
(b) Ukuran lubang orang (manhole) yang melayani saluran masuk ke
dalam gedung untuk instalasi telepon minimal berukuran 1,50 m x
0,80 m dan harus diamankan agar tidak menjadi jalan air masuk
ke rumah sakit pada saat hujan dll.
(c) Diupayakan dekat dengan kabel catu dari kantor telepon dan
dekat dengan jalan besar.
(2) Penempatan kabel telepon yang sejajar dengan kabel listrik, minimal
berjarak 0,10 m atau sesuai ketentuan yang berlaku.
(3) Ruang PABX/TRO sistem telepon harus memenuhi persyaratan:
(a) Ruang yang bersih, terang, kedap debu, sirkulasi udaranya cukup
dan tidak boleh kena sinar matahari langsung, serta memenuhi
persyaratan untuk tempat peralatan.
(b) Tidak boleh digunakan cat dinding yang mudah mengelupas.
(c) Tersedia ruangan untuk petugas sentral dan operator telepon.
(4) Ruang batere sistem telepon harus bersih, terang, mempunyai dinding
dan lantai tahan asam, sirkulasi udara cukup dan udara buangnya
harus dibuang ke udara terbuka dan tidak ke ruang publik, serta tidak
boleh kena sinar matahari langsung.
c) Persyaratan Teknis Instalasi Tata Suara
(1) Setiap bangunan rumah sakit dengan ketinggian 4 lantai atau 14 m
keatas, harus dipasang sistem tata suara yang dapat digunakan untuk
menyampaikan pengumuman dan instruksi apabila terjadi kebakaran
atau keadaan darurat lainnya.
(2) Sistem peralatan komunikasi darurat sebagaimana dimaksud pada
butir 1) di atas harus menggunakan sistem khusus, sehingga apabila
sistem tata suara umum rusak, maka sistem telepon darurat tetap
dapat bekerja.
(3) Kabel instalasi komunikasi darurat harus terpisah dari instalasi lainnya,
dan dilindungin terhadap bahaya kebakaran, atau terdiri dari kabel
tahan api.

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 16
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

(4) Harus dilengkapi dengan sumber/pasokan daya listrik untuk kondisi


normal maupun pada kondisi daya listrik utama mengalami gangguan,
dengan kapasitas dan dapat melayani dalam waktu yang cukup sesuai
ketentuan yang berlaku.
(5) Persyaratan sistem komunikasi dalam gedung harus memenuhi:
(a) UU No. 32 tahun 1999, tentang Telekomunikasi.
(b) PP No. 52/2000, tentang Telekomunikasi Indonesia.

2) Sistem Panggil Perawat (Nurse Call)


a) Umum
(1) Peralatan sistem panggil perawat dimaksudkan untuk memberikan
pelayanan kepada pasien yang memerlukan bantuan perawat, baik
dalam kondisi rutin atau darurat.
(2) Sistem panggil perawat bertujuan menjadi alat komunikasi antara
perawat dan pasien dalam bentuk visual dan audible (suara), dan
memberikan sinyal pada kejadian darurat pasien.
b) Persyaratan Teknis
(1) Peralatan Sistem Panggil Perawat (SPP)
(a) Panel Kontrol SPP
Panel kontrol SPP harus :
1. jenis audio dan visual.
2. penempatannya diatas meja.
3. perlengkapan yang ada pada panel kontrol SPP sebagai
berikut:
a. mempunyai mikrofon. speaker dan handset. Handset
dilengkapi kabel dengan panjang 910 mm (3 ft). Handset
harus mampu menghubungkan dua arah komunikasi
antara perawat dan pos pemanggil yang dipilih.
Mengangkat handset akan mematikan mikrofon/speaker.
b. Tombol penunjuk atau layar sentuh dengan bacaan
digital secara visual memberitahu lokasi panggilan dan
menempatkannya dalam sistem, meliputi:
1) Nomor ruang.
2) Kamar.
3) Tempat tidur.
4) Prioritas panggilan.
c. Panggilan dari pos darurat yang ditempatkan di dalam
toilet atau kamar mandi.
d. Mampu menampilkan sedikitnya 4 (empat) panggilan
yang datang.
e. Modul mengikuti perawat.
Apabila module mengikuti perawat ditempatkan di
bedside ruang rawat inap pasien diaktifkan, semua
panggilan yang ditempatkan dalam sistem secara visual
atau audible diteruskan ke bedside yang dikunjungi.

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 17
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

f. Berfungsi menjawab secara otomatis atau selektif.


g. Fungsi prioritas panggilan yang datang.
Sinyal visual atau audible akan menandai adanya suatu
panggilan rutin atau darurat dan akan menerus sampai
panggilan itu dibatalkan. Panggilan darurat harus
dibatalkan hanya di pos darurat setempat.
h. Fungsi pengingat (memory).
Dapat menyimpan sementara suatu panggilan yang
ditempatkan dan menghasilkan sinyal visual berupa nyala
lampu dome di koridor yang dihubungkan dengan
bedside dengan cara mengaktifkan fungsi/sirkit
pengingat. Sinyal visual ini akan mati dan panggilan yang
tersimpan terhapus dari memory ketika panggilan itu
dibatalkan di pos setempat.
i. Kemampuan menghasilkan sinyal audible dan visual
untuk menandai adanya panggilan yang datang dari pos
yang terhubung :
1) dapat menghentikan atau melemahkan sinyal audible
melalui rangkaian rangkaian mematikan/melemahkan
saat panel kontrol sedang digunakan untuk
menjawab atau menempatkan suatu panggilan.
Sinyal audible untuk panggilan yang datang dan
tidak terjawab harus secara otomatis disambungkan
kembali ketika panel kontrol SPP dikembalikan ke
modus siaga.
2) Sinyal visual untuk panggilan yang datang harus
tetap ditampilkan pada setiap saat sampai panggilan
terjawab atau dibatalkan pada pos pemanggilan.
3) Sinyal audible dan sinyal visual untuk panggilan rutin
dan darurat harus jelas berbeda.
4) Tampilan visual untuk menunjukkan lokasi pos
panggilan harus muncul pada panel kontrol SPP.
j. Tombol sentuh, atau serupa membolehkan perawat
memilih pos panggilan dan melakukan komunikasi suara
dua arah.
Tombol sentuh juga harus memberikan program status
prioritas dan kemampuan fungsi lain yang ada, yaitu :
1) Kemampuan memonitor bedside.
2) Kemampuan berhubungan minimum 10 pos beside
secara serempak.
3) Mampu menerima panggilan dari 10 pos panggilan
terkait secara serempak.
4) Kemampuan untuk menjawab dengan cara :
k. Dengan mengangkat handset atau mengaktifkan satu
fungsi panggilan untuk menjawab, berikutnya akan

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 18
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

secara otomatis mengizinkan perawat untuk


berkomunikasi dengan pos berikutnya di dalam urutan
prioritas panggilan, atau
l. Dengan memilih jawaban dari setiap pos panggilan yang
ditempatkan di dalam urutan.
m. Sedikitnya ditambahkan 10% untuk mengakomodasi
tambahan pasien, dan pos darurat didalam setiap panel
kontrol SPP.
n. Panel Kontrol SPP yang menggunakan daya listrik arus
bolak balik haruslah disambungkan ke panel daya listrik
darurat arus bolak balik. Suatu UPS harus disediakan di
lokasi panel kontrol SPP untuk menyediakan daya
darurat.
(b) Peralatan Komunikasi pada Kabinet Bedside (Beside
Communication Equipment)
1. Setiap bedside harus menyediakan :
a. microphone/speaker.
b. lampu pos pemanggil.
c. tombol reser
d. kotak kontrol untuk cordset.
2. Setiap microphone/speaker harus mati jika handset
disambungkan ke bedside.
3. Panggilan dari bedside harus menghasilkan sinyal panggilan
visual rutin pada lampu dome di koridor.
(c) Pos darurat
1. Pos darurat dengan kabel tarik harus disediakan dalam setiap
kloset dan setiap pancuran (shower) kamar mandi. Pos
darurat ini harus dipasang kurang lebih 50 cm (18 inci) dari
kepala pancurannya (shower head) dan/atau 180 cm (72 inci)
di atas lantai jadi. Setiap pos darurat yang di area pancuran
atau toilet harus kedap air.
2. Pos darurat harus disediakan dengan :
a. kabel tarikan yang diuji tarik dengan gaya sebesar 5 kg
(10 lbs) dan pendant dihubungkan ke gerakan sakelar
ON/OFF pada pos darurat. Kabel tarikan yang gantung
yang terbawah harus dipasang 15 cm (6 inci) dari lantai
jadi.
b. Gaya tarikan untuk mengaktifkan sakelar minimum 0,4
kg.
c. Pada pos darurat dilengkapi fungsi "reset/cancel".
d. Lampu darurat merah dengan nyala mati-hidup secara
bergantian dengan interval waktu 1 detik ditempatkan
pada bagian luar dari kamar mandi atau toilet, dipasang
pada ketinggian 2 meter dari lantai jadi.

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 19
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

e. Pada pos darurat, ditempel atau ditempatkan secara


permanen dengan plat kalimat "Panggilan Darurat
Perawat". Tinggi huruf minimal 4 mm (1/8 inci).
(d) Armatur Lampu Dome di Koridor
1. Tutup lampu harus tembus cahaya, tidak berubah warna atau
berubah bentuk karena panas, atau rusak karena
penggunaan zat pembersih.
2. Lampu dome harus berisi lampu yang cukup membedakan :
a. panggilan rutin dari bedside.
b. panggilan darurat dari pos perawat kamar mandi atau
toilet.
c. Sinyal visual untuk panggilan rutin dan panggilan darurat
harus dibedakan.
(e) Armatur Lampu Dome dengan Isi Dua Lampu di Koridor
Dua lampu dalam satu armatur lampu dome berisi minimum dua
lampu untuk mengidentifikasikan panggilan setempat dalam
sistem. Sinyal visual untuk panggilan rutin dan panggilan darurat
harus jelas perbedaannya.
(f) Cordset
1. Umum.
Setiap cordset, harus :
a. panjangnya 1,8 meter atau 2,4 meter, jenis kabel
fleksibel.
b. tidak korosif.
c. apabila cordset dilepas, panggilan darurat harus secara
otomatis memberitahukan panel kontrol SPP. Sinyal
audible dan visual harus tetap diaktifkan sampai cordset
disisipkan kembali, atau alat lain disisipkan yang secara
teknis dapat mematikan fitur panggilan otomatis.
d. gaya tarikan untuk mengaktifkan cordset sebesar 0,5 kg
(1 lb).
e. tidak berubah warna.
2. Cordset dengan aksi tombol tekan.
Setiap cordset harus disediakan :
a. sambungan ke kotak kontak bedside cordset.
b. berisi tombol tekan untuk panggilan pada ujung
cordsetnya.
(g) Sistem distribusi
Setiap kabel yang digunakan dalam SPP harus asli dan
bersertifikat, diberi label pada setiap rel dan disetujui oleh instansi
terkait.
(h) Perlengkapan Instalasi
1. Kabel

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 20
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

Kabel harus termasuk semua penyambung, tali pengikat,


penggantung, klem dan sebaginya yang dibutuhkan untuk
melengkapi kerapihan instalasi.
2. Konduit
Perlengkapan harus termasuk konduit, duct (saluran) kabel,
rak kabel, kotak penyambung, roset, plat penutup dan
perangkat keras lain yang diperlukan untuk melengkapi
kerapihan dan keamanan, dan memenuhi SNI 04-0225-2000,
tentang Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL 2000).
3. Label.
Setiap komponen dari sub sistem harus diberi label.
(2) Pemasangan Peralatan dan Instalasi Sistem Panggil Perawat
(a) Pengiriman
Pengiriman bahan-bahan ke lokasi harus dalam kontainer asli
tertutup, jelas terlabel nama pengirim, model peralatan dan
nomor erie identifikasi, dan logo standar. Pengawas akan meneliti
peralatan SPP pada saat itu dan akan menolak terhadap item
yang tidak memenuhi syarat.
(b) Penyimpanan
Peralatan SPP harus disimpan dengan benar sebelum dipasang,
terlindung terhadap kerusakan.
(c) Pemasangan
1. Umum
a. SPP dan sistem alarm kebakaran tidak boleh diletakkan
dalam satu konduit, satu rak kabel atau jalur yang sama.
b. Kontraktor harus menyediakan filter, trap dan pad yang
sesuai untuk meminimalkan interferensi dan untuk
balansing amplifier dan sitem distribusi. Item yang
digunakan untuk balansing dan meminimalkan
interferensi harus mampu menyalurkan bunyi, sinyal data
dan kontrol dalam kecepatan dan frekuensi yang dipilih,
dalam arah yang ditentukan, dengan kerugian gesek
yang kecil, isolasi tinggi dan dengan perlambatan
minimum dari sistem poling atau subcarrier frequency.
c. Pasokan daya listrik darurat (contoh : batere, UPS) harus
dipasang dalam kabinet/lemari terpisah. Kabinet/lemari
ini harus disediakan dekat dengan panel kontrol SPP.
d. Apabila bedside unit buatan pabrik yang digunakan,
kontraktor harus meminta izin pada pengawas untuk
melakukan pemasangan instalasi SPP.
e. Semua peralatan harus dihubungkan sesuai spesifikasi
untuk memastikan terminasi, isolasi, dan impedansinya
sesuai dan terpasang dengan benar.
f. Pemasangan semua peralatan untuk setiap lokasi
diidentifikasi sesuai dengan gambar.

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 21
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

g. Semua saluran utama, distribusi dan interkoneksi harus


diterminasi pada kondisi dapat memfasilitasi fitur
perluasan sistem.
h. Semua jalur vertikal dan horizontal harus diterminasi
sehingga memudahkan perluasan sistem.
i. Terminasi resistor harus digunakan untuk terminasi
semua cabang yang tidak digunakan.
2. Saluran (Duct) Konduit dan Sinyal
a. Konduit
1) Instalasi harus dipasang dengan cara yang benar.
Ukuran diameter minimum konduit 25 mm (1 inci)
untuk distribusi primer sinyal dan 19 mm (3/4 inci)
untuk sambungan jauh (contoh lampu dome, tombol
darurat, dan sebaginya).
2) Semua kabel harus dipasang dalam konduit terpisah.
Campuran kabel SPP dan kabel alarm kebakaran
tidak dibolehkan.
3) Isi konduit harus tidak melebihi 40%.
4) Jalur kabel harus bebas tersambung antara
sambungan konduit dan kotak interface dan lokasi
peralatan.
b. Saluran (Duct) Sinyal, Saluran (Duct) Kabel dan Rak
Kabel
1) Harus dapat menggunakan saluran (duct) sinyal,
saluran (duct) kabel dan/atau rak kabel.
2) Saluran (duct) sinyal dan/atau saluran (duct) kabel
harus berukuran minimal 10 cm x 10 cm (4 inci x 4
inci) yang dapat dilepas tutup atas atau sampingnya.
Pada sudut-sudut yang tajam harus diberi proteksi.
3) Rak kabel sepenuhnya harus tertutup, apabila rak
kabel juga digunakan untuk sirkit elektronik lainnya,
harus biberi partisi.
4) Tidak diperbolehkan menarik kabel melalui kotak.
fiting atau selubung jika terjadi perubahan ukuran
konduit. Radius bengkokan harus tepat.
5) Selubung kabel yang tergores tidak dapat diterima.
Ujung tutup kabel yang keluar melalu lubang rangka
dari lemari/kabinet, atau rak, selubung, kotak tarikan
atau kotak persimpangan harus menggunakan
plastik atau bahan nylon grommeting.
6) Semua persimpangan kabel harus mudah dijangkau.
Digunakan tutup kotak persimpangan dengan ukuran
minimum 15 cm x 15 cm x 10 cm (6 inci x 6 inci x 4
inci) diletakkan pada saluran (duct) sinyal.
3. Kabel Distribusi Sinyal dari Sistem

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 22
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

a. Kabel harus dipasang dengan cara yang praktis seperti


pemasangan kabel untuk proteksi kebakaran atau sistem
darurat yang teridentifikasi. Kabel harus mampu
menahan kondisi lingkungan yang merugikan tanpa
perubahan bentuk. Apabila pintu konsol, kabinet/lemari
atau rak, dibuka atau ditutup, tidak mengganggu
pemasangan kabel.
b. Jalannya kabel antara peralatan SPP ke lemari/kabinet,
rak, saluran (duct) kabel, saluran (duct) sinyal atau rak
kabel harus dipasang dengan konduit yang terpasang
pada struktur bangunan.
c. Semua kabel harus terinsulasi untuk mencegah induksi
sinyal atau arus yang dibawa oleh konduktor dan 100%
terlindung. Pemasangan kabel harus lurus, dibentuk dan
dipasang dengan ikatan yang kuat, disesuaikan dalam
hubungan horizontal atau vertikal ke peralatan, kontrol,
komponen atau terminator.
d. Penggunaan kabel yang dipilin tidak dibolehkan. Setiap
penyambungan kabel harus menggunakan terminator.
e. Kabel harus dikelompokkan sesuai pelayanannya. Kabel
kontrool dan kabel sinyal boleh dijadikan satu kelompok.
Kabel harus dibentuk rapih dan posisinya harus tidak
berubah dalam kelompok. Kabel yang menggantung tidak
diperkenankan. Kabel yang ditempatkan di saluran (duct)
sinyal, konduit, saluran (duct) kabel atau rak harus
dibentuk rapih, diikat pada jarak antara 60 cm sampai 90
cm (24 inci sampai 36 inci), dan harus tidak berubah
posisinya dalam kelompok.
f. Kabel distribusi harus dipasang dan dikencangkan tanpa
menyebabkn bengkokan yang tajam dari kabel terhadap
ujung yang tajam. Kabel harus dikencangkan dengan
perangkat keras yang tidak akan mengganggu.
g. Kabel harus diberi label dengan tanda permanen pada
terminal dari elektronik dan peralatan pasif dan pada
setiap persimpangan dengan huruf pada diagram
rekaman.
h. Pengujian lengkap kabel setelah semua instalasi dan
penggantian kabel yang rusak.
i. Polaritas input dan output sistem seperti direkomendasi
pabrik.
4. Kotak Outlet, Kotak Belakang dan Plat Muka
a. Kotak Outlet
Kotak sinyal, kotak daya, kotak interface, kotak
sambungan, kotak distribusi, kotak persimpangan harus
disediakan seperti dipersyaratkan oleh rancangan sistem.

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 23
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

b. Kotak Belakang
Kotak belakan harus disediakan langsung dari
manufaktur seperti dipersyaratkan oleh rancangan sistem
yang disetujui.
c. Plat Muka (atau Plat Penutup)
Plat muka harus dari jenis standar. Konektor dan jack
yang muncul pada plat muka harus jelas dan ditandai
permanen.
5. Konektor
Setiap konektor haru dirancang untuk ukuran kabel khusus
yang digunakan dan dipasang dengan perkakas yang
disetujui manufaktur.
6. Daya Listrik Arus Bolak Balik
Kabel daya listrik arus bolak balik harus berjalan terpisah
dengan kabel sinyal.
7. Pembumian
a. Umum
Semua peralatan yang dipasang harus dibumikan untuk
mengurangi bahaya kejutan. Total tahanan pembumian
maksimal harus 0,1 Ohm.
1) Jika tidak ada netral arus bolak balik, salah satu
panel daya atau kotak kontak outlet, digunakan
untuk kontrol sistem, atau acuan pembumian.
2) Menggunakan konduit, saluran (duct) sinyal atau rak
kabel sebagai sistem pembumian listrik tidak
dibolehkan. Item ini dapat dipakai hanya untuk
pelepasan internal statik yang dibangkitkan.
b. Kabinet/Lemari
Pembumian yang umum menggunakan kabel tembaga
solid berukuran #10 AWG harus digunakan pada seluruh
kabinet/lemari peralatan dan dihubungkan ke sitem
pembumian. Perlu disediakan sambungan pembumian
yang terpisah dan terisolasi dari setiap pembumian
kabinet/lemari peralatan ke sistem pembumian. Jangan
mengikat kabel pembumian peralatan bersama-sama.

c. Sistem Penangkal Petir


Suatu instalasi proteksi petir dapat melindungi semua bagian dari bangunan rumah
sakit, termasuk manusia yang ada di dalamnya, dan instalasi serta peralatan
lainnya terhadap bahaya sambaran petir.

d. Sistem Kelistrikan
1) Sistem tegangan rendah (TR) dalam gedung adalah 3 fase 220/380 Volt,
dengan frekuensi 50 Hertz. Sistem tegangan menengah (TM) dalam gedung

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 24
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

adalah 20 KV atau kurang, dengan frekuensi 50 Hertz, mengikuti ketentuan


yang berlaku.
Untuk Rumah Sakit yang memiliki kapasitas daya listrik tersambung dari PLN
minimal 200 KVA disarankan agar sudah memiliki sistem jaringan listrik
Tegangan Menengah 20 KV (jaringan listrik TM 20 KV), sesuai pedoman bahwa
Rumah Sakit Kelas C mempunyai Kapasitas daya listrik ± 300 KVA s/d 600 KVA,
dengan perhitungan 3 KVA per Tempat Tidur (TT).
2) Instalasi listrik tegangan menengah tersebut antara lain :
a) Penyediaan bangunan gardu listrik rumah sakit (ukuran sesuai standar
gardu PLN).
b) Peralatan Transformator (kapasitas sesuai daya terpasang).
c) Peralatan panel TM 20 KV dan aksesorisnya.
d) Peralatan pembantu dan sistem pengamanan (grounding).
3) Harus tersedia peralatan UPS (Uninterruptable Power Supply) untuk melayani
Kamar Operasi (Central Operation Theater), Ruang Perawatan Intensif
(Intensive Care Unit), Ruang Perawatan Intensif Khusus Jantung (Intensive
Cardiac Care Unit). Persyaratan :
a) Harus tersedia Ruang UPS minimal 2 X 3 m2 (sesuai kebutuhan) terletak di
Gedung COT, ICU, ICCU dan diberi pendingin ruangan.
b) Kapasitas UPS setidaknya 30 KVA.
4) Sistem Penerangan Darurat (emergency lighting) harus tersedia pada ruang-
ruang tertentu.
5) Harus tersedia sumber listrik cadangan berupa diesel generator (Genset).
Genset harus disediakan 2 (dua) unit dengan kapasitas minimal 40% dari
jumlah daya terpasang pada masing-masing unit. Genset dilengkapi sistem
AMF dan ATS.
6) Sistem kelistrikan RS Kelas C harus dilengkapi dengan transformator isolator
dan kelengkapan monitoring sistem IT kelompok 2E minimal berkapasitas 5
KVA untuk titik-titik stop kontak yang mensuplai peralatan-peralatan medis
penting (life support medical equipment).
7) Sistem Pembumian (grounding system) harus terpisah antara grounding panel
gedung dan panel alat. Nilai grounding peralatan tidak boleh kurang dari 0,2
Ohm.

e. Sistem Penghawaan (Ventilasi) dan Pengkondisian Udara (HVAC)


1) Sistem Penghawaan (Ventilasi)
a) Umum
1) Setiap bangunan rumah sakit harus mempunyai ventilasi alami
dan/atau ventilasi mekanik/buatan sesuai dengan fungsinya.
2) Bangunan rumah sakit harus mempunyai bukaan permanen, kisi-kisi
pada pintu dan jendela dan/atau bukaan permanen yang dapat dibuka
untuk kepentingan ventilasi alami.
b) Persyaratan Teknis

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 25
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

(1) Jika ventilasi alami tidak mungkin dilaksanakan, maka diperlukan


ventilasi mekanis seperti pada bangunan fasilitas tertentu yang
memerlukan perlindungan dari udara luar dan pencemaran.
(2) Persyaratan teknis sistem ventilasi, kebutuhan ventilasi, mengikuti
Persyaratan Teknis berikut:
(a) SNI 03 – 6572 - 2000 atau edisi terbaru; Tata cara perancangan
sistem ventilasi dan pengkondisian udara pada bangunan gedung.
(b) SNI 03 – 6390 - 2000 atau edisi terbaru; Konservasi energi sistem
tata udara pada bangunan gedung.
2) Sistem Pengkondisian Udara
a) Umum.
(1) Untuk kenyamanan termal dalam ruang di dalam bangunan rumah
sakit harus mempertimbangkan temperatur dan kelembaban udara.

Tabel B.2.1
Standar Suhu, Kelembaban, dan Tekanan Udara Menurut Fungsi Ruang atau Unit
Suhu Kelembaban
No. Ruang / Unit Tekanan
(0C) (%)
1 Operasi 19 – 24 45 – 60 Positif
2 Bersalin 24 – 26 45 – 60 Positif
3 Pemulihan/Perawatan 22 – 24 45 – 60 Seimbang
4 Observasi Bayi 21 – 24 45 – 60 Seimbang
5 Perawatan Bayi 22 – 26 35 - 60 Seimbang
6 Perawatan Premature 24 – 26 35 - 60 Positif
7 ICU 22 – 23 35 - 60 Positif
8 Jenazah/Otopsi 21 – 24 - Negative
9 Penginderaan Medis 19 – 24 45 – 60 Seimbang
10 Laboratorium 22 – 26 35 - 60 Positif
11 Radiologi 22 – 26 45 – 60 Seimbang
12 Sterilisasi 22 – 30 35 - 60 Positif
13 Dapur 22 – 30 35 - 60 Seimbang
14 Gawat Darurat 19 – 24 45 – 60 Positif
15 Administrasi, Pertemuan 21 – 24 - Seimbang
16 Ruang Luka Bakar 24 – 26 35 - 60 Positif
Sumber : Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C. Tahun 2007

(2) Untuk mendapatkan tingkat temperatur dan kelembaban udara di


dalam ruangan dapat dilakukan dengan alat pengkondisian udara yang
mempertimbangkan :
(a) fungsi bangunan rumah sakit/ruang, jumlah pengguna, letak
geografis, orientasi bangunan, volume ruang, jenis peralatan, dan
penggunaan bahan bangunan;
(b) kemudahan pemeliharaan dan perawatan; dan
(c) prinsip-prinsip penghematan energi dan ramah lingkungan
b) Persyaratan Teknis.

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 26
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

Untuk kenyamanan termal pada bangunan gedung harus memenuhi SNI


03-6572-2001 atau edisi terbaru; Tata cara perancangan sistem ventilasi
dan pengkondisian udara pada bangunan gedung.

f. Sistem Pencahayaan
1) Umum
Setiap rumah sakit untuk memenuhi persyaratan sistem pencahayaan harus
mempunyai pencahayaan alami dan/atau pencahayaan buatan/ mekanik,
termasuk pencahayaan darurat sesuai dengan fungsinya.
2) Persyaratan Teknis
a) Rumah sakit tempat tinggal, pelayanan kesehatan, pendidikan, dan
bangunan pelayanan umum harus mempunyai bukaan untuk pencahayaan
alami.
b) Pencahayaan alami harus optimal, disesuaikan dengan fungsi rumah sakit
dan fungsi masing-masing ruang di dalam rumah sakit.
c) Pencahayaan buatan harus direncanakan berdasarkan tingkat iluminasi
yang dipersyaratkan sesuai fungsi ruang dalam rumah sakit dengan
mempertimbangkan efisiensi, penghematan energi yang digunakan, dan
penempatannya tidak menimbulkan efek silau atau pantulan.
d) Pencahayaan di RS harus memenuhi standar kesehatan dalam
melaksanakan pekerjaannya sesuai standar intensitas cahaya sebagai
berikut :

Tabel B.2.2
Indeks Pencahayaan Menurut Jenis Ruang atau Unit
Intensitas
No. Ruang / Unit Cahaya Keterangan
(Lux)
Ruang Pasien
1 - saat tidak tidur 100 – 200 Warna cahaya sedang
- saat tidur maks. 50
2 R. Operasi Umum 300 – 500
Warna cahaya sejuk atau sedang
3 Meja Operasi 10.000 – 20.000
tanpa bayangan
4 Anastesi, Pemulihan 300 – 500
5 Endoscopy, Lab 75 – 100
6 Sinar X minimal 60
7 Koridor Minimal 100
8 Tangga Minimal 100 Malam hari
9 Administrasi/Kantor Minimal 100
10 Ruang alat/Gudang Minimal 200
11 Farmasi Minimal 200
12 Dapur Minimal 200
13 Ruang Cuci Minimal 100
14 Toilet Minimal 100
15 R. Isolasi Khusus Penyakit Tetanus 0,1 – 0,5 Warna cahaya biru
16 Ruang Luka Bakar 100 – 200
Sumber : Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C. Tahun 2007

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 27
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

g. Sistem Fasilitas Sanitasi


1) Persyaratan Sanitasi
Persyaratan Sanitasi Rumah Sakit dapat dilihat pada Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004, tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit.
2) Persyaratan Air Bersih
a) Harus tersedia air bersih yang cukup dan memenuhi syarat kesehatan,
atau dapat mengadakan pengolahan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
b) Tersedia air bersih minimal 500 lt/tempat tidur/hari.
c) Air minum dan air bersih tersedia pada setiap tempat kegiatan yang
membutuhkan secara berkesinambungan.
d) Tersedia penampungan air (reservoir) bawah atau atas.
e) Distribusi air minum dan air bersih di setipa ruangan/kamar harus
menggunakan jaringan perpipaan yang mengalir dengan tekanan positif.
f) Penyediaan Fasilitas air panas dan uap terdiri atas Unit Boiler, sistem
perpipaan dan kelengkapannya untuk distribusi ke daerah pelayanan.
g) Dalam rangka pengawasan kualitas air maka RS harus melakukan inspeksi
terhadap sarana air minum dan air bersih minimal 1 (satu) tahun sekali.
h) Pemeriksaan kimia air minum dan atau air bersih dilakukan minimal 2
(dua) kali setahun (sekali pada musim kemarau dan sekali pada musim
hujan), titik sampel yaitu pada penampungan air (reservoir) dan keran
terjauh dari reservoir.
i) Kualitas air yang digunakan di ruang khusus, seperti ruang operasi.
j) RS yang telah menggunakan air yang sudam diolah seperti dari PDAM,
sumur bor dan sumber lain untuk keperluan operasi dapat melakukan
pengolahan tambahan dengan cartridge filter dan dilengkapi dengan
desinfeksi menggunakan ultra violet.
k) Ruang Farmasi dan Hemodialisis : yaitu terdiri dari air yang dimurnikan
untuk penyiapan obat, penyiapan injeksi dan pengenceran dalam
hemodialisis.
l) Tersedia air bersih untuk keperluan pemadaman kebakaran dengan
mengikuti ketentuan yang berlaku.
m) Sistem Plambing air bersih/minum dan air buangan/kotor mengikuti
persyaratan teknis sesuai SNI 03-6481-2000 atau edisi terbaru, Sistem
Plambing 2000.
3) Sistem Pengolahan dan Pembuangan Limbah
Persyaratan Pengolahan dan Pembuangan Limbah Rumah Sakit dalam bentuk
padat, cair dan gas, baik limbah medis maupun non-medis dapat dilihat pada
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004, tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
4) Persyaratan Penyaluran Air Hujan
a) Umum

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 28
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

Sistem penyaluran air hujan harus direncanakan dan dipasang dengan


mempertimbangkan ketinggian permukaan air tanah, permeabilitas tanah,
dan ketersediaan jaringan drainase lingkungan/kota.
b) Persyaratan Teknis
(1) Setiap bangunan gedung dan pekarangannya harus dilengkapi dengan
sistem penyaluran air hujan.
(2) Kecuali untuk daerah tertentu, air hujan harus diresapkan ke dalam
tanah pekarangan dan/atau dialirkan ke sumur resapan sebelum
dialirkan ke jaringan drainase lingkungan/kota sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
(3) Pemanfaatan air hujan diperbolehkan dengan mengikuti ketentuan
yang berlaku.
(4) Bila belum tersedia jaringan drainase kota ataupun sebab lain yang
dapat diterima, maka penyaluran air hujan harus dilakukan dengan
cara lain yang dibenarkan oleh instansi yang berwenang.
(5) Sistem penyaluran air hujan harus dipelihara untuk mencegah
terjadinya endapan dan penyumbatan pada saluran.
(6) Pengolahan dan penyaluran air hujan mengikuti persyaratan teknis
berikut:
(a) SNI 03-2453-2002 atau edisi terbaru; Tata cara perencanaan
sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan.
(b) SNI 03-2459-2002 atau edisi terbaru; Spesifikasi sumur resapan
air hujan untuk lahan pekarangan.
(c) Tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan sistem
penyaluran air hujan pada bangunan gedung.

h. Sistem Instalasi Gas Medik


1) Umum
Sistem gas medik dan vakum medik harus direncanakan dan dipasang dengan
mempertimbangkan jenis dan tingkat bahayanya.
2) Persyaratan Teknis
a) Persyaratan ini berlaku wajib untuk fasilitas pelayanan kesehatan di rumah
sakit, rumah perawatan, fasilitas hiperbarik, klinik bersalin. dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya.
b) Bila terdapat istilah gas medik atau vakum, ketentuan tersebut berlaku
wajib bagi semua sistem perpipaan untuk oksigen, nitrous oksida, udara
tekan medik, karbon dioksida, helium, nitrogen, vakum medik untuk
pembedahan, pembuangan sisa gas anestesi, dan campuran dari gas-gas
tersebut. Bila terdapat nama layanan gas khusus atau vakum, maka
ketentuan tersebut hanya berlaku bagi gas tersebut.
c) Sistem yang sudah ada yang tidak sepenuhnya memenuhi ketentuan ini
boleh tetap digunakan sepanjang pihak yang berwenang telah memastikan
bahwa penggunaannya tidak membahayakan jiwa.
d) Potensi bahaya kebakaran dan ledakan yang berkaitan dengan sistem
perpipaan sentral gas medik dan sistem vakum medik harus

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 29
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

dipertimbangkan dalam perancangan, pemasangan, pengujian,


pengoperasian dan pemeliharaan sistem ini.
e) Identifikasi dan pelabelan sistem pasokan terpusat harus jelas.
f) Silinder/tabung dan kontainer yang boleh digunakan harus yang telah
dibuat, diuji, dan dipelihara sesuai spesifikasi dan ketentuan dari pihak
berwenang.
g) Isi silinder/tabung harus diidentifikasi dengan suatu label atau cetakan
yang ditempelkan yang menyebutkan isi atau pemberian warna pada
silinder/tabung sesuai ketentuan yang berlaku.
h) Sebelum digunakan harus dipastikan isi silinder/tabung atau kontainer
dengan memperhatikan warna tabung, keterangan isi tabung yang
diemboss pada badan tabung, label (bila ada).
i) Label tidak boleh dirusak, diubah atau dilepas, dan fiting penyambung
tidak boleh dimodifikasi.
j) Pengoperasian sistem pasokan sentral.
(1) Tidak dibenarkan menggunakan adaptor atau fiting konversi untuk
menyesuaikan fiting khusus suatu gas ke fiting gas lainnya.
(2) Tidak dibenarkan merubah fiting/soket/adaptor yang telah sesuai
dengan spesifikasi gas medik.
(3) Tidak dibenarkan penggunaan silinder tanpa warna dan penandaan
yang disyaratkan.
(4) Hanya silinder gas medik dan perlengkapannya yang boleh disimpan
dalam ruangan tempat sistem pasokan sentral atau silinder gas medik.
(5) Tidak dibenarkan menyimpan bahan mudah menyala, silinder berisi
gas mudah menyala atau yang berisi cairan mudah menyala, di dalam
ruang penyimpanan gas medik.
(6) Bila silinder terbungkus pada saat diterima, pembungkus tersebut
harus dibuang sebelum disimpan.
(7) Tutup pelindung katup harus dipasang erat pada tempatnya bila
silinder sedang tidak digunakan.
k) Perancangan dan pelaksanaan.
Lokasi untuk sistem pasokan sentral dan penyimpanan gas-gas medik
harus memenuhi persyaratan berikut :
(1) Dibangun dengan akses ke luar dan masuk lokasi untuk memindahkan
silinder, peralatan, dan sebagainya.
(2) Dijaga keamanannya dengan pintu atau gerbang yang dapat dikunci,
atau diamankan dengan cara lain.
(3) Jika di luar ruangan/bangunan, harus dilindungi dengan dinding atau
pagar dari bahan yang tidak dapat terbakar.
(4) Jika di dalam ruangan/bangunan, harus dibangun dengan
menggunakan bahan interior yang tidak dapat terbakar/ sulit terbakar,
sehingga semua dinding, lantai, langit-langit dan pintu sekurang-
kurangnya mempunyai tingkat ketahanan api 1 jam.
(5) Dilengkapi lampu atau indikator pada bagian luar ruang penyimpanan
yang menunjukkan kondisi kapasitas gas medis yang masih tersedia.

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 30
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

(6) Dilengkapi dengan rak, rantai, atau pengikat lainnya untuk


mengamankan masing-masing silinder, baik yang terhubung maupun
tidak terhubung, penuh atau kosong, agar tidak roboh.
(7) Dipasok dengan daya listrik yang memenuhi persyaratan sistem
kelistrikan esensial.
(8) Apabila disediakan rak, lemari, dan penyangga, harus dibuat dari
bahan tidak dapat terbakar atau bahan sulit terbakar.
l) Standar dan pedoman teknis.
(1) Untuk sistem gas medik pada bangunan gedung, harus dipenuhi SNI
03-7011-2004, tentang Keselamatan pada bangunan fasilitas
pelayanan kesehatan, atau edisi terakhir.
(2) Dalam hal persyaratan diatas belum ada SNI-nya, dipakai Standar
baku dan ketentuan teknis yang berlaku.

i. Sistem Pengendalian Terhadap Kebisingan dan Getaran


1) Kenyamanan terhadap Kebisingan
a) Kenyamanan terhadap kebisingan adalah keadaan dengan tingkat
kebisingan yang tidak menimbulkan gangguan pendengaran, kesehatan,
dan kenyamanan bagi seseorang dalam melakukan kegiatan.
b) Gangguan kebisingan pada bangunan gedung dapat berisiko cacat
pendengaran. Untuk memproteksi gangguan tersebut perlu dirancang
lingkungan akustik di tempat kegiatan dalam bangunan yang sudah ada
dan bangunan baru.
c) Untuk mendapatkan tingkat kenyamanan terhadap kebisingan pada
bangunan rumah sakit harus mempertimbangkan jenis kegiatan,
penggunaan peralatan, dan/atau sumber bising lainnya baik yang berada
pada bangunan gedung maupun di luar bangunan rumah sakit.
d) Setiap bangunan rumah sakit dan/atau kegiatan yang karena fungsinya
menimbulkan dampak kebisingan terhadap lingkungannya dan/atau
terhadap bangunan rumah sakit yang telah ada, harus meminimalkan
kebisingan yang ditimbulkan sampai dengan tingkat yang diizinkan.
e) Untuk kenyamanan terhadap kebisingan pada bangunan rumah sakit harus
dipenuhi standar tata cara perencanaan kenyamanan terhadap kebisingan
pada bangunan gedung.
f) Persyaratan kebisingan untuk masing-masing ruangan/unit dalam RS
adalah sebagai berikut :

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 31
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

Tabel B.2.3
Tabel Indeks Kebisingan Menurut Jenis Ruang atau Unit
Maksimum Kebisingan
No. Ruang / Unit (Waktu Pemaparan 8 jam
dan Satuan dBA)
Ruang pasien
1 - saat tidak tidur 45
- saat tidur 40
2 R. Operasi Umum 45
3 Anastesi, Pemulihan 45
4 Endoscopy, Lab 65
5 Sinar X 40
6 Koridor 40
7 Tangga 45
8 Kantor/Lobi 45
9 Ruang Alat/ Gudang 45
10 Farmasi 45
11 Dapur 78
12 Ruang Cuci 78
13 Ruang Isolasi 40
14 Ruang Poli Gigi 80
Sumber : Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C. Tahun 2007
Sumber : Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan RS.

2) Kenyamanan terhadap Getaran


Kenyamanan terhadap getaran adalah suatu keadaan dengan tingkat getaran
yang tidak menimbulkan gangguan bagi kesehatan dan kenyamanan seseorang
dalam melakukan kegiatannya.
Getaran dapat berupa getaran kejut, getaran mekanik atau seismik baik yang
berasal dari penggunaan peralatan atau sumber getar lainnya baik dari dalam
bangunan maupun dari luar bangunan.

j. Sistem Hubungan Horisontal dalam Rumah Sakit


1) Umum
a) Kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan rumah sakit
meliputi tersedianya fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman, dan
nyaman bagi orang yang berkebutuhan khusus, termasuk penyandang
cacat.
b) Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas harus mempertimbangkan
tersedianya hubungan horizontal antarruang dalam bangunan rumah sakit,
akses evakuasi, termasuk bagi orang yang berkebutuhan khusus, termasuk
penyandang cacat.
c) Kelengkapan prasarana disesuaikan dengan fungsi rumah sakit.
2) Persyaratan Teknis
a) Setiap bangunan rumah sakit harus memenuhi persyaratan kemudahan
hubungan horizontal berupa tersedianya pintu dan/atau koridor yang
memadai untuk terselenggaranya fungsi bangunan rumah sakit tersebut.

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 32
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

b) Jumlah, ukuran, dan jenis pintu, dalam suatu ruangan dipertimbangkan


berdasarkan besaran ruang, fungsi ruang, dan jumlah pengguna ruang.
c) Arah bukaan daun pintu dalam suatu ruangan dipertimbangkan
berdasarkan fungsi ruang dan aspek keselamatan.
d) Ukuran koridor sebagai akses horizontal antarruang dipertimbangkan
berdasarkan fungsi koridor, fungsi ruang, dan jumlah pengguna.

k. Sistem Hubungan (Transportasi) Vertikal dalam Rumah Sakit


1) Umum
Setiap bangunan rumah sakit bertingkat harus menyediakan sarana hubungan
vertikal antar lantai yang memadai untuk terselenggaranya fungsi bangunan
rumah sakit tersebut berupa tersedianya tangga, ram, lif, tangga
berjalan/eskalator, dan/atau lantai berjalan/travelator.
2) Persyaratan Teknis
a) Jumlah, ukuran, dan konstruksi sarana hubungan vertikal harus
berdasarkan fungsi bangunan rumah sakit, luas bangunan, dan jumlah
pengguna ruang, serta keselamatan pengguna gedung.
b) Setiap bangunan rumah sakit dengan ketinggian di atas lima lantai harus
menyediakan sarana hubungan vertikal berupa lift.
c) Bangunan rumah sakit umum yang fungsinya untuk kepentingan publik,
baik berupa fungsi keagamaan, fungsi usaha, maupun fungsi sosial dan
budaya harus menyediakan fasilitas dan kelengkapan sarana hubungan
vertikal bagi orang yang berkebutuhan khusus, termasuk penyandang
cacat.

k.1. Ramp
1) Umum
Ramp adalah jalur sirkulasi yang memiliki bidang dengan kemiringan tertentu,
sebagai alternatif bagi orang yang tidak dapat menggunakan tangga.
2) Persyaratan Ramp
a) Kemiringan suatu ramp di dalam bangunan tidak boleh melebihi 70,
perhitungan kemiringan tersebut tidak termasuk awalan dan akhiran ramp
(curb ramps/landing).
b) Panjang mendatar dari satu ramp (dengan kemiringan 70) tidak boleh lebih
dari 900 cm. Panjang ramp dengan kemiringan yang lebih rendah dapat
lebih panjang.
c) Lebar minimum dari ramp adalah 120 cm dengan tepi pengaman.
d) Muka datar (bordes) pada awalan atau akhiran dari suatu ramp harus
bebas dan datar sehingga memungkinkan sekurang-kurangnya untuk
memutar kursi roda dan stretcher, dengan ukuran minimum 160 cm.
e) Permukaan datar awalan atau akhiran suatu ramp harus memiliki tekstur
sehingga tidak licin baik diwaktu hujan.
f) Lebar tepi pengaman ramp (low curb) 10 cm, dirancang untuk
menghalangi roda dari kursi roda atau stretcher agar tidak terperosok atau
ke luar dari jalur ramp.

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 33
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

Apabila berbatasan langsung dengan lalu lintas jalan umum atau


persimpangan, harus dibuat sedemikian rupa agar tidak mengganggu jalan
umum.
g) Ramp harus diterangi dengan pencahayaan yang cukup sehingga
membantu penggunaan ramp saat malam hari. Pencahayaan disediakan
pada bagian ramp yang memiliki ketinggian terhadap muka tanah
sekitarnya dan bagian-bagian yang membahayakan.
h) Ramp harus dilengkapi dengan pegangan rambatan (handrail) yang
dijamin kekuatannya dengan ketinggian yang sesuai.

Gambar B.2.3.a
Tipikal Ramp

Sumber : Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C. Tahun 2007

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 34
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

Gambar B.2.3.b
Bentuk-Bentuk Ramp

Sumber : Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C. Tahun 2007

Gambar B.2.3.c
Kemiringan Ramp

Sumber : Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C. Tahun 2007

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 35
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

Gambar B.2.3.d
Pegangan Rambat pada Ramp

Sumber : Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C. Tahun 2007

Gambar B.2.3.e
Kemiringan Sisi Lebar Ramp

Sumber : Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C. Tahun 2007

Gambar B.2.3.f
Pintu di Ujung Ramp

Sumber : Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C. Tahun 2007

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 36
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

k.2 Tangga
1) Umum
Tangga merupakan fasilitas bagi pergerakan vertikal yang dirancang dengan
mempertimbangkan ukuran dan kemiringan pijakan dan tanjakan dengan lebar
yang memadai.
2) Persyaratan
a) Harus memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang berukuran seragam
Tinggi masing-masing pijakan/tanjakan adalah 15 – 17 cm.
b) Harus memiliki kemiringan tangga kurang dari 600
c) Lebar tangga minimal 120 cm untuk membawa usungan dalam keadaan
darurat, untuk mengevakuasi pasien dalam kasus terjadinya kebakaran
atau ancaman bom .
d) Tidak terdapat tanjakan yang berlubang yang dapat membahayakan
pengguna tangga.
e) Harus dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail).
f) Pegangan rambat harus mudah dipegang dengan ketinggian 65 cm ~ 80
cm dari lantai, bebas dari elemen konstruksi yang mengganggu, dan
bagian ujungnya harus bulat atau dibelokkan dengan baik ke arah lantai,
dinding atau tiang.
g) Pegangan rambat harus ditambah panjangnya pada bagian ujung-
ujungnya (puncak dan bagian bawah) dengan 30 cm.
h) Untuk tangga yang terletak di luar bangunan, harus dirancang sehingga
tidak ada air hujan yang menggenang pada lantainya.

Gambar B.2.4.a
Tipikal Tangga

Sumber : Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C. Tahun 2007

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 37
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

Gambar B.2.4.b
Pegangan Rambat pada Tangga

Sumber : Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C. Tahun 2007

Gambar B.2.4.c
Desain Profil Tangga.

Sumber : Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C. Tahun 2007

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 38
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

Gambar B.2.4.d
Detail Pegangan Rambat Tangga

Sumber : Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C. Tahun 2007

Gambar B.2.4.e
Detail Pegangan Rambat pada Dinding.

Sumber : Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C. Tahun 2007

k.3 Lift (Elevator)


1) Umum
Lift merupakan fasilitas lalu lintas vertikal baik bagi petugas RS maupun untuk
pasien. Oleh karena itu harus direncanakan dapat menampung tempat tidur
pasien.
2) Persyaratan
a) Ukuran lift rumah sakit minimal 1,50 m x 2,30 m dan lebar pintunya tidak
kurang dari 1,20 m untuk memungkinkan lewatnya tempat tidur dan
stretcher bersama-sama dengan pengantarnya.

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 39
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

b) Lift penumpang dan lift service dipisah bila dimungkinkan.


c) Jumlah, kapasitas, dan spesifikasi lift sebagai sarana hubungan vertikal
dalam bangunan gedung harus mampu melakukan pelayanan yang optimal
untuk sirkulasi vertikal pada bangunan, sesuai dengan fungsi dan jumlah
pengguna bangunan rumah sakit.
d) Setiap bangunan rumah sakit yang menggunakan lift harus tersedia lift
kebakaran yang dimulai dari lantai dasar bangunan (ground floor).
e) Lift kebakaran dapat berupa lift khusus kebakaran atau lift penumpang
biasa atau lift barang yang dapat diatur pengoperasiannya sehingga dalam
keadaan darurat dapat digunakan secara khusus oleh petugas kebakaran.

l. Sarana Evakuasi
1) Umum
Setiap bangunan rumah sakit harus menyediakan sarana evakuasi bagi orang
yang berkebutuhan khusus termasuk penyandang cacat yang meliputi :
a) sistem peringatan bahaya bagi pengguna,
b) pintu keluar darurat, dan
c) jalur evakuasi yang dapat menjamin pengguna bangunan rumah sakit
untuk melakukan evakuasi dari dalam bangunan rumah sakit secara aman
apabila terjadi bencana atau keadaan darurat.
2) Persyaratan Teknis
a) Untuk persyaratan sarana evakuasi pada bangunan rumah sakit harus
dipenuhi standar tata cara perencanaan sarana evakuasi pada bangunan
gedung.
b) Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum mempunyai SNI,
dapat digunakan standar baku dan pedoman teknis yang diberlakukan oleh
instansi yang berwenang.

m. Aksesibilitas Penyandang Cacat


1) Umum
Setiap bangunan rumah sakit, harus menyediakan fasilitas dan aksesibilitas
untuk menjamin terwujudnya kemudahan bagi penyandang cacat dan lanjut
usia masuk dan keluar ke dan dari bangunan rumah sakit serta beraktivitas
dalam bangunan rumah sakit secara mudah, aman, nyaman dan mandiri.
2) Persyaratan Teknis
a) Fasilitas dan aksesibilitas meliputi toilet, tempat parkir, telepon umum,
jalur pemandu, rambu dan marka, pintu, ram, tangga, dan lif bagi
penyandang cacat dan lanjut usia.
b) Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas disesuaikan dengan fungsi, luas, dan
ketinggian bangunan rumah sakit.

n. Prasarana/Sarana Umum.
1) Umum
a) Guna memberikan kemudahan bagi pengguna bangunan rumah sakit
untuk beraktivitas di dalamnya, setiap bangunan rumah sakit untuk

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 40
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

kepentingan umum harus menyediakan kelengkapan prasarana dan sarana


pemanfaatan bangunan rumah sakit, meliputi: ruang ibadah, toilet, tempat
parkir, tempat sampah, serta fasilitas komunikasi dan informasi.
b) Penyediaan prasarana dan sarana disesuaikan dengan fungsi dan luas
bangunan rumah sakit, serta jumlah pengguna bangunan rumah sakit
2) Persyaratan Teknis
Perencanaan sarana dan prasarana dalam bangunan rumah sakit mengikuti:
a) SNI 03-1735-2000 atau edisi terbaru; Tata cara perencanaan akses
bangunan dan akses lingkungan untuk pencegahan bahaya kebakaran
pada bangunan gedung.
b) SNI 03-1746-2000 atau edisi terbaru; Tata cara perencanaan dan
pemasangan sarana jalan keluar untuk penyelamatan terhadap bahaya
kebakaran pada bangunan gedung.
c) SNI 03-6573-2001 atau edisi terbaru; Tata cara perancangan sistem
transportasi vertikal dalam gedung (lif).
d) Ketentuan teknis Kelengkapan Prasarana dan Sarana bangunan rumah
sakit.
e) Ketentuan teknis Prasarana dan Sarana pemanfaatan Bangunan rumah
sakit dan Kelengkapannya .
f) Ketentuan teknis Ukuran, Konstruksi, Jumlah Fasilitas dan Aksesibilitas
bagi Penyandang Cacat.
g) Dalam hal persyaratan di atas belum mempunyai SNI, dapat digunakan
standar baku dan pedoman teknis yang diberlakukan oleh instansi yang
berwenang.

B.2.1 Pendekatan

B.2.1.1 Pendekatan Umum

1. Tujuan Kegiatan
Tujuan kegiatan pekerjaan Jasa Konsultansi Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD
Tebet yang berlokasi di Jl. Prof. DR. Soepomo No.54 Rt.013/002 Tebet Barat, Tebet,
Jakarta Selatan adalah untuk meningkatkan pelayanan kesehatan perseorangan dengan
mengutamakan upaya penyembuhan (kuratif), pemulihan (rehabilitatif) yang dilakukan
secara terpadu dengan upaya pencegahan (preventif) dan peningkatan (promotif) serta
melaksanakan upaya rujukan.

Adapun tujuan kegiatan pekerjaan ini adalah untuk mengetahui kelayakan struktur
tanah dan bangunan gedung sebelum dilakukan rehabilitasi bangunan gedung pada
tahun 2021 di Rumah Sakit Umum Daerah Tebet sehingga dapat membantu Panitia
Pengadaan dalam menyusun dokumen pelelangan sampai terlaksana proses
pengadaan dan pengendalian dalam masa pelaksanaan pembangunan fisik dengan
menambahkan fasilitas tempat tidur dengan menutup void.

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 41
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

2. Lingkup Jasa Konsultansi


Ruang lingkup jasa konsultansi pekerjaan Jasa Konsultansi Analisis Struktur Bangunan
Gedung RSUD Tebet meliputi pengendalian terhadap mutu, waktu dan biaya dalam
pencapaian sasaran fisik baik kualitas dan kuantitas, sehingga dapat menghasilkan
dokumen perencanaan yang lengkap dalam semua aspek pekerjaan yang mencakup
unsur Arsitektural, Struktur bangunan, sistem Elektrikal dan dokumen lelang
Pembangunan Fisik dengan melakukan :

a Tahap Konsep Rancangan, terdiri dari :


1) Melakukan penelitian tanah terhadap lokasi perencanaan dengan menghasilkan
dokumen laporan penelitian tanah, untuk dipakai sebagai acuan penyusunan
perencanaan teknis.
2) Melakukan koordinasia dengan unit terkait, terkait peraturan perizinan
pembangunan.
3) Membuat konsep perencanaan;
4) Memberikan laporan hasil penyelidikan tanah.

b Tahap Pra Rancangan, terdiri dari :


1) Membuat rencana tapak.
2) Membuat pra rencana-bangunan.
3) Membuat perkiraan rencana biaya.
4) Membuat laporan perencanaan.

c Tahap Pengembangan, terdiri dari :


1) Membuat rencana arsitektur, beserta uraian konsep dan visiualiasasi dua
dimensi serta tiga dimensi.
2) Membuat rencana struktur, beserta uraian konsep dan perhitunganya.
3) Membuat rencana mekanikal-elektrikal termasuk informasi dan teknologi,
beserta uraian konsep dan perhitungannya.
4) Membuat garis besar spesifikasi teknis.
5) Mambuat perkiraan biaya.

d Tahap Rancangan Gambar Detail dan Penyusunan RKS dan RAB Dokumen
Pelaksanaan, terdiri dari:
1) Gambar rencana arsitektur, struktur, mekanikal dan elektrikal, plumbing, serta
tata ruang.
2) Gambar detail pelaksanaan arsitektur, struktur, mekanikal dan elektrikal,
plumbing, tata ruang beserta perhitunganya.
3) Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) berikut spesifikasi teknis.
4) Rencana Anggaran Biaya (RAB) pekerjaan konstruksi beserta analisa harga
satuan pekerjaan.
5) Laporan ahir perencanaa, terdiri dari:
a) Laporan Arsitektur.
b) Laporan perhitungan struktur.
c) Laporan perhitungan mekanikal dan elektrikal.

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 42
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

6) Pembuatan AHS rancangan keselamatan keamanan kerja (K3).

e Tahap Pelelangan, terdiri dari :


1) Memberikan pendampingan terhadap PPK dalam penyusunan dokumen
pelelangan.
2) Membantu panitia pelelangan dalam menyusun program dan pelaksanaan
pelelangan.
3) Membantu panitia pelelangan pada waktu penjelasan pekerjaan (Aanwijzing).
4) Membantu menyusun kembali dokumen pelelangan dan melaksanakan tugas-
tugas yang sama apabila terjadi lelang ulang.

f Tahap Pengawasan Berkala, terdiri dari :


1) Memeriksa kesesuaian pelaksanaan.
2) Melakukan penyesuaian gambar dan spesifikasi teknis pelaksanaan bila ada
perubahan.
3) Memberikan penjelasan terhadap persoalan-persoalan yang timbul selama
masa konstruksi.
4) Memberikan rekomendasi tentang penggunaan bahan.
5) Membuat laporan akhir pengawasan berkala, yang terdiri atas:
a) Perubahan perencanaan pada masa pelaksanaan konstruksi.
b) Petunjuk penggunaan, pemeliharaan, dan perawatan bangunan gedung,
termasuk petunjuk yang menyangkut peralatan dan perlengkapan mekanikal
elektrikal bangunan.

3. Gambaran Umum Lokasi Pekerjaan


Lokasi Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet berada di Jl. Prof. DR. Soepomo
No.54 Rt.013/002 Tebet Barat, Tebet, Jakarta Selatan. RSUD Tebet yang sebelumnya
merupakan RSU Kecamatan Tebet, telah berkembang menjadi Fasilitas Kesehatan
Tingkat Lanjut selama 2 tahun terakhir ini. Berbagai masukan dan perbaikan telah
menjadikan RSUD Tebet siap menjawab kebutuhan kesehatan masyarakat dan tentunya
didukung oleh pelayanan prima yang bisa dapatkan, diantaranya adalah:
a. Pelayanan Gawat Darurat 24 jam
b. Pelayanan High Care Unit (HCU)
c. Pelayanan Persalinan Komprehensif, meliputi :
1) Kamar Bersalin,
2) Perinatologi.
d. Pelayanan Rawat Inap (Kelas III)
1) Rawat Inap Obstetri & Ginekologi,
2) Kamar Isolasi.
e. Pelayanan Khusus, yaitu :
1) Klinik DOTS,
2) Klinik VCT,
3) Klinik Geriatri,
4) Medical check-up,
5) Klinik Hepatitis C.

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 43
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

f. Pelayanan Penunjang Medis, diantaranya :


1) Radiologi,
2) Konsultasi Gizi,
3) Apotik 24 jam,
4) Ambulance 24 jam,
5) Kamar Operasi,
6) Kamar Jenazah.
g. Pelayanan Medis Spesialis, sebagai berikut :
1) Internis (Penyakit dalam)
2) Anak
3) Bedah
4) Obstetri & Ginekologi (Kebidanan dan Kandungan)
5) THT
6) Mata
7) Kulit & Kelamin
8) Kesehatan Jiwa
9) Mata
10) Gigi & Mulut
11) Neurologi (Syaraf)
12) Rehab Medik

Gambar B.2.5
Lokasi Area RSUD Tebet

Sumber : Google Earth

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 44
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

B.2.1.2 Pendekatan Teknis

1. Pendekatan Perencanaan
Dalam melaksanakan kegiatan ini, terdapat 2 (dua) aspek pendekatan perencanaan
yang dilakukan konsultan dalam perencanaan Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD
Tebet, adapun ke dua pendekatan tersebut adalah :

a. Pendekatan Dasar
sesuai dengan lingkup kegiatan pelaksanaan pekerjaan yang akan dilakukan, secara
garis besar diperlukan adanya beberapa pendekatan-pendekatan dasar dalam
perencanaan Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet, yaitu antara lain :
1) Sustainable Development yaitu perencanaan tapak yang berwawasan
lingkungan, dan berkelanjutan.
2) Implementatif yaitu menghasilkan rumusan pedoman teknis dalam
perencanaan yang dapat dilaksanakan pada saat pembangunan.
3) Akomodatif yaitu perencanaan yang dapat mengakomodasikan kebutuhan dan
kenyamanan calon pengguna sesuai fungsinya.
4) Aspiratif yaitu perencanaan yang dapat menyerap aspirasi pemilik dan pemakai
dalam proses dan produk desain.
5) Terprogram yaitu perencanaan dengan program yang jelas, dan sesuai dengan
kebutuhan desain maupun rencana pengembangannya.

b. Pendekatan Azas
ada beberapa azas yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan Analisis
Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet yang bisa dijadikan pertimbangan dalam
pelaksanaan pekerjaan ini, yaitu:
1) Azas Fungsi Utama, Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet
pemanfaatan ruang pelayanan didasarkan sebagai fungsi utama.
2) Azas Fungsi dan Hiraki Kegiatan, pemanfaatan ruang dilakukan berdasarkan
fungsi dan kegiatan yang bersifat hirakis untuk penciptaan keseimbangan
sistem sirkulasi.
3) Azas Manfaat, pemanfaatan ruang harus bisa memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi pengguna.
4) Azas Keseimbangan dan Keserasian Fungsi Ruang, keseimbangan dan
keserasian struktur dan pola pemanfaatan ruang, keseimbangan dan
keserasian fungsi dan intensitas pemanfaatan ruang.
5) Azas Kelestarian, menciptakan hubungan yang serasi antara manusia dan
lingkungan yang tercermin dari pola intensitas pemanfaaatan ruang.
6) Azas Berkelanjutan, pemanfaatan ruang harus menjamin kenyamanan.
7) Azas Keterbukaan, setiap pihak yang berkepentingan dapat memperoleh
keterangan mengenai produk perencanaan serta proses yang ditempuh dalam
kegiatan desain.

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 45
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

2. Pendekatan Pertimbangan
Ada beberapa azas yang perlu dipertimbangkan dalam Analisis Struktur Bangunan
Gedung RSUD Tebet, yang bisa dijadikan pertimbangan dalam pelaksanaan pekerjaan
ini yaitu:

a. Pendekatan Kajian
dengan melakukan kajian-kajian teknis terhadap lokasi serta lingkungan sekitarnya.
Ini penting untuk mendapatkan data eksisting sebagai bahan masukan sebelum
dilakukan rekayasa desain menyangkut bentuk desain ruang pelayanan, pola tata
masa bangunan, orientasi/view, pola sirkulasi, melakukan kajian terhadap karakter
ruang pelayanan, site/tapak lokasi baik terhadap aspek lingkungan, aspek
transportasi, sirkulasi, arah angin, matahari, struktur tanah dan lain sebagainya.
Selain itu, diperlukan pula kegiatan penggalian data dan informasi sekunder yang
dilakukan untuk mendapatkan data-data penunjang, khususnya yang terkait non
fisik seperti jumlah pasien, tenaga perawat dan medis, aktifitas, perilaku, dan lain
sebagainya. Dalam pelaksanaan Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet,
Penyedia Jasa (Konsultan Perencana) akan menggunakan standard dan peraturan
yang berlaku di Indonesia yang berhubungan dengan kegiatan perencanaan.

b. Pendekatan Normatif
dilakukan untuk mendapatkan masukan dari berbagai pihak mengenai konsep dan
pola arsitektur yang akan diterapkan dalam Analisis Struktur Bangunan Gedung
RSUD Tebet.

B.2.1.3 Pendekatan Terhadap Aspek Kebijakan

Dalam kegiatan perencanaan Konsultan harus selalu merujuk dan dalam koridor peraturan
perundangan yang berlaku:
1. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006 tanggal 7 september 2006
tentang Pedoman Persyaratan Teknis Pembangunan Bangunan Gedung.
2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Peraturan Nomor 30/PRT/M/2006 tanggal 7
September 2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan.
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 45/PRT/M/2007 tanggal 27 Desember
2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
4. Dalam melaksanakan tugasnya Konsultan Perencana berpedoman pada ketentuan yang
berlaku, khususnya Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara,
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor : 22/PRT/M/2018.
5. Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan-bahan Bangunan (PUPBNI3/56).
6. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (PBI 1971).
7. Peraturan Muatan Indonesia (PMI).
8. Peraturan Umum Bahan Nasional (PUBI 1982).
9. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung (1983).
10. Peraturan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000).

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 46
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

11. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia NI-5 (PKKI 1961).


12. Analisa SNI 2013.
13. Petunjuk / Tata Cara Standar lainnya yang berhubungan.

B.2.2 Metodologi

Dalam pekerjaan ini, struktur bangunan yang akan dianalisis adalah struktur gedung Rumah
Sakit Umum Daerah Tebet, yang berfungsi sebagai tempat pelayanan kesehatan masyarakat
dan berlokasi di Jl. Prof. DR. Soepomo No.54 Rt.013/002 Tebet Barat, Tebet, Jakarta
Selatan.

Prinsip dari analisis struktur gedung ini adalah menghasilkan suatu bangunan yang aman,
nyaman, kuat, efisien dan ekonomis. Suatu konstruksi gedung harus mampu menahan
beban dan gaya-gaya yang bekerja pada konstruksi itu sendiri, sehingga bangunan atau
struktur gedung aman dalam jangka waktu yang direncanakan.

Data-data yang diperlukan dalam analisis diperoleh dengan cara library research, dimana
konsultan memperoleh data dan bahan-bahan referensi berupa buku, diktat, dokumen
perencanaan struktur yang pernah dilakukan sebelumnya, dan referensi lain yang berkaitan
dengan pekerjaan jasa konsultansi ini. Metode analisis struktur bangunan gedung Rumah
Sakit Umum Daerah Tebet ini direncanakan akan menggunakan program SAP2000 versi
17.0.0.

B.2.2.1 Umum

Dalam Hanggoro (2015), struktur bangunan gedung terdiri dari struktur atas dan bawah.
Struktur atas adalah bagian dari struktur bangunan gedung yang berada di atas muka
tanah. Struktur bawah adalah bagian dari struktur bangunan gedung yang terletak di bawah
muka tanah, yang dapat terdiri dari struktur bestmen, dan/atau struktur fondasinya.
Prosedur analisis dan desain seismik yang digunakan dalam perencanaan struktur bangunan
gedung dan komponennya harus memiliki sistem penahan gaya lateral dan vertikal yang
lengkap, yang mampu memberikan kekuatan, kekakuan, dan kapasitas disipasi energi yang
cukup untuk menahan gerak tanah desain dalam batasan-batasan kebutuhan deformasi dan
kekuatan yang disyaratkan. Gaya gempa desain, dan distribusinya di sepanjang ketinggian
struktur bangunan gedung, harus ditetapkan berdasarkan salah satu prosedur yang sesuai
yakni Analisis gaya lateral ekivalen atau Analisis spektrum respons ragam, dan gaya dalam
serta deformasi yang terkait pada komponen-elemen struktur tersebut harus ditentukan.

Pondasi harus didesain untuk menahan gaya yang dihasilkan dan mengakomodasi
pergerakan yang disalurkan ke struktur oleh gerak tanah desain. Struktur atas dan struktur
bawah dari suatu struktur gedung dapat dianalisis terhadap pengaruh gempa rencana

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 47
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

secara terpisah, di mana struktur atas dapat dianggap terjepit lateral pada bestmen.
Selanjutnya struktur bawah dapat dianggap sebagai struktur tersendiri yang berada di
dalam tanah yang dibebani oleh kombinasi beban-beban gempa yang berasal dari struktur
atas, beban gempa yang berasal dari gaya inersia sendiri, gaya kinematik dan beban gempa
yang berasal dari tanah sekelilingnya.

Struktur bawah tidak boleh gagal dari struktur atas. Desain detail kekuatan (strength)
struktur bawah harus memenuhi persyaratan beban gempa rencana. Analisis deformasi dan
analisis lain seperti penurunan total dan diferensial, tekanan tanah lateral, deformasi tanah
lateral, dan lain-lain, dapat dilakukan sesuai dengan persyaratan beban kerja (working
stress).

B.2.2.2 Kriterian Desain Struktur

Dalam melakuan suatu analisis atau desain pada bangunan hendaknya harus mengacu pada
ketentuan dan persyaratan agar suatu bangunan tersebut dapat sesuai dan memenuhi
kriteria dan ketentuan yang berlaku terhadap suatu bangunan. Beberapa kriteria desain
struktur berdasarkan Schodek (1998) adalah sebagai berikut :

1. Kemampuan Layan (serviceability)


Struktur harus mampu memikul beban rancangan secara aman, tanpa kelebihan
tegangan pada material dan mempunyai deformasi yang masih dalam daerah yang
diizinkan. Kemampuan suatu struktur untuk memikul beban tanpa tanpa ada kelebihan
tegangan diperoleh dengan menggunakan faktor keamanan dalam desain elemen
struktur. Dengan memilih ukuran serta bentuk elemen struktur dan bahan yang
digunakan, taraf tegangan pada struktur dapat ditentukan pada taraf yang dipandang
masih dapat diterima secara aman, dan sedemikian hingga kelebihan tegangan pada
material (misalnya ditunjukan dengan adanya retak) tidak terjadi. Pada dasarnya inilah
kriteria kekuatan dan merupakan dasar yang sangat penting.

Aspek lain mengenai kemampuan layan suatu struktur adalah mengenai deformasi yang
diakibatkan oleh beban, apakah masih dalam batas yang dapat diterima atau tidak.
Deformasi berlebihan dapat menyebabkan terjadi kelebihan tegangan pada suatu
bagian struktur. Selain itu, karena deformasi berlebihan tampak jelas dengan mata,
sering tidak diinginkan terjadi. Perlu diperhatikan bahwa karena struktur berubah
bentuk secara berlebihan, tidak berarti struktur tersebut tidak stabil. Defleksi atau
deformasi besar dapat diasosiasikan dengan struktur yang tidak aman, tetapi hal ini
tidak selalu demikian. Deformasi dikontrol oleh kekuatan struktur. Kekakuan sangat
bergantung pada jenis, besar, dan distribusi bahan pada struktur. Sering kali diperlukan
elemen struktur yang lebih banyak untuk mencapai kekuatan yang diperlukan dari pada
untuk memenuhi syarat kekuatan struktur.

Berkaitan dengan deformasi, tetapi bukan merupakan fenomena yang sama, adalah
gerakan pada struktur. Pada banyak situasi, kecepatan dan percepatan aktual struktur

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 48
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

yang memikul beban dinamis dapat dirasakan oleh pemakai bangunan, dan dapat
menimbulkan rasa tidak nyaman. Salah satu contoh adalah gerakan sehubungan
dengan gedung bertingkat banyak yang mengalami beban angin. Untuk itu ada kriteria
mengenai kecepatan dan percepatan batas. Kontrol tercapai dengan melalui manipulasi
yang melibatkan kekakuan struktur dan karakteristik redaman.

2. Efisiensi
Kriteria ini mencakup tujuan untuk mendesain struktur yang relatif lebih ekonomis.
Indikator yang sering digunakan pada kriteria ini adalah jumlah material yang
diperlukan untuk memikul beban yang diberikan dalam ruang pada kondisi dan kendala
yang ditentukan. Mungkin saja terjadi bahwa respon struktur yang berbeda-beda
terhadap situasi beban yang diberikan akan mempunyai kemampuan layan yang sama.
Akan tetapi ini tidak selalu berarti bahwa setiap struktur akan memerlukan material
yang sama untuk memberikan kemampuan layan yang sama. Mungkin terjadi satu
solusi akan memerlukan material lebih sedikit dibandingkan dengan yang lain.
Penggunaan volume minimum sebagai kriteria adalah salah satu dari berbagai konsep
penting bagi arsitek maupun rekayasawan.

3. Konstruksi
Tinjauan konstruksi juga dapat mempengaruhi pilihan struktural. Sangat mungkin
terjadi bahwa perakitan elemen-elemen struktural akan efisiensi apabila materialnya
mudah dibuat dan dirakit. Kriteria konstruksi sangat luas, dan termasuk juga
kedalamnya tinjauan mengenai banyak serta jenis usaha atau manpower yang
diperlukan untuk melaksanakan suatu bangunan, juga jenis dan banyak alat yang
diperlukan serta lama waktu penyelesaiaannya. Faktor umum yang mempengaruhi
kemudahan pelaksanaan suatu fasilitas adalah kerumitan fasilitas tersebut yang
dinyatakan dalam banyak bagian yang terlibat dan derajat relatif usaha yang diperlukan
untuk merakit bagian-bagian tersebut sehingga menjadi suatu struktur yang utuh.
Ukuran, bentuk, serta berat setiap bagian juga penting karena jenis alat yang
diperlukan untuk melaksanakannya ditentukan oleh masing-masing. Pada umumnya
perakitan yang melibatkan bagian-bagian yang bentuk serta ukurannya mudah dikelola
dengan peralatan konstruksi yang tersedia adalah hal yang dikehendaki.

4. Harga
Harga merupakan suatu faktor yang menentukan dalam pemilihan struktur konsep
harga tidak dapat dilepaskan dari dua hal, yaitu efisiensi bahan dan kemudahan
pelaksanaan. Harga total suatu struktur sangat bergantung pada banyak dan harga
material yang dipakai serta banyak dan upah buruh yang diperlukan untuk
melaksanakan suatu fasilitas, juga harga atau biaya alat yang diperlukan selama
pelaksanaan. Tentu saja, struktur yang sangat efisien yang tidak sulit dilaksanakan akan
merupakan yang paling ekonomis.

5. Lain-lain
Tentu saja ada berbagai faktor lain yang mempengaruhi pemilihan struktur.
Dibandingkan dengan kriteria yang relatif terukur dan objektif yang telah dibahas

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 49
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

diatas, banyak faktor tambahan yang relatif lebih subjektif. Yang tidak kurang
pentingnya ialah peran struktur karena dalam pandangan arsiteknya struktur
merupakan bagian besar dari penampilan bangunan.

6. Kriteria Berganda
Jarang sekali suatu struktur hanya ditujukan untuk memenuhi salah satu kriteria yang
telah dibahas diatas. Konsep serviceability (kemampuan layan) dan faktor keamanan
yang dilibatkannya, bagaimanapun, merupakan hal yang biasa berlaku pada semua
struktur. Dengan demikian, faktor tersebut merupakan tanggung jawab utama seorang
perancang struktur.

B.2.2.3 Metode Pembebanan dan Kombinasi

Dalam melakukan perancangan serta analisis desain suatu struktur, perlu ada gambaran
yang jelas mengenai pembebanan serta kombinasinya.

Pembebanan stuktur yang dipakai dalam perencanaan ini didasarkan pada SNI
1727:2013 mengenai Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur
Lain. Pembebanan yang diperhitungkan dalam perencanaan ini, diantaranya beban gravitasi
(beban mati (DL) dan beban hidup (LL), dan beban gempa.

1. Beban Mati (Dead Load)


Beban mati adalah berat seluruh bahan konstruksi bangunan gedung yang terpasang,
termasuk dinding, lantai, atap, plafon, tangga, dinding partisi tetap, finishing, klading
gedung dan komponen arsitektural dan struktural lainnya serta peralatan layan
terpasang lain termasuk berat keran.

2. Beban Hidup (Live Load)


Beban hidup merupakan beban yang diakibatkan oleh pengguna dan penghuni
bangunan gedung atau struktur lain yang tidak termasuk beban konstruksi dan beban
lingkungan, seperti beban angin, beban hujan, beban gempa, beban banjir, atau beban
mati.

Macam beban hidup yang tercantum pada SNI 1727:2013:


a. Beban Hidup Atap
Beban pada atap yang diakibatkan (1) pelaksanaan pemeliharaan oleh pekerja,
peralatan, dan material dan (2) selama masa layan struktur yang diakibatkan oleh
benda bergerak, seperti tanaman atau benda dekorasi kecil yang tidak
berhubungan dengan penghunian.
b. Beban Hidup yang Diperlukan
Beban hidup yang digunakan dalam perancangan bangunan gedung dan struktur
lain harus beban maksimum yang diharapkan terjadi akibat penghunian dan
penggunaan bangunan gedung, akan tetapi tidak boleh kurang dari beban merata
minimum yang ditetapkan dalam Tabel B.2.4.

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 50
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

c. Beban Hidup Terpusat


Lantai, atap, dan permukaan sejenisnya harus dirancang untuk mendukung dengan
amanbeban hidup terdistribusi merata atau beban terpusat, dalam pound (lb) atau
kilonewton (kN) yang tercantum dalam Tabel B.2.4, dipilih yang menghasilkan efek
beban terbesar. Kecuali ditentukan lain, beban terpusat yang ditunjukkan harus
diasumsikan bekerja meratapada daerah seluas 2,5 ft (762 mm) persegi x 2,5 ft
(762mm) dan harus di tempatkan sedemikian rupa sehingga menghasilkan efek
beban maksimum dalam komponen struktur.
d. Beban pada Tangga Tetap
Beban hidup rencana minimum pada tangga tetap dengan anak tangga harus
merupakan beban terpusat tunggal sebesar 300 lb (1,33 kN), dan harus diterapkan
pada setiap titik tertentu untuk menghasilkan efek beban maksimum pada elemen
yang ditinjau. Jumlah dan posisi tambahan beban hidup terpusat harus minimum 1
rangkaian 300 lb (1,33 kN) untuk setiap jarak 10 ft (3 048 mm) dari tinggi tangga.
Apabila susunan tangga tetap diperpanjang di atas lantai atau platform di
bagian atas tangga, setiap sisi perpanjangan susuran harus dirancang untuk
menahan beban hidup terpusat sebesar 100 lb (0,445 kN) pada arah sembarang
dan tinggi sembarang sampai puncak dari sisi perpanjangan rel.

Tangga para-para harus mempunyai beban rencana minimum seperti tangga,


sebagaimana didefinisikan dalam Tabel B.2.4.

Tabel B.2.4
Beban Hidup Terdistribusi Merata Minimum, L0 dan Beban Hidup Terpusat Minimum
Beban Merata Beban Terpusat
No. Hunian atau Penggunaan
kN/m2 kN
1 Apartemen / Rumah Tinggal
Semua ruang kecuali tangga dan balkon 1,92
Tangga Rumah tinggal 1,92
2 Kantor
Ruang kantor 2,40 8,9
Ruang komputer 4,79 8,9
Lobi dan koridor lantai pertama 4,79
Koridor di atas lantai pertama 3,83
3 Ruang Pertemuan
Lobi 4,79
Kursi dapat dipindahkan 4,79
Panggung pertemuan 4,79
Balkon dan dek 1,5 kali beban hidup untuk
daerah yang dilayani.
Jalur untuk akses pemeliharaan 1,92 1,33
4 Koridor
Koridor Lantai pertama 4,79
Koridor Lantai lain sama seperti pelayanan
hunian
5 Ruang Makan dan Restoran 4,79
6 Rumah Sakit
Ruang operasi, laboratorium 2,87 4,45
Ruang pasien 1,92 4,45
Koridor diatas lantai pertama 3,83 4,45

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 51
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

Beban Merata Beban Terpusat


No. Hunian atau Penggunaan
kN/m2 kN
7 Perpustakaan
Ruang baca 2,87 4,45
Ruang penyimpanan 7,18 4,45
Koridor diatas lantai pertama 3,83 4,45
8 Pabrik
Ringan 6,00 8,90
Berat 11,97 13,40
9 Gedung Perkantoran
Ruang arsip dan komputer harus dirancang
untuk bebanyang lebih berat berdasarkan
pada perkiraan hunian Lobi dan koridor lantai
pertama 4,79 8,9
Kantor 2,40 8,9
Koridor di atas lantai pertama 3,83 8,9
10 Lembaga Hukum
Blok sel 1,92
Koridor 4,79
11 Tempat Rekreasi
Tempat bowling, kolam renang, dan 3,59
pengganaan yang sama 4,79
Bangsal dansa dan ruang dansa 4,79
Gimnasium
Tempat menonton baik terbuka atau tertutup 4,79
Stadium dan tribun/arena dengan tempat
dudukTetap (terikat pada lantai) 2,87
12 Sekolah
Ruang kelas 1,92 4,5
Koridor lantai pertama 4,79 4,5
Koridor di atas lantai pertama 3,83 4,5
Tangga dan jalan keluar 4,79
13 Gudang Penyimpan Barang
Ringan 6,00 6,00
Berat 11,97 11,97
14 Atap
Atap datar, berbubung, dan lengkung 0,96
Atap digunakan untuk taman atap 4,79
Atap yang digunakan untuk tujuan lainSama
seperti hunian dilayaniSemua konstruksi
lainnya 0,968,9 0,96 8,9
Komponen struktur atap utama, yang
terhubung langsungdengan pekerjaan
lantaiTitik panel tunggal dari batang bawah
rangka atap atau setiap titik sepanjang
komponen struktur utama 1,33 1,33
yang mendukung atap diatas pabrik, gudang,
dan perbaikan garasi
Semua komponen struktur atap utama lainnya 1,33
1,33
Semua permukaan atap dengan beban pekerja
pemeliharaan
15 Toko Eceran
Lantai pertama 4,79 4,45
Lantai diatasnya 3,59 4,45

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 52
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

3. Beban Gempa
Pengaruh beban gempa, E, harus ditentukan sesuai dengan berikut ini:
Untuk penggunaan dalam kombinasi beban untuk metoda ultimit 1.2D+1.0E+L atau
kombinasi beban untuk metoda tegangan ijin D+0.7E dan D+ 0.75(0.7E)+0.75L harus
ditentukan sesuai dengan persamaan :
E = Eh + Ev

Untuk penggunaan dalam kombinasi beban untuk metoda ultimit 0.9D+ 1.0E atau
kombinasi beban untuk metoda tegangan ijin 0.6D+ 0.7E, E harus ditentukan sesuai
dengan persamaan:
E = Eh - Ev
E = pengaruh beban gempa;
Eh = pengaruh beban gempa horizontal
Ev = pengaruh beban gempa vertical

Pengaruh beban gempa vertikal, Ev harus ditentukan sesuai dengan persamaan,


Ev = 0.2 SDS.D
SDS = parameter percepatan spektrum respons desain pada perioda pendek

Pengaruh beban gempa horisontal, Eh harus ditentukan sesuai dengan persamaan:


Eh = ρ.QE
QE = pengaruh gaya gempa horisontal
ρ = Faktor redundansi

Faktor redundansi, ρ harus dikenakan pada sistem penahan gaya gempa dalam masing-
masing kedua arah ortogonal untuk semua struktur. Untuk struktur yang dirancang
untuk kategori desain seismik D, E, atau F, ρ harus sama dengan 1,3.
D = pengaruh beban mati.

B.2.2.4 Prosedur Pendesainan Elemen Struktur

Prosedur pendesainan elemen struktur dalam perancangan bangunan gedung menurut


Dewabroto (2005).

1. Perhitungan Tulangan
Struktur beton untuk balok memerlukan tulangan baja pada sisi tarik untuk
mengantisipasi kelemahannya terhadap tegangan tarik, tetapi pada umumnya
penampang balok mempunyai tulangan baja pada kedua sisinya. Jadi, bila ada bending
momen akibat beban gravitasi maka tulangan baja pada sisi atas mengalami desak dan
tulangan pada sisi bawah mengalami tarik. tak hanya itu untuk pada balok juga
diperlukan tulangan sengkap untuk menahan gaya geser.

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 53
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

Beberapa besar pengaruh pengaruh tulangan di sisi desak dapat menambah kekuatan
lentur balok dan adakah faktor-faktor lain yang menyebabkan tulangan tersebut masih
perlu dipasang.

a. Perhitungan manual tulangan balok persegi


Keruntuhan tarik (under-reinforced) terjadi jika tulangan tarik mencapai leleh
terlebih dahulu. Maka tulangan desak ε’s > εy oleh karena itu f’s = fy dan tulangan
tarik jika εs > εy oleh karena itu fs = fy.
1) Tinggi blok desak

2) Resultan gaya-gaya pada penampang


𝐶𝑠 = 𝐴𝑠𝑓𝑦 (Pada Tulangan)
𝐶𝑐 = 0,85 × 𝑓𝑐′ × 𝑎𝑏 (Pada Beton)
3) Cek asumsi yang dipakai sudah benar, yaitu asumsi bahwa tulangan
desak dan tarik telah leleh.Tulangan desak leleh jika :

Tulangan tarik leleh jika :

4) Momen Kapasitas

5) Syarat jika Mu yang terjadi < dari Mn maka desain balok dikatakan aman.
6) Syarat Daktilitas penampang

b. Perhitungan manual tulangan geser balok persegi


1) Menentukan gaya geser terfaktor Vu yang diperoleh dari program SAP2000
2) Menghitung kuat geser penampang beton φVc dimana φ= 0,75
Jika hanya ada gaya geser maka :

Jika pada saat bersamaan pada penampang yang ditinjau momen terfaktor Mu
yang teradi secara simultan dengan Vu maka :

3) Dimana :

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 54
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

4) Selanjutnya hitung Hitung 1/2Φ Vc dan evaluasi penampang sebagai berikut:


a) Jika 𝑉𝑢 ≤ 1⁄2 × 0,75 × 𝑉𝑐 maka tulangan sengkang tidak perlu
b) Jika 1/2ΦVc < Vu ≤ φVc maka perlu sengkang minimum

c) Jika Vu > φVc maka perlu tulangan sengkang


d) Jika Vs > 2/3 𝑓𝑐′𝑏𝑤𝑑 maka penampang harus diperbesar

5) Untuk sengkang vertikal maka luas sengkang yang diperlukan adalah:

Jika Vs < 1/3√𝑓𝑐′𝑏𝑤𝑑 maka s = 0,5 d


Jika 1/3 1/3√𝑓𝑐′𝑏𝑤𝑑> Vs ≤Vs > 2/3 𝑓𝑐′𝑏𝑤𝑑 maka s=0,25 d

2. Mendesain Kolom Beton Bertulang


Untuk melakukan perhitungan dalam menentukan tulangan menggunakan program
PCA-COL dengan memasukkan angka Pu, Mx, dan My. Pada perhitungan yang dilakukan
menggunakan PCA-COL semua kolom yang dihitung terletak pada daerah balance pada
grafik yang ditampilkan.

Namun perlu adanya pengecekan pada program PCA-COL tersebut menggunakan


program analisa struktur pada komputer dengan mengetahui luas tulangan (As) pada
SAP dalam melakukan pengecekan secara manual. Adapun perhitungan sebagai berikut:

a. Menentukan Tulangan
As = As’
dengan n adalah jumlah tulangan
Dengan As tersebut dapat dipakai tulangan dengan perhitungan pada program
PCA-COL:

b. Menghitung kemampuan kolom ada kondisi balance (seimbang)

Catatan : jika εs’ > εy maka fs’ = fy

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 55
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

Menggunakan syarat keseimbangan gaya

Cek Keruntuhan kolom


Syarat : 𝜙𝑃𝑛𝑏 > 𝑃𝑢
c. Kontrol terhadap kemampuan penampang beton

𝜙𝑃𝑛 = 0,65𝑥𝑃𝑛
Syarat :
𝜙𝑃𝑛 > 0,1𝐴𝑔𝑓𝑐′
Dengan syarat diatas maka φ = 0,65 dapat diterima.
d. Kontrol terhadap tulangan tekan

Dengan syarat β1 < fc’


β1 pakai 0,85

Syarat εs’ >εy ; tulangan tekan telah leleh


Syarat terhadap Pu
𝑃𝑢 < 𝜙𝑃𝑛
Jika demikian maka kolom telah memenuhi syarat aman.

3. Perencanaan Kapasitas Desain


Menurut Indrarto (2013), disebutkan ada dua cara yang bisa dilakukan dalam
perencanaan kapasitas desain agar bangunan tersebut kuat dan tidak runtuh saat
terjadi gempa yaitu:
a. Membuat struktur bengunan sedemikian kuat
Sehingga struktur bangunan tetap berprilaku elastis pada saat terjadi gempa.
Meskipun pada saat terjadi gempa yang kuat struktur ini tidak mengalami

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 56
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

kerusakan parah sehingga mengurangi biaya perbaikan. Namun pada


pelaksanaanya membutuhkan biaya yang mahal sehingga desain ini tidak
ekonomis. Struktur yang didesain tetap elastis pada saat gempa kuat disebut
struktur tidak daktail.
b. Membuat struktur bangunan sedemikian rupa sehingga mempunyai batas kekuatan
elastis yang hanya mampu menahan gempa sedang saja

Dengan demikian, struktur ini masih bersifat elastisa saat gempa ringan atau sedang.
Pada saat gempa kuat struktur dirancang agar mampu berdeformasi plastis cukup
besar. Jika mampu berdeformasi plastis cukup besar maka hal ini dapat mengurangi
sebagian energi gempa yang masuk kedalam struktur. Struktur ini disebut struktur
daktail. Penggunaan struktur daktail cukup ekonomis untuk bangunan gedung
bertingkat menengan sampai tinggi yang dibangun pada daerah gempa yang kuat.

Menurut Pawirodikromo (2012), filosofi desain dan perkembangannya sudah sampai pada
prinsip Desain Kapasitas (Capacity Design). Pada konsep tersebut sudah dicanangkan
adanya elemen-lemah (weak-link) dan ada elemen-elemen yang sengaja dibuat lebih kuat.
Dengan kondisi seperti itu maka akan terjadi hierarki kerusakan yang direncanakan sejak
awal. Secara riil, skuktur bangunan selengkapnya mungkin terdiri atas Tanah pendukung,
struktur pondasi, struktur kolom, struktur balok, struktur plat lantai, struktur atap, elemen
non struktur seperti tembok, partisi, ceyling dsb.

Apabila terjadi gempa bumi maka secara logika sederhana hierarki kerusakan yang
dikehendaki mempunyai urutan yang terbalik dari yang telah disebut. Antara tembok
Upartist/ceyling dan struktur atap mempunyai fungsi timbal-balik, sehingga mana yang
boleh rusak terlebih dahulu akan bergantung pada jenis struktur. Apabila struktur atap
didukung oleh balok ring dan kolom maka tembok boleh rusak terlebih dahulu. Namun
demikian apabila struktur atap didukung oleh tembok, maka hal ini menjadi saling
bergantung.

Hierarki kerusakan elemen struktur secara logika dapat ditentukan dengan jelas yaitu agar
struktur tetap berdiri tegak maka kolom harus lebih kuat dari pada balok. Hierarki kerusakan
terus berlanjut sampai pada tanah pendukung. Dengan memperhatikan hal tersebut maka
dari filosofi desain akhirnya sudah sampai pada prinsip Kolom Kuat Balok Lemah (Strong
Column and Weak Beam, SCWB).

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 57
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

Gambar B.2.6
Mekanisme Runtuh pada Portal Terbuka

Secara logis prinsip SCWB akan mengakibatkan struktur bergoyang menurut beam sway
mechanism seperti tampak pada (Gambar B.2.6.c). Pada SCWB, balok sengaja dibuat sedikit
lebih lemah dari kolom-kolomnya, dan oleh karenanya apabila level beban terlampaui, maka
segera terjadi sendi-sendi plastik yang umumnya terjadi pada ujung-ujung balok dan ujung
awal kolom tingkat dasar. Ditempat-tempat itulah kemudian detail tulangan didesain dan
dipasang dengan baik sehingga dapat menjadi elemen yang daktail Vulet/liat.

Dengan sifat yang liat, maka elemen dan struktur akan dapat bertahan pada deformasi
inelastik yang cukup besar tanpa adanya penurunan kekuatan yang berarti. Apabila
demikian maka pada beban gempa yang cukup besar struktur tetap saja rusak tetapi tidak
akan runtuh total. Bagaimana cara prosedur desain yang menghasilkan struktur kolom kuat
balok lemah dapat dipelajari pada struktur beton tahan gempa.

Pada (Gambar B.2.6.a) juga tampak mekanisme goyangan struktur yang lain yaitu column
sway mechanism, yaitu produk desain yang mengacu pada kolom lemah balok kuat (Weak
Column and Strong Beam, 14/CSB). Mekanisme runtuh struktur ini akan mengakibatkan
struktur akan runtuh total (totally collapse), sehingga dilarang untuk dipakai. Bukti-bukti
tentang hal ini akan disajikan pada bahasan di B.2.2.5 Prosedur Pendesainan Sistem
Pondasi). Secara ringkas ciri-ciri desain kapasitas adalah (Paulay dan Priestley,1992):
1. Tempat-tempat kemungkinan terjadinya sendi-sendi plastik telah ditentukan sejak awal.
Hal ini di diawali dengan penetuan mekanisme goyangan (sway mechanism) yaitu
struktur yang didesain menurut Strong Column and Weak Beam (SCWB).
2. Deformasi-inelastik yang tidak dikehendaki, yaitu deformasi yang menggangu kestabilan
misalnya deformasi inelastik akibat geser baik di balok maupun di join serta slip antara
tulangan dengan beton dicegah dengan memberikan kekuatan yang lebih besar dari
yang diperlukan.
3. Tempat-tempat sendi plastik jangan sampai menjadi tempat yang getas (brittle), tetapi
didetail dengan tulangan lentur dan geser sedemikian rupa sehingga menjadi daktail
dan dapat menjadi tempat disisipi energi secara stabil/berkelanjutan. Join antara balok
dan kolom didisain sedemikian supaya masih dalam kondisi elastik, yaitu dengan
memberikan kekuatan yang lebih besar dari pada balok/kolom.

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 58
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

B.2.2.5 Prosedur Pendesainan Sistem Pondasi

1. Pengertian Pondasi
Menurut Hardiyatmo (1996), pondasi adalah bagian yang terendah dari bangunan yang
meneruskan beban bangunan ke tanah atau bebatuan yang berada di bawahnya.
Terdapat dua klasifikasi pondasi yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam. Pondasi
dangkal adalah pondasi yang mendukung bebannya secara langsung, dicontohkan
dengan pondasi memanjang, pondasi telapak dan pondasi rakit. Pondasi dalam adalah
pondasi yang meneruskan beban bangunan ke tanah keras atau bebatuan yang terletak
jauh dari permukaan tanah, dicontohkan dengan pondasi tiang pancang dan pondasi
sumuran (caisson). Peck, dkk (1953) membedakan pondasi sumuran dengan pondasi
dangkal dari nilai kedalaman (Df) dibagi lebarnya (B). Untuk pondasi sumuran Df/B > 5.
Sedangkan untuk pondasi dangkal Df/B ≤ 1.

Pemilihan tiang pancang beton baik precast ataupun prestress memiliki keuntungan
lebih cepat dalam pelaksanaan penerapan dilapangannya karena tiang pancang dengan
tipe dan ukuran tertentu telah banyak diproduksi hingga mudah untuk didapatkan.
Kemudahan pemesanan tertentu sesuai dengan kebutuhan adalah satu kelebihan
dibandingkan dengan pondasi sumuran, dimana pelaksanaan pondasi sumuran harus
disiapkan lubang sumuran terlebih dahulu dan baru bisa dilaksanakan pengecoran. Mutu
tiang pancang sistim fabrikasi juga akan lebih terjamin dan seragam.

2. Desain Pondasi Menurut SNI Gempa 2012


a. Struktur Tipe Tiang
Jika struktur menggunakan tiang sebagai kolom yang dibenamkan dalam pondasi
telapak beton untuk menahan beban lateral maka diisyaratkan tiang untuk
menahan gaya gempa harus ditentukan melalui kriteria yang disusun dalam laporan
investigasi pondasi.

b. Pengikat Pondasi
Pur (pile-cap) tiang individu, pile bor, atau koison harus dihubungkan satu sama
lain dengan pengikat. Semua pengikat harus memiliki kuat tarik atau tekan paling
sedikit sama dengan 10% SDs kali beban terfaktor ditambah beban hidup terfaktor
pur tiang atau kolom yang lebih besar, kecuali jika ditunjukan bahwa kekangan
ekuivalen akan disediakan oleh balok beton bertulang pada plat di atas tanah atau
pengekangan oleh batu yang memenuhi syarat, tanah kohesif keras, tanah berbutir
sangat padat, atau cara lain yang di setujui

c. Persyaratan Pengankuran Tiang


Desain pengangankuran tiang ke dalam pur tiang harus memperhitungkan
pengaruh gaya aksial terkombinasi akibat gaya ke atas dan momen akibat
penjepitan pada pur tiang. Dalam kasus keatas pengangkuran harus mampu
mengembangkan kekuatan sebesar yang terkecil antara kuat tarik tulangan
longitudinal tiang beton atau 1,3 kali tahan cabut tiang. Tahanan cabut tiang

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 59
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

diambil sebagai gaya friksi atau lekatan ultimat yang dapat disalurkan antara tanah
dan tiang ditambah berat tiang dan pur.

d. Persyaratan Umum Desain Tiang


Tiang harius didesain untuk menahan deformasi dan pergerakan tanah akibat
gempa dan respon struktur.

e. Tiang Miring
Tiang miring dan sambungannya harus mampu menahan gaya dan momen dari
kombinasi beban. Jika tiang miring bekerjasama menahan gaya pondasi sebagai
kelompok maka gaya didistribusikan pada tiang individu.

f. Sambungan Lewatan Bagian Tiang


Sambungan lewatan pada tiang pondasi harus mampu mengembangkan kuat
nominal penampang tiang.

g. Interaksi Tanah Tiang


Momen geser dan defleksi lateral tiang yang digunakan harus didesain dengan
meninjau interaksi tiang tanah jika rasio kedalaman pembebanan tiang kurang dari
atau sama dengan 6 (enam), tiang di dapat di asumsikan secara lentur terhadap
tanahnya.

h. Pengaruh Kelompok Tiang


Kuat nominal tiang lateral harus diseratakan bila jarak antara pusat-ke-pusat tiang
dalam arah lateral kurang dari delapan meter atau lebar tiang. Pengaruh kelompok
tiang terhadap kuat nominal vertikal harus disertakan bila jarak antara pusat ke
pusat kurang dari tiga kali diameter atau lebar tiang.

3. Tahap Perencanaan Pondasi Dalam


a. Perhitungan Jumlah Tiang Pondasi
Perhitungan jumlah tiang pondasi dapat diperoleh dengan membagi reaksi beban
maksimum yang terjadi dengan kapasitas dukung tiang group.

Dimana :
n = jumlah tiang dalam satu group tiang
Fz = beban maksimum yang ditahan
Qall group = kapasitas dukung tiap group

b. Perhitungan Tebal dan Dimensi Pile Cap


Dalam menghitung tebal dan dimensi pile cap, sebelumnya harus diketahui dimensi
kolom dan beban aksial yang terjadi pada kolom. Untuk menghitung struktur
betonnya, beban perlu dikalikan dengan faktor beban :
U = 1,2 (beban mati) + 1,6 (beban hidup)

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 60
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

Namun jika yang diketahui hanya nilai (beban mati + beban hidup) tanpa
mengetahui besarnya masing-masing dapat dilakukan pendekatan nilai faktor
beban 1,4. Sehingga Pu = 1,4 x P

c. Perhitungan Kuat Dukung Pondasi


Pondasi tiang dapat menahan beban aksial kolom dengan menggunakan
persamaan di bawah ini
𝑄𝑢𝑙𝑡𝑖𝑚𝑖𝑡 = 𝑄𝑖𝑗𝑖𝑛 + 𝑄𝑓𝑟𝑖𝑘𝑠𝑖
𝑄𝑢𝑙𝑡𝑖𝑚𝑖𝑡 = 𝑞 × 𝐴𝑢𝑗𝑢𝑛𝑔 + 𝑓 × 𝐴𝑠𝑒𝑙𝑖𝑚𝑢𝑡

Qultimit = kapasitas ultimit pondasi tiang tunggal (kN)


Qujung = tahanan ujung tiang (kN)
Qfriksi = Tahanan gesek tiang (kN)

Gambar B.2.7
Kuat Dukung Pondasi

Perhitungan kuat dukung pondasi sedikitnya ditinjau dengan 3 perhitungan, yaitu:


1) Kuat dukung pondasi berdasarkan kuat bahan (didapatkan dari spesifikasi
pabrikan pondasi tiang pancang.
2) Kuat dukung pondasi berdasarkan data SPT (dari nilai N-SPT dan kuat dukung
masing-masing jenis tanah (soil properties) dari setiap jenis lapisan.
3) Kuat dukung pondasi berdasarkan nilai sondir (qc)
Dari ketiga kuat dukung tersebut diambil nilai kuat dukung terkecil.

d. Perhitungan Kapasitas
Dukung Tiang Berdasakan Data N-SPTRumus kapasitas dukung tiang berdasarkan
data N-SPT Mayerhof (1967) dalam Cemica (1995) untuk tanah non kohesif adalah
sebagai berikut :

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 61
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

Dimana:
ftotal = Total gesekan pada selimut tiang atau adhesi tanah denganselimut
tiang untuk setiap lapisan yang dijumpai (kN/m2)
Li = Tebal lapisan tanah ke-i (m)
fi = Gesekan pada selimut tiang atauadhesi tanah denganselimut tiang
untuk lapisan tanah ke-i (kN/m2)
D = Diameter tiang (m)
L = Total panjang tiang (m)
q = Kapasitas dukung tanah pada ujung tiang (KN/m2)

𝑄𝑢𝑙𝑡𝑖𝑚𝑖𝑡 = 𝐴𝑢𝑗𝑢𝑛𝑔 × 𝑞 + 𝑂 × 𝑓𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙


𝑄𝑢𝑙𝑡𝑖𝑚𝑖𝑡 = 𝑄𝑢𝑙𝑡𝑖𝑚𝑖𝑡/𝑆𝐹

Qultimit = Kapasitas ultimit pondasi tiang tunggal (kN)


Qijin = Kapasitas ijin pondasi tiang tunggal (kN)
SF = Faktor aman yang nilainya dapat diambil 2,5 s/d 3.
Aujung = Luas permukaan ujung tiang (m2)
O = Keliling tiang (m)

e. Perhitungan Kapasitas Dukung Tiang Berdasakan Data Sondir


Dalam Wesley (1977) disebutkan kapasitas dukung tiang ijin untuk tiang yang
dipancang sampai lapisan pasir :

𝑄𝑖𝑗𝑖𝑛 = 𝑄𝑢𝑗𝑢𝑛𝑔+𝑄𝑓𝑟𝑖𝑘𝑠𝑖
𝑄𝑖𝑗𝑖𝑛 = (𝑞𝑐×𝐴𝑢𝑗𝑢𝑛𝑔)/3+(𝑇𝑓×𝑂)/5

Untuk pemancangan tiang pada tanah lempung Wesley (1977) menyarankan


penggunaan faktor aman yang lebih besar dari tiang dalam pasir. Dalam
Suryolelono (1994) untuk pemancangan tiang pada tanah lempung dapat
digunakan rumus :

𝑄𝑖𝑗𝑖𝑛 = (𝑞𝑐 × 𝐴𝑢𝑗𝑢𝑛𝑔)/5 + (𝑇𝑓 × 𝑂)/10

Berdasarkan pengalaman desain, biasanya pemancangan tiang pada


tanahlempung jika ujung tiang telah mencapai tanah keras dapat digunakan
rumus :

𝑄𝑖𝑗𝑖𝑛 = (𝑞𝑐 × 𝐴𝑢𝑗𝑢𝑛𝑔)/3 + (𝑇𝑓 × 𝑂)/10

Dimana :

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 62
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

Qijin = Kapasitas ijin pondasi tiang tunggal (kg)


qc = Perlawanan Ujung sondir (kg/cm2)
Tf = Total friction sondir (kg/cm’)
Aujung = Luas permukaan ujung tiang (cm2)
O = Keliling tiang (cm)

Setelah diketahui nilai kapasitas dukung tiang minimum dari ketiga kapasitas
dukung di atas, maka selanjutnya di chek terhadap kekuatan bahan tiang pancang
yang diketahui dari spesifikasi tiang pancang tersebut.

f. Menghitung Kapasitas Dukung Tiang Group (Qallgroup)

𝑄𝑎𝑙𝑙𝑔𝑟𝑜𝑢𝑝 = 𝑄𝑖𝑗𝑖𝑛 × 𝐸𝑔

Dimana :
Qallgroup = kapasitas dukung tiang group
Qall = kapasitas dukung tiang tunggal
Eg = efisiensi kelompok tiang

Dalam Wesley (1977) disebutkan efisiensi kelompok tiang (Eg) untuk tiang gesek
dalam tanah lempung, Canadian National Building Code menyarankan nilai efisiensi
Eg = 0,7 untuk tiang yang berjarak 2,5d sampai 4d.

g. Perhitungan Distribusi Beban Kolom ke Masing-Masing Tiang


Beban yang didukung oleh tiang ke-i (Qi) akibat beban P, Mx dan My dalam sebuah
pile cap adalah :

Qi = beban yang didukung oleh tiang ke-i akibat beban P, Mx, dan My
P = beban vertikal searah sumbu z
n = jumlah tiang dalam satu pile cap.
Σ (x2) = jumlah kuadrat jarak x terhadap titik pusat berat kelompok tiang (O).
Σ (y2) = jumlah kuadrat jarak y terhadap titik pusat berat kelompok tiang (O).
xi = jarak tiang ke-i terhadap titik O searah sumbu x.
yi = jarak tiang ke-i terhadap titik O searah sumbu y.

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 63
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

Gambar B.2.8
Distribusi Beban Kolom ke Masing-Masing Tiang

h. Kontrol Gaya Geser Dua Arah (Geser Pons)


Perhitungan geser pons bertujuan untuk mengetahui apakah tebal pile cap cukup
kuat untuk menahan beban terpusat yang terjadi. Bidang kritis untuk perhitungan
geser pons dapat dianggap tegak lurus bidang pelat yang terletak pada jarak 0,5.d
dari keliling beban reaksi terpusat tersebut, dimana d adalah tinggi efektif pelat.
Tegangan geser pons padda pile cap yang terjadi di sekitar beban terpusat (bidang
kritis) ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar B.2.9
Gaya Geser Pons Dua Arah Pada Pile Cap

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 64
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

Keliling bidang kritis geser pons (bo) dihitung berdasarkan rumus di bawah ini:

𝑏𝑂 = 2(𝑏+𝑑)+2(ℎ+𝑑)

Mengitung geser pons dilakukan dengan menggunakan rumus berikut ini :

φ𝑉𝑐 𝑝𝑜𝑛𝑠 = 0,6 × 0,33 × √𝑓′𝑐 × 𝑏𝑂 × 𝑑

Dimana :
bO = keliling bidang kritis geser pons
φVc pons = geser pons
b = lebar kolom
h = panjang kolom
d = tinggi (tebal) efektif pile cap
Dengan syarat 𝑉𝑢 𝑝𝑜𝑛𝑠 < φ𝑉𝑐 𝑝𝑜𝑛𝑠.... OK

i. Kontrol Gaya Lateral (Metode Brooms)


Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui gaya lateral yang mampu ditahan
oleh tiang pancang. Gaya lateral yang bekerja pada tiang pancang merupakan gaya
geser yang bekerja pada dasar kolom yang ditentukan berdasarkan kuat momen
maksimum (Mpr) pada kedua ujung kolom. Besarnya beban lateral yang harus
didukung pondasi yang bergantung pada rangka bangunan yang mengirimkan gaya
lateral tersebut ke kolom bagian bawah.

Jika tiang dipasang vertikal dan dirancang untuk mendukung beban horizontal
yang cukup besar, maka bagian atas dari tanah pendukung harus mampu menahan
gaya tersebut, sehingga tiang-tiang tidak mengalami gerakan lateral yang
berlebihan. Karena itu, tiang-tiang perlu dihubungkan dengan gelagar-gelagar
horizontal yang berfungsi sebagai penahan gaya lateral. Biasanya, ruang bawah
tanah (basement) atau balok-balok pengikat digunakan untuk menyebarkan beban
horizontal ke seluruh tiang.

Menghitung Tahanan Beban Lateral Ulimit (Metode Broms)


1) Menentukan nilai L/d dan e/d, dimana L adalah panjang (kedalaman tiang), e
adalah jarak gaya terhadap permukaan tanah, dan d adalah dimensi tiang
pancang. Penentuan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tiang termasuk
tiang pendek atau tiang panjang pada Gambar B.2.10a.
2) Jika tiang termasuk tiang panjang maka untuk menghitung beban lateral
ultimate dengan menggunakan grafik pada Gambar B.2.10b. Dengan
mengetahui nilai Cu, e/d dan My/(Cu.d3).
3) Menentukan letak momen maksimum dengan rumus :

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 65
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

4) Menghitung momen maksimum (Mmaks) yang harus ditahan oleh tiang dengan
menggunakan persamaan berikut ini :

𝐻𝑚𝑎𝑥 = 𝐻 (𝑒 + 1,5𝑑 + 0,5𝑓)

Gambar B.2.10
Tahanan Lateral Ultimit Tiang dalam Tanah Kohesif (Broms, 1964a)

j. Penulangan Pile Cap


Penulangan pile cap dihitung tinjauan bidang kritis pada arah x dan arah y seperti
ditunjukkan pada gambar berikut :

Gambar B.2.11
Tinjauan Bidang Kritis Pada Arah X dan Y

Menghitung momen ultimate

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 66
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

Jika F ≤ Fmax Tulangan Tunggal


F > Fmax Tulangan Rangkap
Misalnya dalam perhitungan tulangan tunggal

Untuk tulangan atas (AS′ = 0,15% × B × d)

4. Perhitungan Tie Beam


a. Pengikat Pondasi
Pur (pile-cap) tiang individu, pier bor, atau kaison harus dihubungkan satu sama
lain dengan pengikat. Semua pengikat harus mempunyai kuat tarik atau tekan
desain paling sedikit sama dengan gaya yang sama dengan 10 persen SDS kali
beban mati terfaktor ditambah beban hidup terfaktor pur tiang atau kolom yang
lebih besar.

b. Persyaratan Pengangkuran Tiang


Desain pengangkuran tiang ke dalam pur (pile-cap) tiang harus memperhitungkan
pengaruh gaya aksial terkombinasi akibat gaya ke atas dan momen lentur akibat
penjepitan pada pur (pile-cap) tiang. Untuk tiang yang disyaratkan untuk menahan
gaya ke atas atau menyediakan kekangan rotasi, pengangkuran ke dalam pur (pile-
cap) tiang harus memenuhi hal berikut ini:
1) Dalam kasus gaya ke atas, pengangkuran harus mampu mengembangkan
kekuatan sebesar yang terkecil di antara kuat tarik nominal tulangan
longitudinal dalam tiang beton, atau kuat tarik nominal tiang baja, atau 1,3 kali
tahanan cabut tiang, atau gaya tarik aksial yang dihasilkan dari pengaruh
beban gempa termasuk faktor kuat-lebih Tahanan cabut tiang harus diambil
sebagai gaya friksi atau lekatan ultimat yang dapat disalurkan antara tanah dan
tiang ditambah dengan berat tiang dan pur.
2) Dalam kasus kekangan rotasi, pengangkuran harus didesain untuk menahan
gaya aksial dan geser dan momen yang dihasilkan dari pengaruh beban gempa

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 67
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

termasuk faktor kuat lebih atau harus mampu mengembangkan kuat nominal
aksial, lentur, dan geser penuh dari tiang.

c. Tulangan untuk Tiang Beton tanpa Pembungkus (Kategori Desain Seismik D sampai
F)
Tulangan harus disediakan bila disyaratkan oleh analisis. Untuk tiang beton bor
cor setempat tanpa pembungkus, minimum empat batang tulangan longitudinal
dengan rasio tulangan longitudinal minimum 0,005 dan tulangan pengekangan
tranversal sesuai dengan tata cara yang berlaku harus disediakan sepanjang
panjang tiang bertulangan minimum seperti didefinisikan di bawah mulai dari ujung
atas tiang.

Tulangan longitudinal harus menerus melewati panjang tiang bertulangan minimum


dengan panjang penyaluran tarik. Panjang tiang bertulangan minimum harus
diambil yang lebih besar dari:
1) Setengah panjang tiang
2) Sejarak 3 m
3) Tiga kali diameter tiang
4) Panjang lentur tiang

Di mana harus diambil sebagai panjang dari sisibawahpenutup tiangsampai suatu


titik di mana momen retak penampang beton dikalikan dengan faktor tahanan 0,4
melebihi momen terfaktor perlu di titik tersebut. Sebagai tambahan, untuk tiang
yang berlokasi dalam kelas situs SE atau SF, tulangan longitudinal dan tulangan
pengekangan tranversal, seperti dijelaskan di atas, harus menerus sepanjang tiang.
Bila tulangan tranversal disyaratkan, pengikat tulangan tranversal harus minimum
batang tulangan ulir D10 untuk tiang sampai dengan diameter 500 mm dan batang
tulangan ulir D13 untuk tiang dengan diameter lebih besar. Tulangan longitudinal
dan tulangan pengekangan tranversal, seperti didefiniskan di atas, juga harus
menerus dengan minimum tujuh kali diameter tiang di atas dan di bawah
permukaan kontak lapisan lempung teguh, lunak sampai setengah teguh atau
lapisan yang dapat mencair (liquefiable) kecuali tulangan tranversal tidak
ditempatkan dalam panjang bertulangan minimum harus diijinkan untuk
menggunakan rasio tulangan spiral transversal dengan tidak kurang dari setengah
yang disyaratkan dalam tata cara yang berlaku. Spasi penulangan tranversal yang
tidak ditempatkan dalam panjang bertulangan minimum diijinkan untuk
ditingkatkan, seperti yang dikemukakan oleh Ardiyanto (2015) tetapi harus tidak
melebihi dari yang terkecil dari berikut ini:
1) 12 diameter batang tulangan longitudinal
2) Setengah diameter tiang
3) 300 mm

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 68
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

B.2.3 Program Kerja

Program kerja konsultan merupakan rencana kegiatan yang akan dilakukan tim dalam
melaksanakan penyelesaian pekerjaan perencanaan. Program kerja ini secara garis besar di
bagi dalam 4 (empat) kelompok kegiatan, yaitu :
1. Tahap Persiapan
2. Tahap Pengumpulan Data Lapangan Terdiri dari :
- Survey Pendahuluan
- Survey Detail
3. Tahap Perencanaan Teknis
- Perencanaan Struktur dan Arsitektur
- Perencanaan ME
- Perhitungan Volume dan Biaya
4. Tahap Pelaporan dan Penyiapan Dokumen Lelang
- Gambar Desain
- Dokumen Tender

B.2.3.1 Tahap Persiapan

Tahap persiapan ini merupakan awal kegiatan yang dilakukan Konsultan dengan tujuan :
1. Mempersiapkan peralatan kantor
2. Mobilisasi personil tenaga kerja
3. Melakukan pengarahan pada personil dalam melaksanakan tugas
4. Menyelaraskan tugas dan tanggung jawab diantara tim kerja
5. Berkoordinasi dengan instansi terkait
6. Menyiapkan dan mengumpulkan materi data-data awal
7. Menganalisa data awal untuk menetapkan desain sementara sebagai panduan survey
pendahuluan
8. Menetapkan sementara koridor lokasi yang akan disurvey

Dari langkah persiapan ini kemudian akan dilanjutkan ke tahap pengumpulan data lapangan.

B.2.3.2 Tahap Pengumpulan Data Lapangan

Tahap pengumpulan data lapangan dilakukan dengan mengadakan tinjauan langsung


(survey). Survey akan dilakukan dalam 2 (dua) tahap, yaitu survey pendahuluan dan survey
detail.

1. Survey Pendahuluan
Survey Pendahuluan bertujuan untuk memperoleh data awal sebagai bagian penting
bahan kajian kelayakan teknis dan sebagai bahan pekerjaan selanjutnya. Survey ini
diharapkan akan memberikan saran dan bahan pertimbangan terhadap survey detail
lanjutannya.

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 69
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

Hal utama yang menjadi lingkup survey ini diantaranya :


a. Studi Literatur, merupakan data pendukung perencanaan baik data sekunder
maupun data lainnya.
b. Koordinasi dengan instansi terkait di lapangan, merupakan konfirmasi di daerah
sehubungan dengan dilakukannya survey.
c. Diskusi perencanaan di lapangan, merupakan pembahasan usulan perencanaan di
lapangan bagian demi bagian sesuai dengan bidang keahliannya, membuat sketsa
yang dilengkapi catatan ataupun fotofoto penting.

Langkah berikut menganalisa data-data yang diperoleh dan mengolahnya untuk


dijadikan materi awal perencanaan dan dijadikan laporan pendahuluan pekerjaan.

2. Survey Detail

Survey Detail bertujuan untuk memperoleh data lebih detail lagi sebagai pelengkap
bahan perencanaan yang akan dilakukan. Survey ini diharapkan akan memantapkan
penentuan perencanaan pekerjaan. Hal utama yang menjadi lingkup survey ini
diantaranya adalah : Pengukuran kondisi tanah untuk menentukan titik 0 dilakukan
sepanjang lokasi yang akan dibangun dengan mengadakan pengukuran detail pada
tempat yang memerlukannya.

B.2.3.3 Tahap Perencanaan Teknis

Tahap ini menggambarkan langkah-langkah konsep kerja untuk mencapai hasil dan tujuan
perencanaan sesuai dengan yang diinginkan.

1. Tahap Konsep Rancangan, terdiri dari :


a. Melakukan penelitian tanah terhadap lokasi perencanaan dengan menghasilkan
dokumen laporan penelitian tanah, untuk dipakai sebagai acuan penyusunan
perencanaan teknis
b. Melakukan koordinasia dengan unit terkait, terkait peraturan perizinan
pembangunan
c. Membuat konsep perencanaan
d. Memberikan laporan hasil penyelidikan tanah

2. Tahap Pra Rancangan, terdiri dari :


a. Membuat rencana tapak
b. Membuat pra rencana-bangunan
c. Membuat perkiraan rencana biaya
d. Membuat laporan perencanaan

3. Tahap Pengembangan, terdiri dari :


a. Membuat rencana arsitektur, beserta uraian konsep dan visiualiasasi dua dimensi
serta tiga dimensi

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 70
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

b. Membuat rencana struktur, beserta uraian konsep dan perhitunganya


c. Membuat rencana mekanikal-elektrikal termasuk informasi dan teknologi, beserta
uraian konsep dan perhitungannya
d. Membuat garis besar spesifikasi teknis
e. Mambuat perkiraan biaya

B.2.3.4 Tahap Pelaporan dan Penyiapan Dokumen Lelang

1. Tahap Rancangan Gambar Detail dan Penyusunan RKS dan RAB


Dokumen Pelaksanaan, terdiri dari:
a. Gambar rencana arsitektur, struktur, mekanikal dan elektrikal, plumbing, serta tata
ruang
b. Gambar detail pelaksanaan arsitektur, struktur, mekanikal dan elektrikal, plumbing,
tata ruang beserta perhitunganya
c. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) berikut spesifikasi teknis
d. Rencana Anggaran Biaya (RAB) pekerjaan konstruksi beserta analisa harga satuan
pekerjaan
e. Laporan ahir perencanaa, terdiri dari:
 Laporan Arsitektur
 Laporan perhitungan struktur
 Laporan perhitungan mekanikal dan elektrikal
f. Pembuatan AHS rancangan keselamatan keamanan kerja (K3)

2. Tahap Pelelangan, terdiri dari :


a. Memberikan pendampingan terhadap PPK dalam penyusunan dokumen pelelangan
b. Membantu panitia pelelangan dalam menyusun program dan pelaksanaan
pelelangan
c. Membantu panitia pelelangan pada waktu penjelasan pekerjaan (Aanwijzing)
d. Membantu menyusun kembali dokumen pelelangan dan melaksanakan tugas-tugas
yang sama apabila terjadi lelang ulang

Pengawasan Berkala, terdiri dari :


1. Memeriksa kesesuaian pelaksanaan
2. Melakukan penyesuaian gambar dan spesifikasi teknis pelaksanaan bila ada perubahan
3. Memberikan penjelasan terhadap persoalan-persoalan yang timbul selama masa
konstruksi
4. Memberikan rekomendasi tentang penggunaan bahan
5. Membuat laporan akhir pengawasan berkala, yang terdiri atas:
a. Perubahan perencanaan pada masa pelaksanaan konstruksi
b. Petunjuk penggunaan, pemeliharaan, dan perawatan bangunan gedung, termasuk
petunjuk yang menyangkut peralatan dan perlengkapan mekanikal elektrikal
bangunan

PT. Karsa Persada Mulia Uraian Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja | 71
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

Pada bagian ini Penyedia Jasa akan menguraikan Program Kerja yang terdiri dari Jadwal
Kegiatan dan Jadwal Pelaporan untuk mencapai sasaran dan hasil dari pekerjaan “Jasa
Konsultansi Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet”.

Pelaksanaan pekerjaan “Jasa Konsultansi Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet”
dilaksanakan dan diselesaikan dalam jangka waktu selama 60 (enam puluh) hari kalender
atau 2 (dua) bulan. Berdasarkan uraian dari KAK, Pendekatan dan Metodologi, serta
Mobilisasi Personil, maka disusunlah jadwal kegiatan yang terdiri dari:
1. Tahap Persiapan
2. Tahap Pengumpulan Data Lapangan
3. Tahap Perencanaan Teknis
4. Tahap Pelaporan dan Penyiapan Dokumen Lelang

Tabel B.3.1
Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
Bulan 1 Bulan 2
No. Keterangan
1 2 3 4 1 2 3 4
1. Tahap Persiapan

- Mempersiapkan peralatan kantor


- Mobilisasi personil tenaga kerja
- Melakukan pengarahan pada personil dalam
melaksanakan tugas
- Menyelaraskan tugas dan tanggung jawab
diantara tim kerja
- Berkoordinasi dengan instansi terkait
- Menyiapkan dan mengumpulkan materi
data-data awal
- Menganalisa data awal untuk menetapkan
desain sementara sebagai panduan survey
pendahuluan
- Menetapkan sementara koridor lokasi yang
akan disurvey
2. Tahap Pengumpulan Data Lapangan

PT. Karsa Persada Mulia Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan | 1


PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

Bulan 1 Bulan 2
No. Keterangan
1 2 3 4 1 2 3 4
- Survey Pendahuluan
- Survey Detail
3. Tahap Perencanaan Teknis
- Konsep Rancangan
- Konsep Pra Rancangan
- Konsep Pengembangan
Tahap Pelaporan dan Penyiapan
4.
Dokumen Lelang
- Rancangan Gambar Detail dan Penyusunan
RKS dan RAB
- Dokumen Pelelangan

Membantu Pengguna Jasa Dalam Pengawasan


Berkala

PT. Karsa Persada Mulia Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan | 2


PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

B.4.1 Organisasi dan Personil

Pekerjaan Jasa Konsultansi Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet merupakan
penugasan dari Pengguna Jasa yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Tebet kepada Konsultan
sebagai pihak ketiga.

Dengan demikian maka untuk pengendalian seluruh kegiatan ini perlu dirumuskan suatu
organisasi pelaksana pekerjaan. Secara umum organisasi pelaksana pekerjaan ini memiliki
dua sasaran, yaitu:

1. Sasaran Eksternal
Sasaran eksternal daripada organisasi pelaksana pekerjaan akan mengkoordinasikan
kegiatan antara konsultan dengan pihak-pihak yang terlibat langsung maupun tidak
langsung dengan kegiatan ini.

2. Sasaran Internal
Sasaran internal pada pengorganisasian pekerjaan adalah untuk mengkoordinasikan
kegiatan didalam konsultan, baik antara tenaga ahli, tenaga pendukung maupun antara
tim konsultan dengan administrasi perusahaan.

B.4.2 Pengorganisasian Pekerjaan

Secara garis besar organisasi pelaksana yang terlibat dalam pekerjaan ini ini adalah sebagai
berikut:

PT. Karsa Persada Mulia Komposisi Tim dan Penugasan | 1


PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

1. Rumah Sakit Umum Daerah Tebet


Rumah Sakit Umum Daerah Tebet bertindak sebagai penanggung jawab pekerjaan dan
akan mempunyai peran dalam hal koordinasi secara teknis dan administratif.

2. Tim Teknis
Tim Teknis atau Tim Pendamping yang ditunjuk oleh Kuasa Pengguna Anggaran RSUD
Tebet dan/atau Pejabat Pembuat Komitmen, akan bertanggung jawab dalam melakukan
koordinasi dan memberi masukan terhadap kajian analisis struktur bangunan gedung
dalam rangka meningkatkan kualitas layanan masyarakat, penambahan kapasitas
tempat tidur dan pasien safety dalam bekerja dan saat melayani pasien di Rumah Sakit
Umum Daerah Tebet dari pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh Konsultan. Dengan
adanya keterlibatan aktif dari Tim Teknis ini diharapkan hasil akhir yang dicapai dapat
maksimal sesuai dengan sasaran yang diharapkan dalam kerangka acuan kerja.

3. Konsultan
Sebagai pelaksana kegiatan ini akan bertanggung jawab dalam mengidentifikasi dan
menganalisa permasalahan, dan membuat perencanaan sesuai tahapan kegiatan.
Dalam organisasi konsultan terdapat tenaga ahli dan tenaga sub profesional.

a. Tenaga Ahli
Secara teknis tenaga ahli madya akan bertanggung jawab terhadap kelancaran
pekerjaan sesuai dengan yang telah digariskan dalam KAK. Demikian pula halnya
dengan tugas-tugas koordinasi pada proses penyusunan laporan ini menjadi
tanggung jawab tenaga ahli madya 1 dan tenaga ahli madya 2.

b. Tenaga Sub Profesional


Team ini merupakan kelompok kerja dari tenaga subprofesional yang akan
menangani pekerjaan ini, diantaranya adalah asisten ahli dan operator CAD/CAM.

Dengan adanya penyusunan organisasi sebagaimana yang dikemukakan diatas, diharapkan


dalam proses kegiatan ini dapat terlaksana secara efisien dan terkoordinasi, baik secara
teknis maupun administrasi.

Struktur organisasi proyek pelaksana kegiatan pekerjaan dapat dilihat pada gambar berikut
ini :

PT. Karsa Persada Mulia Komposisi Tim dan Penugasan | 2


PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

Gambar B.4.1
Organisasi Proyek

Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta

Tim Teknis Pengguna Jasa


RSUD Tebet Rumah Sakit Umum Daerah
Tebet

Tim Konsultan PT. Karsa Persada Mulia

Tenaga Ahli
 Tenaga Ahli Madya 1
 Tenaga Ahli Madya 2

Tenaga Sub Profesional


 Asisten Tenaga Ahli
 Operator CAD/CAM

B.4.3 Struktur Organisasi Konsultan

Komposisi Tim Konsultan yang akan dilibatkan didalam kegiatan ini terdiri dari tenaga-
tenaga professional yang berpengalaman dibidangnya masing-masing, sesuai dengan
permintaan dalam kerangka acuan kerja. Selain tenaga ahli, dalam pelaksanaan pekerjaan
didukung dengan beberapa tenaga sub profesional.

Adapun struktur organisasi konsultan seperti diuraikan pada gambar berikut :

Gambar B.4.2
Struktur Organisasi Konsultan

 Tenaga Ahli Madya 1


 Tenaga Ahli Madya 2

Tenaga Sub Profesional :


 Asisten Ahli
 Operator CAD/CAM

PT. Karsa Persada Mulia Komposisi Tim dan Penugasan | 3


PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

B.4.4 Penugasan Tim Konsultan

Pekerjaan jasa konsultansi Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet ini pada
hakekatnya merupakan kegiatan yang melibatkan keahlian multidisplin. Agar seluruh waktu
yang ada dapat dipergunakan secara optimal, maka seluruh tenaga ahli dan tenaga sub
profesional yang dibutuhkan akan dilibatkan sesuai dengan porsi tugas masing-masing pada
pekerjaan dan keahliannya.

Agar lebih jelas mengenai penugasan tim konsultan dapat dilihat pada jadwal penugasan
tenaga ahli dan tenaga sub profesional yang disajikan pada bagian B.5 Jadwal Penugasan
Tenaga Ahli yaitu Tabel B.5.1.

Sedangkan tenaga ahli dan tenaga sub profesional yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan jasa konsultansi Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet ini dapat dilihat
pada Tabel B.4.1 sebagai berikut ini :

PT. Karsa Persada Mulia Komposisi Tim dan Penugasan | 4


PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

Tabel B.4.1 Komposisi Tim dan Penugasan Personil Pelaksana Pekerjaan


Jumlah
Tenaga Ahli Lingkup Posisi
No. Nama Perusahaan Uraian Pekerjaan Orang
Lokal / Asing Keahlian Diusulkan
Bulan
A. Tenaga Ahli
1 Muhammad Cholid, ST PT. Karsa Lokal Teknik Sipil Tenaga Ahli a. Menerapkan Komunikasi di Tempat Kerja. 2
Persada Bangunan Madya 1 b. Mengendalikan Pengumpulan Data Perancangan
Mulia Gedung Struktur Bangunan Gedung.
c. Membuat Perancangan Struktur Atas Bangunan
Gedung Bertingkat Rendah.
d. Membuat Perancangan Struktur Atas Bangunan
Gedung Bertingkat Tinggi.
e. Membuat Perancangan Pondasi Dangkal.
f. Membuat Perancangan Pondasi Dalam.
g. Membuat Perancangan Basement.
h. Membuat Perancangan Gambar Struktur.
i. Menyusun Spesifikasi Teknis Bangunan Gedung.
j. Mengendalikan Pengumpulan Data dan Informasi
Mengenai Pekerjaan Struktur Bangunan Gedung.
k. Melakukan Pekerjaan Persiapan Pelaksanaan
Struktur Bangunan Gedung.
l. Melakukan Review Design Struktur Bangunan
Gedung.
m. Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur
Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar
Rencana.
n. Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur
Atas Baja Bangunan Gedung sesuai dengan
Gambar Rencana.
o. Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur
Atas Beton Bertulang Bangunan Gedung sesuai
dengan Gambar Rencana.
p. Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur
Atas Beton Komposit Bangunan Gedung sesuai

PT. Karsa Persada Mulia Komposisi Tim dan Penugasan | 5


PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

Jumlah
Tenaga Ahli Lingkup Posisi
No. Nama Perusahaan Uraian Pekerjaan Orang
Lokal / Asing Keahlian Diusulkan
Bulan
dengan Gambar Rencana.
q. Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur
Atas Beton Pracetak Bangunan Gedung sesuai
dengan Gambar Rencana.
r. Melaksanakan Uji Kelaikan Fungsi Struktur
Bangunan Gedung.
s. Menyiapkan Serah Terima Hasil Pekerjaan Struktur
Bangunan Gedung.
t. Memeriksa Administrasi Rencana Pelaksanaan
Struktur Bangunan Gedung.
u. Mengawasi Pelaksanaan Pekerjaan Persiapan
Struktur Bangunan Gedung.
v. Mengawasi Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Bawah
Bangunan Gedung.
w. Mengawasi Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Atas
Baja Bangunan Gedung.
x. Mengawasi Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Atas
Beton Bertulang Bangunan Gedung.
y. Mengawasi Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Atas
Beton Komposit Bangunan Gedung.
z. Mengawasi Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Atas
Beton Pracetak Bangunan Gedung.
aa. Mengintegrasikan Perancangan, Pelaksanaan, dan
Pengawasan pada Pekerjaan Bangunan Gedung.
bb. Membuat Laporan Akhir.
2 Sarwo Edhi, ST PT. Karsa Lokal Teknik Sipil Tenaga Ahli a. Menerapkan Komunikasi di Tempat Kerja. 2
Persada Bangunan Madya 2 b. Mengendalikan Pengumpulan Data Perancangan
Mulia Gedung Struktur Bangunan Gedung.
c. Membuat Perancangan Struktur Atas Bangunan
Gedung Bertingkat Rendah.
d. Membuat Perancangan Struktur Atas Bangunan
Gedung Bertingkat Tinggi.
e. Membuat Perancangan Pondasi Dangkal.

PT. Karsa Persada Mulia Komposisi Tim dan Penugasan | 6


PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

Jumlah
Tenaga Ahli Lingkup Posisi
No. Nama Perusahaan Uraian Pekerjaan Orang
Lokal / Asing Keahlian Diusulkan
Bulan
f. Membuat Perancangan Pondasi Dalam.
g. Membuat Perancangan Basement.
h. Membuat Perancangan Gambar Struktur.
i. Menyusun Spesifikasi Teknis Bangunan Gedung.
j. Mengendalikan Pengumpulan Data dan Informasi
Mengenai Pekerjaan Struktur Bangunan Gedung.
k. Melakukan Pekerjaan Persiapan Pelaksanaan
Struktur Bangunan Gedung.
l. Melakukan Review Design Struktur Bangunan
Gedung.
m. Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur
Bawah Bangunan Gedung sesuai dengan Gambar
Rencana.
n. Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur
Atas Baja Bangunan Gedung sesuai dengan
Gambar Rencana.
o. Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur
Atas Beton Bertulang Bangunan Gedung sesuai
dengan Gambar Rencana.
p. Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur
Atas Beton Komposit Bangunan Gedung sesuai
dengan Gambar Rencana.
q. Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur
Atas Beton Pracetak Bangunan Gedung sesuai
dengan Gambar Rencana.
r. Melaksanakan Uji Kelaikan Fungsi Struktur
Bangunan Gedung.
s. Menyiapkan Serah Terima Hasil Pekerjaan Struktur
Bangunan Gedung.
t. Memeriksa Administrasi Rencana Pelaksanaan
Struktur Bangunan Gedung.
u. Mengawasi Pelaksanaan Pekerjaan Persiapan
Struktur Bangunan Gedung.

PT. Karsa Persada Mulia Komposisi Tim dan Penugasan | 7


PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

Jumlah
Tenaga Ahli Lingkup Posisi
No. Nama Perusahaan Uraian Pekerjaan Orang
Lokal / Asing Keahlian Diusulkan
Bulan
v. Mengawasi Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Bawah
Bangunan Gedung.
w. Mengawasi Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Atas
Baja Bangunan Gedung.
x. Mengawasi Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Atas
Beton Bertulang Bangunan Gedung.
y. Mengawasi Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Atas
Beton Komposit Bangunan Gedung.
z. Mengawasi Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Atas
Beton Pracetak Bangunan Gedung.
aa. Mengintegrasikan Perancangan, Pelaksanaan, dan
Pengawasan pada Pekerjaan Bangunan Gedung.
bb. Membuat Laporan Akhir.
B. Tenaga Sub Profesional
1 Aminudin, ST PT. Karsa Lokal Teknik Sipil Asisten Ahli a. Bertanggungjawab atas hasil pekerjaan pada 2
Persada Bangunan bidangnya.
Mulia Gedung b. Mengidentifikasi dan merumuskan kembali
ketentuan-ketentuan teknis perencanaan
bangunan.
c. Mengupayakan dan menyimpulkan hasil pengujian
hasil survey tanah. Membuat konsep dasar, outline
sistem struktur, rencana struktur serta
penghitungan awal struktur.
d. Membuat gambar kerja, rencana kerja,
merumuskan syarat-syarat pelaksanaannya serta
mengidentifikasi bill of quantity (BQ).
e. Melakukan prakiraan biaya awal dan penghitungan
Rencana Anggaran Biaya (RAB).
f. Menyusun Rencana Anggaran Biaya (RAB).
g. Menentukan material yang dipakai untuk ruang
dalam maupun luar.
h. Memberikan informasi kepada Quantity Surveyor.

PT. Karsa Persada Mulia Komposisi Tim dan Penugasan | 8


PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

Jumlah
Tenaga Ahli Lingkup Posisi
No. Nama Perusahaan Uraian Pekerjaan Orang
Lokal / Asing Keahlian Diusulkan
Bulan
i. Konsultasi dengan Dinas Teknis Bangunan atau
Unit Satuan Kerja terkait lainnya.
j. Membuat konsep dan gambar perencanaan.
2 Rohis Firdaus, ST PT. Karsa Lokal Teknik Sipil Operator a. Mendiagnosa Gambar Sketsa/Draft 2
Persada Bangunan CAD/CAM 1. Mempelajari Gambar Skesa/Draft
Mulia Gedung 2. Menyesuaikan Dengan Spesifikasi Teknis
3. Mengedintifikasikan Keterangan Sketsa yang
tidak jelas
4. Memperbaiki Gambar
b. Mengedintifikasi Bahan Dan alat Yang diperlukan
1. Menetapkan Ukuran, Jenis kertas dan setting
gambar yang diperlukan
2. Menghitung Jumlah Gambar yang akan
dikejakan
3. Menyusun daftar peralatan gambar, perangkat
keras dan perangkat lunak yang diperlukan
4. Memberikan daftar bahan dan alat yang
dibutuhkan pada atasan langsung
c. Membuat Jadwal Kerja
1. Memperkirakan Jumlah Waktu untuk tiap
gambar
2. Memperkirakan alokasi waktu penyelesaian
pelaksanaan penggambaran
3. Memberikan jadwal kerja kepada atasan
d. Melakukan Penggambaran
1. Menyapkan Bahan dan peralatan yang akan
digunakan
2. Melakukan Koordinasi dengan Arsitek
3. Melakukan penggambaran
4. Melaukan tindakan perawatan terhadap
peralatan yang digunakan
5. Mencatat dan melaporkan hasil penggambaran
e. Menyimpan / merapihkan gambar dan peralatan

PT. Karsa Persada Mulia Komposisi Tim dan Penugasan | 9


PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

Jumlah
Tenaga Ahli Lingkup Posisi
No. Nama Perusahaan Uraian Pekerjaan Orang
Lokal / Asing Keahlian Diusulkan
Bulan
yang sudah selesai digunakan
1. Menyimpan Gambar File Ditempat yang telah
ditentukan
2. Mengumpulkan peralatan yang digunakan
3. Menyimpan kembali peralatan, bahan yang
belum dipakai dan sisa bahan ditempat semula
4. Membersihkan dan merapikan area pekerjaan
f. Membuat Laporan Hasil Penggambaran
1. Menyiapkan Borang-Borang Laporan
2. Mengisi Borang-Borang sesuai dengan pekerjaan
yang telah dilakukan
3. Membuat catatan yang diperlukan dalam
Borang-Borang
4. Menyerahkan Laporan Kepada Atasan Langsung.

PT. Karsa Persada Mulia Komposisi Tim dan Penugasan | 10


PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Jasa Konsultansi
Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet

Didalam kerangka acuan kerja (KAK) telah dikemukakan jumlah tenaga ahli yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan pekerjaan, yaitu 2 (dua) orang personil tenaga ahli madya. Namun
mengingat jumlah bulan-orang (MM) sangat terbatas, maka penugasan personil tenaga ahli
tersebut perlu didukung oleh tenaga pendukung lainnya yang sesuai dan substansi
pekerjaan yang diminta yaitu dan 2 (dua) tenaga sub profesional diantaranya adalah 1
(satu) orang asisten ahli, dan 1 (satu) orang operator CAD/CAM. Keterbatasan orang-bulan
(MM) sendiri dapat dipahami berkaitan dengan keterbatasan dana. Hal ini merupakan
tantangan tersendiri bagi konsultan untuk bekerja secara efisien.

Kegiatan Jasa Konsultansi Analisis Struktur Bangunan Gedung RSUD Tebet pada hakekatnya
merupakan pekerjaan yang melibatkan keahlian multidisplin. Sesuai dengan pendekatan
yang akan dilakukan, yaitu mengkaitkan bidang Tenaga Ahli Teknik Bangunan Gedung,
maka diharapkan personil tenaga ahli yang terlibat memahami pula praktek-praktek
peraturan berdasarkan aturan-aturan tersebut.

Agar seluruh waktu tersebut dipergunakan secara optimal, maka seluruh personil tenaga ahli
dan tenaga pendukung yang dibutuhkan akan dilibatkan sesuai dengan porsi pekerjaan dan
keahliannya. Agar lebih jelas jadwal penugasan tenaga ahli disajikan pada tabel berikut ini :

Tabel B.5.1
Jadwal Penugasan Tenaga Ahli dan Tenaga Sub Profesional
Bulan 1 Bulan 2
No. Keterangan
1 2 3 4 1 2 3 4
A. Tenaga Ahli Nama
1 Tenaga Ahli Madya 1 Muhammad Cholid, ST
2 Tenaga Ahli Madya 2 Sarwo Edhi, ST
B. Tenaga Sub Profesional Nama
1. Asisten Ahli Aminudin, ST
2. Operator CAD/CAM Rohis Firdaus, ST

Masuk Penuh Waktu Masuk Paruh Waktu

PT. Karsa Persada Mulia Jadwal Penugasan Tenaga Ahli | 1

Anda mungkin juga menyukai