Anda di halaman 1dari 11

“Upaya menghadapi hambatan dalam komunikasi di era Gen Z dengan Teori

Resolusi Konflik dan Tabula rasa”

Muhammad Reza Lazuardi, Novalia Agung W. Ardhoyo


Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Fakultas Ilmu Komunikasi
Email: rezalazuardi014@gmail.com

Abstrak
Konflik adalah fenomena sosial yang tidak dapat dihindari dan sudah pasti terjadi dalam
kehidupan sehari-hari. Kajian ini bertujuan membahas hubungan antara teori resolusi konflik dan
tabula rasa serta implikasinya dalam pengelolaan konflik di kehidupan sehari-hari. Teori resolusi
konflik menawarkan berbagai pendekatan untuk mengatasi konflik dan mengembangkan
kemampuan individu dalam mengelola konflik. Selain itu, teori tabula rasa yang dikemukakan
oleh John Locke juga memiliki implikasi penting bagi pengelolaan konflik. Dalam konteks
pemgelolaan konflik, teori tabula rasa menekankan pentingnya memberikan pengalaman dan
pembelajaran yang positif bagi individu dalam mengembangkan keterampilan mengelola konflik.
Kajian ini menyimpulkan bahwa penggunaan pendekatan resolusi konflik yang tepat dan
memberikan pengalaman yang positif dalam mengelola konflik dapat membantu individu
mengembangkan keterampilan dalam menghadapi konflik dan menghindari konflik yang tidak
perlu. Selain itu, implikasi teori tabula rasa ini dapat membantu individu dalam memahami
konflik sebagai pengalaman hidup untuk belajar yang membantu mereka untuk berkembang.
Kajian ini akan membahas dan menganalisis tentang masalah penulis yang terjadi saat
melakukan komunikasi dengan orangtua, yaitu terjadinya miscommunication atau
kesalahpahaman saat berkomunikasi melalui telepon genggam atau biasa dikenal dengan
handphone. Proses komunikasi dua arah akan berjalan efektif apabila terjadi timbal balik antar
komunikator dan komunikan dalam menyampaikan pesan menggunakan alat atau media.
Kata Kunci: Teori resolusi konflik, teori tabula rasa, pengelolaan konflik

Abstract
Conflict is an unavoidable social phenomenon that inevitably occurs in everyday life. This paper
aims to discuss the relationship between conflict resolution theory and tabula rasa and its
implications for conflict management in everyday life. Conflict resolution theory offers various
approaches to resolve conflicts and develop individuals' ability to manage conflicts. In addition,
the tabula rasa theory proposed by John Locke also has important implications for conflict
management. In the context of conflict management, tabula rasa theory emphasizes the
importance of providing positive experiences and learning for individuals in developing conflict
management skills. This study concludes that using the right conflict resolution approach and
providing positive experiences in managing conflict can help individuals develop skills in
dealing with conflict and avoid unnecessary conflict. In addition, the implications of this tabula
rasa theory can help individuals in understanding conflict as a life experience for learning that
helps them to develop. This study will discuss and analyze the author's problem that occurs when
communicating with parents, namely the occurrence of miscommunication or misunderstanding
when communicating via mobile phones or commonly known as cellphones. The two-way
communication process will run effectively if there is reciprocity between communicators and
communicants in conveying messages using tools or media.

Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari dapat dipastikan manusia berinteraksi dengan satu sama lain,
dalam berinteraksi dibutuhkan yang namanya komunikasi. Menurut Hovland, Jains dan Kelley,
komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus
(biasanya dalam bentuk kata- kata) dengan tujuan untuk membentuk perilaku orang- orang
lainnya (khalayak). Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, perasaan,
keahlian dan sejenisnya. Komunikasi adalah pintu gerbang ke semua interaksi sosial.
Komunikasi merupakan peran manusia yang paling penting dalam kehidupan sehari-hari
manusia dalam pelaksanaan proses interaksi. Terutama yang terjadi dalam kerangka masyarakat
terkecil, yaitu keluarga. Untuk mencapai tujuan komunikasi yang dimaksud, perlu adanya
tanggapan atau feedback dari orang yang dituju oleh komunikator dalam menyampaikan pesan.
Kata atau istilah untuk berkomunikasi (kata bahasa Inggris "komunikasi"), secara etimologis atau
asal usulnya, berasal dari bahasa Latin communicatus, dan kata communis berasal dari kata
communis yang tujuannya penyatuan, atau serupa artinya. Communication merupakan istilah
komunikasi dalam Bahasa Inggris yang berarti berbagi atau milik bersama.
Interaksi yang dilakukan individu dilakukan secara sadar ataupun tidak sadar untuk
bertahan hidup dan menunjukkan bahwa manusia merupakan makhluk sosial. Manusia
menyadari bahwa ia tidak bisa hidup tanpa bantuan dari manusia lainnya. Akan tetapi, masih
banyak yang tidak mengetahui makna dari manusia adalah makhluk sosial.
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat menjalani kehidupannya sendiri.
Bahkan untuk memenuhi kebutuhannya, manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya.
Ini berlaku untuk semua manusia tidak pandang bulu karena setiap manusia membutuhkan
manusia lainnya. Setiap manusia dalam masyarakat harus berkomunikasi, bergaul dan juga
berinteraksi dengan orang lain. Manusia sebagai makhluk sosial sudah ada sejak lahir. Seorang
manusia yang lahir juga membutuhkan manusia lain untuk membantu.
Dalam berinteraksi sudah pasti ada hambatan, karena hambatan ini pesan yang
disampaikan oleh komunikator dapat tidak efektif dan tidak tersampaikan dengan baik. Melansir
jurnal Hambatan Komunikasi Pendamping Sosial (2018) karya Imam Alfi dan Dedi Riyadin
Saputro, secara teknis, hambatan merupakan hal apa pun yang dapat mendistorsi pesan, baik dari
segi pengiriman atau penerimaan pesan. Hambatan komunikasi merupakan bentuk-bentuk
gangguan yang terjadi saat proses penyampaian pesan. Ini yang menyebabkan kesalahpahaman
atau misscommunication dalam mengartikan pesan yang disampaikan sehingga dapat
menimbulkan konflik. Disinilah peran pemahaman tentang komunikasi dan mengimplikasikan
teori-teori komunikasi yang ada untuk mencapai sebuah komunikasi yang efektif sehingga
meminimalisir adanya kesalahpahaman.
Penulis akan membagikan pengalamannya saat menghadapi hambatan dalam
berkomunikasi yang juga dirasakan oleh banyak individu lainnya, yaitu kesalahpahaman saat
menyampaikan atau menerima pesan sehingga komunikasi tidak berjalan dengan efektif dan
pesan tidak tersampaikan dengan baik. Disini penulis akan mengemukakan dua teori, yaitu teori
resolusi konflik dan tabula rasa sebagai pendekatan dalam menghadapi hambatan tersebut.
Kesalahpahaman adalah salah satu bentuk konflik interpersonal yang umum terjadi dalam
kehidupan sehari-hari. Meskipun terkadang terlihat sepele, kesalahpahaman dapat berdampak
besar pada hubungan interpersonal, bahkan dapat memicu konflik yang lebih besar. Untuk
mengatasi kesalahpahaman dan mencegah eskalasi konflik, terdapat berbagai teori yang dapat
diaplikasikan, salah satunya adalah teori resolusi konflik.
Teori resolusi konflik menawarkan berbagai pendekatan dan strategi untuk mengatasi
konflik, baik dalam lingkup interpersonal maupun sosial. Dalam konteks interpersonal, teori
resolusi konflik menekankan pentingnya komunikasi yang baik dan saling pengertian dalam
mengelola konflik. Oleh karena itu, studi ini akan mengeksplorasi potensi penerapan teori
resolusi konflik dalam mengatasi kesalahpahaman dalam konteks interpersonal. Penerapan teori
resolusi konflik dapat membantu individu dalam mengatasi kesalahpahaman dengan lebih
efektif. Dengan menerapkan prinsip-prinsip komunikasi yang baik dan saling pengertian,
individu dapat memperbaiki hubungan interpersonal dan menghindari eskalasi konflik. Selain
itu, strategi pengelolaan konflik yang baik juga dapat membantu individu dalam mengatasi
kesalahpahaman dengan lebih efektif.
Penulis mengemukakan bahwa penerapan teori resolusi konflik yang tepat dan strategi
pengelolaan konflik yang baik dapat membantu individu dan kelompok dalam mengatasi konflik
secara efektif. Di samping itu, teori tabula rasa juga memberikan kontribusi penting dalam
membentuk individu yang mampu mengelola konflik dengan baik, melalui pembelajaran dan
pengalaman yang positif. Artikel ini bertujuan untuk menggali potensi pengelolaan konflik
dengan menerapkan teori resolusi konflik dan tabula rasa dalam konteks sosial. Studi dilakukan
dengan menggunakan pendekatan kualitatif, melalui pengumpulan data dari wawancara dan
observasi,. Partisipan studi terdiri dari individu-individu yang mengalami konflik dalam konteks
sosial dalam kelompok masyarakat.
Kesimpulannya, pengelolaan konflik yang efektif dalam konteks interpersonal dapat
dicapai dengan menerapkan teori resolusi konflik yang tepat dan strategi pengelolaan konflik
yang baik. Artikel yang dibuat oleh penulis ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
pengembangan pengetahuan dan pemahaman mengenai pengelolaan konflik dalam konteks
interpersonal dan membantu individu dalam mengatasi kesalahpahaman dalam melakukan
komunikasi antar individu.
Metodologi
Informasi dalam artikel ini dikumpulkan dengan menggunakan metode pengumpulan data
penelitian literatur dan wawancara kemudian dianalisis dengan pendekatan deskriptif kualitatif.
Creswell (2010) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk
mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang
dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Tujuan dari pendekatan ini merupakan
pemahaman secara mendalam terhadap suatu hambatan dalam melakukan komunikasi

Pembahasan dan teori-teori


Setiap harinya, manusia pasti berinteraksi dengan manusia lain. Dengan berinteraksi
manusia mendapatkan apa yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Diperlukan
pemahaman saat berinteraksi supaya komunikasi berjalan dengan efektif, komunikator atau
komunikan yang baik adalah yang memahami dengan siapa dia berinteraksi.
Dalam buku ‘Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar‘ karangan Dedy Mulyana; Harorl D.
Lasswell menjelaskan bahwa pada komunikasi merupakan proses yang menjelaskan siapa,
mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa dan dengan akibat atau hasil apa?
Komunikasi adalah proses saling bertukar pesan atau informasi antara dua orang atau lebih,
yang bertujuan untuk menghasilkan pemahaman dan arti bersama. Komunikasi dapat terjadi
secara verbal (melalui kata-kata) maupun nonverbal (melalui bahasa tubuh, ekspresi wajah, dll).
Komunikasi juga dapat terjadi secara langsung, seperti melalui percakapan tatap muka atau
telepon, atau melalui media sosial, email, surat, dan sebagainya. Komunikasi merupakan
kebutuhan manusia yang sangat penting, karena manusia merupakan makhluk sosial yang selalu
berinteraksi dengan orang lain. Dalam setiap aspek kehidupan, komunikasi dapat mempengaruhi
hubungan antarindividu, kelompok, organisasi, bahkan negara. Oleh karena itu, penting bagi
setiap individu untuk mengembangkan kemampuan komunikasi yang baik, agar dapat
berinteraksi dengan orang lain secara efektif dan efisien.
Dalam memahami dan mempelajari teori komunikasi yang telah ada perlu dipahami
perspektif oleh sumbernya dan implikasinya terhadap teori-teori tersebut. Karena setiap individu
memiliki perspektif dan persepsinya masing-masing. Ember dan Ember (1990:11) menjelaskan,
Antropologi adalah studi tentang manusia. Antropologi terdiri dari dua kata yaitu “antrop” yang
berarti manusia dan “logi” yang berarti ilmu, yang apabila diartikan Antropologi merupakan
ilmu yang mempelajari tentang manusia. Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan
interaksi dalam bertahan hidup. Salah satu bentuk interaksi sosial untuk sesama manusia yaitu
dengan komunikasi. Komunikasi yang efektif adalah dengan adanya feedback atau respon yang
baik berupa verbal atau non verbal untuk membuat komunikasi tersebut menjadi efektif.
Antropologi adalah sebuah ilmu disiplin ilmu sosial yang mempelajari manusia, baik dari
segi fisik, sosial, maupun budayanya. Antropologi membahas tentang aspek-aspek kehidupan
manusia seperti bahasa, adat istiadat, kepercayaan, agama, struktur sosial, serta bagaimana hidup
manusia dari masa lalu hingga sekarang. Antropologi berusaha untuk memahami manusia dari
berbagai perspektif, termasuk aspek biologis, sosial dan budaya, serta bagaimana interaksi antara
manusia dengan lingkungannya. Tujuan utama antropologi adalah untuk memahami
keberagaman manusia dan membantu masyarakat memahami perbedaan antarbudaya dan nilai-
nilai yang ada. Antropologi juga memiliki subdisiplin seperti arkeologi, antropologi linguistik,
antropologi ekonomi, antropologi politik, dan lain sebagainya.

Dikutip dari buku Pengantar Antropologi: Sebuah Ikhtisar Mengenai Antropologi (2019)
yang ditulis oleh Gunsu Nurmansyah dkk, antropologi merupakan ilmu pengetahuan yang
mencoba menelaah sifat-sifat manusia secara umum dan menempatkan manusia yang unik dalam
sebuah lingkungan hidup yang lebih bermartabat.
Antropologi memiliki peran penting dalam memahami berbagai masalah sosial dan budaya
dalam masyarakat, seperti konflik antarbudaya, perbedaan pandangan dan kepercayaan, dan
perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat. Antropologi juga dapat membantu dalam
merumuskan kebijakan dan program-program yang lebih baik untuk mengatasi berbagai masalah
sosial dan budaya, serta meningkatkan kualitas hidup manusia.

Ruang Lingkup Kajian Antropologi


Melansir dari buku Pengantar Ilmu Antropologi (2009) yang ditulis oleh Koentjaraningrat,
ada dua ruang lingkup kajian dari antropologi, yaitu :
1. Antropologi fisik (Physical Anthropology)
Antropologi fisik mempelajari manusia sebagai organisme biologis, menelusuri
perkembangan manusia menurut perkembangannya, dan mempelajari variasi biologisnya
dalam berbagai jenis (spesies). Melalui analisis mendalam terhadap fosil dan pengamatan
primata hidup.
2. Antropologi Budaya (Cultural Anthropology)
Antropologi budaya berfokus pada budaya atau gaya hidup manusia dalam suatu
masyarakat. Kemudian antropologi budaya ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu arkeologi,
antropologi linguistik dan etnologi.

Antropologi dalam komunikasi adalah cabang antropologi yang mempelajari hubungan


antara budaya dan komunikasi manusia. Mengkaji tentang bagaimana manusia berkomunikasi,
bagaimana komunikasi terjadi dalam berbagai budaya, dan bagaimana budaya mempengaruhi
komunikasi manusia. Kemudian mempelajari aspek-aspek seperti bahasa, tanda, simbol, narasi,
dan ritus dalam konteks budaya manusia.
Antropologi berusaha untuk memahami bagaimana komunikasi mempengaruhi budaya
dan sebaliknya, bagaimana budaya mempengaruhi komunikasi. Antropologi dalam komunikasi
juga mencoba untuk memahami bagaimana konteks sosial, politik, dan ekonomi mempengaruhi
komunikasi manusia. Dalam antropologi komunikasi, penting untuk memahami bahwa
komunikasi tidak hanya melibatkan aspek verbal atau lisan, tetapi juga melibatkan bahasa tubuh,
gestur, dan ekspresi wajah.
Dalam konteks globalisasi dan perkembangan teknologi komunikasi modern, antropologi
juga meneliti tentang dampak dari teknologi komunikasi terhadap budaya manusia dan
bagaimana budaya manusia berevolusi dalam menjawab tantangan dari perubahan teknologi
komunikasi. Antropologi penting dalam membantu kita memahami kompleksitas komunikasi
manusia dan bagaimana budaya mempengaruhi cara kita berkomunikasi dan berinteraksi dengan
orang lain.
Dalam kehidupan sehari-hari setiap individu pasti pernah mengalami miscommunication
atau kesalahpahaman dalam berkomunikasi. Hal ini tidak dapat dihindari dikarenakan manusia
mempunyai persepsinya sendiri terhadap suatu hal sehingga terjadinya perbedaan dalam berpikir
dan menafsirkan sesuatu. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya pemahaman antar individu
untuk meminimalisir adanya hambatan dalam berkomunikasi sehingga pesan yang disampaikan
diterima dengan baik kemudian adanya feedback sehingga komunikasi berjalan dengan efektif.
Pada dasarnya, orang tidak dapat menghindari konflik yang ada. Konflik melekat dalam
kehidupan dan perkembangan manusia. Konflik muncul karena adanya perbedaan dalam
kehidupan, seperti perbedaan jenis kelamin, kelas sosial dan ekonomi, sistem hukum, suku,
agama, keyakinan, budaya, ideologi, keyakinan politik, dll. Selama perbedaan-perbedaan itu ada,
konflik dalam kehidupan manusia tidak dapat dihindari. Namun, ini tidak berarti bahwa konflik
tidak dapat diselesaikan.
Dalam kajian ini penulis akan membahas bagaimana pengalamannya saat mengalami
hambatan dalam berkomunikasi. Dalam studi kasusnya, penulis mengalami masalah saat
kesalahpahaman saat melakukan komunikasi di ruang lingkup masyarakat terkecil yaitu
keluarga. pada saat itu penulis mengalami miscommunication atau salah paham dengan orangtua.
Saat penulis sedang berdiskusi dengan teman organisasinya di suatu kedai kopi dari pihak
orangtua melakukan panggilan suara terhadap penulis yang handphone-nya sedang hilang.
Karena openulis tidak dapat merespon panggilan masuk dari orangtuanya di handphone orangtua
menjadi khawatir, disitulah terjadi kesalahpahaman. Penulis akan menjelaskan bagaimana cara
menghadapi hambatan tersebut dengan mengemukakan teori resolusi konflik dan tabula rasa.

Teori Resolusi Konflik


Teori resolusi konflik adalah teori yang menekankan pentingnya menyelesaikan konflik
atau perselisihan dengan cara yang konstruktif dan damai. Konflik sering terjadi dalam hubungan
sosial, baik dalam keluarga, organisasi, masyarakat, atau bahkan antarnegara. Teori resolusi
konflik menekankan bahwa konflik dapat diselesaikan melalui berbagai cara yang tidak
merugikan pihak-pihak yang terlibat.
Dikutip dari A Glossary of Terms and Concepts in Peace and Conflict Studies (2005) oleh
Christopher E. Miller, Resolusi konflik adalah pendekatan yang bertujuan untuk menyelesaikan
konflik melalui pemecahan masalah yang konstruktif.
Menurut teori resolusi konflik, terdapat beberapa strategi yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan konflik. Beberapa strategi tersebut antara lain:
1. Kolaborasi: Menggabungkan kepentingan kedua belah pihak dan mencari solusi bersama
yang memuaskan kedua belah pihak.
2. Kompromi: Menyepakati suatu kesepakatan yang dapat memenuhi kepentingan kedua
belah pihak secara setengah-setengah.
3. Akomodasi: Menerima kepentingan pihak lain dan mengesampingkan kepentingan diri
sendiri.
4. Persaingan: Berusaha untuk memenangkan konflik dengan cara merugikan pihak lain.
5. Menghindar: Menghindari konflik dengan cara mengabaikan atau menjauhkan diri dari
situasi yang memicu konflik.
Teori resolusi konflik menekankan pentingnya memilih strategi yang tepat dan konstruktif
dalam menyelesaikan konflik. Selain itu, teori ini juga menekankan pentingnya memahami
penyebab konflik dan menemukan solusi yang dapat memenuhi kepentingan kedua belah pihak.
Dengan cara ini, konflik dapat diselesaikan dengan cara yang damai dan tidak merugikan pihak-
pihak yang terlibat.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk resolusi konflik menurut Lamuru (2007), adalah
sebagai berikut :
1. Penyelesaian konflik tanpa kekerasan
2. Fasilitasi (pemberdayaan kelompok lokal atau masyarakat yang
terkena dampak konflik)
3. Mediasi (lobbying dan negosiasi para pihak konflik yang
berkepentingan)
4. Adanya informasi dan komunikasi (dinamisasi upaya penyelesaian
konflik diterapkan)
5. Kolaborasi penyelesaian konflik bersama pemerintah
Kesalahpahaman dalam berkomunikasi dapat menjadi salah satu sumber konflik yang
sering terjadi. Kesalahpahaman terjadi ketika pesan yang disampaikan tidak dipahami atau
diartikan dengan benar oleh pihak lain, sehingga dapat memicu terjadinya konflik. Untuk
menyelesaikan konflik yang diakibatkan oleh kesalahpahaman, teori resolusi konflik dapat
digunakan sebagai pedoman dalam mencari solusi yang konstruktif dan damai.

Menurut teori resolusi konflik, salah satu strategi yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan konflik adalah dengan mengadopsi strategi kolaborasi. Strategi ini
menggabungkan kepentingan kedua belah pihak dan mencari solusi bersama yang memuaskan
kedua belah pihak. Dalam konteks kesalahpahaman, strategi kolaborasi dapat diterapkan dengan
mengupayakan pemahaman yang sama antara kedua belah pihak. Dengan melalui pendekatan
ini, penulis dan orangtua dapat bernegosiasi untuk masalah kesalahpahamannya bisa dengan cara
meminjam handphone milik temannya setelah handphone-nya tidak ditemukan kemudian
menjelaskan mengapa tidak dapat menerima panggilan masuk dari orangtuanya.

Teori tabula rasa


Tabula rasa (dari bahasa Latin kertas kosong) merujuk pada pandangan epistemologi
bahwa seorang manusia lahir tanpa isi mental bawaan, dengan kata lain "kosong", dan seluruh
sumber pengetahuan diperoleh sedikit demi sedikit melalui pengalaman dan persepsi alat
indranya terhadap dunia di luar dirinya. Sebelum dikembangkan oleh John Locke, teori ini sudah
muncul sejak zaman Yunani kuno oleh aliran stoa. Kemudian teori ini dikembangkan oleh filsuf
yang berasal dari Britania Raya John Locke.
Gagasan teori ini sangat dipengaruhi oleh pendapat John Locke pada abad ke-17. Dalam
filosofi Locke, tabula rasa adalah teori bahwa pikiran (manusia) setelah lahir adalah "kertas
kosong" tanpa aturan untuk memproses informasi. , dan informasi tambahan dan aturan
pemrosesannya hanya terdiri dari pengalaman indrawi. Pandangan ini merupakan inti dari
empirisme Lockean. Dalam pandangan Locke, tabula rasa berarti pikiran individu "kosong" saat
lahir, dan juga menekankan kebebasan individu untuk mengisi jiwanya sendiri. Setiap individu
bebas menentukan isi karakternya – namun identitas dasarnya sebagai manusia tidak dapat
diubah. Dari asumsi tentang pikiran yang bebas dan ditentukan sendiri yang terkait dengan sifat
manusia ini, tumbuhlah doktrin Lockean tentang alam. Tabularasa pada awalnya berasal dari
studi John Locke tentang empirisme Francis Bacon (1561-1626).
Beberapa pendapat mengatakan teori ini memiliki kemiripan dengan konsep fitrah dalam
agama Islam. Seperti Tabula Rasa, Fitrah menciptakan sesuatu untuk pertama kali atau tanpa
wujud sebelumnya. Secara umum Fitrah juga diartikan suci dan bersih tanpa cela. Ada pendapat
lain yang mengatakan teori Tabula Rasa ini tidak bisa disamakan dengan konsep Fitrah. Meski
terlihat sama, pendapat lain menegaskan teori ini tidak bisa disamakan dengan konsep Fitrah
karena setiap manusia memiliki potensi kebaikan dalam dirinya.
Tabula Rasa, atau Blank Slate Theory, adalah teori bahwa manusia dilahirkan dengan
pikiran dan insting kosong yang kemudian dipengaruhi oleh pengalaman hidupnya. Dalam
konteks kesalahpahaman komunikasi, teori tabula rasa dapat diartikan sebagai orang yang pada
prinsipnya memiliki kemampuan belajar dan beradaptasi untuk memahami pesan yang
dikomunikasikan, namun terkadang dapat mempengaruhi pengalaman dan persepsi subyektifnya.
Kesalahpahaman dalam komunikasi muncul ketika pihak lain tidak memahami atau
menafsirkan dengan benar pesan yang disampaikan. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor
seperti perbedaan bahasa, budaya, latar belakang, pengalaman, dll. Namun menurut teori tabula
rasa, kesalahpahaman dapat diatasi dengan mendapatkan pengalaman baru yang lebih baik.
Dalam konteks komunikasi, seseorang dapat memperoleh pengalaman baru dengan
memperluas wawasan dan pengetahuannya tentang bahasa, budaya, dan latar belakang pihak lain
guna mengatasi kesalahpahaman. Anda juga dapat mencoba mendekati pihak lain secara terbuka
dan memahami bahwa setiap orang memiliki ide yang berbeda.
Dalam hal ini, teori tabula rasa dapat dijadikan landasan untuk mengatasi kesalahpahaman
dalam berkomunikasi. Dengan memahami bahwa setiap orang memiliki pengalaman, latar
belakang dan persepsi yang berbeda, langkah yang tepat dapat diambil untuk menghilangkan
kesalahpahaman tersebut. Salah satu opsi adalah menggunakan strategi kompromi atau mediasi
untuk menemukan solusi yang memuaskan kedua belah pihak.
Didalam jurnal milik Anton E. Lawson berjudul “The Acquisition of biological knowledge
during childhood : Cognitive conflict or tabula rasa?” Artikel ini menganalisis perolehan
pengetahuan tentang konflik kognitif atau tabula rasa pada anak, yang berarti pengetahuan anak
kecil dipengaruhi oleh lingkungannya atau adakah pengetahuan bawaan sejak lahir?. Kemudian
artikel yang ditulis oleh Nicholas G. Petryszak dengan judul “Tabula rasa-its origins and
implication”. Dalam tulisannya ini dijelaskan awal mula muncul teori tabula rasa.

Kesimpulan
Jurnal yang membahas tentang mengatasi kesalahpahaman dalam berkomunikasi dengan
teori resolusi konflik dan teori tabula rasa menyimpulkan bahwa kedua teori tersebut memiliki
peran penting dalam membantu mengatasi kesalahpahaman dalam komunikasi.
Teori resolusi konflik mengajarkan cara-cara untuk menyelesaikan konflik dengan cara
yang damai dan membangun hubungan yang harmonis. Dalam konteks komunikasi, resolusi
konflik dapat dicapai melalui teknik-teknik seperti mendengarkan dengan empati, memahami
sudut pandang orang lain, dan mencari solusi yang menguntungkan bagi semua pihak.
Sementara itu, teori tabula rasa mengemukakan bahwa individu dilahirkan dengan pikiran
kosong dan belajar melalui pengalaman hidup mereka. Dalam konteks komunikasi, teori ini
menekankan pentingnya pendekatan yang terbuka dan tidak memihak untuk mencapai
pemahaman yang lebih baik. Dengan kata lain, kita harus bersedia untuk mendengarkan
pandangan orang lain dan tidak mempertahankan posisi kita sendiri secara kaku.
Dari kedua teori ini, dapat disimpulkan bahwa cara terbaik untuk mengatasi
kesalahpahaman dalam komunikasi adalah dengan pendekatan yang terbuka, empatik, dan
mengedepankan solusi yang menguntungkan bagi semua pihak. Kita juga harus bersedia untuk
memahami sudut pandang orang lain dan tidak mempertahankan posisi kita sendiri secara kaku.
Dengan cara ini, kita dapat membangun hubungan yang harmonis.

Daftar Pustaka

Mulyana, Deddy. 2014. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Cetakan ke 18. Bandung
PT. Remaja Rosdakarya.
Heryanto, Gun Gun & Rumaru, Shulhan. 2013. Komunikasi Politik: Sebuah Pengantar. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Cetakan ke 20.
Bandung: Alfabeta.
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: RinekaCipta.
Potensi Bawaan Manusia: Studi Komparatif Teori Tabularasa dan Konsep Fitrah, 2023
Kajian Pustaka 2.1.1 “Pengertian Resolusi Konflik” https://eprints.umm.ac.id/39519/3/BAB
%20II.pdf
35 Pengertian Komunikasi Menurut para Ahli. (2017, September 23). PakarKomunikasi.com.
https://pakarkomunikasi.com/pengertian-komunikasi-menurut-para-ahli
Tabula Rasa. Program Kelas Karyawan (Kuliah Online / Blended). ,2023
https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Tabula_rasa#:~:text=Gagasan%20mengenai%20teori
%20ini%20banyak,dibentuk%20hanya%20oleh%20pengalaman%20alat
Perspektif Antropologi Dan Teori Komunikasi: Penelusuran Teori-Teori ...
https://media.neliti.com/media/publications/99526-ID-perspektif-antropologi-dan-teori-
komunik.pdf.
Gischa, Serafica. “Resolusi Konflik: Definisi Dan Metodenya.” KOMPAS.com, Kompas.com, 5
Dec. 2020, https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/05/155751569/resolusi-konflik-
definisi-dan-metodenya.
Mawardi, R. A. (n.d.). Pengertian Antropologi Menurut Para Ahli Dan Ruang lingkupnya.
detikedu. https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6212983/pengertian-antropologi-menurut-
para-ahli-dan-ruang-lingkupnya
Kurniasih, W. (2021, October 6). Pengertian Dan Contoh Manusia Sebagai Makhluk Sosial.
Gramedia Literasi. https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-dan-contoh-manusia-sebagai-
makhluk-sosial/
Putri, Vanya Karunia Mulia. “Hambatan Komunikasi: Pengertian Serta Bentuk Hambatannya.”
KOMPAS.com, Kompas.com, 28 Jan. 2022,
https://www.kompas.com/skola/read/2022/01/28/110000869/hambatan-komunikasi--pengertian-
serta-bentuk-hambatannya.
Ruman, Yustinus Suhardi. “Teori Tabula Rasa John Locke Tentang Permerolehan
Pengetahuan .” Character Building, 30 Sept. 2022,
https://binus.ac.id/character-building/2022/09/teori-tabula-rasa-john-locke-tentang-
permerolehan-pengetahuan/.

Anda mungkin juga menyukai