Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

STRATEGI KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF DI ERA GLOBAL

MATA KULIAH : KEPEMIMPINAN


NAMA : MUSLIM HI. M. KARIM
NIM: 041445917

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ TERNATE


2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Globalisasi merupakan suatu hal yang tidak bisa dihindari oleh siapapun dan di negara manapun.
Globalisasi merupakan Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang
dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada
suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh
dunia. Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara
termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh
negatif. Dewasa ini kita tengah memasuki Era Globalisasi yang bercirikan suatu interdependensi,
yaitu suatu era saling ketergantungan yang ditandai dengan semakin canggihnya sarana
komunikasi dan interaksi. Perkembangan dan kemajuan pesat di bidang teknologi dan informasi
memberikan dampak yang amat besar terhadap proses komunikasi dan interaksi tersebut. Era
globalisasi sering pula dinyatakan sebagai era yang penuh dengan tantangan dan peluang untuk
saling bekerja sama. Dalam memasuki tatanan dunia baru yang penuh perubahan dan dinamika
tersebut, keadaan dewasa ini telah membawa berbagai implikasi terhadap berbagai bidang
kehidupan, termasuk tuntutan dan perkembangan bentuk komunikasi dan interaksi sosial dalam
suatu proses kepemimpinan.

Setiap bangsa, nampaknya dipersyaratkan untuk memiliki kualitas dan kondisi kepemimpinan
yang mampu menciptakan suatu kebersamaan dan kolektivitas yang lebih dinamik. Hal ini
dimaksudkan agar memiliki kemampuan bertahan dalam situasi yang semakin sarat dengan
bentuk persaingan, bahkan diharapkan mampu menciptakan daya saing dan keunggulan yang
tinggi. Begitu pula dalam konteks pergaulan dan hubungan yang lebih luas, setiap negara-bangsa
(nation state) dituntut mampu berperan secara aktif dan positif baik dalam lingkup nasional,
regional maupun internasional.. Namun, harus disadari pula bahwa dalam setiap proses
kepemimpinan, kita akan selalu dihadapkan pada suatu mata rantai yang utuh mulai dari yang
paling atas sampai tingkat yang paling bawah dan ke samping. Karena itu, pemahaman serta
pengembangan dalam visi dan perspektif kepemimpinan amat diperlukan dalam upaya
mengembangkan suatu kondisi yang mengarah pada strategi untuk membangun daya saing,
khususnya dalam upaya meningkatkan kualitas dan produktivitas bangsa yang ditandai oleh
semangat kebersamaan  dan keutuhan.

1.2  Perumusan Masalah

Dari Latar Belakang yang telah dikemukakan, penulis mengangkat masalah tentang “Bagaimana
Peran Pemimpin Dalam Menghadapi Dampak Negatif Globalisasi ?”

1.3  Tujuan

a. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.


a. Mengetahui Teori tentang Globalisasi
b. Mengetahui Dampak Globalisasi
c. Mengetahi Teori tentang Pemimpin dan Kepemimpinan
d. Mengetahui Peran Pemimpin dalam menghadapi dampak negatif globalisasi
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan secara harfian berasal dari kata pimpin. Kata pimpin mengandung pengertian
mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan ataupun
mempengaruhi. Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun spiritual
terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin, sehingga menjadi pemimpin itu tidak
mudah dan tidak akan setiap orang mempunyai kesamaan di dalam menjalankan ke-
pemimpinannya. Menurut Wahjosumidjo (2005: 17) kepemimpinan di terjemahkan kedalam
istilah sifat- sifat, perilaku pribadi, pengaruh terhadap orang lain, pola- pola, interaksi, hubungan
kerja sama antarperan, kedudukan dari satu jabatan administratif, dan persuasif, dan persepsi dari
lain- lain tentang legitimasi pengaruh. Miftah Thoha (2010: 9) kepemimpinan adalah kegiatan
untuk memengaruhi perilaku orang lain, atau seni memengaruhi perilaku manusia baik
perorangan maupun kelompok. Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat penting
dalam suatu organisai karena sebagian besar keberhasilan dan kegagalan suatu
organisasi ditentukan oleh kepemimpinan dalam organisasi tersebut. Menurut C. Turney (1992)
dalam Martinis Yamin dan Maisah (2010: 74) mandefinisikan kepemimpinan sebagai suatu
group proses yang dilakukan oleh seseorang dalam mengelola dan menginspirasikan sejumlah
pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi melalui aplikasi teknik- teknik manajemen. George
R. Terry (Miftah Thoha, 2010: 5) mengartikan bahwa Kepemimpinan adalah aktivitas untuk
mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan
meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku
pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
A. Dale Timple (2000: 58) mengartikan Kepemimpinan adalah proses pengaruh sosial di dalam
mana manajer mencari keikutsertaan sukarela dari bawahan dalam usaha mencapai tujuan
organisasi. Dengan kepemimpinan yang dilakukan seorang pemimpin juga menggambarkan arah
dan tujuan yang akan dicapai dari sebuah organisasi. Sehingga dapat dikatakan kepemimpinan
sangat berpengaruh bagi nama besar organisasi. Menurut Sudarwan Danim (2004: 56)
kepemimpinan adalah setiap perbuatan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk
mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok yang tergabung di dalam
wadah tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Martinis Yamin dan Maisah (2010: 74) kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi yang
dilakukan oleh seseorang dalam mengelola anggota kelompoknya untuk mencapai tujuan
organisasi. Kepemimpinan merupakan bentuk strategi atau teori memimpin yang tentunya
dilakukan oleh orang yang biasa kita sebut sebagai pemimpin. Pemimpin adalah seseorang
dengan wewenang kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian
dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan. Pemimpin adalah mereka yang menggunakan
wewenang formal untuk mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol para bawahan yang
bertanggung jawab, supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan
perusahaan. Pemimpin pertama-tama harus seorang yang mampu menumbuhkan dan
mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Secara sederhana pemimpin
yang baik adalah seorang yang membantu mengembangkan orang lain, sehingga akhirnya
mereka tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu. Menurut Kartini Kartono (2003: 48)
mengemukakan kepemimpinan sebagai berikut: Kepemimpinan itu sifatnya spesifik, khas,
diperlukan bagi situasi khusus. Sebab dalam satu kelompok yang melakukan aktivitasaktivitas
tertentu, dan punya tujuan serta peralatan khusus, pemimpin kelompok dengan ciri- ciri
karakteristiknya itu merupakan fungsi dari situasi khusus tadi. Jelasnya sifat-sifat utama dari
pemimpin dan kepemimpinannya harus sesuai dan bisa diterima oleh kelompoknya, juga
bersangkutan, serta cocok-pas dengan situasi dan zamannya.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan kepemimpinan merupakan cara seorang pemimpin
dalam mempengaruhi bawahan dengan karakteristik tententu sehingga dapat mencapai tujuan
yang diinginkan. Faktor keberhasilan seorang pemimpin salah satunya tergantung dengan teknik
kepemimpinan yang dilakukan dalam menciptakan situasi sehingga menyebabkan orang yang
dipimpinnya timbul kesadarannya untuk melaksanakan apa yang dikehendaki. Dengan kata lain,
efektif atau tidaknya seorang pemimpin tergantung dari bagaimana kemampuannya dalam
mengelola dan menerapkan pola kepemimpinannya sesuai dengan situasi dan kondisi organisasi
tersebut.
2. Perbedaan Kepemimpinan dengan Menejemen
Pada hakekatnya kepemimpinan mempunyai pengertian yang agak luas dibandingkan dengan
menejemen. Menejemen merupakan jenis pemikiran yang khusus dari kepemimpinan di dalam
usahanya untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan kepemimpinan bisa saja karena berusaha
mencapai tujuan organisasi atau kelompok, dan bisa saja sama atau selaras atau tidak selaras
dengan tujuan organisasi. Menurut Miftah Thoha (2010: 8) menejemen adalah sebuah proses
pencapaian organisasi lewat usaha orang-orang lain. Dalam menejemen terdapat suatu aturan dan
tata krama tertentu, sehingga kepemimpinan dalam menejemen akan diatur sesuai ketentuan
yang berlaku. Seseorang yang mengatur menejemen biasa disebut menejer. Menejer menduduki
jabatan sruktural melalui seleksi dan periode masa jabatan yang sudah diatur dalam organisasi.
Menurut Sudarwan Danim (2004: 56) kepemimpinan adalah setiap perbuatan yang dilakukan
oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau
kelompok yang tergabung di dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dalam kepemimpinan tidak dibatasi oleh aturanaturan dan tata krama dalam suatu
organisasi. Kepemimpinan bisa terjadi dimana saja, asalkan orang tersebut dapat menunjukkan
kemampuannya dalam mempengaruhi orang lain atau kelompok tertentu untuk mencapai tujuan
tertentu. Seseorang yang bisa mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan tertentu bisa di
sebut dengan pemimpin.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan seorang menejer dapat saja berperilaku sebagai seorang
pemimpin, asalkan dia mampu mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Tetapi
seorang pemimpin belum tentu harus menjabat sebagai menejer jika ingin mempengaruhi orang
lain. Jadi seorang pemimpin belum tentu menejer, tetapi seorang menejer bisa saja berperilaku
sebagai pemimpin.

3. Gaya Kepemimpinan
Menurut Mifta Thoha (2010: 49) gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang
digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain
seperti yang ia lihat. Macammacam gaya kepemimpinan antara lain :
a. Gaya Kepemimpinan Otokratik
Menurut Sudarwan Danim (2004: 75) kata otokratik diartikan sebagai tindakan menurut
kemauan sendiri, setiap produk pemikiran dipandang benar, keras kepala, atau rasa aku yang
keberterimaannya pada khalayak bersifat dipaksakan. Kepemimpinan otokratik disebut juga
kepemimpinan otoriter. Mifta Thoha (2010: 49) mengartikan kepemimpinan otokratis sebagai
gaya yang didasarkan atas kekuatan posisi dan penggunaan otoritas. Jadi kepemimpinan
otokratik adalah kepemimpinan yang dilakukan oleh seorang pemimpin dengan sikapnya yang
menang sendiri, tertutup terhadap saran dari orang lain dan memiliki idealisme tinggi. Menurut
Sudarwan Danim (2004: 75) pemimpin otokratik memiliki ciri-ciri antara lain:

1) Beban kerja organisasi pada umumnya ditanggung oleh pemimpin.


2) Bawahan, oleh pemimpin hanya dianggap sebagai pelaksana dan mereka tidak boleh
memberikan ide-ide baru.
3) Bekerja dengan disiplin tinggi, belajar keras, dan tidak kenal lelah.
4) Menentukan kebijakan sendiri dan kalaupun bermusyawarah sifatnya hanya penawar
saja.
5) Memiliki kepercayaan yang rendah terhadap bawahan dan kalaupun kepercayaan
diberikan, didalam dirinya penuh ketidak percayaan.
6) Komunikasi dilakukan secara tertutup dan satu arah.
7) Korektif dan minta penyelesaian tugas pada waktu sekarang.

b. Gaya Kepemimpinan Demokratis


Menurut Sudarwan Danim (2004: 75) kepemimpinan demokratis bertolak dari asumsi bahwa
hanya dengan kekuatan kelompok, tujuantujuan yang bermutu tercapai. Mifta Thoha (2010: 50)
mengatakan gaya kepemimpinan demokratis dikaitkan dengan kekuatan personal dan keikut
sertaan para pengikut dalam proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Menurut
Sudarwan Danim (2004: 76) pemimpin demokratis memiliki ciri-ciri antara lain:
1) Beban kerja organisasi menjadi tanggung jawab bersama personalia organisasi itu.
2) Bawahan, oleh pemimpin dianggap sebagai komponen pelaksana secara integral harus
diberi tugas dan tanggung jawab.
3) Disiplin akan tetapi tidak kaku dan memecahkan masalah secara bersama.
4) Kepercayaan tinggi terhadap bawahan dengan tidak melepaskan tanggung jawab
pengawasan
5) Komunikasi dengan bawahan bersifat terbuka dan dua arah.
c. Gaya Kepemimpinan Permisif
Menurut Sudarwan Danim (2004: 76) pemimpin permisif merupakan pemimpin yang tidak
mempunyai pendirian yang kuat, sikapnya serba boleh. Pemimpin memberikan kebebasan
kepada bawahannya, sehingga bawahan tidak mempunyai pegangan yang kuat terhadap suatu
permasalahan. Pemimpin yang permisif cenderung tidak konsisten terhadap apa yang dilakukan.
Menurut Sudarwan Danim (2004: 77) pemimpin permisif memiliki ciri-ciri antara lain:
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan merupakan suatu pola
perilaku yang konsisten yang ditunjukkan pemimpin dan diketahui oleh pihak lain ketika
pemimpin berusaha mempengaruhi orang lain. Gaya kepemimpinan antara lain gaya
kepemimpinan otokratik, gaya kepemimpinan demokratis, dan gaya kepemimpinan permisif.
Jika dikaitkan dengan Kepala Sekolah, maka Kepala Sekolah dapat menggunakan gaya
kepemimpinan tersebut dalam mempengaruhi guru maupun karyawan yang ada di sekolah yang
dipimpinnya. Namun gaya kepemimpinan yang tepat untuk memotivasi kepala sekolah adalah
gaya kepemimpinan demokratis. Hal ini sesuai pendapat Mifta Thoha (2010: 50) yang
mengatakan gaya kepemimpinan demokratis dikaitkan dengan kekuatan personal dan keikut
sertaan para pengikut dalam proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Dengan
gaya demokrasi Kepala sekolah secara tidak langsung memotivasi guru agar berpartisipasi dan
bertanggungjawab dalam kegiatan sekolah. B. Motivasi 1. Pengertian Motivasi
Kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah
menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat–saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk
mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak.
Menurut Winardi (2001: 1) istilah motivasi (motivation) berasal dari bahasa latin, yakni
movere,yang berarti “menggerakkan” to move. Menurut Mitchell (1982: 81) dalam Winardi
(2001: 1), motivasi mewakili proses-proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya,
diarahkannya, dan terjadinya presistensi kegiatan-kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan
kearah tujuan tertentu. Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan
kondisi-kondisi tertentu sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila tidak
suka maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Hamzah
B. Uno (2007: 1) mengungkapkan bahwa motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan
seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk
melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Lebih lanjut, motivasi adalah
kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan
tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya Sugihartono, dkk (2007: 20) motivasi diartikan
sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu dan yang member
arah dan ketahanan pada tingkah laku tersebut. Motivasi pada dasarnya merupakan sebuah
proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan yang kita inginkan. Dengan
kata lain adalah dorongan dari luar terhadap seseorang agar mau melaksanakan sesuatu. Dengan
dorongan (driving force) disini dimaksudkan desakan yang alami untuk memuaskan kebutuhan-
kebutuhan hidup, dan kecendrungan untuk mempertahankan hidup. Kunci yang terpenting untuk
itu tak lain adalah pengertian yang mendalam tentang manusia. Motivasi merupakan akibat dari
interaksi seseorang dengan situasi tertentu yang dihadapi. Motivasi memberikan daya juang baru
terhadap orang yang diberi motivasi sehingga orang tersebut melakukan sesuatu kegiatan
maksimal sesuai yang ingin diharapkan. Jadi dengan motivasi upaya yang dilakukan menjadi
lebih maksimal karena dorongan tersebut. Martinis Yamin dan Maisah (2010: 84) menjelaskan
motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi perubahan tersebut terjadi
disebabkan tertentu pada sistem neorofisiologis dalam organisme manusia. Dengan adanya
motivasi pada diri manusia akan terbentuk suatu keadaan seperti motif yang timbul dalam diri
untuk mengerjakan sesuatu secara maksimal. Munculnya motif yang membentuk semangat pada
diri akan membantu manusia untuk menyelesaikan kinerja secara maksimal. Menurut Sudarwan
Danim (2004: 15) motivasi merupakan setiap kekuatan yang muncul dari dalam diri individu
untuk mencapai tujuan atau keuntungan tertentu di lingkungan kerja atau di pelataran kehidupan
pada
BAB III
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Globalisasi


Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah
universal. Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu
(benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah
Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working
definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya
sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa
seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan
kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis,
ekonomi dan budaya masyarakat.

Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan


berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama. Theodore Levitte
merupakan orang yang pertama kali menggunakan istilah Globalisasi pada tahun 1985.
Globalisasi adalah keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh
dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi
sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang
memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak
lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya
praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena
tidak mampu bersaing. budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-
batas suatu negara menjadi semakin sempit. Globalisasi adalah suatu proses di mana antar
individu, antar kelompok, dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan
memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas negara.
Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan
internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering
menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas-
batas negara.

2.2 Ciri Globalisasi

a. Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena globalisasi
di dunia Hilir mudiknya kapal-kapal pengangkut barang antar negara menunjukkan
keterkaitan antar manusia di seluruh dunia.
b. Perubahan dalam Konstantin ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon
genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi
demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan
kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.
Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung
sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh
perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization
(WTO).
c. Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film,
musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). saat ini, kita dapat mengonsumsi
dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka
ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan.
d. Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis
multinasional, inflasi regional dan lain-lain. Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa
transformasi ini telah membawa kita pada globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman
baru bahwa dunia adalah satu. Giddens menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar
bahwa sebenarnya diri kita turut ambil bagian dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa
terkendali yang ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan
ketidakpastian, serta kenyataan yang mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Drucker
menyebutkan globalisasi sebagai zaman transformasi sosial.
2.3 Globalisasi Perekonomian

Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana
negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dengan
tanpa rintangan batas teritorial negara. Globalisasi perekonomian mengharuskan penghapusan
seluruh batasan dan hambatan terhadap arus modal, barang dan jasa.

Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan menjadi kabur dan keterkaitan
antara ekonomi nasional dengan perekonomian internasional akan semakin erat. Globalisasi
perekonomian di satu pihak akan membuka peluang pasar produk dari dalam negeri ke pasar
internasional secara kompetitif, sebaliknya juga membuka peluang masuknya produk-produk
global ke dalam pasar domestik.

Menurut Tanri Abeng, perwujudan nyata dari globalisasi ekonomi antara lain terjadi dalam
bentuk-bentuk berikut:

a. Globalisasi produksi, di mana perusahaan berproduksi di berbagai negara, dengan sasaran


agar biaya produksi menajdi lebih rendah. Hal ini dilakukan baik karena upah buruh yang
rendah, tarif bea masuk yang murah, infrastruktur yang memadai ataupun karena iklim
usaha dan politik yang kondusif. Dunia dalam hal ini menjadi lokasi manufaktur global
b. Kehadiran tenaga kerja asing merupakan gejala terjadinya globalisasi tenaga kerja.
c. Globalisasi pembiayaan. Perusahaan global mempunyai akses untuk memperoleh
pinjaman atau melakukan investasi (baik dalam bentuk portofolio ataupun langsung) di
semua negara di dunia. Sebagai contoh, PT Telkom dalam memperbanyak satuan
sambungan telepon, atau PT Jasa Marga dalam memperluas jaringan jalan tol telah
memanfaatkan sistem pembiayaan dengan pola BOT (build-operate-transfer) bersama
mitrausaha dari manca negara.
d. Globalisasi tenaga kerja. Perusahaan global akan mampu memanfaatkan tenaga kerja dari
seluruh dunia sesuai kelasnya, seperti penggunaan staf profesional diambil dari tenaga
kerja yang telah memiliki pengalaman internasional atau buruh kasar yang biasa
diperoleh dari negara berkembang. Dengan globalisasi maka human movement akan
semakin mudah dan bebas.
e. Globalisasi jaringan informasi. Masyarakat suatu negara dengan mudah dan cepat
mendapatkan informasi dari negara-negara di dunia karena kemajuan teknologi, antara
lain melalui: TV,radio,media cetak dll. Dengan jaringan komunikasi yang semakin maju
telah membantu meluasnya pasar ke berbagai belahan dunia untuk barang yang sama.
Sebagai contoh : KFC, celana jeans levi's, atau hamburger melanda pasar dimana-mana.
Akibatnya selera masyarakat dunia -baik yang berdomisili di kota ataupun di desa-
menuju pada selera global.
f. Globalisasi Perdagangan. Hal ini terwujud dalam bentuk penurunan dan penyeragaman
tarif serta penghapusan berbagai hambatan nontarif. Dengan demikian kegiatan
perdagangan dan persaingan menjadi semakin cepat, ketat, dan adil. Thompson mencatat
bahwa kaum globalis mengklaim saat ini telah terjadi sebuah intensifikasi secara cepat
dalam investasi dan perdagangan internasional. Misalnya, secara nyata perekonomian
nasional telah menjadi bagian dari perekonomian global yang ditengarai dengan adanya
kekuatan pasar dunia.

2.3.1 Dampak Positif Globalisasi Perekonomian

a. Produksi global dapat ditingkatkan Pandangan ini sesuai dengan teori 'Keuntungan
Komparatif' dari David Ricardo. Melalui spesialisasi dan perdagangan faktor-faktor
produksi dunia dapat digunakan dengan lebih efesien, output dunia bertambah dan
masyarakat akan memperoleh keuntungan dari spesialisasi dan perdagangan dalam
bentuk pendapatan yang meningkat, yang selanjutnya dapat meningkatkan pembelanjaan
dan tabungan.
b. Meningkatkan kemakmuran masyarakat dalam suatu negara Perdagangan yang lebih
bebas memungkinkan masyarakat dari berbagai negara mengimpor lebih banyak barang
dari luar negeri. Hal ini menyebabkan konsumen mempunyai pilihan barang yang lebih
banyak. Selain itu, konsumen juga dapat menikmati barang yang lebih baik dengan harga
yang lebih rendah.
c. Meluaskan pasar untuk produk dalam negeri Perdagangan luar negeri yang lebih bebas
memungkinkan setiap negara memperoleh pasar yang jauh lebih luas dari pasar dalam
negeri.
d. Dapat memperoleh lebih banyak modal dan teknologi yang lebih baik
Modal dapat diperoleh dari investasi asing dan terutama dinikmati oleh negara-negara
berkembang karena masalah kekurangan modal dan tenaga ahli serta tenaga terdidik yang
berpengalaman kebanyakan dihadapi oleh negara-negara berkembang.
e. Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi Pembangunan sektor industri
dan berbagai sektor lainnya bukan saja dikembangkan oleh perusahaan asing, tetapi
terutamanya melalui investasi yang dilakukan oleh perusahaan swasta domestik.
Perusahaan domestik ini seringkali memerlukan modal dari bank atau pasar saham. dana
dari luar negeri terutama dari negara-negara maju yang memasuki pasar uang dan pasar
modal di dalam negeri dapat membantu menyediakan modal yang dibutuhkan tersebut.

2.3.2 Dampak Negatif Globalisasi Perekonomian

a. Menghambat pertumbuhan sektor industry Salah satu efek dari globalisasi adalah
perkembangan sistem perdagangan luar negeri yang lebih bebas. Perkembangan ini
menyebabkan negara-negara berkembang tidak dapat lagi menggunakan tarif yang tingi
untuk memberikan proteksi kepada industri yang baru berkembang (infant industry).
Dengan demikian, perdagangan luar negeri yang lebih bebas menimbulkan hambatan
kepada negara berkembang untuk memajukan sektor industri domestik yang lebih cepat.
Selain itu, ketergantungan kepada industri-industri yang dimiliki perusahaan
multinasional semakin meningkat.
b. Memperburuk neraca pembayaran Globalisasi cenderung menaikkan barang-barang
impor. Sebaliknya, apabila suatu negara tidak mampu bersaing, maka ekspor tidak
berkembang. Keadaan ini dapat memperburuk kondisi neraca pembayaran. Efek buruk
lain dari globaliassi terhadap neraca pembayaran adalah pembayaran neto pendapatan
faktor produksi dari luar negeri cenderung mengalami defisit. Investasi asing yang
bertambah banyak menyebabkan aliran pembayaran keuntungan (pendapatan) investasi
ke luar negeri semakin meningkat. Tidak berkembangnya ekspor dapat berakibat buruk
terhadap neraca pembayaran.
c. Sektor keuangan semakin tidak stabil Salah satu efek penting dari globalisasi adalah
pengaliran investasi (modal) portofolio yang semakin besar. Investasi ini terutama
meliputi partisipasi dana luar negeri ke pasar saham. Ketika pasar saham sedang
meningkat, dana ini akan mengalir masuk, neraca pembayaran bertambah bak dan nilai
uang akan bertambah baik. Sebaliknya, ketika harga-harga saham di pasar saham
menurun, dana dalam negeri akan mengalir ke luar negeri, neraca pembayaran cenderung
menjadi bertambah buruk dan nilai mata uang domestik merosot. Ketidakstabilan di
sektor keuangan ini dapat menimbulkan efek buruk kepada kestabilan kegiatan ekonomi
secara keseluruhan.
d. Memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang Apabila hal-hal yang
dinyatakan di atas berlaku dalam suatu negara, maka dlam jangka pendek pertumbuhan
ekonominya menjadi tidak stabil. Dalam jangka panjang pertumbuhan yang seperti ini
akan mengurangi lajunya pertumbuhan ekonomi. Pendapatan nasional dan kesempatan
kerja akan semakin lambat pertumbuhannya dan masalah pengangguran tidak dapat
diatasi atau malah semakin memburuk. Pada akhirnya, apabila globalisasi menimbulkan
efek buruk kepada prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang suatu negara, distribusi
pendapatan menjadi semakin tidak adil dan masalah sosial-ekonomi masyarakat semakin
bertambah buruk.
e. Menghambat pertumbuhan sektor industry Salah satu efek dari globalisasi adalah
perkembangan sistem perdagangan luar negeri yang lebih bebas. Perkembangan ini
menyebabkan negara-negara berkembang tidak dapat lagi menggunakan tarif yang tingi
untuk memberikan proteksi kepada industri yang baru berkembang (infant industry).
Dengan demikian, perdagangan luar negeri yang lebih bebas menimbulkan hambatan
kepada negara berkembang untuk memajukan sektor industri domestik yang lebih cepat.
Selain itu, ketergantungan kepada industri-industri yang dimiliki perusahaan
multinasional semakin meningkat.
f. Memperburuk neraca pembayaran Globalisasi cenderung menaikkan barang-barang
impor. Sebaliknya, apabila suatu negara tidak mampu bersaing, maka ekspor tidak
berkembang. Keadaan ini dapat memperburuk kondisi neraca pembayaran. Efek buruk
lain dari globaliassi terhadap neraca pembayaran adalah pembayaran neto pendapatan
faktor produksi dari luar negeri cenderung mengalami defisit. Investasi asing yang
bertambah banyak menyebabkan aliran pembayaran keuntungan (pendapatan) investasi
ke luar negeri semakin meningkat. Tidak berkembangnya ekspor dapat berakibat buruk
terhadap neraca pembayaran.
g. Sektor keuangan semakin tidak stabil Salah satu efek penting dari globalisasi adalah
pengaliran investasi (modal) portofolio yang semakin besar. Investasi ini terutama
meliputi partisipasi dana luar negeri ke pasar saham. Ketika pasar saham sedang
meningkat, dana ini akan mengalir masuk, neraca pembayaran bertambah bak dan nilai
uang akan bertambah baik. Sebaliknya, ketika harga-harga saham di pasar saham
menurun, dana dalam negeri akan mengalir ke luar negeri, neraca pembayaran cenderung
menjadi bertambah buruk dan nilai mata uang domestik merosot. Ketidakstabilan di
sektor keuangan ini dapat menimbulkan efek buruk kepada kestabilan kegiatan ekonomi
secara keseluruhan.
h. Memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang Apabila hal-hal yang
dinyatakan di atas berlaku dalam suatu negara, maka dlam jangka pendek pertumbuhan
ekonominya menjadi tidak stabil. Dalam jangka panjang pertumbuhan yang seperti ini
akan mengurangi lajunya pertumbuhan ekonomi. Pendapatan nasional dan kesempatan
kerja akan semakin lambat pertumbuhannya dan masalah pengangguran tidak dapat
diatasi atau malah semakin memburuk. Pada akhirnya, apabila globalisasi menimbulkan
efek buruk kepada prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang suatu negara, distribusi
pendapatan menjadi semakin tidak adil dan masalah sosial-ekonomi masyarakat semakin
bertambah buruk.

2.4 Globalisasi Kebudayaan

Globalisasi memengaruhi hampir semua aspek yang ada di masyarakat, termasuk diantaranya
aspek budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh
masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Baik
nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang
terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari,
bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang
yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian,
yang merupakan subsistem dari kebudayaan.
Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu keseluruh dunia
(sehingga menjadi budaya dunia atau world culture) telah terlihat semenjak lama. Cikal bakal
dari persebaran budaya dunia ini dapat ditelusuri dari perjalanan para penjelajah Eropa Barat ke
berbagai tempat di dunia ini ( Lucian W. Pye, 1966 ).

Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi pada awal ke-20 dengan
berkembangnya teknologi komunikasi. Kontak melalui media menggantikan kontak fisik sebagai
sarana utama komunikasi antar bangsa. Perubahan tersebut menjadikan komunikasi antar bangsa
lebih mudah dilakukan, hal ini menyebabkan semakin cepatnya perkembangan globalisasi
kebudayaan.

Berikut ini merupakan dampak positif Globalisasi Kebudayaan :

a. Mudah memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan

a. Mudah melakukan komunikasi


b. Cepat dalam bepergian (mobilitas tinggi)
c. Menumbuhkan sikap kosmopolitan dan toleran
d. Memacu untuk meningkatkan kualitas diri
e. Mudah memenuhi kebutuhan

Sedangkan Dampak Negatif yang diimbulkan dari adanya Globalisasi Kebudayaan antara lain :

a. Informasi yang tidak tersaring


b. Perilaku konsumtif
c. Membuat sikap menutup diri, berpikir sempit
d. Pemborosan pengeluaran dan meniru perilaku yang buruk
e. Mudah terpengaruh oleh hal yang tidak sesuai dengan kebiasaan atau kebudayaan suatu
negara

2.5 Pengertian Kepemimpinan

Secara sederhana, apabila berkumpul tiga orang atau lebih, salah satu dari ketiga orang tersebut
mempengaruhi kedua temannya untuk melakukan sesuatu aktivitas bersama, dan mereka
melakukannya. Pada pengertian yang sederhana orang tersebut telah melakukan “kegiatan
memimpin” karena ada unsur mempengaruhi, mengkoordinasi, ada teman, kegiatan dan sasaran.
Tetapi dalam merumuskan dan mendefinisikan kepemimpinan bukan suatu hal yang mudah,
banyak ahli dalam kepemimpinan memberikan definisi berdasarkan sudut pandang mereka
antara lain:

a. Koontz & O’donnel, mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi


sekelompok orang sehingga mau bekerja dengan sungguh-sungguh untuk meraih tujuan
kelompoknya.
b. Wexley & Yuki, kepemimpinan mengandung arti mempengaruhi orang lain untuk lebih
berusaha mengarahkan tenaga, dalam tugasnya atau merubah tingkah laku mereka.
c. George R. Terry, kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang untuk
bersedia berusaha mencapai tujuan bersama.
c. Fiedler, kepemimpinan pada dasarnya merupakan pola hubungan antara individu-
individu yang menggunakan wewenang dan pengaruhnya terhadap kelompok orang agar
bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan
d. Locke et.al. [1991], mendefinisikan kepemimpinan merupakan proses membujuk orang
lain untuk mengambil langkah menuju suatu sasaran bersama  Dari kelima definisi ini,
para ahli ada yang meninjau dari sudut pandang dari pola hubungan, kemampuan
mengkoordinasi, memotivasi,  kemampuan mengajak, membujuk dan mempengaruhi
orang lain.

Dari beberapa definisi diatas, ada beberapa unsur pokok yang mendasari sudut pandang dalam
merumuskan definisi kepemimpinan yaitu :

a. Kemampuan mempengaruhi orang lain


b. Kemampuan mengarahkan atau memotivasi tingkah laku orang lain atau kelompok
c. Adanya unsur kerjasama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Dalam kepemimpinan selain unsur pokok yang mendasari ada sifat-sifat dasar yang berkaitan
dengan kecakapan seorang pemimpin. Sifat-sifat dasar tersebut ada tiga yaitu:

a. Kecakapan memahami individual, artinya mengetahui bahwa setiap manusia mempunyai


daya motivasi yang berbeda pada berbagai saat dan keadaan yang berlainan.
b. Kemampuan untuk menggugah semangat dan memberi inspirasi.
c. Kemampuan untuk melakukan tindakan dalam suatu cara yang dapat mengembangkan
suasana [iklim] yang mampu memenuhi dan sekaligus menimbulkan dan mengendalikan
motivasi-motivasi.Kemudian dari definisi Locke, yang dikemukakan di atas, dapat
dikategorikan kepemimpinan  menjadi tiga elemen dasar, yaitu:
a. Kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi [relation consept], artinya kepemimpinan
hanya ada dalam relasi dengan orang lain, maka jika tiadak ada pengikut atau bawahan,
tak ada pemimpin. Dalam defines Locke, tersirat premis bahwa para pemimpin yang
efektif harus mengetahui bagaimana membangkitkan inspirasi dan berelasi dengan para
pengikut mereka.
b. Kepemimpinan merupakan suatu proses, artinya proses kepemimpinan lebih dari sekedar
menduduki suatu otoritas atau posisi jabatan saja, karena dipandang tidak cukup memadai
untuk membuat seseorang menjadi pemimpin, artinya seorang pemimpin  harus
melakukan sesuatu. Maka menurut Burns [1978], bahwa untuk menjadi pemimpin
seseorang harus dapat mengembangkan motivasi pengikut secara terus menerus dan
mengubah perilaku mereka menjadi responsive.
c. Kepemimpinan berarti mempengaruhi orang-orang lain untuk mengambil tindakan,
artinya seorang pemimpin harus berusaha mempengaruhi pengikutnya dengan berbagai
cara, seperti menggunakan otoritas yang terlegitimasi, menciptakan model [menjadi
teladan], penetapan sasaran, memberi imbalan dan hukuman, restrukrisasi organisasi, dan
mengkomunikasikan sebuah visi. Dengan demikian, seorang pemimpin dapat dipandang
efektif apabila dapat membujuk para pengikutnya untuk meninggalkan kepentingan
pribadi mereka demi keberhasilan organisasi [Bass, 1995. Locke et.al., 1991.
a. Menurut Tanthowi kriteria kemampuan yang harus ada pada seorang pimpinan adalah
sebagai berikut:
a.       Seorang pemimpin harus bisa melihat organisasi secara keseluruhan
b. Seorang pemimpin harus bisa mengambil keputusan
c. Seorang pemimpin harus bisa melakasanakan pendelegasian
d. Seorang pemimpin harus bisa memimpin sekaligus mengabdi
e. Dari definisi-definisi di atas, paling tidak dapat ditarik kesimpulan yang sama , yaitu
masalah kepemimpinan adalah masalah sosial yang di dalamnya terjadi interaksi antara
pihak yang memimpin dengan pihak yang dipimpin untuk mencapai tujuan bersama, baik
dengan cara mempengaruhi, membujuk, memotivasi dan mengkoordinasi.  Dari sini
dapat dipahami bahwa tugas utama seorang pemimpin dalam menjalankan
kepemimpinannya tidak hanya terbatas pada kemampuannya dalam melaksanakan
program-program saja, tetapi lebih dari itu yaitu pemimpin harus mempu melibatkan
seluruh lapisan organisasinya, anggotanya atau masyarakatnya untuk ikut berperan aktif
sehingga mereka mampu memberikan kontribusi yang positif dalam usaha mencapai
tujuan.

2.6 Kepemimipinan Dalam Perubahan

Teori kepemimpinan sangat bervariasi, dari teori yang berargumentasi tentang cirri-ciri yang
harus dimiliki pemimpin yang efektif sampai pemimpin yang berhasil.,ciri – ciri perilaku
kepemimpinan berikut sebagai karakteristik CBO yang berhasil adalah :

a. Visioner
b. Percaya diri yang kuat dan mempercayai orang lain
c. Mengkomunikasikan ekspektasi kinerja dan standar yang tinggi
d. Menjadi teladan bagi visi, nilai-nilai dan standar perusahaan
e. Menunjukkan pengorbanan diri, kemauan kuat, keberanian dan konsistensi

2.6.1        Kepemimpinan dan Daur Hidup Organisasi

Empat perbedaan gaya kepemimpinan yang dibutuhkan pada masing – masing tahap kehidupan
organisasi menurut Clarke dan Pratt adalah :

a. Champion untuk bertempur dan mempertahankan bisnis baru


Tank commander untuk mengantarkan bisnis ke tahap pertumbuhan berikutnya,
membentuk tim solid dan mengarahkan bisnis hingga bisa menguasai pangsa pasar yang
bisa dieksploita
b. Housekeeper untuk mempertahankan bisnis agar tetap efisien dan efektif ketika
perusahaan memasuki tahap kedewasaan
c. Lemon squezzer untuk memperoleh sebanyak mungkin ketika perusahaan dihadapkan
pada bahaya penurunan
2.6.2    Kepemimpinan dan Sifat Perubahan.

Hanya sedikit yang bisa kita temui dalam literature tentang gaya dan perilaku kepemimpinan
mana yang lebih tepat untuk masing – masing jenis perubahan, kecuali bahwa kepemimpinan
transformasional lebih cocok untuk perubahan frame – breaking atau transformasional. Secara
logika, gaya manajemen konsultatif lebih sesuai untuk perubahan jenis converging dan
incremental, yang lebih dipicu daya pendorong perubahan lingkungan yang bisa diprediksi dan
berkekuatan moderat. Menghambat dan memfasilitasi Proses Perubahan.

Bagi manajemen apapun yang sedang merencanakan perubahan, akan selalu muncul kekuatan –
kekuatan yang memfasilitasi perubahan dan sebaliknya yang menghambatnya. Walau kekuatan –
kekuatan ini penting bagi semua jenis perubahan, namun akan lebih krusial dalam konteks
perubahan frame-breaking dan transformasional.

3.1 Kepemimpinan Di Era Globalisasi

Kepemimpinan masa depan dituntut memiliki keterampilan berpikir yang metodis dengan
memanfaatkan otak dan hati dalam mengaktualisasikan terobosan cara berpikir dalam mengikuti
pembaharuan. Oleh karena itu sebagai daya dorong untuk meningkatkan keterampilan
kepemimpinan haruslah memiliki wawasan dan imajinasi yang harus ditumbuh kembangkan
kedalam peta pikiran agar ia mampu melihat persoalan-persoalan masa depan dan bagaimana
kita memecahkannya dengan melaksanakan pembaharuan. Pengetahuan yang diungkapkan oleh
para futurist seperti Alvin Toffler, John Naisbit, Frank Feather, Kenichi Ohmae, Ervin Laszlo,
Dimitri Mahayana, dll. dapat kita pergunakan sebagai refrensi untuk memberi daya dorong
dalam proses pemanfaatan otak dan hati untuk berpikir.

Ilmu (informasi) dan pengetahuan (pengalaman) memberikan ruang gerak kepemimpinan dalam
menggerakkan otak dan hati dalam proses berpikir untuk memotivasi semangat baru
kepemimpinan dalam mengantisipasi perubahan-perubahan dengan memahami situasi
permasalahan dalam era globalisasi dan perubahan lingkungan seperti gelombang politik,
ekonomi dunia, timbulnya blok-blok ekonomi, globalisasi pemasaran, pencemaran lingkungan,
teknologi, standard kehidupan, modal intelektual, sumber daya yang terbatas dan perubahan-
perubahan faktor internal.

Dengan memiliki kompetensi dalam manajemen berdasarkan informasi, mengelola dengan


pandangan internasional, mengelola teknologi, mengelola kelugasan organisasi, maka
kepemimpinan dalam pembaharuan dapat melangkah melaksanakan pembaharuan dengan
perencanaan perubahan yang berencana.

Era globalisasi saat ini dapat mendatangkan manfaat dan mudarat.Untuk mendatangkan manfaat
diperlukan kesiapan institusi dari seluruh aspek kehidupan yaitu aspek sosial, ekonomi, hukum,
politik, keamanan, teknologi, administrasi, budaya dan sebagainya. Kepemimpinan nasional di
era global sangat dituntut untuk profesional dan proaktif sehingga negara menjadi memiliki daya
tahan yang kuat terhadap terpaan gelombang globalisasi dengan ciri adanya perubahan
mendadak tanpa dapat diprediksi sebelumnya karena tak mempunyai sinyal yang jelas. Situasi
ketidak pastian ( Uncertainties ) akan memaksa para pemimpin negara atau satuan wilayah untuk
harus dapat dan mampu untuk melakukan penyesuaian – penyesuaian kreatif ( Latitudes ).
Fluktuasi harga komoditi dunia, harga BBM, kurs mata uang adalah fenomena global yang bisa
langsung berdampak positif maupun negatif terhadap pembangunan, perekonomian, dan tingkat
kesejahteraan masyarakat dalam suatu negara.Ada dua model kepemimpinan saat ini :

3.1  Model kepemimpinan situasional.

Kepemimpinan situasional adalah perilaku seorang pemimpin berasarkan pada tiga hal: kekuatan
dalam diri pemimpin,kekuatan dalam diri orang-orag yang dipimpin, dan kekuatan dalam situasi.
Pertama, ketika tingkat hubungan kerja dan tingkat kematagan staf dalammelaksanakan tugas
tinggi, maka perilaku pemimpin bersifat partisipatif. Dia menjadi seorang pemimpin yang
demokratis. Kedua, ketika hubungan kerja rendah tetapi tingkat kematangan staf dalam
melaksanakan tugas tinggi, maka perilaku pemimpin akan bersifat delegatif. Dia berperilaku
layaknya pemimpin transformatif, yaitu mentransformasikan nilai, tugas dan wewenang yang dia
miliki kepada yang dipimpin setelah sebelumnya membangun trust dan rasa saling percaya.
Namun ketika rasa saling percaya itu rendah, seorang pemimpin harus banyak melakukan
pengecekan, kontrol dan pengawasan. Ketiga, ketika hubungan kerja tinggi tetapi tingkat
kematangan staf dalam melaksanakan tugas rendah, maka perilaku pemimpin akan bersifat
konsultatif, berada di depan dan banyak memberikan contoh dan bisa juga berperan sebagai
seorang konsultan. Dia mungkin akan menjadi pemimpin kharismatik. Keempat, ketika tingkat
hubungan kerja rendah dan tingkat kematangan staf dalam melaksanakan tugas juga rendah,
maka perilaku pemimpin bersifat instruktif. Kecenderungannya akan menerapkan model
kepemimpinan otoriter.

3.2 Model Kepemimpinan Spiritual.

Kepemimpinan spiritual adalah model kepemimpinan yang lebih mengedepankan nilai-nilai


ruhani atau spiritualitas untuk mempengaruhi, mengilhami,mencerahkan dan memberdayakan
orang-orang yang dipimpin. Kata spirit dalam istilah kepemimpinan spiritual berarti yang ruhani
(yang abadi). Dalam kehidupan ini yang abadi hanyalah Allah SWT. Karena itu kepemimpinan
spiritual adalah model kepemimpinan yang meniru atau mencontoh kepemimpinan Tuhan,
terutama lewat sihat-sifat robbaninya. Dalam perspektif Islam, dimensi spiritualitas senantiasa
berkaitan secara langsung dengan realitas Ilahi, Tuhan Yang Maha Esa (tauhid). Spiritualitas
bukan sesuatu yang asing bagi manusia, karena merupakan inti (core) kemanusiaan itu sendiri.
Kalau model kepemimpinan lain perilakunya berdasarkan hal ihwal yang kasat mata (seen)
seperti reward dan punishman, maka kepemimpinan spiritual lebih mendasarkan pada fenomena
yang tidak kasat mata (unseen), yaitu keimanan dan hati nurani. Perilaku manusia yang kasat
mata ini sesungguhnya cerminan dari hati nuraninya. Dalam sebuah hadis dikatakan bahwa
kualitas manusia itu tergantung pada kualitas hatinya, dan pepatah arab mengatakan bahwa yang
lahir (seen) itu merupakan cermin dari yang batin (unseen). Kepemimpinan spiritual adalah
kepemimpinan yang membawa dimensi keduniawian kepada dimensi spiritual (keilahian).

Dalam perspektif sejarah Islam, kepemimpinan spiritual barangkali dapat merujuk kepada pola
kepemimpinan yang diterapkan oleh Muhammad SAW. Dengan integritasnya yang luar biasa
dan mendapatkan gelar sebagai al-amîn (terpercaya), Muhammad SAW mampu
mengembangkan kepemimpinan yang paling ideal dan paling sukses dalam sejarah peradaban
umat manusia. Sifat-sifatnya yang utama yaitu siddîq (integrity), amanah (trust), fathanah
(working smart) dan tabligh (openly, human relation) mampu mempengaruhi orang lain dengan
cara mengilhami tanpa mengindoktrinasi, menyadarkan tanpa menyakiti, membangkitkan tanpa
memaksa dan mengajak tanpa memerintah.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Globalisasi merupakan suatu hal yang tidak bisa dihindari oleh siapapun dan di negara manapun.
Globalisasi merupakan Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang
dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada
suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh
dunia. Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara
termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh
negatif.

Kepemimpinan di era Globalisasi  dituntut memiliki keterampilan berpikir yang metodis dengan
memanfaatkan otak dan hati dalam mengaktualisasikan terobosan cara berpikir dalam mengikuti
pembaharuan. Oleh karena itu sebagai daya dorong untuk meningkatkan keterampilan
kepemimpinan haruslah memiliki wawasan dan imajinasi yang harus ditumbuh kembangkan
kedalam peta pikiran agar ia mampu melihat persoalan-persoalan masa depan dan bagaimana
kita memecahkannya dengan melaksanakan pembaharuan.

B. Saran

Saran yang bisa penulis sampaikan dalam makalah ini yakni: Pemimpin yang memiliki
kegesitan, kecepatan serta mampu beradaptasi dalam membawa jalannya organisasi memiliki
peran yang penting dalam menghadapi kondisi organisasi yang senantiasa mengalami perubahan.
Sebab, fleksibilitas organisasi pada dasarnya merupakan karya orang-orang yang mampu
bertindak proaktif, kreatif, inovatif dan non konvensional. Pribadi-pribadi seperti inilah yang
dibutuhkan sebagai pemimpin organisasi saat ini. Seorang pemimpin adalah inspirator perubahan
dan visioner, yaitu memiliki visi yang jelas ke arah mana organisasi akan di bawa.
DAFTAR PUSTAKA

Arfandi, Asril. http//: www.arfandiasril.blogspot.com


MM UII Angkatan. Kepemimpinan Islam di Era Globalisasi. Http//: www. Mmui.wordpress.com
http//: www. belajarberbagi.com
http//: www. wikipedia.com
http//: www.krumpuls.com
Alia Netra Putri. http//: putri.blogspot.com
http://arwan-tabutty.blogspot.com/2013/06/kepemimpinan-di-era-globalisasi.html

Anda mungkin juga menyukai