Anda di halaman 1dari 9

NAMA : SUTRAIDA

PRODI : S1-PGSD

NIM : 859746103

JUDUL : MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SDN WAWORAHA MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER PADA MATERI
POKOK STRUKTUR DAN FUNGSI BAGIAN TUMBUHAN
ISI :

A.RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran konsep struktur dan fungsi bagian tumbuhan pada siswa kelas IV SDN
Waworaha.
B. RANGKUMAN

JURNAL BUKU
N
O JUDUL RANGKUMAN JUDU RANGKUM
L AN
1. Peningkatan hasil Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada pra siklus 55,65 dabn Model Langkah-
belajar IPA materi pada sikluas i mencapain72,17 sedangkan pada siklus 2 Pembe langkah yang
perubahan benda mencapai 83,91 naik sebesar 11,74 poin.Ketuntasanpada lajaran dilakukan
melalui model pra siklus 36% dan pada siklus 1 mencapai 62% sedangkan NHT dalam
pembelajaran siklus 2 mencapai 98% naiksebesar 36%. Dengan demikian penerapan
kooperatif tipe penelitian menunjukkan bahwa melalui model metode
Numberet Head pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dapat pembelajaran
Together (NHT) meningkatkan hasil belajar siswa. Kooperatif
pada siswa kelas IV tipe NHT
SDN Srengseng 01 adalah
semester 1 Tahun sebagai
Pelajaran 2018/2019 berikut.

1.Guru
menyampaik
an materi
pembelajaran
atau
permasalahan
kepada
peserta didik
sesuai
kompetensi
dasar yang
akan dicapai.
2.Memberika
n kuis secara
individual
kepada
peserta didik
untuk
mendapatkan
skor dasar
atau awal.
3.Pendidik
membagi
kelas dalam
beberapa
kelompok,
setiap
kelompok
terdiri dari 4-
5 peserta
didik, setiap
anggota
kelompok
diberi nomor
yang akan
menjadi
identitasnya
ketika
ditunjuk
secara acak
sebagai
perwakilan
yang
menjawab.
4.Guru
mengajukan
permasalahan
untuk
dipecahkan
bersama
dalam
kelompok.
5.Mengecek
pemahaman
peserta didik
dengan
memanggil
salah satu
nomor
anggota
kelompok
untuk
menjawab.
Jawaban
salah satu
peserta didik
yang ditunjuk
oleh guru
merupakan
wakil
jawaban dari
kelompok.
6.Guru
memfasilitasi
peserta didik
dalam
membuat
rangkuman,
mengarahkan
dan
memberikan
penegasan
ulang pada
akhir
pembelajaran
.
7.Memberika
n tes atau
kuis pada
peserta didik
secara
individual.
8.Guru
memberikan
penghargaan
kepada
kelompok
melalui
penghargaan
berdasarkan
perolehan
nilai
peningkatan
hasil belajar
individu dari
skor dasar ke
skor kuis
berikutnya.

2. Meningkatkan hasil Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Model Pembelajaran
belajar dengan pelaksanaan pembelajaran dengan pokok bahasan Sumber Pembe kooperatif
menggunakan Daya Alam dengan menggunakan model pembelajaran lajaran bisa
model pembelajaran kooperatif (NHT) pada mata pelajaran IPA kelas IV SDN Koope dilakukan
kooperatif (NHT) 048232 KABANJAHE Tahun Pelajaran 2018/2019. Hasil ratif melalui
pada mata pelajaran pelaksanaan penelitian pembelajaran berdasarkan tes siklus beberapa
IPA kelas IV SDN I pada aktivitas guru berkategori cukup dengan nilai 59% metode
048232 dan aktivitas siswa berkategori cukup dengan nilai 68. seperti
KABANJAHE Ketuntasan individu 22 orang siswa yang tuntas dan 8 berikut.
Tahun Pelajaran orang siswa yang tidak tuntas. Ketuntasan klasikal 73%
2018/2019 yang tuntas dan 27% yang tidak tuntas dengan nilai rata- 1. Metode
rata 72,33. Hasil pelaksanaan pembelajaran siklus II dengan STAD
perbaikan yang diperoleh pelaksanaan pembelajaran pada (student
aktivitas guru yaitu dengan proporsi 79,7% dan hasil achievement
pelaksanaan pembelajaran pada aktivitas siswa yaitu 86, divisions)
dari ketuntasan individu yang menyelesaikan 2. Metode
pembelajarannya yaitu 27 orang siswadan siswa yang tidak Jigsaw
tuntas dalam belajar yaitu 3 orang siswa , sedangkan 3. Metode G
ketuntasan hasil perbaikan klasikal pada siklus II yaitu 90% (group
yang tuntas dan 10% yang tidak tuntas dan nilai rata-rata investigation)
siswa 84. 4. Metode
Picture and
Picture
5. Metode
TPS (think
pair share)

Jenis-jenis
pembelajaran
kooperatif
yang umum
dikenal
adalah
mencari
pasangan
(make a
match),
bertukar
pasangan,
berpikir-
berpasangan-
berbagi,
berkirim
salam dan
soal, kepala
bernomor,
dua tinggal
dua tamu
(two stay two
stray),
keliling
kelompok,
kancing
gemerincing,
keliling
kelas, tari
bambu
(bamboo
dancing), dan
bercerita
berpasangan.

3. Peningkatan Hasil Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan hasil Penelit Penelitian
Belajar Ipa Melalui belajar peserta didik,hal ini dibuktikan dengan hasil yang ian tindakan
Model Pembelajaran diperoleh pada siklus I dan siklus II dimana persentase Tindak kelas
Kooperatif Tipe ketuntasan siklus I yaitu 55.71%, dan meningkat pada an meliputi :
Numbered Heads siklus II menjadi85.71% dan masuk dalam taraf Kelas perencanaan,
Together Pada keberhasilan dengan kategori sangat baik. Dengan melihat pelaksanaan
Peserta Didik Kelas hasil analisis data penelitian tersebut diambil kesimpulan tindakan,
IV SD I Ngalupolo bahwa dengan menggunakan model pembelajaran observasi,
kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar evaluasi dan
peserta didik kelas IV SD I Ngalupolo mata pelajaran IPA refleksi.
dengan materi sumber daya alam.
4. Peningkatan hasil elitian ini dilatarbelakangi dari hasil belajar IPA kelas IV Strateg Strategi
belajar IPA SD Negeri 031 Pulau Kijang yang masih sangatrendah. i belajar-
melalui penerapan Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Belajar mengajar
model pembelajaran IPA. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas, - merupakan
Kooperatif tipe yang terdiri dari 2 siklus. Dari analisis data terjadi Menga pola umum
NHT di kelas IV SD peningkatan baik dari aktivitas guru, aktivitassiswa, jar perbuatan
NEGERI 031 maupun hasil belajar siswa, yaitu aktivitas guru pada guru siswa
PULAUKIJANG pertemuan 1 siklus I memperoleh nilai 56% (cukup)dan dalam
pada pertemuan kedua meningkat menjadi 72% (baik). Pada mewujudkan
siklus II pertemuan ketiga nilai aktivitas guru meningkat kegiatan
kembali menjadi 80% (baik) dan pada pertemuan keempat belajar
meningkat menjadi 88% (sangat baik).Dilihat dari aktivitas mengajar.
siswa juga mengalami peningkat dari 60% (cukup) menjadi Pengertian
68% (baik). Pada siklus IIpertemuan ketiga menjadi 80% strategi
(baik) dan pada pertemuan keempat meningkat menjadi dalam hal ini
92% (sangat baik).Dilihat dari hasil belaja siswa juga menunjukkan
mengalami peningkatan, dari nilai rata-rata siswa pada skor pada
dasar yaitu 62,setelah siklus I nilai rata-rata siswa karakteristik
meningkat menjadi 69 dengan peningkatan sebanyak 7 poin abstrak
dari skor dasar.Pada siklus II hasil belajar siswa juga perbuatan
mengalami peningkatan sebanyak 7 poin dari siklus I guru siswa
dengan rata-ata nilai siswa 76. Simpulkan penelitian bahwa dalam
penerapan model kooperatif tipe NHTdapat meningkatkan peristiwa
hasil belajar IPA kelas IV SD Negeri 031 PulauKijang. belajar aktual
tertentu.
5. Pengaruh model Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil analisis uji-t Belajar Belajar
pembelajaran diperoleh t-hitung lebih besar dibandingkan dengan t-tabel dan merupakan
Kooperatif tipe (t-hitung 6,25 > t-tabel 1,68) ini berarti terdapat perbedaan Pembe proses
NUMBERED yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa lajaran memperoleh
HEAD TOGETHER yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif ilmu. Belajar
(NHT) terhadap tipe Numbered Head Together (NHT) dan kelompok siswa merupakan
hasil belajar IPA yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kegiatan
siswa kelas IV di konvensional. yang
SDN GUGUS I menghasilkan
KECAMATAN adanya
SAWAN perubahan
dari yang
tidak tahu
menjadi tahu,
dari yang
tidak mampu
menjadi
mampu.
Sedangkan
pembelajaran
mengacu
pada dua
konsep, yakni
belajar dan
mengajar

C.
-Latar Belakang
Pendidikan sangatlah penting bagi kehidupan manusia, melalui pendidikan seseorang dapat
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, dalam bentuk kegiatan bimbingan, pengajaran, dan
latihan. Salah satu komponen penting dalam sistem pendidikan adalah peserta didik sebab seseorang
tidak bisa dikatakan sebagai guru apabila tidak ada peserta didik yang di didiknya (Dimyati, 2016:21).
Salah satu yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam
proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan bepikir. Proses
pembelajaran di kelas diarahkan keada kemampuan anak untuk menghafal intonasi; otak anak dipaksa
untuk menghafal dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang
diingatnya itu untuk menhubungkannya dengan kehidupan sehari-hari dan akibatnya ketika anak didik
lulus dari sekolah, maka mereka pintar secara teoritis, tetapi mereka miskin aplikasi (Djamarah,
2012:19).
Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 disebutkan bahwa: Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecenderungan, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperuntukkan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Ibrahim, 2013:41).
Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan, pemerintah melakukan berbagai upaya,
antara lain penyempurnaan kurikulum, pemantapan kinerja guru, pemantapan ma teri-materi pelajaran
serta model pembelajaran untuk mata pelajaran tertentu, termasuk mata pelajaran IPA.
IPA merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan mulai dari pendidiikan dasar sampai
pendidikan tinggi, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa bidang IPA juga memegang peranan penting
dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pada jenjang pendidikan dasar pemberian
mata pelajaran IPA dimaksudkan untuk membekali siswa dengan pengetahuan, kemampuan praktis
agar mereka dapat menelaah, mempelajari dan mengkaji fenomena-fenomena alam serta masalah
yang ada di sekitar mereka. Namun mata pelajaran IPA ini dinilai kurang menarik bagi siswa karena
cakupan materinya yang luas. Sehingga apabila dalam pembelajaran guru tidak menggunakan metode
yang bervariasi, maka siswa akan merasa jenuh karena pembelajarannya sama sekali tidak menarik dan
terkesan monoton.
Berdasarkan dokumen dan wawancara guru kelas IV SDN Waworaha tahun ajaran 2020/2021
berupa hasil ulangan harian siswa semester genap pada materi struktur dan fungsi bagian tumbuhan,
menunjukkan dari 6 orang siswa yang terdiri dari 2 orang siswa perempuan dan 4 orang siswa laki-laki
hanya 2 orang siswa atau 33,33% yang mencapai nilai KKM ≥ 70, dan 66,66% atau 4 orang siswa belum
mencapai nilai KKM, dengan nilai rata-rata 58,33%, nilai tersebut masih di bawah standar Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 70 (mata pelajaran IPA). Dari data tersebut
menunjukkan bahwa materi struktur dan fungsi bagian tumbuhan pada mata pelajaran IPA masih
rendah.
Menyikapi hal tersebut, maka perlu dilakukan upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan
hasil belajar siswa. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil
belajar siswa kelas IV SDN Waworaha adalah melalui model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
Head Together (NHT).
Beberapa hal yang menjadi alasan dalam pemilihan model pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Head Together (NHT) adalah salah satu cara yang digunakan oleh guru agar kegiatan belajar
mengajar lebih efektif dan efisien, apabila model pembelajaran kooperatif ini diterapkan maka model
ini dapat melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa
sebagai tutor dan mengandung unsur permainan dan reinforcement selain itu memungkinkan siswa
dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerjasama, persaingan
sehat, dan keterlibatan belajar. Herdian (2013:61).
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis akan melakukan penelitian tentang
“Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN Waworaha Melalui Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Numbered Head Together pada Materi Pokok Struktur dan Fungsi Bagian Tumbuhan”.
-Metode Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Waworaha yang berjumlah 20 orang
terdaftar pada semester genap pada tahun ajaran 2022/2023. Perbaikan pembelajaran dilakukan
di kelas IV SDN Waworaha pada semester genap tahun ajaran 2022/2023 dan berlangsung pada
bulan april 2023 dengan perbaikan pembelajaran pada mata pelajaran IPA dengan rincian jadwal
tiap siklus sebagai berikut:
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran IPA
No. Siklus Hari/ Tanggal
Senin, 5 April 2023
1. I
Kamis, 6 April 2023
Senin, 5 April 2023
2. II
Kamis, 13 April 2023

Dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran ini, penulis mendapat bantuan dari


berbagai pihak, antara lain dari Miharca, S.Pd, selaku supervisor 2 dan Sitti Martiana, S.Pd,
selaku penilai 1 serta I Gede Edi Saputra, S.Pd., M.Pd selaku supervisor 1.
A. Desain Prosedur Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan dalam tiga siklus dimana setiap siklus terdiri
dari empat tahap yaitu: perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (action), observasi dan
evaluasi (observation), dan refleksi. Secara lengkap disajikan pada gambar 3.1 berikut.

Identifikasi
Masalah

Perencanaan

Refleksi Siklus I Pelaksanaan

Pengamatan

Permasalahan Baru
Hasil Refleksi I

Perbaikan perencanaan

Refleksi Siklus II Pelaksanaan

Pengamatan

Penyusunan Laporan

Gambar 3.1. Siklus Pelaksanaan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Secara rinci kegiatan pada masing-masing tahap ini dapat dijabarkan sebagai berikut.

1. Perencanaan, adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi :


a. Peneliti bersama dengan guru teman sejawat berdiskusi dan mengidentifikasi masalah
pembelajaran, serta menetapkan alternatif tindakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi
dalam pembelajaran di sekolah, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Head Together dalam pembelajaran IPA.
b. Peneliti membuat perencanaan perbaikan pembelajaran (RPP), lembar observasi dan tes hasil
belajar yang akan digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Waworaha
2. Pelaksanaan tindakan
Kegiatan pada tahap ini adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dalam pembelajaran IPA
sesuai dengan rencana perbaikan pembelajaran.
3. Observasi dan evaluasi
Pada tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan
menggunakan format pengamatan pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya.
4. Refleksi
Kegiatan refleksi ini bertujuan untuk menganalisa data pada setiap akhir siklus. Kegiatan
pada tahap ini mencakup kegiatan analisis dan interpretasi atas informasi atau hasil yang
diperoleh dari pelaksanaan tindakan. Refleksi dilakukan terhadap seluruh hasil observasi
untuk menentukan tindakan pada tahap berikutnya. Dalam setiap siklus pelaksanaan
perbaikan pembelajaran peneliti diamati oleh teman sejawat bernama Naazida, S.Pd.,
dengan menggunakan lembar observasi.
B.Indikator Kinerja

1. Indikator Proses
Indikator proses pembelajaran pada penelitian ini dapat dilihat dari dua aspek yaitu hasil kinerja
guru dan aktivitas siswa. Penelitian ini dinyatakan berhasil, jika kedua aspek tersebut telah
berada dalam kategori baik atau sangat baik.

2. Indikator Hasil
Indikator yang menunjukkan keberhasilan pembelajaran yaitu jika daya serap individu
memperoleh nilai KKM ≥65 dan ketuntasan klasikal minimal 75%.

C.Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dalam
bentuk persentase, nilai rata-rata, serta disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Analisis deskriptif
kualitatif digunakan pula untuk mengukur indikator kinerja berdasarkan kriteria ketuntasan minimal.
Langkah-langkah analisis data sebagai berikut.

1. Mengkonversi skor hasil tes menjadi nilai (X) skala 0 – 100, dengan menggunkan rumus:
Skor yang diperoleh/dicapai
X= x 100
Skor ideal (Arikunto, 2013)
2. Menentukan tingkat pencapaian ketuntasan belajar rumus:

Nilai dicapai
x 100 %
a) Secara individu TB = Nilai ideal

Nilai dicapai kelompok


x100 %
b) Secara kelompok = Nilai ideal

Nilai rata−rata
x100 %
c) Nilai klasikal = Nilai ideal

3. Menentukan persentase ketuntasan belajar


Σ TB
%= x 100 % (Nana Sudjana, 2015)
N
dengan: Σ TB = Jumlah siswa pada kategori ketuntasan belajar.

N = Jumlah siswa secara keseluruhan

-Hasil
Penelitian ini terdapat pengaruh positif yaitu meningkatkan hasil belajar siswa pada struktur dan fungsi bagian
tumbuhan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together pada siswa kelas IV SDN
Waworaha dapat ditingkatkan.

-Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi pada siklus I, guru dan siswa belum maksimal melakukan
kegiatan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together sehingga masih
banyak kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki pada siklus II. Kekurangan-kekurangan yang
dimaksud antara lain, pada pertemuan pertama dan kedua, guru kurang memberikan motivasi
dengan maksimal, siswa tidak menanggapi pekerjaan temannya karena guru tidak memberi
kesempatan untuk bertanya. Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan pada siklus I terlihat adanya
peningkatan hasil belajar siswa pada materi struktur dan fungsi bagian tumbuhan yaitu sebesar 65%
atau 13 orang siswa mempunyai nilai minimal 65.

Berdasarkan kenyataan di atas bahwa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif


tipe Numbered Head Together hasil tes tindakan siklus I belum memenuhi standar ketuntasan belajar
secara klasikal, sehingga penelitian ini dilanjutkan pada siklus berikutnya yakni siklus II. Tentunya
pelaksanaan siklus nantinya menitik beratkan pada hasil observasi pada siklus I dimana kekurangan-
kekurangan yang pada siklus I harus diperbaiki pada siklus II yang tentunya sesuai dengan refleksi
antara peneliti dan observer.

Hasil observasi pada tindakan siklus II, guru dan siswa melakukan kegiatan pembelajaran
semakin baik. Kekurangan dan kelemahan yang ada pada siklus I sudah dapat diperbaiki. Guru sudah
memberikan motivasi secara maksimal pada siswa, memberikan kesempatan pada siswa untuk
menanggapi presentase temannya, guru sudah memberikan penghargaan pada siswa yang hasil
kerjanya benar, siswa aktif bertanya dan menjawab pertanyaan guru, siswa sudah dapat
mempresentasekan jawabannya dengan baik.
Hasil evaluasi yang dilaksanakan pada siklus II siswa memperoleh nilai sebesar 90% atau
sebanyak 18 orang siswa minimal 65. Dari hasil evaluasi siswa yang diperoleh pada siklus II dikatakan
bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together memberi dampak positif pada
hasil belajar siswa yang menunjukan penelitian ini berhasil, namun ada 2 orang siswa yang
memperoleh nilai kurang dari 65. Meskipun demikian mereka sudah memberikan sikap yang positif
terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together.

Karena keberhasilan dalam penelitian ini telah tercapai, dalam hal ini 90% siswa telah
mencapai nilai rata-rata 65 (sesuai ketetapan sekolah), dan materi struktur dan fungsi bagian
tumbuhan selesai diajarkan, maka penelitian ini dihentikan sampai pada tindakan siklus II. Dengan
demikian pelaksanaan pembelajaran ini dikatakan berhasil karena telah memenuhi standar
ketuntasan belajar 75% sehingga hipotesis tindakan telah terjawab yaitu meningkatkan hasil belajar
siswa pada struktur dan fungsi bagian tumbuhan melalui model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together pada siswa kelas IV SDN Waworaha dapat ditingkatkan.

D.DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., dkk. (2013). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Dimyati dan Mudjiono. (2016). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Djamarah, S. B., dkk. ( 2012). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Herdian. (2013). Model Pembelajaran NHT. [Online]. Tersedia:


http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-nht- numbered-head-
together/ (17 Mare

Isjoni. (2013). Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai