Anda di halaman 1dari 15

Tugas Mandiri

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus PDGK4407
Dosen pengampu : Reza Febri Abadi, S.Pd,M.Pd
TUGAS TUTORIAL 1

Disusun oleh :
NAMA : AI DETI DAYANTI
NIM : 857508343
TUGAS TUTORIAL KE-1
KODE/NAMA/SKS MATA KULIAH PDGK 4407/Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan
Khusus/3 SKS
PROGRAM STUDI PGSD

Nama Penulis : Reza Febri Abadi, M.Pd

Status Pengembangan : Baru/Revisi* (coret yang tidak sesuai)


Tahun Pengembangan : 2023.1

PENGANTAR PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KLHUSUS

Petunjuk: Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat dan jelas!

1. Jelaskan pengertian pendidikan khusus dan anak berkebutuhan khusus (ABK)


menurut Undang-Undang N0. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas)!

a. Menurut Undang-Undang N0. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


(Sisdiknas) Pasal 32, ayat 1 “ Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta
didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena
kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa”.

b. Sesuai dengan UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas, anak berkebutuhan khusus dapat
dimaknai sebagai anak yang karena kondisi fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau
memiliki kecerdasan atau bakat istimewa memerlukan bantuan khusus dalam
pembelajaran.

2. Apa yang dimaksud bahwa anak luar biasa (ALB) adalah anak yang mengalami
penyimpangan!, kemudian sebutkan istilah-istilah yang berhubungan dengan hal
tersebut!
a. Anak Luar Biasa (ALB) dapat dikatakan anak yang mengalami penyimpangan
karena memiliki keluarbiasaan yang berarti menggambarkan sesuatu yang luar biasa.
Sesuatu yang luar biasa dapat berupa sesuatu yang sangat positif atau sebaliknya sesuatu
yang negatif.. Dengan demikian, anak luar biasa (ALB) adalah anak yang mempunyai
sesuatu yang luar biasa yang secara signifikan membedakannya dengan anak-anak seusia
pada umumnya. Keluarbiasaan yang dimiliki anak tersebut dapat merupakan sesuatu
yang positif, dapat pula yang negatif. Dengan demikian, keluarbiasaan itu dapat berada di
atas rata-rata anak normal, dapat pula berada di bawah rata-rata anak normal. Oleh karena
itu, jika kita berbicara tentang anak luar biasa maka yang kita maksud bukan hanya anak-
anak yang mempunyai kekurangan, tetapi juga anak-anak yang mempunyai kelebihan.
Dalam PP No. 17/2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, anak luar
biasa disebut sebagai peserta didik berkelainan. Setiap orang mempunyai kekurangan
atau kelemahan dan kelebihan atau kekuatan. Namun, pada peserta didik berkelainan
(anak luar biasa), kekurangan atau kelebihan atau yang sering disebut penyimpangan
atau kelainan tersebut sangat signifikan sehingga menunjukkan perbedaan yang sangat
jelas dengan anak-anak normal pada umumnya.
b. Sebelum terbitnya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional (UU No.20/2003 tentang Sisdiknas), istilah yang digunakan
untuk anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa, dan pendidikan bagi anak-anak
ini disebut sebagai pendidikan luar biasa (PLB), yaitu pendidikan bagi anak yang
memiliki keluarbiasaan. Kemudian sejak berlakunya UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas
digunakan istilah pendidikan khusus, yang menurut Pasal 32, ayat 1 “merupakan
pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses
pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa”. Dengan demikian, istilah anak luar biasa dan
keluarbiasaan tidak dipakai lagi, tetapi diganti dengan istilah peserta didik berkelainan
(PP No. 17/2010, Pasal 29). Secara lebih halus, kita dapat menyebutnya sebagai anak
berkebutuhan khusus, yang dalam bahasa Inggris disebut sebagai special need children
atau special need students atau child with special needs. Kebutuhan khusus itu terkait
dengan kesulitan yang dihadapi peserta didik karena adanya kelainan pada diri anak
tersebut. Sejalan dengan ini, istilah anak luar biasa diubah menjadi anak berkebutuhan
khusus (ABK), sedangkan keluarbiasaan diganti dengan kelainan. Sesuai dengan UU No.
20/2003 tentang Sisdiknas, anak berkebutuhan khusus dapat dimaknai sebagai anak yang
karena kondisi fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki kecerdasan atau bakat
istimewa memerlukan bantuan khusus dalam pembelajaran. Dalam konteks penyediaan
layanan pendidikan, istilah peserta didik atau anak berkelainan dan anak berkebutuhan
khusus tersebut mempunyai makna yang sama. Oleh karena itu, dalam modul ini istilah-
istilah tersebut sering dipertukarkan atau dipakai secara bergantian agar kita ingat bahwa
satu kondisi dapat disebut dengan berbagai nama. Kebutuhan khusus dapat dimaknai
sebagai kebutuhan khas setiap anak terkait dengan kondisi fisik, emosional, mental,
sosial, dan/atau kecerdasan atau bakat istimewa yang dimilikinya. Tanpa dipenuhinya
kebutuhan khusus tersebut, potensi yang dimiliki tidak akan berkembang optimal.
Misalnya, anak tuna rungu akan terbantu dalam pembelajaran jika kebutuhan khususnya,
yaitu lebih banyak berinteraksi melalui penglihatan daripada pendengaran dipenuhi.
Sementara itu, anak dengan kecerdasan atau bakat istimewa akan terbantu dalam proses
pembelajaran jika materi yang harus dia pelajari diperkaya. Mengapa istilah-istilah ini
terus berubah? Alasan yang utama adalah menekankan sisi positif dari anak-anak ini.
Setiap anak mempunyai potensi, namun karena kondisi yang dialaminya, ia memerlukan
bantuan khusus agar kesulitan dapat diatasi dan potensi yang dimiliki dapat berkembang
optimal. Bantuan khusus inilah yang disebut sebagai kebutuhan khusus. Dalam bahasa
Inggris, istilah yang pernah digunakan untuk menyebut anak-anak ini bahkan sangat
banyak, seperti handicapped children, impaired children, disabled children, retarded
children, gifted children. Pada dasarnya, semua istilah digunakan untuk menyebut anak-
anak yang kita sebut sebagai anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Secara
harfiah, handicapped children, berarti anak-anak yang mempunyai rintangan, impaired
children, berarti anak-anak yang memiliki kendala khusus, disabled children, berarti anak
yang tidak mampu (dalam bidang tertentu), retarded children, berarti anak cacat, dan
gifted children, berarti anak berbakat. Penggunaan istilah ini masih menimbulkan silang
pendapat, bahkan di Indonesia sendiri belum ada kesepakatan tentang penggunaan istilah
baku. Istilah anak penyandang cacat, anak berkelainan, anak luar biasa, masih sering
dipakai secara bergantian, meskipun sejak diundangkannya UU No. 20/2003 tentang
Sisdiknas, istilah yang digunakan adalah anak berkebutuhan khusus (ABK) atau peserta
didik berkelainan. Tampaknya, kita semua berupaya agar istilah yang digunakan untuk
anak-anak yang mempunyai kebutuhan khusus memberi konotasi yang positif, yaitu lebih
mengedepankan potensi yang dimiliki anak ini serta kebutuhan khusus yang diperlukan.
Namun, istilah Sekolah Luar Biasa (SLB) masih tetap digunakan dalam perundang-
undangan, seperti PP No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 35 dan PP
No. 17/2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, Pasal 133, yaitu
Taman Kanak-Kanak Luar Biasa (TKLB), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah
Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa
(SMALB). Sejalan dengan ini, jika kita tengok di sekitar kita, nama sekolah bagi ABK
pun masih tetap sama, yaitu Sekolah Luar Biasa. Dari uraian di atas, dapat disimak
bahwa istilah anak berkebutuhan khusus (ABK) memang mewakili semua anak yang
mempunyai kelainan atau penyimpangan dari anak normal, baik penyimpangan tersebut
bersifat fisik, tingkah laku maupun kemampuan. Istilah yang lebih halus digunakan untuk
menggambarkan kondisi setiap jenis penyimpangan, terutama yang penyimpangannya
berada di bawah normal, seperti tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, dan
tunalaras. Istilah-istilah ini meskipun menggambarkan kekurangan, tetapi mengandung
rasa bahasa yang dapat diterima.

3. Sebutkan klasifikasi anak dengan kebutuhan khusus, menurut Peraturan Pemerintah


(PP) yang anda ketahui!
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 157 Tahun 2014
Tentang Kurikulum Pendidikan Khusus Pasal 4 anak berkebutuhan khusus dapat
dikelompokkan menjadi:
1) Tunanetra
Tunanetra berarti kurang penglihatan. Sejalan dengan makna tersebut, istilah ini dipakai
untuk mereka yang mengalami gangguan penglihatan yang mengakibatkan fungsi
penglihatan tidak dapat dilakukan. Oleh karena gangguan tersebut, penyandang tunanetra
menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan mereka yang penglihatannya berfungsi
secara normal. Sehubungan dengan itu, anak tunanetra mempunyai kebutuhan khusus
yang menuntut adanya pelayanan khusus sehingga potensi yang dimiliki oleh para
tunanetra dapat berkembang secara optimal.
2) Tunarungu
Istilah tunarungu dikenakan bagi mereka yang mengalami gangguan pendengaran,
mulai dari yang ringan sampai dengan yang berat. Gangguan ini dapat terjadi sejak
lahir (merupakan bawaan), dapat juga terjadi setelah kelahiran. Istilah lain yang
sering digunakan untuk menggambarkan anak yang mengalami gangguan
pendengaran adalah anak tuli. Namun, sebenarnya istilah anak tuli ini hanya
merupakan salah satu klasifikasi dari gangguan pendengaran. Dalam bahasa Inggris
sering disebut sebagai hearing impaired atau hearing disorder. Oleh karena kondisi
khusus ini, anak tunarungu memerlukan bantuan khusus, baik dalam kehidupan
sehari-hari maupun dalam pendidikan. Dalam derajat tertentu, tidak mustahil anak-
anak ini berada di kelas Anda. Oleh karena itu, Anda diharapkan mampu
mengidentifikasi keberadaan anak-anak ini sehingga bantuan /layanan khusus bagi
mereka dapat dirancang.
3) Gangguan Komunikasi
Gangguan komunikasi atau dalam bahasa Inggris disebut communication disorder,
merupakan gangguan yang cukup signifikan karena kemampuan berkomunikasi
memungkinkan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain. Jika kemampuan ini
terganggu maka proses interaksi pun akan terganggu pula. Secara garis besar,
gangguan komunikasi dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu gangguan bicara
(karena kerusakan organ bicara) dan gangguan bahasa (speech disorder dan language
disorder). Gangguan bicara yang sering disebut sebagai tunawicara dapat disebabkan
oleh gangguan pendengaran yang terjadi sejak lahir atau kerusakan organ bicara,
misalnya lidah yang terlampau pendek sehingga anak tidak dapat memproduksi bunyi
secara sempurna. Gangguan pendengaran yang terjadi sejak lahir cenderung menjurus
kepada gangguan bicara karena yang bersangkutan tidak pernah mendengar suara
sehingga tidak mengenal suara. Sebagai akibatnya, anak tidak pernah punya persepsi
tentang suara. Oleh karena itulah, dikenal atau digunakan istilah tunarungu-wicara.
Namun, dengan adanya berbagai usaha untuk membantu anak tunarungu maka
tunarungu tidak selalu diasosiasikan dengan tunawicara. Barangkali di kelas Anda,
ada anak yang ujarannya susah dipahami atau yang bahasanya selalu kacau sehingga
susah dipahami oleh lawan bicaranya atau yang paling sering kita jumpai adalah
anak-anak yang gagap sehingga kegagapannya ini merupakan gangguan serius dalam
berbicara. Anak-anak tersebut dapat dikelompokkan sebagai anak yang menderita
gangguan komunikasi, yang dalam PP No. 17/2010 disebut sebagai tunawicara.
Gangguan komunikasi terjadi karena gangguan bahasa, yang ditandai oleh munculnya
kesulitan bagi anak dalam memahami dan menggunakan bahasa, baik dalam bentuk
lisan maupun tertulis. Sebagaimana kita ketahui, agar mampu memahami dan
menggunakan bahasa, baik secara lisan maupun tertulis, seseorang harus menguasai
sistem bunyi bahasa, tata kata, tata kalimat, semantik (makna), dan penggunaan
bahasa sesuai dengan konteks. Gangguan bahasa akan terjadi jika seseorang tidak
menguasai satu atau lebih aspek tersebut. Misalnya, seseorang tidak memahami tata
bunyi, ia tidak akan dapat membedakan ucapan kata yang satu dengan yang lain,
seperti rakit dan sakit atau kelapa dengan kepala. Demikian pula jika ia tidak
menguasai tata kalimat, ia tidak akan dapat memahami makna satu kalimat atau tidak
mampu mengungkapkan sesuatu dengan kalimat yang benar. Gangguan bahasa dapat
dikelompokkan menjadi 3 jenis. Pertama, gangguan bahasa yang terjadi karena
perkembangan yang terlambat, misalnya anak usia 10 tahun, penguasaan bahasanya
sama dengan anak usia dua tahun. Kedua, gangguan yang dihubungkan dengan
kesulitan belajar atau learning disabilities. Hal ini akan Anda kaji lebih jauh dalam
Modul 8. Ketiga, gangguan bahasa yang terjadi sebagai akibat gangguan saraf.
Misalnya, orang yang mengalami gegar otak atau stroke, mungkin kehilangan
kemampuan berkomunikasi. Barangkali Anda dapat mencari contoh-contoh dari
ketiga jenis gangguan komunikasi tersebut.
4) Tunagrahita
Tunagrahita atau sering dikenal dengan cacat mental adalah kemampuan mental yang
berada di bawah normal. Tolok ukur yang sering dikenakan untuk ini adalah tingkat
kecerdasan atau IQ. Anak yang secara signifikan mempunyai IQ di bawah normal
dikelompokkan sebagai anak tunagrahita. Sebagaimana halnya anak tunarungu,
tunagrahita juga dapat dikelompokkan menjadi tunagrahita ringan, sedang, dan berat.
Meskipun yang menonjol dalam hal ini adalah kemampuan mental yang di bawah
normal, namun kondisi ini berpengaruh pada kemampuan lainnya, seperti
kemampuan untuk bersosialisasi dan menolong diri sendiri.
5) Tunadaksa
Tunadaksa secara harfiah berarti cacat fisik. Oleh karena kecacatan ini, anak tersebut
tidak dapat menjalankan fungsi fisik secara normal. Anak yang kakinya tidak normal
karena kena polio atau yang anggota tubuhnya diamputasi karena satu penyakit dapat
dikelompokkan pada anak tunadaksa. Istilah ini juga mencakup gangguan fisik dan
kesehatan yang dialami oleh anak sehingga fungsi yang harus dijalani sebagai anak
normal, seperti koordinasi, mobilitas, komunikasi, belajar, dan penyesuaian pribadi,
secara signifikan terganggu. Oleh karena itu, ke dalam kelompok ini juga dapat
dimasukkan anak-anak yang menderita penyakit epilepsy (ayan), cerebral palsy,
kelainan tulang belakang, gangguan pada tulang dan otot, serta yang mengalami
amputasi.
6) Tunalaras
Istilah tunalaras digunakan sebagai padanan dari istilah behavior disorder dalam
bahasa Inggris. Kelompok tunalaras sering juga dikelompokkan dengan anak yang
mengalami gangguan emosi (emotionally disturbance). Gangguan yang muncul pada
anak-anak ini berupa gangguan perilaku, seperti suka menyakiti diri sendiri (misalnya
mencabik-cabik pakaian atau memukul-mukul kepala), suka menyerang teman
(agresif) atau bentuk penyimpangan perilaku yang lain. Termasuk juga dalam
kelompok ini adalah anak-anak penderita autistik, yaitu anak-anak yang menunjukkan
perilaku menyimpang yang membahayakan, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi
orang lain. Misalnya, memukul-mukul secara berkelanjutan, melempar/membanting
benda-benda di sekitarnya, dan jari tangan yang diputar-putar. Di samping autistik
atau autism, dalam kelompok ini juga termasuk attention deficit disorder (ADD) dan
attention deficit hyperactive disorder (ADHD). Dari makna katanya, Anda dapat
menerka bahwa penyandang ADD adalah mereka yang mendapat kesulitan dalam
memusatkan perhatian (tidak mampu memusatkan perhatian) sehingga perhatiannya
selalu beralih; sementara ADHD ditandai oleh ketidakmampuan memusatkan
perhatian yang disertai dengan hiperaktif, tidak mau diam. Anak-anak seperti ini,
khususnya ADHD perlu diwaspadai karena dapat membahayakan diri sendiri dan
orang lain.
7) Anak Berkesulitan Belajar
Anak berkesulitan belajar merupakan anak-anak yang mendapat kesulitan belajar
bukan karena kelainan yang dideritanya. Anak-anak ini pada umumnya mempunyai
tingkat kecerdasan yang normal, namun tidak mampu mencapai prestasi yang
seharusnya karena mendapat kesulitan belajar. Oleh karena itu, Anda pasti dapat
memahami bahwa anak-anak ini tidak mudah diidentifikasi dan paling banyak
terdapat di antara anak-anak yang bersekolah di sekolah biasa.
8) Tunaganda
Sesuai dengan makna istilah tunaganda, kelompok penyandang kelainan jenis ini
adalah mereka yang menyandang lebih dari satu jenis kelainan. Misalnya,
penyandang tunanetra dan tunarungu sekaligus, penyandang tunadaksa disertai
tunagrahita atau bahkan tunadaksa, tunarungu, dan tunagrahita sekaligus. Tentu dapat
dibayangkan betapa besarnya kelainan yang disandang, yang tentu saja berdampak
pada kompleksnya layanan pendidikan yang seyogianya disiapkan. Oleh karena
kondisi tunaganda yang seperti itu, kemungkinan mereka berada di SD biasa tentu
sangat kecil. Namun, sebagai guru, pengetahuan Anda tentang anak tunaganda akan
memperluas wawasan Anda tentang peserta didik berkelainan. Sekolah luar biasa
untuk penyandang tunaganda disebut sebagai SLB-G.
4. Jelaskan bentuk-bentuk layanan pendidikan bagi ABK dengan kelebihan dan
kekurangannya!
1. Layanan Pendidikan Segregasi
Bentuk layanan pendidikan yang memisahkan ABK dari anak normal. Dengan demikian,
ABK mempunyai sekolah sendiri, demikian pula anak normal mempunyai sekolah yang
tidak ada kaitannya dengan sekolah untuk ABK.
Kelebihan layanan Pendidikan Segregasi:
a. Dalam layanan segregasi (terpisah) ABK akan mendapat perlakuan/perhatian
yang lebih intensif karena para guru memang didisiapkan khusus untuk melayani
mereka.
b. Dalam layanan segregasi, para ABK merasa senasib sehingga dapat bergaul
lebih akrab.
c. Keinginan untuk bersaing dalam pendidikan segregasi mungkin lebih tinggi
karena para ABK merasa mempunyai kemampuan setara sehingga kesempatan
untuk unggul akan semakin terbuka.
Kelemahan layanan Pendidikan Segregasi:
a. Jika ABK selalu dididik secara terpisah, mereka seolah-olah mempunyai dunia
sendiri dan terisolasi dari dunia luar
b. Anak ABK tidak pernah mendapat tantangan untuk mencapai sesuatu yang lebih
baik karena teman-teman mereka kemampuannya hamper sama.
c. Masyarakat luas tidak mengenal ABK secara benar sehingga mereka tidak dapat
menghargai padahal jika mendapat layanan yang sesuai, ABK juga mampu
mengembangkan potensinya secara optimal, yang kadang-kadang dalam bidang
tertentu melebihi kemampuan anak normal.
2. Layanan Pendidikan Integrasi
Layanan pendidikan dalam bentuk terpadu atau integrasi menyediakan pendidikan bagi
ABK di sekolah yang sama dengan anak normal. Melalui pendidikan terintegrasi, para
ABK dapat menghayati dunia yang sama dengan anak normal, demikian pula anak
normal akan mendapat kesempatan untuk menghayati keanekaragaman hidup.
Kelebihan layanan Pendidikan Integrasi:
a. Anak normal dan masyarakat luas akan menyadari bahwa setiap individu mempunyai
karakteristik yang khas yang harus diterima sebagai sesuatu yang wajar.
b. Pendidikan integrasi akan membuat ABK dan anak normal saling belajar sehingga
tidak ada jurang pemisah antara keduanya

Kelemahan layanan Pendidikan Integrasi:

a. ABK tidak mendapat layanan pendidikan sesuai dengan kebutuhannya


b. Kemungkinan ABK akan dijadikan bahan ejekan bagi anak normal terbuka luas dan
jika ini terjadi, ABK akan semakin terpuruk.
c. Bagi anak normal, pendidikan terintegrasi dianggap berdampak buruk karena dapat
menghambat perkembangan mereka dan merekamungkin terpengaruh oleh perilaku
negative ABK
3. Layanan Pendidikan Inklusi
Artinya setiapanak diakui sebagaibagian dari anak-anak lain yang ada dalam satu
sekolah.Beranjak dari konsep inklusi tersebut, pada praktiknya ABK disekolahkan di
sekolah yang terdekat dengan tempat tinggalnya, terlepas dari tingkat kelainan yang
disandang. Ini berarti anak tunarungu berat atau tuna grahita berat juuga dapat bersekolah
di sekolah yang terdekat dari rumahnya, yaitu di sekolah biasa.

Kelebihan model pendidikan inklusi adalah :


a. anak akan memperoleh keadilan layanan pendidikan, tidak dibedakan dari anak
normal sehingga secara tidak langsung dapat membangkitkan motivasi dan gairah
belajar di sekolah
b. anak dapat berpartisipasi dalam kehidupan di sekolah tanpa memandang
kekurangan yang disandang
c. anak merasakan perlakuan dan persamaan hak, harkat dan martabat dalam
memperoleh layanan pendidikan tanpa membedakan antara yang cacat dan yang
normal, dan
d. anak dapat bergaul dan berinteraksi secara sehat dengan teman-temannya
yang normal, sehingga meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi berprestasi dalam
belajar.

Kelemahan model pendidikan inklusi adalah :


a. untuk dapat disebut sebagai sekolah inklusi dibutuhkan sarana dan prasarana yang
dapat mengakses kebutuhan individual anak yang tidak gampang dipenuhi oleh sekolah
yang telah menyatakan diri sebagai sekolah inklusi.
b. Untuk dapat disebut sebagai sekolah inklusi yang sebenarnya juga dibutuhkan
tenaga pendidik dan tenaga non pendidik (seperti dokter, psikolog, konselor, dan
sebagainya) yang tidak serta-merta dapat dipenuhi oleh sekolah yang memproklamirkan
diri sebagai sekolah inklusi.
c. Meskipun disebut sebagai sekolah Inklusi yang secara teoritis bisa menerima
semua anak tanpa memandang normal atau tidak normal, namun dalam praktik di
lapangan sekolah inklusi biasanya hanya menerima anak cacat yang
berkategori ringan, bukan yang berkategori sedang atau berat.
5. Sebutkan dampak keberbakatan kemudian jelaskan salah satu dampak yang berkaitan
dengan perkembangan kognitifnya!
Jawab :
a. Aspek Akademik
Ciri-ciri anak berbakat dalam bidang akademik khusus, meliputi (a) memiliki perhatian yang
lama terhadap suatu bidang akademik khusus, (b) memiliki pemahaman yang sangat maju
tentang konsep, metode, dan terminology dari bidang akademik khusus, (c) mampuh
mengaplikasikan berbagai konsep dari bidang akademik khusus yang di pelajari pada
aktivitas-aktivitas dalam bidang-bidang lain, (d) kesediaan mencurahkan sejumlah besar
perhatian dan usaha untuk mencapai standar yang tinggi dalam suatu bidang akademik, (e)
memiliki sifat kompetitif yang tinggi dalam suatu bidang akademik khusus dan motivasi
yang tinggi untuk berbuat yang terbaik, dan (f) belajar dengan cepat dalam suatu bidang
akademik khusus dampak terhadap perkembangan kognitifnya yaitu kecepatan
perkembangan kognitif yang tidak sesuai dengan perkembangan dan kekuatan fisik sehingga
terjadi kesenjangan diantara keduanya, dapat menimbulkan perasaan tidak dekat pada diri
anak perasaan semacam ini dapat mendorong anak tidak peduli terhadap kegiatan kelompok
sehingga dapat menimbulkan prustasi, kecewa, dan tidak puas terhadap kehidupan kelompok
sebaya perkembangan kognitif anak berbakat yang lebih cepat dari teman sebaya akan
menimbulkan kebosanan terhadap pengajaran regular, kesulitan hubungan sosial dalam
kelompok akan menimbulkan kesuliatan penyesuain diri pada anak kecepatan dan
kemampuan kognitif yang tinggi kemungkinan dapat menimbulkan cemoohan dan tidak
mendapat tanggapan serius karena di pandang menyimpang, aneh, dan menimbulkan
kekacauan.
b. dampak Sosial / Ekonomi
Ciri-ciri sosial dan emosi anak berbakat antara lain : (a) di terima oleh mayoritas dari teman-
teman sebaya dan orang dewasa, (b) keterlibatan mereka dalam beberapa kegiatan sosial,
memberikan sumbangan positif dan konstruktif .
Dampak perkembangan kognitifnya kemampuan anak berbakat untuk menyerap dan
menghimpun informasi yang tidak di imbangi dengan perkembangan emosi. Kondisi
perkembangan seperti ini akan membuat individu rawan terhadap kritik, bersikap sinis dan
menentang, menentukan nilai sendiri dan tujuan yang mungkin tidak realistic kematangan
sosial dan kecakapan kepemimpinan yang tumbuh lebih awal pada anak berbakat dapat
menimbulkan masalah penyesuaian yang tidak memberi peluang untuk menampilkan
kecakapan itu, akan menumbuhkan perasaan tidak tertantang dan dapat mendorong individu
untuk mengambil pemecahan masalah melalui jalan pintas tanpa mempertimbangkan
keterkaitan masalah satu dengan yang lain dalam kompleksitas kehidupan.
c. Dampak Keberbakatan Terhadap Fisik / Kesehatan
Ciri-ciri fisik / kesehatan anak berbakat antara lain : (a) memiliki penampilan yang menarik
dan rapi, (b) kesehatannya berada lebih baik atau di atas rata-rata, (c) tinggi dan berat badan
sama dengn usianya, (d) koordinasi geraknya di atas usianya.
Perkembangan dampak terhadap kognitifnya mendorong anak untuk tekun dan ulet meskipun
mengalami berbagai rintangan dan hambatan karena ia telah mengikatkan diri pada tugas atas
kehendaknya sendiri.
6. Deskripsikan tentang keberbakatan menurut ahli (Renzulli, 1981)!
Jawab :
Renzulli ( 1981) Bakat merupakan gabungan dari tiga unsur esensial yang sama pentingnya
dalam menentukan keberbakatan seseorang yakni kecerdasan, kreatifitas, dan tanggung
jawab.
7. Jelaskan tentang pengidentifikasian anak
berbakat! Jawab :
Pengidentifikasian anak berbakat bukanlah hal yang mudah, oleh karena banyak anak-anak
berbakat di sekolah tidak menampakan bakat mereka dan tidak di pupuk. Banyak di antara
mereka berasal dari golongan yang ekonominya rendah kemudian mengalami emosional
yang menyamarkan kemampuan intelektualnya atau sub kultur yang menekan kemampuan
bicara. Langkah pertama dalam pengenalan anak yang berbakat adalah menentukan alasan
atau sebab untuk mencari mereka. Jika kita memilih kelompok matematika, maka pendekatan
akan berlainan kalu kita mencari siswa yang mempunyai keterampilan menulus kreatif atau
untuk kemampuan seni pementasan kepemimpinan dan lain sebagainya. identifikasi anak
berbakat harus mewakili wawasan-wawasan kemampuan intelektual umum, komitmen
terhadap tugas, dan kreatifitas. Menurutnya kinerja seseorang secara khusus di pengaruhi
oleh motivasi yang muncul dan dalam menyelesaikan tugasnya dan ketiga dimensi itu saling
berhubungan. Prosedur identifikasi dengan sendirinya memperhatikan faktor intelektual dan
non intelektual, ini penting karena dapat membedakan anak-anak berbakat dari mereka yang
biasa-biasa saja terutama di lihat dari faktor motivasi dan kreatifitas.Alat – alat yang di
gunakan dalam identifikasi befokus pada beberapa hal yaitu kelancaran, kelenturan, dan
kemurnian.
8. Sebutkan cara-cara adaptasi lingkungan belajar dan adaptasi program layanan
pendidikan bagi anak berbakat!
Jawab :
a. Adaptasi Belajar
sehubungan dengan adaptasi lingkungan belajar ini Gallagher, DKK. (1983) mengemukakan
ada beberapa cara sebagai berikut :
1. Kelas pengayaan, guru kelas melaksanakan suatu program tanpa bantuan petugas dari luar.
2. Guru konsultan, pelaksanaan program pengajaran dalam kelas biasa dengan batuan
konsultan khusus yang berlatih
3. Ruangan sumber belajar, siswa brbakat meninggalkan ruang kelas biasa keruangan sumber
untuk menerima pengacaran dari guru yang terlatih.
4. Studi mandiri, siswa memilih proyek-proyek dan mengerjakannya di bawah pengawasan
seorang guru yang berwenang.
5. Kelas khusus, siswa berbakat di kelompokan bersama-sama di sekolah dan di ajar oleh
guru yang di latih khusus.
6. Sekolah khusus, siswa yang berbakat menerima pengajaran di sekolah khusus dengan staf
guru yang di latih secara khusus.
b. Adaptasi Program Pelayanan Pendidikan
Adaptasi program di lakukan dalam beberapa cara, di antaranya sebagai berikut :
1. Melaluipercepatan / akselerasi siswa.
Stanley (1979) mengemukakan beberapa cara percepatan yaitu pemasuka kesekolah pada
usian dini, pelompatan tingkat / kelas, percepatan materi, penempatan yang maju, dan
pemasukan ke perguruan tinggi yang lebih awal.
2. M elalui pengayaan
Pengayaan isi (mata pelajaran) mwmbwri kesempatan pada siswa untuk mempelajari materi
secara luas, seperti menggunakan ilustrasi khusus, membuat contoh-contph,memperkaya
pandangan, dan menemukan sesuatu.
3. Pencanggihan materi pelajaran
Materi pelajaran hrus menantanganak yang berbakat untuk menggunakan pemikiran yang
tinggi agar memiliki ide, dan memiliki abstraksi yang tinggi.
4. Pembaruan
Pembaruan isi pelajaran adalah pengenalan materi yang biasanya tak akan muncul dalam
kurikulum umum karena keterbatasan waktu atau abstraknya sifat isi pelajaran.
5. Modifikasi kurikulum sebagai alternative melalui kurikulum plus dan kurikulum
berdiferensiasi.

Anda mungkin juga menyukai