Anda di halaman 1dari 27

Pertemuan 4

Manusia Sebagai Mahluk


Sosial Budaya
(Ketangguhan Manusia Secara Sosial Budaya)
Tujuan Pembelajaran

1. Agar mahasiswa memahami dan menjelaskan kodrat sosial dan


identitas kebudayaannya masing-masing.
2. Mahasiswa diharapkan mengembangkan ketangguhan dirinya
dalam relasi dengan orang lain tanpa kehilangan identitas
budayanya.
3. Mahasiswa menjadi pribadi yang Tangguh, mampu menyesuaikan
diri dalam situasi yang berubah-ubah, mampu menerima dan
menghormat perbedaan.
Outline:
I. Kodrat manusia sebagai mahluk sosial
- Perpsektif filosofis (Aristoteles dan Einstein)
- Pandangan antropologis-sosiologis (Emile Durkeim)

II. Kodrat manusia sebagai makhluk berbudaya:


- Sebagai makhluk rasional dan berjiwa, maka budaya adalah produk pertama dari
berfungsinya Akal dan Budi (akal budi).
- Pengertian Budaya secara etimologis dan defenisi menurut beberapa ahli (antropolog).
- Sari dari pelbagai pelbagai defenisi Kebudayaan (ciri-ciri kebudayaan) dan Unsur-Unsur
utamanya menurut Koentjaranigrat
- Proses Pembudayaan demi ketangguhan pribadi: akulturasi, enkulturasi, asimilasi dan
difusi.
Manusia Makhluk Sosial
• Sebagaimana telah kita bicarakan dalam Pertemuan 2 bahwa manusia
sebagai individu berdimensi tubuh, jiwa, dan roh.
• Sebagai makhluk individu, setiap manusia adalah unik, khas, tiada
duanya (bahkan sekalipun orang kembar). Ia belum pernah ada dan
tidak akan ada lagi yang menyerupainya.
• Selain sebagai makhluk individu yang unik, manusia juga makhluk
sosial.
• Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri. Ia
membutuhkan manusia lain, bahkan sejak di kandungan sampai pada
pemakaman.
Sedangkan
Manusia
menjadi
Makhluk
Budaya karena
memiliki
AKAL & BUDI
• Banyak ilmuwan menjelaskan tentang kesosialan manusia. Salah
satunya Aristoteles (Filsuf Yunani) yang berpendapat bahwa manusia
adalah zoon politicon (zoon = hewan; politicon = bermasyarakat).
• Manusia sebagai zoon politicon artinya manusia pada kodratnya
hidup bermasyarakat dan berinteraksi satu sama lain. Manusia punya
kecenderungan untuk hidup bersama dengan orang lain dalam suatu
komunitas (masyarakat).
KODRAT SOSIAL MANUSIA mendahului
individu dan membentuk images dalam diri
manusia. Kodrat sosial adalah “sui generis”
dari manusia. Masyarakat memiliki wujud
dalam dirinya sendiri dan berkembang
menurut prinsip yang tak tergantung pada
individu. Masyarakat juga mengisi individu
dengan agama, politik dan keyakinan moral
yang mengontrol perilaku individu.
• Kesosialan manusia (masyarakat) mendahului individu dan
membentuk manusia.
• Masyarakat memiliki wujud dalam dirinya sendiri dan berkembang
menurut prinsip yang tak tergantung pada individu. Masyarakat juga
mengisi individu dengan agama, politik, dan keyakinan moral yang
mengontrol perilaku individu.
Manusia sebagai makhluk berbudaya
tidak lain dari makhluk yang
senantiasa mendayagunakan akal
budinya untuk menciptakan sesuatu
yang baru.

This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-SA


Manusia Makhluk Budaya

• Berbicara soal kebudayaan tidak dapat dipisahkan dari kesosialan atau


kebersamaan manusia karena kebudayaan muncul, hidup, dan
berkembang dalam suatu komunitas (masyarakat).
• Kebudayaan merupakan ciptaan manusia. Dengan akal budinya
manusia menciptakan kebudayaan. Oleh karena itu, kebudayaan
hanya dimiliki oleh manusia. Binatang tidak punya kebudayaan.
• Kebudayaan dipraktikkan sebagai way of life.
• Kebudayaan diwariskan kepada generasi berikutnya melalui proses
belajar.
Pengertian Budaya & Kebudayaan
Budaya = Daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa.
Kebudayaan = Hasil dari cipta, rasa dan karsa

Kebudayaan Berasal Dari Kata Sansekerta “BUDDHAYAH “ , yang merupakan


bentuk jamak dari kata “BUDDHI” yang berarti budi atau akal. Dengan demikian
kebudayaan dapat diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan budhi atau
akal.” Menurut Ki Hajar Dewantara, kebudayaan adalah buah budi manusia dalam
hidup bermasyarakat.
Culture, merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya dengan kebudayaan,
berasal dari kata latin “colere” yang berarti mengolah atau mengerjakan (Mengolah
tanah atau bertani).
Dari asal arti tersebut yaitu “colere” kemudian “culture” diartikan sebagai segala
daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan merubah alam.
Pengertian Kebudayaan

• Secara etimologis: kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta


Buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari Buddhi yang artinya
budi atau akal. Dengan demikian, kebudayaan dapat diartikan hal-hal
yang berkaitan dengan akal budi.
• Menurut Ki Hajar Dewantara, kebudayaan adalah buah akal budi
manusia dalam hidup bermasyarakat.
• Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah keseluruhan system
gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan cara
belajar.
Wujud Kebudayaan

a. Kebudayaan sebagai idea-idea (sistem budaya): kompleks ide-ide,


gagasan, nilai-nilai, norma-norma yang ada dalam pikiran seseorang
atau sekolompok orang. Bentuknya abstrak dan memberi jiwa
kepada masyarakat.
b. Kebudayaan sebagai aktivitas (sistem sosial): kompleks aktivitas dan
tindakan berpola individu-individu dalam masyarakat. Pranata sosial
adalah contohnya. Pranata: interaksi berpola yang terjadi dalam
sebuah lembaga/institusi.
c. Kebudayaan sebagai hasil-hasil material (artefak)= kebudayaan
material: kompleks benda-benda material hasil dari akal manusia.
Bentuknya konkret. Misal: candi, bangunan rumah.
Koentjaraningrat tentang Unsur-Unsur KEBUDAYAAN

1.Sistem religi yang Sistem kemasyarakatan atau Sistem pengetahuan


meliputi: organisasi sosial yg meliputi: meliputi pengetahuan
2.- sistem kepercayaan - kekerabatan tentang alam:
3.- sistem nilai dan - paguyuban dan patembayan - ruang, waktu dan
pandangan hidup - sistem kenegaraan bilangan
4.- komunikaasi - sistem kesatuan hidup - tubuh manusia dan
keagamaan - perkumpulan perilaku antar sesama
5.- upacara keagamaan
Unsur-Unsur Kebudayaan

Kesenian yg Sistem mata Sistem peralatan hidup


Bahasa pencaharia dan atau teknologi yg
sebagai alat meliputi:
ekonomi yg meliputi:
patung/pahat,
komunikasi relief, meliputi: berburu produksi, distribusi,
dalam bentuk dan mengumpulkan transportasi; peralatan
lukis/gambar, makanan; bercocok komunikasi; peralatan
Lisan dan rias, vocal, music, tanam; peternakan; konsumsi dalam bentuk
Tulisan arsitektur, sastra perikanan; wadah; pakaian dan
dan drama perdagangan. perhiasan; tempat
berlindung/rumah,
senjata.
Agama Dan Kebudayaan
• Dari pandangan Koentjaraningrat: sistem religi (agama) termasuk
salah satu unsur kebudayaan. Agama sebagai kebudayaan memiliki
wujud kebudayaan: ide-ide, aktivitas, dan benda artefak.
• Berkaitan dengan ide-ide, misalnya: konsep tentang Hyang Ilahi,
paham tentang asal-usul manusia, pandangan tentang setelah
kematian, pandangan tentang alam, ajaran tentang nilai-nilai moral.
• Berkaitan dengan aktivitas, misalnya: cara berdoa/sembahyang; ziarah
ke tempat-tempat suci.
• Berkaitan dengan benda-benda, misalnya: bangunan tempat ibadah
AGAMA sebagai produk kebudayaan dalam konteks
Dialektika Fundamental Peter L. Berger.

a. Tahap Eksternalisasi, proses interaksi diri manusia


secara terus menerus ke dalam dunia melalui
aktivita fisik & mental.

b. Tahap Objektivasi, aktivitas manusia


menghasilkan realitas obyektif (res extensa).

c. Tahap Internalisasi, proses di mana realitas


obyektif diserap kembali oleh manusia.
Dialektika Fundamental ala Peter L. Berger: menggagas dialektika antara diri
manusia dengan dunia sosio-kultural berlangsung secara simultan dalam
suatu proses dengan tiga hal:
1. Manusia menciptakan kebudayaan (actor pendukung) dan sekaligus
manusia adalah produk kebudayaan itu sendiri.
2. Masyarakat adalah produk manusia dan manusia adalah produk
masyarakat.
3. Agama adalah legitimasi untuk mengokohkan tatanan sosial.

(Berger, Peter; Luckman, Thomas. 1990. Tafsir Sosial Atas Kenyataan: Sebuah risalah
tentang sosiologi pengetahuan/ Peter L Berger dan Thomas Luckman. Terjemahan: Hasan
Basari. LP3S, Jakarta, 1990. “The Sacred Canopy.”)
Peran Agama Terhadap Kebudayaan

• Kebudayaan sebagai hasil ciptaan akal budi manusia dapat berubah


dan berkembang.
• Sebaliknya, kebudayaan juga dapat mati ketika tidak ada lagi orang
yang menghayati/mempraktikannya.
• Secara sosiologis dan anthropologis, agama termasuk kebudayaan.
Sebagai kebudayaan, agama dapat mengalami perubahan.
• Agama juga dapat memunculkan kebudayaan baru. Agama menjadi
agen perubahan dan pembaharuan kebudayaan dengan melakukan
kritik terhadap kebudayaan yang dipandang kurang baik.
• Agama menjadi sarana dalam menjaga ketertiban sosial dan moral
masyarakat dengan menanamkan nilai-nilai hidup bermasyarakat yang
benar.
• Menurut Peter L. Berger, peran utama agama dalam pembentukan dan
pemeliharaan “dunia” (realitas sosial sehari-hari) terletak pada
kekuatan agama dalam membenarkan/meneguhkan/melegitimasi
nomos.
• Nomos adalah tatanan pengalaman dan dunia sekitar yang diciptakan
oleh manusia. Tanpa tatanan yang bermakna, manusia tidak akan
dapat bertahan hidup karena dirundung kecemasan.
• Nomos berfungsi sebagai pedoman tingkah laku manusia. Namun
nomos ini sifanya rapuh karena kepentingan dan kebodohan manusia.
Akibatnya kehidupan manusia dapat terancam.
• Karena itulah manusia membutuhkan agama sebagai legitimasi
nomos.
• Proses legitimasi ini merupakan semacam “pengetahuan” yang
diobjektifikasi secara sosial yang berfungsi untuk menjelaskan dan
membenarkan suatu tatanan sosial yang ada.
• Dalam proses legitimasi, semua pertanyaan yang menyangsikan suatu
tatanan sosial mendapatkan jawabannya tidak hanya secara kognitif
tetapi juga bersifat normatif.
• Legitimasi yang dilakukan agama sangat efektif karena
menghubungkan bentukan-bentukan dunia sosial dengan realitas
purna, realissimum (realitas) yang sakral.
Pertanyaan Eksploratif

• Apakah kebudayaan dapat berubah? Apa faktor utama yang


menyebabkan terjadinya perubahan budaya?
• Mana yang lebih luas cakupan dan pengertiannya: kebudayaan atau
agama? Berilah penjelasan!
• Bagaimana agama dapat berperan dalam membangun kebudayaan
baru yang lebih manusiawi?
Bahan Bacaan:

• Berger, Peter L. dan Luckman, Thomas. 1990. Tafsir Sosial


Atas Kenyataan: Sebuah risalah tentang sosiologi pengetahuan/
Peter L Berger dan Thomas Luckman. Terjemahan: Hasan Basari.
Jakarta: LP3S.
• Berger, Peter L. The Sacred Canopy. Buku tersebut telah
diterjemahkan dan diterbitkan oleh LP3ES dengan judul Langit
Suci: Agama Sebagai Realitas Sosial.
• Durkheim, Emile. 2002. Suicide: A study in Sociology 2nd edition, Routledge, p. 213.
• Koentjaraningrat.1992. Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
• Suyanto, Joko. dkk. 2016. Agama dan Moral. Bekasi: Bintang Kejora.
• Veeger, KV. 1993. Realitas Sosial: Refleksi Filsafat Sosial Atas Hubungan Individu
Masyarakat Dalam Cakrawala Sejarah Sosiologi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, hlm.
8-9.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai