Anda di halaman 1dari 55

WRAP UP SKENARIO 2

“KELUMPUHAN WAJAH”

Blok Sistem Saraf dan Perilaku

Kelompok A-16

Ketua : Muhammad Hafizh A. I. (1102019135)

Sekretaris : Nabilla Rizqina R. (1102019141)

Anggota : Muhammad Gilang K (1102019134)

Muhammad Kholik Sanaba (1102019136)

Muhammad Nazhim (1102019137)

Muhammad Satrio P (1102019138)

Nabiila Aurelia A. (1102019139)

Nabila Ghufraeni R. R. (1102019140)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS YARSI

2021/2022
Daftar Isi

Daftar Isi ......................................................................................................................................... 2

SKENARIO 2 ................................................................................................................................. 3

Kata Sulit ........................................................................................................................................ 4

Pertanyaan dan Jawaban ................................................................................................................. 5

Hipotesis ......................................................................................................................................... 8

Sasaran Belajar................................................................................................................................ 9

1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Makroskopis Nervus Kranialis (+ kapsula interna,


afferent, efferent) ............................................................................................................................ 9

2. Memahami dan Menjelaskan Jaras Motorik dan Jaras Sensorik .......................................... 12

3. Memahami dan Menjelaskan Stroke ..................................................................................... 31

3.1.Definisi ................................................................................................................................ 31

3.2.Epidemiologi ....................................................................................................................... 32

3.3.Etiologi ................................................................................................................................ 32

3.4.Klasifikasi............................................................................................................................ 33

3.5.Patofisiologi ........................................................................................................................ 34

3.6.Manifestasi Klinis ............................................................................................................... 35

3.7.Cara Diagnosis dan Diagnosis Banding .............................................................................. 35

3.8.Tatalaksana Umum dan Khusus .......................................................................................... 45

3.9.Pencegahan .......................................................................................................................... 50

3.10.Komplikasi ........................................................................................................................ 51

3.11.Prognosis ........................................................................................................................... 51

4. Memahami dan Menjelaskan Kewajiban Suami dan Istri dalam Pandangan ......................... 52

Daftar Pustaka ............................................................................................................................... 54

2
SKENARIO 2

KELUMPUHAN WAJAH

Perempuan berusia 50 tahun saat sedang berbelanja di pusat perbelanjaan tiba-tiba berbicara cadel
dan setelah diperhatikan oleh suaminya wajah pasien terlihat tidak simetris. Pasien juga mengeluh
anggota gerak sisi kiri lebih lemah dibanding kanan. Suami langsung membawa istrinya ke IGD
RS terdekat. Pemeriksaan tanda vital menunjukkan hipertensi. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
wajah tidak simetris. Sulkus nasolabialis kiri tampak mendatar, namun kerutan dahi simetris. Pada
saat menjulurkan lidah, mencong ke sisi kiri tanpa adanya atrofi papil dan fasikulasi. Terdapat
hemiparesis sinistra. Dokter mengatakan pasien mengalami stroke. Sebagai seorang suami, ia
berkewajiban untuk menyantuni dan merawat istrinya dengan baik sesuai dengan ajaran Islam.

3
Kata Sulit

1. Hemiparesis: kelumpuhan atau kelemahan otot pada salah satu sisi tubuh
2. Fasikulasi: kontraksi otot yang terjadi secara tiba-tiba, sebentar dan berulang, pada sekelompok
serat otot rangka yang menyebabkan gerakan berkedut dibawah kulit
3. Atrofi papil: papil lidah menghilang sehingga permukaan lidah menjadi licin dan menghilang
4. Sulkus nasolabialis: Alur yang menghubungkan antara nasal dan labialis
5. Stroke: sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara fokal maupun global
yang dapat menimbulkan kematian atau kecacatan yang menetap lebih dari 24 jam tanpa
penyebab lain kecuali gangguan vascular yang timbulnya mendadak dan progresi cepat

4
Pertanyaan dan Jawaban

1. Apa hubungan stroke dengan hipertensi?


Hipertensi berakibat pada kerusakan dan vasokonstriksi pada pembuluh darah sehingga hal ini
memudahkan terjadinya penyumbatan, apabila penyumbatan nya terjadi di otak maka perfusi
oksigen pada jaringan otak turun sehingga berakibat pada kerusakan sistem saraf pusat
2. Mengapa pasien mengalami hemiparesis?
Pada stroke terjadi gangguan peredaran darah di otak yang menyebabkan beberapa bagian di
otak tidak mendapatkan asupan oksigen dan glukosa yang diperlukan untuk metabolisme
oksidatif cerebral dan menyebabkan hemiparesis
Terdapat kelumpuhan parsial pada salah satu sisi tubuh di bagian lengan, kaki dan otot wajah
3. Mengapa istri menjadi cadel?
Pasien stroke dapat menunjukkan gejala bicara yang tidak jelas karena disebabkan oleh
kelumpuhan saraf otak (n. XII)
4. Apa faktor resiko dari stroke?
- Penyakit kardiovaskular
- Hipertensi
- Kolesterol tinggi
- Obesitas
- Diabetes mellitus
- Gaya hidup (merokok, konsumsi alkohol, kurang aktivitas fisik)
5. Apa saja pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien tersebut?
Pemeriksaan tanda vital, blood test, CT Scan, MRI, EKG, USG Doppler karotis,
ekokardiografi, pemeriksaan nervus kranialis, pemeriksaan kekuatan otot
6. Bagaimana cara suami menyantuni dan merawat istrinya sesuai ajaran islam?
- Tunjukkan lebih banyak kasih saying jika istri sedang sakit
- Memberikan suasana yang nyaman
- Menjaga dan melihat Kesehatan istri
- Ingatkan dan dekatkan kepada Allah
- Selalu berkomunikasi
- Hindari pertengkaran
- Menemani jika harus melakukan operasi atau tindakan yang dapat membahayakan

5
7. Apakah kewajiban suami terhadap istri dan kewajiban istri terhadap suami dalam islam?
- Memberi makan
- Memberi nafkah (pakaian dll)
- Mennggauli istri dengan baik
- Menjaga istri
- Memberikan cinta dan kasih sayang
8. Apa penyebab wajah pasien menjadi tidak simetris?
Karena stroke, bell’s palsy (kondisi ketika saraf wajah lumpuh karena ada gangguan pada saraf
perifer), cedera, perubahan struktur gigi, usia, lesi pada nervus VII (n. facialis)
9. Apa tatalaksana yang dapat dilakukan pada pasien diatas?
- Tatalaksana umum : 6B ( Breath, Blood, Bladder, Brain, Bowel, Bone)
- Tatalaksana khusus: mannitol, alteplase, heparin, asetosal
- Pencegahan peningkatan intracranial: kepala diletakkan dalam posisi tinggi
10. Apakah pasien bisa langsung tidak sadarkan diri apabila terkena serangan stroke?
Pasien pengidap stroke biasanya bertahap dimulai dari gejala awal seperti kehilangan
keseimbangan, sulit berjalan, jantung berdebar, mata berkunang
11. Mengapa hanya terjadi hemiparesis sebelah sinistra?
Jika gangguan pada kiri dan kanan terjadi kerusakan pada sistem saraf pusat, jika gangguan
pada atas dan bawah terjadi kerusakan pada system saraf perifer
Jika terjadi kerusakan pada otak bagian kanan maka yang terkena dampaknya adalah bagian
tubuh sebelah kiri, jika terjadi kerusakan otak bagian kiri maka yang terkena dampaknya
adalah bagian tubuh sebelah kanan
12. Nervus apa yang mempersarafi sulkus nasolabialis?
Nervus facialis
13. Mengapa sulkus nasolabialis kiri tampak mendatar namun kerutan dahi tampak simetris?
Karena paresis nervus facialis kontralateral menyebabkan kehilangan kemampuan
pengendalian kontraksi otot muka bagian caudal pada sisi kontralateral sehingga tampak
hidung dan mulut yang tertarik ke arah sisi yang sehat
14. Apa saja yang termasuk pada nervus cranialis?
- N. I : N. Olfaktorius
- N. II : N. Opticus

6
- N III : N. Okulomotor
- N Iv : N. Troklearis
- N V : N. Trigeminal
- N VI : N. Abducent
- N VII : N. Facialis
- N VIII : N. Vestibulocochlear
- N IX : N. glossofaringeal
- N X: N. Vagus
- N XI: N. Accessorius
- N XII : N. Hipoglossus

7
Hipotesis

Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara fokal maupun
global yang dapat menimbulkan kematian atau kecacatan yang menetap lebih dari 24 jam tanpa
penyebab lain kecuali gangguan vascular yang timbulnya mendadak dan progresi cepat. Hipertensi
memiliki hubungan dengan stroke dan juga sebagai faktor resiko, ini berakibat pada kerusakan dan
vasokonstriksi pada pembuluh darah sehingga hal ini memudahkan terjadinya penyumbatan,
apabila penyumbatan nya terjadi di otak maka perfusi oksigen pada jaringan otak turun sehingga
berakibat pada kerusakan sistem saraf pusat. Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain
pemeriksaan tanda vital, blood test, CT Scan, MRI, EKG, USG Doppler karotis, ekokardiografi,
pemeriksaan nervus kranialis, dan pemeriksaan kekuatan otot. Tatalaksana yang dapat diberikan
yaitu terdapat tatalaksana umum (Breath, Blood, Bladder, Brain, Bowel, Bone) dan tatalaksana
khusus (dengan mannitol, alteplase, heparin, asetosal). Menurut pandangan islam, suami
berkewajiban untuk merawat istri ketika sedang sakit.

8
Sasaran Belajar

1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Makroskopis Nervus Kranialis (+ kapsula


interna, afferent, efferent)

9
Kapsula Interna
Batas-Batas Kapsula Interna
Kapsula interna terletak di substansia
alba hemisfer serebri. Terdapat dua buah
kapsula interna yang terletak simetris
kanan dan kiri. Kapsula interna
merupakan celah yang sempit, batas-
batasnya yaitu di sebelah lateral kapsula
interna terdapat nukleus lentiformis yang
terdiri dari globus palidus dan putamen.
Di sebelah medial kapsula interna
terdapat nukleus kaudatus dan thalamus.
Di bagian kaput kapsula interna terdapat
korona radiata yaitu serat-serat proyeksi
aferen dan eferen yang terbentang antara
kapsula interna dan menyebar ke arah
korteks serebri.

10
Pembagian Kapsula Interna
Pada penampang horisontal, kapsula
interna terlihat terbagi menjadi tiga bagian
yaitu krus anterior, krus posterior dan genu
kapsula interna yang terletak diantara
kedua krus tersebut.

1. Krus Anterior
Krus anterior adalah yang terpendek
diantara bagian kapsula interna yang lain,
termasuk dalam divisi lentikulo kaudatus.
Krus anterior terletak antara nukleus
lentikular lateral dan nukleus kaudatus
anteromedial. Pada perkembangan awal
nukleus kaudatus dan putamen adalah
menyatu. Pada perkembangan selanjutnya
nukleus kaudatus dan putamen terpisah
tetapi masih dihubungkan oleh substansia
grisea. Serat-serat di krus anterior
berbentuk gelombang di antara substansia
grisea sehingga terlihat menyebar pada
beberapa bidang potongan.
Pada krus anterior berisi radiasio talamika anterior yaitu serat-serat talamokortikal dan
kortikotalamik. Selain itu juga terdapat traktus frontopontin dan serat-serat saraf yang
menghubungkan nukleus kaudatus dan putamen.

1. Genu Kapsula Interna


Penghubung antara krus anterior dan krus posterior adalah genu yaitu apex yang dibentuk oleh
pertemuan dua krus. Genu menempati suatu daerah antara nukleus kaudatus, nukleus lentiformis
dan thalamus, di antara krus anterior dan krus posterior. Apex globus palidus tepat berada pada
sudut genu. Genu dari kedua kapsula interna kanan dan kiri dapat ditarik sebuah garis lurus yang

11
tepat berada di posterior foramen monro. Pada potongan horisontal, genu kapsula interna
berbentuk huruf V dengan genu menghadap ke medial. Pada genu terdapat traktus kortikonuklear
yang membawa impuls dari korteks presentral dan premotor menuju ke motor neuron saraf kranial.

2. Krus Posterior
Krus posterior terletak diantara thalamus
dan nukleus lentiformis. Dibagi lagi
menjadi tiga bagian yaitu pars
lentikulothalamik , pars sublentikularis dan
pars retrolentikularis (postlentikularis).
Pars lentikulothalamik merupakan traktus
yang terpanjang terletak di antara nukleus
lentikular lateral dan thalamus
posteromedial. Pars sublentikular berjalan
dibawah nukleus lentikular posterior
menuju lobus temporal. Pars
retrolentikular terletak di belakang nukleus
lentikular menuju ke korteks occipital.
Serat-serat desenden pada krus posterior yaitu kortikospinal, kortikostriatal, kortikobulbar,
kortikoretikular dan kortikoolivari. Serat ascenden pada krus posterior yaitu radiasio thalamik
medial/pedunkel thalamik medial yang membawa serabut saraf dari bagian ventral thalamik
posterior menuju korteks sensori. Serat serabut saraf dari ventral nukleus thalami anterior dan
ventral nukleus thalami lateral ke area motor, premotor dan pendukung area motorik.

2. Memahami dan Menjelaskan Jaras Motorik dan Jaras Sensorik

Jaras Sensorik/Tractus Ascendens


Saat memasuki sumsum tulang belakang, serabut saraf sensorik dengan ukuran dan fungsi yang
berbeda disortir dan dipisahkan menjadi berkas saraf atau saluran di white matter. Beberapa
serabut saraf berfungsi untuk menghubungkan segmen yang berbeda dari sumsum tulang
belakang, sementara yang lain naik dari sumsum tulang belakang ke pusat yang lebih tinggi dan
dengan demikian menghubungkan sumsum tulang belakang dengan otak. Berkas serabut asendens

12
ini disebut sebagai traktus
asendens. Traktus menaik
melakukan dua jenis informasi
aferen, yang mungkin atau
mungkin tidak mencapai
kesadaran. Exteroceptive
Information berasal dari luar
tubuh, seperti nyeri, suhu, dan
sentuhan. Informasi
proprioseptif berasal dari
dalam tubuh, misalnya dari otot
dan persendian.
Informasi Umum dari ujung sensorik perifer dilakukan melalui sistem saraf oleh serangkaian
neuron. Dalam bentuknya yang paling sederhana, jalur menaik menuju kesadaran terdiri dari tiga
neuron. Neuron pertama, neuron orde flnt, memiliki badan selnya di ganglion akar posterior saraf
tulang belakang. Proses perifer terhubung dengan ujung reseptor sensorik, sedangkan proses
sentral memasuki sumsum tulang belakang melalui akar posterior untuk bersinaps pada neuron
tingkat kedua. Neuron orde kedua memunculkan akson yang menyilang (melintasi ke sisi yang
berlawanan) dan naik ke tingkat yang lebih tinggi dari SSP, di mana ia bersinaps dengan neuron
orde ketiga. Neuron orde ketiga biasanya di talamus dan menimbulkan serat proyeksi yang
melewati daerah sensorik korteks serebral. ChaJn tiga neuron ini merupakan susunan yang paling
umum, tetapi beberapa jalur aferen menggunakan lebih banyak atau lebih sedikit neuron. Banyak
neuron di jalur asendens bercabang dan memberikan masukan utama ke dalam formasio retikuler,
yang pada gilirannya mengaktifkan korteks serebral, mempertahankan kesadaran. Cabang-cabang
lain melewati neuron motorik dan berpartisipasi dalam aktivitas otot refleks.
Sensasi nyeri dan panas naik di traktus spinotalamikus lateral; sentuhan ringan dan tekanan
menuju traktus spinotalamikus anterior. Sentuhan diskriminatif, yaitu kemampuan untuk
melokalisasi secara akurat area tubuh yang disentuh dan juga untuk menyadari bahwa dua titik
disentuh secara bersamaan, meskipun mereka berdekatan di kolom putih posterior. Juga naik di
kolom putih posterior adalah informasi dari otot dan sendi yang berhubungan dengan gerakan dan
posisi bagian tubuh yang berbeda. Selain itu, sensasi getaran naik di kolom putih posterior.

13
Informasi yang tidak disadari dari otot, sendi, kulit, dan jaringan subkutan mencapai serebelum
melalui traktus spinoserebelaris anterior dan posterior dan melalui traktus cuneocerebellar.
Informasi nyeri, termal, dan taktil diteruskan ke kolikulus superior otak tengah melalui traktus
spinotectalis untuk tujuan refleks spinovisual. Traktus splnoretlkularis menyediakan jalur dari otot,
sendi, dan kulit ke formatio retikuler, sedangkan traktus spino olivarius menyediakan jalur tidak
langsung untuk informasi aferen lebih lanjut untuk mencapai serebelum.
Rasa sakit dan reseptor termal di kulit dan jaringan lain adalah ujung saraf bebas. Impuls nyeri
ditransmisikan ke sumsum tulang belakang secara cepat. serat tipe A delta dan serat tipe C yang
berkonduksi lambat. Serabut-serabut yang menghantarkan cepat mengingatkan individu akan rasa
sakit awal yang tajam, dan serabut-serabut yang menghantarkan lambat bertanggung jawab atas
rasa terbakar yang berkepanjangan, nyeri pegal. Sensasi panas dan dingin juga merambat melalui
serat A delta dan C.

a. Tractus Spinothalamica Lateralis


Akson yang memasuki medula spinalis dari ganglion radiks posterior berlanjut ke ujung
kolumna grisea posterior dan membelah menjadi cabang asendens dan desendens (Gbr. 4-14).
Cabang-cabang ini berjalan sejauh satu atau dua segmen medula spinalis dan membentuk traktus
posterolateral Lissauer. Serat-serat dari neuron orde pertama berakhir dengan bersinaps dengan
sel-sel di kolom abu-abu posterior, termasuk sel-sel di substansia gelatinosa. Substansi P, suatu
peptida, dianggap sebagai neurotransmitter pada sinapsis ini. Akson neuron orde kedua sekarang
menyilang secara miring ke sisi yang berlawanan di komisura abu-abu dan putih anterior dalam

14
satu segmen tulang belakang medula spinalis, naik di kolom putih kontralateral sebagai traktus
spinotalamikus lateral. Traktus spinotalamikus lateral terletak medial dari traktus spinoserebelaris
anterior. Saat traktus spinotalamikus lateral naik melalui medula spinalis, serat baru ditambahkan
ke aspek anteromedial traktus. Jadi, pada segmen servikal atas medula spinalis, serabut sakral
berada di lateral dan segmen servikal berada di medial. Serabut yang membawa nyeri terletak
sedikit di anterior dari serabut yang menghantarkan suhu

Saat traktus spinotalamikus


lateral naik melalui medula oblongata,
traktus ini terletak di dekat permukaan
lateral dan di antara nukleus olivarius
inferior dan nukleus traktus spinalis
nervus trigeminus. Sekarang disertai
dengan traktus spinotalamikus anterior
dan traktus spinotektal; bersama-sama
mereka membentuk lemnbicus tulang
belakang. Lemniskus tulang belakang
terus naik melalui bagian posterior
pons. Di otak tengah, terletak di
tegmentum lateral dari Iemniskus
medial. Banyak serabut traktus
spinotalamikus lateral berakhir dengan
bersinaps dengan neuron orde ketiga di
nukleus posterolateral ventral talamus.
Rasa sakit yang kasar dan sensasi suhu
mungkin dihargai dan reaksi
emosional dimulai di sini. Akson neuron orde ketiga di nukleus posterolateral ventral talamus
sekarang melewati ekstremitas posterior kapsula interna dan korona radiata untuk mencapai area
somestetik di girus postsentralis korteks serebri. Setengah kontralateral tubuh direpresentasikan
sebagai terbalik, dengan tangan dan mulut terletak di inferior dan kaki terletak di superior, dan
dengan kaki dan daerah anogenital di permukaan medial hemisfer. (Untuk detailnya, lihat Bab 7.)

15
Dari sini, informasi ditransmisikan ke daerah lain di korteks serebral untuk digunakan oleh area
motorik dan area asosiasi parietal. Peran korteks serebral adalah menafsirkan kualitas informasi
sensorik pada tingkat kesadaran.

Penerimaan Nyeri
Persepsi nyeri merupakan fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh keadaan emosional
dan pengalaman masa lalu individu. Nyeri adalah sensasi yang memperingatkan potensi cedera
dan mengingatkan orang untuk menghindari atau mengobatinya. Nyeri dapat dibagi menjadi dua
jenis utama: nyeri cepat dan nyeri lambat. Nyeri cepat dialami dalam waktu sekitar 0,1 detik
setelah stimulus nyeri diterapkan; nyeri lambat dirasakan 1,0 detik atau lebih setelah rangsangan.
Nyeri cepat digambarkan oleh pasien sebagai nyeri tajam, nyeri akut, atau nyeri tertusuk dan
merupakan jenis nyeri yang dirasakan setelah jari ditusuk dengan jarum. Nyeri cepat hampir
terbatas pada kulit. Nyeri lambat digambarkan sebagai nyeri terbakar, nyeri pegal, dan nyeri
berdenyut dan dihasilkan pada kerusakan jaringan, misalnya pada perkembangan abses atau artritis
parah. Nyeri lambat dapat terjadi di setiap jaringan tubuh. Semua jenis penerimaan nyeri
berlangsung di ujung saraf bebas. Nyeri cepat dialami oleh jenis rangsangan mekanis atau termal,
dan nyeri lambat dapat ditimbulkan oleh rangsangan mekanis, termal, dan kimia. Banyak zat kimia
telah ditemukan dalam ekstrak dari tiasue yang rusak yang akan merangsang ujung saraf bebas.
Ini termasuk 1erotonin; histamin; bradikinin; asam, seperti asam laktat; dan ion K+. Ambang batas
akhir nyeri dapat diturunkan oleh prostaglandin dan substansi P, tetapi mereka tidak dapat
merangsang ujungnya secara langsung sendiri. Individu harus menyadari adanya rangsangan yang,
jika dibiarkan, akan menyebabkan kerusakan jaringan; reseptor nyeri memiliki sedikit atau tidak
ada adaptasi.

Konduksi Nyeri ke Sistem Saraf Pusat


Nyeri cepat menjalar di saraf perifer dengan diameter besar A 5 akson dengan kecepatan
antara 6 dan 30 msec. Nyeri lambat menjalar di serat C berdiameter kecil dengan kecepatan antara
0,5 dan 2,0 msec. Impuls nyeri yang cepat mencapai kesadaran terlebih dahulu untuk
memperingatkan individu akan bahaya sehingga respons protektif yang sesuai dapat terjadi. Nyeri
lambat dihargai kemudian dan berlangsung lebih lama.

16
Konduksi Nyeri di Sistem Saraf Pusat
Serabut nyeri aferen memasuki sumsum tulang belakang, misalnya, di akar posterior saraf
tulang belakang dan berakhir terutama di lapisan superfisial tanduk abu-abu posterior.
Neurotransmitter rangsang utama yang dilepaskan oleh serat A5 dan serat C adalah asam amino
glutamat. Substansi P, suatu neuropeptida, juga dilepaskan dari serat C. Sedangkan glutamat
adalah neurotransmitter lokal yang bekerja cepat, substansi P memiliki pelepasan yang lambat dan
berdifusi secara luas di tanduk posterior dan dapat mempengaruhi banyak neuron. Serabut nyeri
awal yang tajam, menusuk, dan bekerja cepat merangsang neuron orde kedua dari traktus
spinotalamikus lateral. Akson segera menyeberang ke sisi berlawanan dari sumsum tulang
belakang dan naik ke thalamus di mana mereka diteruskan ke gyros postcentral sensorik. Serabut
nyeri yang terbakar, nyeri, dan bekerja lambat juga merangsang neuron orde kedua dari traktus
talamus spinalis lateral di kornu grisea posterior dan naik bersama akson dari serabut nyeri yang
bekerja cepat. Namun, sebagian besar serat lambat yang masuk ke sumsum tulang belakang
mungkin mengambil bagian dalam relai tambahan yang melibatkan beberapa neuron di tanduk
posterior sebelum naik ke sumsum tulang belakang. Kedatangan berulang rangsangan berbahaya
melalui serat C di tanduk abu-abu posterior selama cedera parah menghasilkan peningkatan
respons neuron orde kedua. Fenomena penutupan ini dikaitkan dengan pelepasan neurotransmitter
glutamat dari serat C. Jenis nyeri cepat terlokalisasi dengan tepat. Misalnya, jika seseorang
memukul ibu jari dengan palu, di mana cedera itu terjadi sudah jelas. Jenis nyeri lambat hanya
terlokalisasi dengan buruk. Misalnya, pada pasien dengan osteoartritis sendi panggul, individu
tersebut hanya dapat secara samar-samar melokalisasi nyeri pada area pinggul dan bukan pada
lokasi penyakit tertentu. Hal ini dapat dijelaskan oleh fakta bahwa serabut nyeri cepat secara
langsung naik ke medula spinalis di traktus spinotalamikus lateral, sedangkan serabut nyeri lambat
mengambil bagian dalam beberapa relai di tanduk abu-abu posterior sebelum naik ke pusat yang
lebih tinggi.

Penghentian Traktus Spinotalamikus Lateral Lainnya


Seperti yang sekarang disepakati secara umum, impuls nyeri cepat berjalan langsung ke
nukleus posterolateral ventral talamus dan kemudian diteruskan ke korteks serebral. Sebagian
besar serabut nyeri lambat di traktus spinotalamikus lateral berakhir di formasio retikuler, yang
kemudian mengaktivasi seluruh sistem saraf. Di bagian bawah otak, individu menjadi sadar akan

17
jenis nyeri kronis, mual, dan menderita. Sebagai hasil penelitian menggunakan positron emission
tomography scan, gyrus postcentral, cingulate gyrus dari sistem limbik, dan gyrus insular adalah
situs yang berkaitan dengan penerimaan dan interpretasi informasi nosiseptor. Gyrus postcentral
bertanggung jawab atas interpretasi nyeri dalam kaitannya dengan pengalaman masa lalu. Gyrus
cingulate terlibat dengan interpretasi aspek emosional nyeri, sedangkan gyrus insular berkaitan
dengan interpretasi rangsangan nyeri dari organ internal tubuh dan membawa respon otonom.
Penerimaan informasi nyeri oleh SSP pertama kali dimodulasi di tanduk abu-abu posterior
sumsum tulang belakang dan di tempat lain di tingkat yang lebih tinggi. Kontrol Nyeri Pada Sistem
Saraf Pusat Pijat dan penggunaan obat gosok pada bagian tubuh yang nyeri dapat meredakan nyeri.
Teknik akupunktur, yang ditemukan beberapa ribu tahun yang lalu di Cina, juga bermanfaat dalam
menghilangkan rasa sakit. Stimulasi listrik frekuensi rendah pada kulit juga mengurangi rasa sakit
pada kasus-kasus tertentu.

Teori Gerbang
Meskipun mekanisme yang tepat untuk fenomena yang dijelaskan di atas tidak dipahami,
teori gating menyarankan bahwa, di tempat serat nyeri memasuki SSP, penghambatan dapat terjadi
melalui neuron konektor yang dieksitasi oleh serat aferen besar bermielin yang membawa
informasi sentuhan yang tidak menyakitkan. dan tekanan. Stimulasi taktil berlebih yang dihasilkan
oleh pijatan, misalnya, "menutup gerbang" untuk rasa sakit. Namun, begitu rangsangan taktil yang
tidak menyakitkan berhenti, "gerbang dibuka," dan informasi tentang rangsangan yang
menyakitkan naik ke traktus spinotalamikus lateral. Meskipun teori gerbang sebagian dapat
menjelaskan fenomena tersebut, sistem analgesia mungkin terlibat dengan pembebasan enkephalin
dan endorfin di kolom abu-abu posterior.

Sistem Analgesia
Stimulasi pada area tertentu di batang otak dapat mengurangi atau memblokir sensasi nyeri.
Daerah ini termasuk daerah periventrikular diensefalon, materi abu-abu periaqueductal otak
tengah, dan inti garis tengah batang otak. Serabut traktus retikulospinalis diyakini turun ke medula
spinalis dan bersinaps pada sel yang berhubungan dengan sensasi nyeri di kolumna grisea
posterior. Sistem analgesik dapat menekan rasa sakit yang menusuk dan sensasi rasa sakit yang
membakar. Baru-baru ini, dua senyawa dengan aksi mirip morfin, enkefalin dan endorfin, telah

18
diisolasi di SSP. Senyawa ini dan serotonin berfungsi sebagai zat neurotransmiter dalam sistem
analgesik otak, dan mereka dapat menghambat pelepasan zat P di kolom abu-abu posterior.

b. Tractus Spinothalamic Anterior


Akson memasuki medula spinalis dari ganglion radiks posterior dan berlanjut ke ujung
kolumna grisea posterior, tempat akson bercabang menjadi cabang asendens dan desendens (Gbr.
4-15). Cabang-cabang ini berjalan sejauh satu atau dua segmen sumsum tulang belakang,
berkontribusi pada traktus posterolateral Lissauer.
Serabut neuron orde pertama ini diyakini
berakhir dengan bersinaps dengan sel-sel dalam
kelompok substansia gelatinosa di kolom abu-
abu posterior. Akson neuron tingkat kedua
sekarang bersilangan dengan sangat miring ke
sisi yang berlawanan Di kolumna grisea
anterior dan putih di dalam beberapa segmen
tulang belakang dan naik di kolumna putih
anterolateral yang berlawanan sebagai traktus
spinotalamikus anterior. Saat traktus
spinotalamikus anterior naik melalui medula
spinalis, serat baru ditambahkan ke aspek
medial traktus. Jadi, pada segmen servikal atas
medula spinalis, serabut sakral sebagian besar
berada di lateral dan segmen servikal sebagian
besar berada di medial. Saat traktus
spinotalamikus anterior naik melalui medula oblongata, traktus spinotalamikus lateral menyertai
dan traktus spinotektal, yang semuanya membentuk lemnlscu spinalis. Lemniskus spinalis terus
naik melalui bagian posterior pons, dan tegmentum otak tengah dan serabut traktus spinotalamikus
anterior berakhir dengan bersinaps dengan neuron orde ketiga di nukleus posterolateral ventral
talamus. Kesadaran kasar akan sentuhan dan tekanan diyakini dihargai di sini. Akson neuron orde
ketiga di nukleus posterolateral ventral talamus melewati ekstremitas posterior kapsula interna dan
korona radlata untuk mencapai area somestetik di girus postsentralis korteks serebri. Setengah

19
kontralateral tubuh diwakili terbalik, dengan tangan dan mulut terletak di inferior. Apresiasi sadar
akan sentuhan dan tekanan tergantung pada aktivitas korteks serebral. Sensasi hanya dapat
dilokalisasi secara kasar, dan sangat sedikit perbedaan intensitas yang mungkin terjadi.

Kolom Putih Belakang: Fasciculus Gracilis dan Fasciculus Cuneatus


Akson memasuki sumsum tulang
belakang dari ganglion akar posterior dan
berjalan langsung ke kolom putih posterior
sisi yang sama (Gbr. 4-16). Di sini, serat
terbagi menjadi cabang panjang naik dan
turun pendek. Cabang-cabang desendens
melewati sejumlah segmen yang bervariasi,
memberikan cabang-cabang kolateral yang
bersinaps dengan sel-sel di tanduk abu-abu
posterior, dengan neuron intemunsial, dan
dengan sel-sel tanduk anterior.
Serabut desendens pendek ini jelas
terlibat dengan refleks intersegmental.
Serabut asendens panjang juga dapat
berakhir dengan bersinaps dengan sel-sel di
tanduk abu-abu posterior, dengan neuron
intemunsial, dan dengan sel-sel tanduk
anterior. Distribusi ini dapat meluas ke
banyak segmen sumsum tulang belakang.
Seperti dalam kasus serat desendens pendek, mereka terlibat dengan refleks intersegmental.
Banyak serat asendens panjang berjalan ke atas di kolom putih posterior sebagai fascilus
gracilis dan fasciculus cuneatus. Fasciculus gracilis terletak di sepanjang medula spinalis dan
mengandung serabut asendens panjang dari nervus sakralis, lwnbar, dan enam nervus spinalis
torakalis bawah. Fasciculus cuneatus terletak lateral di segmen toraks atas dan segmen serviks dari
sumsum tulang belakang dan dipisahkan dari fasciculus gracilis oleh septum. Fasciculus cuneatus
mengandung serabut ascendens panjang dari enam thoraks atas dan semua nervus spinalis servikal.

20
Serabut fasciculus gracilis dan cuneatus naik ke ipsilateral dan berakhir dengan bersinaps
pada neuron orde kedua Di nuclei gracilis dan cuneatus di medulla oblongata. Akson dari neuron
orde kedua, yang disebut serat arkuata internal, menyapu anteromedial di sekitar materi abu-abu
pusat dan melintasi bidang median, memotong dengan serat yang sesuai dari sisi yang berlawanan
di dekusasi sensorik. Serabut kemudian naik sebagai berkas kompak tunggal, lemniscus medialis,
melalui medulla oblongata. pons, dan otak tengah. Serabut berakhir dengan bersinaps pada neuron
tingkat ketiga di nukleus posterolateral ventral talamus. Akson dari neuron orde ketiga
meninggalkan dan melewati ekstremitas posterior kapsula interna dan korona radiata untuk
mencapai area somesthetic di gyrus postcentral korteks serebri. Setengah kontralateral tubuh ls
diwakili terbalik, dengan tangan dan mulut terletak di inferior. Dengan cara ini, Kesan sentuhan
dengan gradasi intensitas yang halus, lokalisasi yang tepat, dan diskriminasi dua titik dapat
diapresiasi. Indera getaran dan posisi berbagai bagian tubuh dapat dikenali secara sadar. Banyak
serabut dalam fasciculus cuneatus dari segmen servikal dan toraks atas, yang berakhir pada neuron
orde kedua nukleus cuneatus, diteruskan dan berjalan sebagai akson dari neuron orde kedua untuk
memasuki otak kecil melalui pedunkulus serebeli inferior sisi yang sama. Jalur ini adalah traktus
cuneo cerebellar dan serabutnya dikenal sebagai serabut arkuata eksterna posterior. Fungsi dari
serat ini adalah untuk menyampaikan informasi dari rasa sendi otot ke otak kecil.

Jalur Sense Otot Sendi ke Cerebellum


Jalur indera sendi otot ke otak kecil diringkas dalam Tabel 4-3.

c. Posterior Spinocerebellar Tract


Akson yang memasuki medula spinalis dari ganglion radix posterior memasuki colwn grisea
posterior dan berakhir dengan bersinaps pada neuron orde kedua di dasar columna grisea posterior
(Gbr. 4-17). Neuron ini secara kolektif dikenal sebagai nukleus dorsalis (kolom Clarke). Akson
dari neuron orde kedua memasuki bagian posterolateral kolumna putih lateral pada sisi yang sama
dan naik sebagai traktus spinoserebelaris posterior ke medulla oblongata.

21
Di sini, traktus tersebut bergabung dengan
pedunkulus serebelaris inferior dan berakhir di
korteks serebelum. Perhatikan bahwa Itu tidak
naik ke korteks serebral. Karena nukleus dorsal
(kolom Clarke) hanya memanjang dari segmen
servikal kedelapan secara kaudal ke segmen
lumbar ketiga atau keempat, akson yang
memasuki sumsum tulang belakang dari akar
posterior segmen lumbal dan sakral bawah naik
di kolom putih posterior sampai mencapai
segmen lumbal ketiga atau keempat, di mana
mereka memasuki nukleus dorsalis. Serabut
spinocerebellar posterior menerima informasi
sendi otot dari spindel otot, organ tendon, dan
reseptor sendi pada batang tubuh dan tungkai
bawah. Informasi ini mengenai ketegangan tendon otot dan gerakan otot dan Sendi Digunakan
oleh otak kecil Dalam koordinasi gerakan anggota badan dan pemeliharaan postur.

d. Traktus Spinoserebelaris Anterior


Akson yang memasuki medula spinalis dari ganglion radiks posterior berakhir dengan
bersinaps dengan neuron tingkat kedua di nukleus dorsalis di dasar kolumna grisea posterior (Gbr.
4-17). Sebagian besar akson neuron tingkat kedua menyilang ke sisi yang berlawanan dan naik
sebagai traktus spinoserebelaris anterior di kolom putih kontralateral; sebagian kecil naik sebagai
traktus spinoserebelaris anterior di kolumna putih lateral sisi yang sama. Serabut, setelah naik
melalui medula oblongata dan pons, memasuki serebelum melalui pedunculus cerebellum superior
dan berakhir di korteks serebelum. Serat-serat yang menyeberang ke sisi yang berlawanan di
sumsum tulang belakang diyakini menyeberang kembali di dalam otak kecil. Traktus
spinoserebelaris anterior membawa informasi otot dan persendian sendi gelendong otot, organ
tendon, dan reseptor sendi pada batang tubuh dan ekstremitas atas dan bawah. Juga diyakini bahwa
serebelum menerima informasi dari kulit dan fasia superfisial melalui saluran ini.

22
e. Traktus Cuneocerebellar
Mereka berasal dari nukleus cuneatus dan memasuki serebelum melalui pedunkulus serebelaris
inferior pada sisi yang sama (Gbr. 4-16). Mereka dikenal sebagai serat arkuata eksternal posterior,
dan fungsinya adalah untuk menyampaikan informasi dari rasa sendi otot ke otak kecil.

f. Tractus Spinotektal
Akson memasuki sumsum tulang
belakang dari ganglion akar posterior dan
berjalan ke materi abu-abu di mana
mereka bersinaps pada neuron tingkat
kedua yang tidak diketahui. Akson dari
neuron orde kedua melintasi bidang
median dan naik sebagai traktus
spinotektal di kolumna putih
anterolateral yang terletak dekat dengan
traktus splnotalamikus lateral. Setelah
melewati medula oblongata dan pons,
mereka berakhir dengan bersinaps
dengan neuron di kolikulus superior otak
tengah. Jalur ini memberikan informasi
aferen untuk refleks spinovisual dan
membawa gerakan mata dan kepala
menuju sumber rangsangan.

g. Traktus Spinoreticular
Akson memasuki sumsum tulang belakang dari ganglion akar posterior dan berakhir pada
neuron tingkat kedua yang tidak diketahui di materi abu-abu. Akson dari neuron orde kedua ini
naik ke medula spinalis sebagai traktus spinoretikularis di kolumna putih lateral yang bercampur
dengan traktus spinotalamikus lateral. Sebagian besar serabut tidak bersilangan dan berakhir
dengan bersinaps dengan neuron formasi retikuler di medula oblongata, pons, dan otak tengah.

23
Traktus spinoretikularis menyediakan jalur aferen untuk formasio retikuler, yang memainkan
peran penting dalam mempengaruhi tingkat kesadaran.

h. Traktus Spino-Olivarium
Akson memasuki sumsum tulang belakang dari ganglion akar posterior dan berakhir pada
neuron orde kedua yang tidak diketahui di kolom abu-abu posterior. Akson dari neuron orde kedua
croa garis tengah dan naik sebagai saluran spino-olivary dalam materi putih di persimpangan
kolom anterior dan lateral. Akson berakhir dengan bersinaps pada neuron tingkat ketiga Di nukleus
olvaria inferior Di medula oblongata. Akson dari neuron orde ketiga melintasi garis tengah dan
masuk ke otak kecil melalui batang serebelar inferior. Traktus spino-olivaris menyampaikan
informasi ke serebelum dari kulit dan organ proprioseptif.

Jalur Sensorik Visceral


Sensasi yang timbul pada visera yang terletak di thorax dan abdomen masuk ke medula spinalis
melalui radix posterior. Badan sel neuron tingkat pertama terletak di ganglia akar posterior. Proses
perifer sel-sel ini menerima impuls saraf dari ujung reseptor nyeri dan regangan di visera.
Penyebab nyeri viseral meliputi iskemia, kerusakan kimiawi, spasme otot polos, dan distensi.
Prosesus sentralis, setelah memasuki medula spinalis, bersinaps dengan neuron tingkat kedua di
materi abu-abu, mungkin di kolom abu-abu posterior atau lateral. Akson dari neuron orde kedua
diyakini bergabung dengan traktus spinotalamikus dan naik dan berakhir pada neuron orde ketiga
di nukleus posterolateral ventral talamus. Tujuan akhir dari akson ini mungkin di girus postcentral
dari korteks serebral. Banyak serabut aferen viseral yang memasuki cabang medula spinalis
berpartisipasi dalam aktivitas refleks.

Jaras Motorik/Tractus Descendens


Neuron motorik yang terletak di kolumna grisea anterior medula spinalis mengirimkan
akson untuk mempersarafi otot rangka melalui radiks anterior nervus spinalis. Neuron motorik ini
disebut sebagai neuron motorik bawah.J dan merupakan jalur umum terakhir ke otot (Gbr. 4-19).

24
Neuron motorik bawah terus-menerus dibombardir
oleh impuls saraf yang turun dari medula, pons,
otak tengah, dan korteks serebral serta yang masuk
sepanjang serat sensorik dari akar posterior.
Serabut saraf yang turun di substansia alba dari
pusat saraf supraspinal yang berbeda dipisahkan
menjadi berkas saraf yang disebut traktus
deac:encllng. Neuron supraspinal ini dan
salurannya disebut sebagai neuron motorik atas,
dan mereka menyediakan banyak jalur terpisah
yang dapat mempengaruhi aktivitas motorik.
Rangkuman dari jalur-jalur desendens utama di
medula spinalis diperlihatkan pada Tabel 4-4.

Kontrol aktivitas otot


rangka dari korteks
serebral dan pusat lain
yang lebih tinggi
dilakukan melalui sistem
saraf oleh serangkaian
neuron (Gbr. 4-19). Jalur
menurun dari korteks
serebral sering terdiri
dari tiga neuron. Neuron
pertama, neuron ordo
ftnt, memiliki badan
selnya di korteks
serebral. Aksonnya turun ke sinaps pada neuron orde kedua, neuron internunsial, yang terletak di
kolom abu-abu anterior sumsum tulang belakang. Akson neuron tingkat kedua pendek dan
bersinaps dengan neuron tingkat ketiga, neuron motorik bawah, di kolom abu-abu anterior. Akson

25
neuron tingkat ketiga menginervasi otot rangka melalui akar anterior dan saraf tulang belakang.
Dalam beberapa kasus, akson dari neuron orde pertama berakhir langsung pada neuron orde ketiga
{seperti pada lengkung refleks).
Traktus kortikospinalis (Gbr. 4-20) adalah jalur yang berhubungan dengan gerakan
volunter, diskrit, dan terampil, terutama pada bagian distal ekstremitas. Traktus retikulospinalis
dapat memfasilitasi atau menghambat aktivitas neuron motorik alfa dan gamma di kolumna grisea
anterior dan oleh karena itu dapat memfasilitasi atau menghambat gerakan volunter atau aktivitas
refleks. Traktus tektospinalis berkaitan dengan gerakan refleks postural sebagai respons terhadap
rangsangan visual. Serabut-serabut yang berhubungan dengan neuron simpatis di kolom abu-abu
lateral berhubungan dengan refleks dilatasi pupil sebagai respons terhadap kegelapan. Traktus
rubrospinal bekerja pada neuron motorik alfa dan gamma di kolom abu-abu anterior dan
memfasilitasi aktivitas otot fleksor dan menghambat aktivitas otot ekstensor atau antlgravitasi.
Traktus vestibulospinalis. dengan bekerja pada neuron motorik di kolom abu-abu anterior.
memfasilitasi aktivitas otot ekstensor, menghambat aktivitas otot fleksor, dan berkaitan dengan
aktivitas postural yang berhubungan dengan keseimbangan. Traktus olivospinalis mungkin
berperan dalam aktivitas otot, tetapi beberapa meragukan keberadaannya. Serabut otonom
menurun berkaitan dengan kontrol aktivitas viseral.

a. Traktus Kortikospinalis
Serabut traktus kortikospinalis muncul sebagai akson
sel piramidal yang terletak. di lapisan kelima korteks
serebral (Gbr. 4-21). Sekitar sepertiga dari serat berasal
dari korteks motorik primer (area 4). sepertiga lainnya dari
korteks motorik sekunder (area 6), dan sepertiga terakhir
dari lobus parietal (area 3, 1, dan 2); dengan demikian, dua
pertiga dari serat muncul dari girus precentral, dan
sepertiga dari serat muncul dari gyrus postcentral.
Serabut-serabut ini tidak mengontrol aktivitas motorik
tetapi mempengaruhi input sensorik ke sistem saraf.
Karena rangsangan listrik dari berbagai bagian gyrus
precentral menghasilkan gerakan bagian yang berbeda

26
dari sisi tubuh yang berlawanan, kita dapat mewakili bagian-bagian tubuh di area korteks ini.
Homunculus seperti itu ditunjukkan pada Gambar 4-21.
Perhatikan bahwa regio yang mengontrol wajah terletak di inferior, dan regio yang
mengontrol ekstremitas bawah terletak di superior dan pada permukaan medial hemisfer.
Homunculus adalah gambaran tubuh yang terdistorsi, dengan berbagai bagian yang memiliki
ukuran proporsional dengan area korteks serebral yang digunakan untuk mengontrolnya.
Menariknya, sebagian besar serat kortikospinalis bermielin dan relatif lambat, serat kecil. Serabut
desendens berkumpul di korona radiata dan kemudian melewati ekstremitas posterior kapsula
interna. Di sini, serat diatur sedemikian rupa sehingga yang paling dekat dengan genu berkaitan
dengan bagian serviks tubuh. sedangkan yang terletak lebih posterior berkaitan dengan ekstremitas
bawah. Traktus tersebut kemudian berlanjut melalui tiga perlima bagian tengah peduncull dari
mldbraln. Di sini, serat-serat yang berhubungan dengan bagian servikal tubuh terletak di medial,
sedangkan serat-serat yang berhubungan dengan kaki ditempatkan di lateral. Saat memasuki pons,
traktus tersebut dipecah menjadi banyak berkas oleh serat pontocerebellar transversal (lihat
Gambar 5-19 sampai 5-22). Di medula oblongata. berkas-berkas tersebut menjadi satu kelompok
di sepanjang batas anterior untuk membentuk pembengkakan yang dikenal sebagai piramida
(karenanya nama alternatifnya, saluran piramidal) {lihat Gambar. 5-11 dan 5-12).
Pada pertemuan medula oblongata
dan medula spinalis, sebagian besar
serabut melintasi garis tengah pada
decussation piramida (Gbr. 4-21) dan
memasuki kolumna putih lateral medula
spinalis untuk membentuk traktus
kortikospinalis lateral (Gbr. .4-20).
Serabut-serabut yang tersisa tidak
bersilangan di dekustasi tetapi turun di
kolumna putih anterior medula spinalis
sebagai traktus kotikospinalis anterior
(Gbr. 4-20 dan 4-21).

27
Serabut-serabut ini akhirnya melintasi garis tengah dan berakhir di kolom abu-abu anterior
segmen sumsum tulang belakang di daerah servikal dan toraks atas. Traktus kortikospinalis lateral
menuruni panjang medula spinalis; seratnya berakhir di kolom abu-abu anterior dari semua
segmen sumsum tulang belakang. Sebagian besar serabut kortikospinalis bersinaps dengan neuron
internunsial, yang pada gilirannya bersinaps dengan neuron motorik alfa dan beberapa neuron
motorik gamma. Hanya serat kortikospinalis terbesar yang bersinaps langsung dengan neuron
motorik Traktus kortikospinalis bukanlah satu-satunya jalur untuk melayani gerakan volunter.
Sebaliknya, mereka membentuk jalur yang memberikan kecepatan dan kelincahan untuk gerakan
sukarela dan dengan demikian digunakan dalam melakukan gerakan terampil yang cepat. Banyak
gerakan volunter dasar yang sederhana diperantarai oleh traktus desendens lainnya.

Percabangan
1. Cabang-cabang dilepaskan lebih awal Saat turun dan kembali ke korteks serebral untuk
menghambat aktivitas di daerah korteks yang berdekatan.
2. Cabang-cabang berjalan ke nukleus kaudatus dan lentiformis, nukleus merah, dan nukleus
olivarius dan formasi reticular. Cabang-cabang ini menjaga daerah subkortikal Diinformasikan
tentang aktivitas motorik kortikal. Setelah disiagakan, daerah subkortlkal dapat bereaksi dan
mengirimkan impuls sarafnya sendiri ke neuron motorik a dan y melalui jalur desendens lainnya.

b. Traktus Retikulospinal
Di seluruh otak tengah, pons, dan medula oblongata, kelompok tersebar. sel-sel saraf dan
serabut saraf ada yang secara kolektif dikenal sebagai formasi reticular. Dari pons, neuron-neuron
ini mengirimkan akson, yang sebagian besar tidak beruas, turun ke medula spinalis dan
membentuk traktus retikulospinalis pontin (Gbr. 4-22). Dari medula. neuron serupa mengirim
akson, yang bersilangan dan tidak bersilangan, ke sumsum tulang belakang dan membentuk
saluran retikulospinal meduler.

28
Serabut retikulospinal dari pons turun melalui
kolumna putih anterior, sedangkan serabut dari
medula oblongata turun di kolumna putih lateral.
Kedua set serat memasuki kolom abu-abu anterior
dari sumsum tulang belakang dan dapat
memfasilitasi atau Menghambat aktivitas neuron
motorik alfa dan gamma. Dengan cara ini, traktus
retikulospinalis mempengaruhi gerakan volunter
dan aktivitas refleks. Serabut retikulospinal juga
sekarang dianggap termasuk serabut otonom
desendens. Traktus retikulospinalis dengan
demikian menyediakan jalur dimana hipotalamus
dapat mengontrol aliran simpatis dan aliran keluar
parasimpatis sakral.

c. Traktus tektospinalis
Serabut traktus ini muncul dari sel saraf di
kolikulus superior otak tengah {Gbr. 4-23).
Sebagian besar serabut berjalan di garis tengah
segera setelah asalnya dan turun melalui batang
bralnalis dekat dengan fasikulus longitudinalis
medialis. Traktus tektosplnal turun melalui
kolumna putih anterior medula spinalis dekat
dengan fisura median anterior (Gbr. 4-20).
Sebagian besar serabut berakhir di kolumna grisea
anterior Di segmen servikal atas medula spinalis
dengan bersinaps dengan neuron lnternunclal.
Serabut ini diyakini berkaitan dengan gerakan
refleks postural sebagai respons terhadap
rangsangan visual.

29
d. Traktus Rubrospinal
Nukleus merah terletak di tegmentum otak
tengah setinggi kolikulus superior (Gbr. 4-24).
Akson neuron dalam nukleus ini bersilangan pada
garis tengah setinggi nukleus dan turun sebagai
traktus rubrospinalis melalui pons dan medula
oblongata untuk memasuki kolumna putih lateral
medula spinalis (Gbr. 420).
Serabut-serabut ini berakhir dengan bersinaps
dengan neuron lntemunkal di kolumna grisea
anterior medula spinalis. Neuron nukleus merah
menerima Impuls aferen melalui koneksi dengan
korteks serebral dan serebelum. Hal ini diyakini
sebagai jalur tidak langsung yang penting dimana
korteks serebral dan serebelum dapat
mempengaruhi a. andr aktivitas neuron motorik.
Traktus memfasilitasi aktivitas otot fleksor dan
menghambat aktivitas otot ekstensor atau antigravitasi.

e. Traktus Vestibulospinalis
Nukleus vestibular terletak di pons dan medula
oblongata di bawah dasar ventrikel keempat (Gbr.
425). Nukleus vestibular menerima serat aferen
dari telinga bagian dalam melalui saraf vestibular
dan dari otak kecil. Neuron dari nukleus vestibular
lateral membentuk akson yang membentuk traktus
vestibulospinalis.
Traktus turun tanpa menyilang melalui medula
dan melalui panjang medula spinalis di kolumna
putih anterior (Gbr. 420). Serabut-serabut ini
berakhir dengan bersinaps dengan neuron
internunsial dari kolumna grisea anterior medula

30
spinalis. Telinga bagian dalam dan otak kecil, melalui
saluran ini, memfasilitasi aktivitas otot-otot ekstensor dan
menghambat aktivitas otot-otot fleksor dalam kaitannya
dengan pemeliharaan keseimbangan.

f. Traktus Olivospinalis
Traktus olivospinalis diperkirakan muncul dari nukleus
olivarius inferior dan turun di kolumna putih lateral medula
spinalis (Gbr. 4-26), untuk mempengaruhi aktivitas neuron
motorik di kolumna grisea anterior. Banyak sekarang
meragukan bahwa itu ada.

g. Serat Otonom Desendens


Pusat SSP yang lebih tinggi yang terkait dengan kontrol aktivitas otonom terletak di korteks
serebral, hipotalamus, kompleks amigdaloid, dan formasio retikuler. Meskipun saluran yang
berbeda belum dikenali, penyelidikan lesi sumsum tulang belakang telah menunjukkan bahwa
saluran otonom turun memang ada dan mungkin merupakan bagian dari saluran retikulospinal.
Serabut muncul dari neuron di pusat yang lebih tinggi dan melintasi garis tengah di batang otak.
Mereka diyakini turun di kolom putih lateral sumsum tulang belakang dan berakhir dengan
bersinaps pada sel-sel motorik otonom di kolom abu-abu lateral di tingkat toraks dan lumbar atas
(aliran simpatis) dan midsacral (parasimpatis) dari sumsum tulang belakang.

3. Memahami dan Menjelaskan Stroke

3.1.Definisi
Stroke adalah penyakit pembuluh darah otak yang merupakan keadaan darurat medis yang
membutuhkan perawatan segera. Istilah medis untuk stroke adalah apoplexy. Definisi menurut
WHO, Stroke adalah suatu keadaan dimana ditemukan tanda-tanda klinis yang berkembang cepat
berupa defisit neurologis fokal dan global, yang dapat memberat dan berlangsung lama selama 24
jam atau lebih dan atau dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vascular.

31
3.2.Epidemiologi
• Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013, prevalensi stroke di Indonesia adalah 12,1% Sekitar
87% stroke adalah stroke iskemik. Prevalensi tersebut makin naik dengan pertambahan usia
(tertinggi pada kelompok umur ≥75 tahun) dan relatif sama tinggi antara kelompok laki-laki dan
perempuan.
• Data Stroke Registry tahun 2012-2014 pada 5.411 pasien stroke di Indonesia menunjukkan 67%
pasien stroke iskemik. Mortalitas stroke iskemik (11,3%) lebih kecil dibandingkan
strokehemoragik (17,2%).
3.3.Etiologi
1) TIA dan stroke iskemik:
● Aterotrombosis arteri besar → biasanya disebabkan hipertensi lama yang telah memicu
proliferasi sel otot polos dan pembentukan plak fibrosa. Lokasi tersering adalah arkus
aorta,
arteri subklavia proksimal, bifurkasi karotis, dan arteri vertebral.
● Emboli → dapat berasal dari plak fibrosa yang terlepas. Salah satu asal emboli tersering
adalah bekuan darah yang terlepas akibat fibrilasi atrium.
● Oklusi pembuluh darah kecil → disebabkan oleh hipertensi atau lipohialinosis. Lokasi
tersering pada cabang lentikulostriata dan cabang perforata arteri serebral anterior dan
posterior.

2) Stroke perdarahan:
● Hipertensi kronis → etiologi tersering dengan lokasi tersering adalah daerah dengan
pembuluh perforata seperti talamus, putamen, ganglia basalis, pons, dan serebelum.
● Malformasi pembuluh darah → biasanya ditemukan di usia muda.
● Ruptur aneurisma → khususnya pada arteri komunikans anterior atau posterior merupakan
etiologi tersering perdarahan subarachnoid. Sekitar 85% perdarahan subarachnoid spontan
disebabkan oleh ruptur aneurisma.

Faktor Resiko:
1) Faktor yang tidak dapat dimodifikasi (non-modifiable risk factors) seperti umur, jenis kelamin,
ras, genetik, dan riwayat TIA (Transient Ischemic Attack),

32
2) Faktor yang dapat dimodifikasi (modifiable risk factors) seperti hipertensi, diabetes, kolesterol
tinggi (hiperkolesterolemia), perilaku merokok, obesitas, penyakit jantung, konsumsi alkohol
berlebihan, aterosklerosis, penyalahgunaan obat, dan gangguan pernapasan saat tidur.

3.4.Klasifikasi

Secara garis besar, stroke dibagi menjadi stroke hemoragik (stroke perdarahan) yang ditandai
dengan terlalu banyak darah dalam rongga tengkorak tertutup, dan stroke non hemoragik (stroke
iskemik) yang ditandai dengan terlalu sedikit darah untuk memasok oksigen dan nutrisi supaya
cukup ke bagian otak.

Stroke non hemoragik atau stroke iskemik merupakan gangguan pada sistem saraf pusat akibat
dari hilangnya pasokan darah ke daerah otak secara tiba – tiba yang menyebabkan hilangnya fungsi
neurologis otak.

Stroke Non Hemoragik:


a. Transient Ischemic Attack (TIA) : TIA atau serangan iskemia sementara merupakan stroke
dengan gejala neurologis yang timbul akibat gangguan peredaran darah pada otak akibat adanya
emboli maupun thrombosis dan gejala neurologis akan menghilang dalam waktu kurang dari 24
jam.
b. Reversible Ischemic Neurological Deficit (RIND) : Pada RIND atau defisit neurologis iskemia
sementara gejala neurologis yang timbulakan menghilang dalam waktu lebih dari 24 jam sampai
kurang dari sama dengan 21 hari.
c. Stroke in Evolution : Stroke in evolution atau stroke progresif merupakan stroke yang sedang
berjalan dan gejala neurologis yang timbul makin lama makin berat
d. Completed Stroke : Completed stroke atau stroke komplit memiliki gejala neurologis yang
menetap dan tidak berkembang lagi.

Stroke Hemoragik:
1. Hemoragik ekstradural (hemoragi epidural) adalah kedaruratan bedah neuro yang memerlukan
perawatan segera. Stroke ini biasanya diikuti dengan fraktur tengkorak dengan robekan arteri
tengah atau arteri meningens lainnya. Pasien harus diatasi beberapa jam setelah mengalami cedera
untuk dapat mempertahankan hidup.

33
2. Hemoragik subdural (termasuk subdural akut) yaitu hematoma subdural yang robek adalah
bagian vena sehingga pembentukan hematomanya lebih lama dan menyebabkan tekanan pada
otak.
3.Hemoragik subaraknoid (hemoragi yang terjadi di ruang subaraknoid) dapat terjadi sebagai
akibat dari trauma atau hipertensi tetapi penyebab paling sering adalah kebocoran aneurisma.
4.Hemoragik interaserebral, yaitu hemoragi atau perdarahan di substansi dalam otak yang paling
umum terjadi pada pasien dengan hipertensi dan aterosklerosis serebral karena perubahan
degeneratif karena penyakit ini biasanya menyebabkan ruptur pembuluh darah.

3.5.Patofisiologi

34
3.6.Manifestasi Klinis

Berdasarkan lokasinya pada tubuh, gejala-gejala stroke terbagi menjadi berikut:


1.Bagian sistem saraf pusat : Kelemahan otot (hemiplegia), kaku, menurunnya fungsi sensorik
2.Batang otak, dimana terdapat 12 saraf cranial : Menurun kemampuan membau, mengecap,
mendengar, dan melihat parsial atau keseluruhan, refleks menurun, ekspresi wajah terganggu,
pernafasan dan detak jantung terganggu, lidah lemah.
3.Cerebral cortex: Aphasia, apraxia, daya ingat menurun, hemineglect, kebingungan.
Jika tanda-tanda dan gejala tersebut hilang dalam waktu 24 jam, dinyatakan sebagai Transient
Ischemic Attack (TIA), dimana merupakan serangan kecil atau serangan awal stroke.

Stroke-stroke kecil mungkin tidak menyebabkan gejala-gejala apa saja, namun tetap dapat
merusak jaringan otak. Stroke-stroke ini yang tidak menyebabkan gejala-gejala dirujuk sebagai
silent strokes. Menurut the U.S. National Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS),
ini adalah lima tanda-tanda utama dari stroke:
• Kematian rasa (kekebasan) atau kelemahan-kelemahan yang mendadak dari muka, tangan atau
kaki, terutama pada satu sisi dari tubuh. Kehilangan dari gerakan sukarela (voluntary
movement) dan/atau sensasi mungkin adalah sepenuhnya atau sebagian.
• Kebingungan atau kesulitan berbicara atau mengerti yang mendadak. Adakalanya kelemahan
pada otot-otot muka dapat menyebabkan pengeluaran air liur.
• Kesulitan melihat yang mendadak pada satu atau kedua mata
• Kesulitan berjalan, kepeningan, kehilangan keseimbangan atau koordinasi yang mendadak.
• Sakit kepala yang parah yang mendadak dengan penyebab yang tidak diketahui

3.7.Cara Diagnosis dan Diagnosis Banding

1. Anamnesis.
2. Sebuah pemeriksaan fisik. Dokter akan melakukan sejumlah tes yang kenal, seperti
mendengarkan detak jantung dan memeriksa tekanan darah juga akan menjalani pemeriksaan
neurologis untuk melihat bagaimana potensi stroke memengaruhi sistem saraf.
3. Pemeriksaan penunjang.

35
- Tes darah. Pasien akan menjalani beberapa tes darah, termasuk tes untuk memeriksa
seberapa cepat pembekuan darah, apakah gula darah terlalu tinggi atau rendah, dan apakah
memiliki infeksi.
- Pemindaian tomografi komputer (CT). CT scan menggunakan serangkaian sinar-X untuk
membuat gambar detail otak. CT scan dapat menunjukkan perdarahan di otak, stroke
iskemik, tumor atau kondisi lainnya. Dokter mungkin menyuntikkan pewarna ke dalam
aliran darah untuk melihat pembuluh darah di leher dan otak secara lebih rinci
(computerized tomography angiography).
- Pencitraan resonansi magnetik (MRI). MRI menggunakan gelombang radio yang kuat dan
medan magnet untuk membuat tampilan otak yang detail. MRI dapat mendeteksi jaringan
otak yang rusak akibat stroke iskemik dan pendarahan otak. Dokter mungkin
menyuntikkan pewarna ke dalam pembuluh darah untuk melihat arteri dan vena dan
menyoroti aliran darah (magnetic resonance angiography atau magnetic resonance
venography).
- USG karotis. Dalam tes ini, gelombang suara membuat gambar detail bagian dalam arteri
karotis di leher. Tes ini menunjukkan penumpukan timbunan lemak (plak) dan aliran darah
di arteri karotis.
- Angiogram serebral. Dalam tes yang jarang digunakan ini, dokter memasukkan tabung tipis
dan fleksibel (kateter) melalui sayatan kecil, biasanya di selangkangan, dan memandunya
melalui arteri utama dan masuk ke arteri karotis atau vertebralis. Kemudian dokter
menyuntikkan pewarna ke dalam pembuluh darah untuk membuatnya terlihat di bawah
pencitraan sinar-X. Prosedur ini memberikan gambaran rinci tentang arteri di otak dan
leher.
- Ekokardiogram. Ekokardiogram menggunakan gelombang suara untuk membuat gambar
jantung yang detail. Ekokardiogram dapat menemukan sumber gumpalan di jantung yang
mungkin telah berpindah dari jantung ke otak dan menyebabkan stroke.

4. Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologi merupakan pemeriksaan yang memerlukan ketelitian dan sistimatik
sehingga dapat menentukan diagnosis klinis dan topik, dari kemungkinan diagnosis ini maka
perencanaan pemeriksaan penunjang dapat dilaksanakan secara rasional dan objektif. Pada pasien

36
stroke biasanya mengalami gangguan sistem saraf, adapun jenis pemeriksaan tersebut adalah
sebagai berikut:
a) Nervus Olfaktorius: Pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi adanya gangguan menghidu,
selain itu untuk mengetahui apakah gangguan tersebut disebabkan oleh gangguan saraf atau
penyakit hidung lokal. Cara pemerikssanya adalah anjurkan klien mengidentifikasi berbagai
macam jenis bau-bauan dengan memejamkan mata, gunakan bahan yang tidak merangsang seperti
kopi, teh, tembakau, sabun, jeruk. Interpretasi hasil pemeriksaan yaitu :
1) Terciumnya bau-bauan secara tepat menandakan fungsi nervus olfaktorius kedua sisi baik.
2) Anosmia adalah hilangnya kemampuan mengenali bau-bauan yang bersifat unilateral tanpa
ditemukan adanya kelainan pada rongga hidung hal ini merupakan salah satu tanda yang
mendukung adanya neoplasma pada lobus frontalis cerebrum.
3) Hiperosmia adalah adanya peningkatan kepekaan penciuman, keadaan ini dapat terjadi akibat
trauma kapitis.
4) Hiposmia adalah danya penciuman yang kurang.
5) Parosmia adalah gangguan pengiduan bilamana tercium bau yang tidak sesuai misalnya
minyak kayu putih tercium sebagai bawang goreng.

b) Nervus Opticus: Pemeriksaan ini digunakan untuk mengukur ketajaman penglihatan (visus)
dan menentukan apakah kelainan pada penglihatan disebabkan oleh kelainan lokal atau oleh
kelainan saraf. Cara pemeriksaan ini dengan dilakukan pemeriksaan penglihatan (visus) yaitu
ketajaman penglihatan diperiksa dengan membandingkan ketajaman penglihatan pemeriksa
dengan jalan pasien disuruh melihat benda yang letaknya jauh misalnya jam di dinding, membaca
buku dikoran. Selanjutnya melakukan pemeriksaan dengan menggunakan kartu snellen, pasien
diminta untuk melihat huruf sehingga tiap huruf dilihat pada jarak tertentu. Pemeriksaan lapang
pandang yaitu dengan menggunakan metode konfrontasi dari donder. Dalam pemeriksaan ini
pasien duduk atau berdiri pada jarak 1 meter dengan pemeriksa, kemudian pasien disuruh melihat
terus pada mata sebelah harus ditutup dan pasien melihat gerakan jari jari perawat pada arah yang
dirtentukan. Pada pasien stroke biasanya klien mengalami gangguan pada penglihatan yaitu mata
kabur.

37
c) Nervus Okulomotorius: Untuk mengatur gerakan gerakan kelopak mata, kontraksi otot pada
pupil dan otot siliaris dengan mengontrol akomodasi pupil. Cara pemeriksaan ini yaitu
pemeriksaan gerakan bola mata, lihat ada atau tidaknya nystagmus (gerakan bola mata diluar
kemauan pasien). Pasien diminta untuk mengikuti gerakan tangan pemeriksa yang digerakan
kesegala arah. Lihat apakah ada hambatan pada pergerakan matanya. Yang kedua pemeriksaan
kelopak mata yaitu membandingkan celah mata atau fissura palpebralis kiri dan kanan. Ptosis
adalah kelopak mata yang menutup. Pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan pupil lihat
diameter pupil normal 3 mm, bandingkan kiri dan kanan (isokor atau anisokor), lihat bentuk
bulatan pupil teratur atau tidak. Pemeriksaan reflek pupil reflek cahaya, direct atau langsung
cahaya ditunjukkan seluruhnya kearah pupil normal akibat adanya cahaya maka pupil akan
mengecil (miosis). Dan yang terakhir yaitu pemeriksaan reflek akomodasi pupil yaitu meminta
pasien untuk melihat jari telunjuk pemeriksa pada jarak agak jauh sampai mendekati hidung
penderita.

d) Nervus Traklearis: Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat pergerakan bola mata ke bawah
dalam, gerak mata ke lateral bawah, strabismus konvergen, diplopia. Gerakan okular menyebabkan
ketidakmampuan melihat ke bawah dan kesamping karena adanya gangguan penglihatan.

e) Nervus Trigeminus: Nervus trigeminus merupakan nervus cranialis yang berfungsi


menginervasi bagian muka dan kepala. Nervus ini mempunyai 3 cabang yaitu cabang yang
menginervasi dahi dan mata (ophthalmic V1) , pipi (maxillary V2), dan muka bagian bawah dan
dagu (mandibular V3). Untuk pemeriksaan sensasi wajah. Pada pasien stroke klien mengalami
ketidaksimetrisan wajah Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan motorik dan sensorik.
Pemeriksaan motorik:
- Meminta pasien untuk merapatkan giginya sekuat mungkin
- Pemeriksa mengamatinya
- Meminta pasien untuk membuka mulut
- Mengamati apakah dagu simetris (apabila ada kelumpuhan dagu akan terdorong ke arah lesi).
Pemeriksaan sensorik:
- Melakukan pemeriksaan sensasi nyeri dengan jarum pada daerah dahi pipi dan rahang bawah.

38
- Melakukan pemeriksaan sensasi suhu dengan kapas yang dibasahi air hangat pada daerah dahi,
pipi, dan rahang bawah.

f) Nervus Abdusen: Pemeriksaan meliputi gerakan bola mata ke lateral, strabismus konvergen
dan diplopia tanda-tanda tersebut maksimal bila memandang ke sisi yang terkena dan bayangan
yang timbul letaknya.

g) Nervus Facialis: Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat gerakan otot wajah, ekspresi wajah,
sekresi air mata dan ludah.
Pemeriksaan motorik:
1) Meminta pasien untuk duduk rileks
2) Pemeriksa mengamati muka pasien bagian kiri dan kanan apakah simetris atau tidak.
3) Pemeriksa mengamati lipatan dahi, tinggi alis, lebar dan celah mata, lipatan kulit nasolabial
dan sudut mulut.Meminta pasien untuk menggerakan muka dengan cara mengerutkan dahi, bagian
yang lumpuh lipatanyya tidak dalam, mengangkat alis, menutup mata dengan rapat lalu pemeriksa
mencoba membuka dengan tangan, memoncongkan bibir atau nyengir, minta pasien untuk
menggembungkan pipinya, lalu pemeriksa menekan pipi kiri dan kanan untuk melihat apakah
kekuatannya sama. Bila ada kelumpuhan makan angin akan keluar dari bagian yang lumpuh.
Pemeriksaan sensorik:
1) Meminta pasien untuk menjulurkan lidah
2) Meletakkan gula, asam, garam, atau sesuatu yang pahit pada sebelah kiri dan kanan dari 2/3
bagian depan lidah.
3) Meminta pasien untuk menuliskan apa yang dirasakan pada secarik kertas.

h) Nervus Audiotorius: Pemeriksaan ini dilakukan untuk pemeriksaan keseimbangan dan


pendengaran. Pemeriksaan yang dilakukan dengan pemeriksaan weber tujuannya untuk untuk
membandingkan daya transport melalui tulang di telinga kanan dan kiri. Garpu tala diletakkan di
dahi pasien pada keadaan normal kiri dan kanan sama keras. Selanjutnya adalah pemeriksaan
Rinne yang bertujuan untuk membandingkan pendengaran melalui tulang-tulang udara dari pasien.
Pada telinga sehat pasien pendengaran melalui udara dengar lebih lama daripada melalui tulang.

39
Pemeriksaan schwabach yang bertujuan untuk membandingkan hantaran tulang pasien engan
hantaran tulang pemeriksa (dengan anggapan pendengaran pemeriksa adalah baik).

i) Nervus Glossofaringeus: Pemeriksaan untuk reflek gangguan faringeal atau menelan. Pada
pasien diminta untuk membuka mulut dan mengatakan huruf "a" jika ada gangguan maka otot
stylopharyngeus tak dapat terangkat dan menyempit akibat rongga hidung dan rongga mulutmasih
berhubungan sehingga bocor, jadi saat mengucapkan "a" dinding pharynx terangkat sedang yang
lumpuh tertinggal, dan tampak uvula tidak simetris tetapi tampak miring tertarik kesisi yang sehat.
Pemeriksa menggoreskan atau meraba pda dinding pharynx kanan dan kiri dan bila ada gangguan
sesibilitas maka tidak terjadi reflek muntah. Pada pasien stroke biasanya klien mengalami
gangguan menelan.

j) Nervus Vagus: Untuk pemeriksaan kontraksi faring, gerakan simetris dan pita suara, gerakan
simetris pallatum moleh, gerakan dan sekresi visem torakal dan abdominal. Pada pasien stroke
biasanya mengalami gangguan menelan dan pada uvula tidak terletak ditengah melainkan tertarik
ke sisi yang sehat.

k) Nervus Aksesoris: Untuk pemeriksaan otot stemokleidomastoid dan trapezius. Pada pasien
stroke apabila mengalami kelumpuhan biasanya tidak mampu menahan tahanan pada salah satu
tubuhnya.

l) Nervus Hipoglosus: Nervus hipoglosus hanya mempunyai satu komponen motor somatik.
Nervus ini menginervasi semua otot instrinsik dan sebagian besar otot genioglosus, styloglosus
dan hyoglosus. Kelumpuhan pada nervus hipoglosus akan menimbulkan gangguan gerakan lidah
yaitu akibat gangguan pergerakan pergerakan lidah, maka perkataan-perkataan tidak dapat
diucapkan dengan baik, disebut dengan disartria. Dalam keadaan diam, lidah tidak simetris,
biasanya bergeser ke daerah yang sehat karena tonus menurun. Bila lidah dijulurkan lidah akan
berdeviasi ke sisi sakit.

40
Pemeriksaan Fungsi Serebral
Adapun pemeriksaan fungsi serebral pada pasien stroke dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Tingkat Kesadaran: Kesadaran adalah produk neurofisiologik dimana seorang
individu mampu berorientasi secara wajar terhadap waktu, tempat, dan orang. Kesadaran
adalah keadaan sadar terhadap diri sendiri dan lingkungan. Keadaan sadar merupakan keadaan
terjaga dan waspada dimana sipenderita akan bereaksi sepenuhnya dan adekuat terhadap
rangsangan visual, audiotori, dan sensibel. Adapun pada pasien stroke bisa dilakukan
pemeriksaan sebagai berikut:
1) Composmentis yaitu sadar penuh.
2) Apatis yaitu acuh tak acuh.
3) Delirium yaitu tingkat kesadaran rendah, salah resepsi, kacau.
4) Somnalen yaitu sadar tetapi seperti orang mengantung.
5) Sopor yaitu tidak memberikan respon apabila ada respon kuat baru sadar, memberikan
rangsangan, reflek pupil (+)
6) Semi koma yaitu pada keadaan ini tidak ada respon terhadap rangsang verbal. Reflek (kornea,
pupil, dsb) masih baik. Gerakan terutama timbul sebagai respon terhadap rangsang nyeri. Pasien
tidak dapat dibangunkan.
7) Koma yaitu diberikan stimulus atau rangsangan ataupun tidak bereaksi, pupil diberikan cahaya
tidak merespon.
b. Pemeriksaan GCS (Glasglow Coma Scale): Glasgow Coma Scale (GCS) adalah skala yang
dipakai untuk menentukan atau menilai tingkat kesadaran pasien, mulai dari sadar sepenuhnya
sampai keadaan koma. Teknik penilaian dengan ini terdiri dari tiga penilaian terhadap respon
yang ditunjukkan oleh pasien stelah diberi stimulus tertentu, yakni respon buka mata, respon
verbal, respon motorik.Adapun pada pasien stroke biasanya mengalami penurunan kesadaran,
pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

Tabel pemeriksaan GCS


I. Pemeriksaan Eye (mata)

41
II. Pemeriksaan Verbal

III. Pemeriksaan Motorik

IV. Pemeriksaan kekuatan otot


Pada pasien stroke biasanya klien mengalami penurunan kekuataan otot, adapun pemeriksaan
dapat dilakukan sebagai berikut:

42
V. Pemeriksaan reflek patologis dan fisiologis adalah sebagai berikut :
a) Reflek fisiologis: Reflek fisiologis merupakan reflek yang terdapat pada orang yang normal.
Pemeriksaan refelek fisiologis merupakan satu kesatuan dengan pemeriksaan neurologi lainnya,
dan terutama dilakukan pada kasus-kasus mudah lelah, sulit berjalan, kelemahan/kelumpuhan,
kesemutan, nyeri otot anggota gerak. Adapun pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut:
a) Jenis-jenis dari reflek fisiologis adalah sebagai berikut:
- Reflek Biceps: Dilakukan dengan dengan pasien duduk, membiarkan lengan untuk
beristirahat di pangkuan pasien, atau membentuk sudut sedkit lebih dari 90 derajat di siku.
Minta pasien untuk memfleksikan di siku sementara pemeriksa mengamati dan meraba
fossa antecubital. Tendon akan terlihat dan terasa seperti tali tebal. Pemeriksaan ini
dilakukan dengan cara ketukan jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon biceps
brachii, posisi lengan tengah setengah diketuk pada sendi siku. Respon fleksi lengan pada
sendi siku.
- Reflek Triceps: Dilakukan dengan pasien duduk dengan perlahan tarik lengan keluar dari
tubuh pasien, sehingga membentuk sudut kanan di bahu atau lengan bawah harus menjuntai
ke bawah langsung di siku. Peemeriksaan ini dilakukan dengan ketukkan pada tendon otot
tricep, posisi lengan fleksi padaa sendi siku dan sedikit pronasi. Respon ekstensi lengan
bawah pada sendi siku.
- Reflek Brachioradialis: Dapat dilakukan dengan duduk lalu ketukkan pada tendon otot
brachioradialis (tendon melintasi sisi ibu jari pada lengan bawah). Jari-jari sekitar 10cm
proksimal pergelangan tangan posisi lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi.
Respon fleksi pada lengan bawah, supinasi pada siku dan tangan.
- Reflek Pattela: Dapat dilakukan dengan duduk atau berbaring terlentang dengan cara
ketukkan pada tenton patella. Respon ekstensi tungkai bawah karena kontraksi m.
quadriceps femoris.
- Reflek Achiles: Dilakukan dengan pasien duduk dengan posisi kaki menggantung di tepi
meja atau dengan berbaring terlentang dengan posisi kaki di atas kaki yang lain, ketukan
hammer pada tendon achiles. Respon plantar fleksi kaki karena kontraksi m.gastroenemius.

43
- Reflek Patologis: Reflek patologis merupakan reflek yang terjadi karena adanya gangguan
atau kerusakan sistem saraf pusat. Kondisi seperti ini digunakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya kelainan sistem saraf.

b) Jenis-jenis reflek patologis adalah sebagai berikut:


- Reflek Hofman Tromner: Dilakukan dengan mengatur posisi tangan pasien melakukan
petikan pada kuku jari tengah (hofman. Respon positif jika terjadi fleksi pada jari-jari
tangan yang diperiksa.
- Reflek Babinski: Dilakukan dengan posisi pasien berbaring terlentang dengan kedua kaki
diluruskan, posisi tangan kiri pemeriksa memegang pergelangan kaki pasien agar kaki tetap
pada tempatnya. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara lakukan pergoresan telapak kaki
bagian lateral dari posterior ke anterior. Respon positif apabila terdapat gerakan dorsofleksi
ibu jari kaki dan pengembangan jari kaki lainnya.
- Reflek Chaddok: Dilakukan dengan penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar
maleolus lateralis dari posterior ke anterior. Respon positif apabila ada gerakan dorsofleksi
ibu jari, disertai pengembangan jari-jari kaki lainnya (reflek seperti babinski)
- Reflek Schaeffer: Dilakukan dengan menekan tendon achiles. Respon amati ada tidaknya
gerakan dorso fleksi ibu jari kaki, disertai mekarnya (fanning) jari-jari kaki lainnya.
- Reflek Oppenhiem: Dilakukan dengan penggoresan atau pengurutan dengan cepat krista
anterior tibia dari proksiml ke distal. Respon amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu
jari kali disertai mekarnya (fanning) jari-jari kaki lainnya.
- Reflek Gordon: Dilakukan dengan pemijatan atau menekan pada otot betis. Respon
ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan jari kaki lainnya.
- Reflek Rosolimo: Dilakukan dengan ketukan dengan hammer pada telapak kaki di daerah
basis jari-jari pasien. Respon fleksi jari jari kaki pada sendi interfalangeal.
- Reflek Bechtrew: Dilakukan dengan melakukan perkusi dengan reflek hammer pada
daerah dorsum pedis basis. Respon positif jika terjadi dorsofleksi ibu jari kaki disertai
pemekaran jari-jari lainnya.

44
Diagnosis Banding
Diagnosis bandingnya luas dan dapat mencakup gejala stroke seperti TIA, gangguan metabolisme
(dengan kata lain, hipoglikemia, hiponatremia), migrain hemiplegia, infeksi, tumor otak, sinkop,
dan gangguan konversi.

3.8.Tatalaksana Umum dan Khusus

Pasien terduga stroke harus segera dibawa rumah sakit, diutamakan rumah sakit yang memiliki
CT scan dan mampu melakukan fibrinolisis. Tatalaksana dibuat berdasarkan panduan AHA/ASA.

1) Tata Laksana Umum


- Jalan napas dan pernapasan: Bantuan jalan napas dan ventilasi sebaiknya diberikan pada
pasien yang mengalami penurunan kesadaran atau disfungsi bulbar.
- Suplementasi oksigen hanya diberikan pada pasien hipoksik.
- Sirkulasi (tekanan darah/TD): Target dan monitor TD bergantung jenis stroke, atasi
hipovolemia/hipotensi.
- Pilihan terapi hipertensi pada stroke:
• Labetalol 10-20 mg IV dalam 1-2 menit, terapi boleh diulang sekali.
• Nicardipine 5 mg/jam IV, dititrasi 2,5 mg/jam tiap 5-15 menit maksimal 15 mg/jam.
• Clevidipine 1-2 mg/jam IV, dosis digandakan tiap 2-5 menit maksimal 21 mg/jam.
- Suhu tubuh: hipertermia (>38*C) harus dicari tahupenyebabnya dan diterapi.
- Tingkat keparahan stroke yang diukur menggunakan National Institutes of Health Stroke
Scale (NIHSS).
- CT scan non-kontras ≤20 menit dari kedatangan di IGD
- Gula darah sewaktu (GDS): pasien hiperglikemi harus diterapi dengan target 140-180
mg/dl, pasien hipoglikemia (GDS <60 mg/dl) harus segera diterapi dengan target 80-110
mg/dl.
- Nutrisi enteral harus diinisiasi dalam 7 hari pertama setelah awitan stroke. Pasien dengan
disfagia dapat diberikan nutrisi melalui NGT.

45
2) Tata Laksana Stroke Iskemik Akut
- Tekanan darah
• Pasien yang mengalami peningkatan TD dan tidak ada kontraindikasi terapi
fibrinolitik, harus dipertahankan TDS <185 mmHg dan TDD <110 mmHg
sebelum terapi fibrinolitik dan<180/105 mmHg dalam 24 jam setelah terapi
fibrinolitik.
• Jika TD tidak berhasil diturunkan menjadi <180/110 mmHg, terapi fibrinolitik tidak
boleh diberikan
• Selanjutnya, monitor TD dilakukan setelah terapi fibrinolitik. Monitor TD tiap 15
menit selama 2 jam pertama, tiap 30 menit selama 6 jam selanjutnya, dan tiap 60
menit selama 16 jam berikutnya.
- Fibrinolitik dengan Alteplase
Indikasi berdasarkan waktu terapi dihitung dari awitan gejala:
• ≤ 3 jam: usia ≥18 tahun, stroke berat atau ringan yang berisiko menyebabkan
disabilitas.
• 3 - 4,5 jam: pasien yang memenuhi seluruh kriteria: usia s80 tahun, tidak ada Riwayat
diabetes melitus dan stroke sebelumnya, skor NIHSS <25, tidak mengonsumsi obat
antikoagulan, dan tidak bukti pencitraan yang menunjukkan jejas iskemik >1/3 area
yang diperdarahi oleh arteri serebri media.

Kontraindikasi:
• Awitan stroke tidak jelas, >3-4,5 jam, atau stroke setelah bangun tidur yang kondisi normal
terakhirnya >3-4,5 jam;
• Hasil CT scan menunjukkan ada perdarahan intrakranial;
• Riwayat stroke iskemik dalam 3 bulan;
• Riwayat trauma kepala dalam 3 bulan;
• Riwayat pembedahan intrakranial/intraspinal dalam 3 bulan;
• Riwayat perdarahan intrakranial;
• Perdarahan subarakhnoid;
• Keganasan gastrointestinal atau perdarahan baru dalam 21 hari;
• Koagulopati;

46
• Mengalami endokarditis infektif;
• Mengalami diseksi aorta;
• Neoplasma intrakranial intraaksial.
• Dosis: 0,6-0,9 mg/kg maksimal 90 mg, 10% dosis total diberikan bolus selama 1 menit
• lalu sisanya diberikan dalam 60 menit.

Trombektomi Mekanis
Trombektomi mekanis adalah terapi intervensistroke secara endovaskular dengan mengambil
trombus secara langsung dari pembuluh darah yang tersumbat. Alat yang disarankan di panduan
ASA adalah stent retriever. Selain itu, tersedia juga metode aspirasi. Meskipun sebaiknya terapi
ini diinisiasi dalam 6 jam dari awitan gejala stroke, trombektomi mekanis masih dapat dilakukan
dan memiliki efikasi tinggi hingga 24 jam sejak awitan gejala pertama dengan kriteria inklusi
berdasarkan DAWN & DEFUSE 3 Trial yaitu volume infark pada CT scan <70mL.
Secara umum, indikasi dari trombektomi mekanis (harus memenuhi semua):
• Skor mRS (modified Rankin Stroke) sebelum stroke 0-1;
• Oklusi di arteri karotis interna atau arteri serebri media segmen 1 (M1);
• Usia ≥ 18 tahun;
• Skor NIHSS 26;
• ASPECTS (Alberta Stroke Program Early CT Score) ≥6;

Beberapa hal yang perlu diperhatikan:


• Terapi dapat diinisiasi dengan punksi daerah inguinal dalam 6 jam dari awitan gejala.
• Pasien yang dipertimbangkan terapi endovaskular dan memenuhi persyaratan terapi
fibrinolitik alteplase harus diberi alteplase.
• TD saat dan 24 jam setelah trombektomi mekanis harus dipertahanka ≤180/105 mmHg.
• Aspirin 325 mg direkomendasikan diberikan dalam 24-48 jam dari awitan stroke. Pada
pasien yang telah mendapat alteplase, aspirin sebaiknya ditunda hingga 24 jam setelah
terapi.
• Terapi antiplatelet ganda (aspirin 80 mg + klopidogrel 75mg) direkomendasikan diberikan
pada stroke minor (NIHSS <5) selama 21-90 hari sebagai early secondary stroke
prevention.

47
• Tidak direkomendasikan: antiplatelet (tirofiban IV, eptifibatide IV), antagonis reseptor
glikoprotein IIb/llla, antikoagulan, hemodilusi, albumin dosis tinggi, agen vasodilator
(misalnya pentoksifilin), agen neuroprotektif, pemberian ticagrelor, (dibandingkan aspirin)
pada tatalaksana akut.

3) Tata Laksana Stroke Perdarahan


- Tekanan darah
• Pasien yang datang dengan TDS 150-220 mmHg dan tidak ada kontraindikasi terapi
tekanan darah dapat diturunkan tekanan darahnya hingga 140 mmHg.
• Pasien yang datang dengan TDS >220 mmHg harus diterapi agresif dengan
antihipertensi IV kontinu dan monitor TD berkala.
- Stroke perdarahan akibat konsumsi antagonis vit. K
• Hentikan antagonis vitamin K.
• Administrasi vitamin K IV (5-10 mg).
• Administrasi fresh frozen plasma (FFP) atau Administrasi prothrombin complex
concentrates (PCC) yang dapat mengoreksi INR lebih cepat dan lebih aman disbanding
FFP
- Stroke perdarahan akibat konsumsi heparin: stop heparin dan administrasi protamin sulfat
- Bangkitan sering ditemui dalam seminggu setelah troke perdarahan (frekuensi 16%)
terutama jika ada keterlibatan korteks. Rekomendasi untuk bangkitan pascastroke
perdarahan:
• Profilaksis antiepilepsi tidak direkomendasikan
• Pasien yang mengalami bangkitan klinis harus diberi obat antiepilepsi.
• Pasien yang mengalami perubahan status mental dan perubahan EEG (bangkitan
elektrografik) harus diberi obat antiepilepsi.
• EEG kontinu diindikasikan pada pasien stroke perdarahan dengan derajat penurunan
status mental yang tidak sesuai dengan derajat
- Pengendalian tekanan intrakranial (TIK)
• Pemantauan ketat TIK terutama dilakukan dalam 48 jam pertama serangan stroke.
• Indikasi pemasangan monitor TIK:
o Bukti klinis herniasi transtentorial;
o Perdarahan intraventrikel atau hidrosefalus.

48
o Target TIK <20 mmHg dan tekanan pertusi serebral (cerebral perfusion pressure)
50-70 mmHg
• Terapi peningkatan TIK: manitol 0.5-1 g/kg selama >20 menit, diulang tiap 4-6 jam,
target osmolaritas darah ≤310 mOsm/L. Pemeriksaan osmolaritas sebaiknya dilakukan
dua kali per hari selama pemberian manito
• Pemasangan drainase ventrikel eksternal atau tindakan seperti ventrikulostomi dapat
dipertimbangkan terutama apabila pasien memiliki klinis yang kurang baik, penurunan
kesadaran, atau risiko hidrosefalus.
- Pembedahan
• Tujuan pembedahan adalah mengevaluasi hematoma intrakranial agar mengurangi efek
massa dan dampak hematoma ke jaringan sekitar
• Terapi pembedahan dapat dilakukan cito pada kasus: perdarahan serebelum dengan status
neurologis yang terus menurun atau pada kompresi batang otak dan/atau hidrosefalus akibat
obstruksi ventrikel
• Beberapa jenis pembedahan:
o kraniotomi untuk perdarahan supratentorial,
o kraniotomi untuk perdarahan di fossa posterior,
o kraniektomi
o dekompresi,
o intervensi minimal invasive (endoskopi)

4) Tata Laksana Perdarahan Subarahnoid


Tata laksana perdarahan subarahnoid secara umum sama dengan tata laksana stroke perdarahan.
Akan tetapi, pada perdarahan subarachnoid terdapat tatalaksana komplikasi yang perlu
diperhatikan, yaitu:
1) Rebleeding
• Angka mortalitas rebleeding yaitu 78%. Sehingga perlu dilakukan pencegahan melalui;
intervensi bedah berupa clipping atau intervensi neurovaskular dengan coiling.
• Secara umum, coiling lebih dipilih karena memiliki morbiditas yang lebih rendah
dibandingkan clipping. Akan tetapi, pemilihan terapi harus tetap mempertimbangkan lokasi
lesi, leher aneurisma, akses arteri, serta pertimbangan staf medis.

49
• Tindakan intervensi untuk pencegahan rebleeding direkomendasikan untuk dilakukan
dalam 72 jam sejak awitan gejala apabila pasien dalam kondisi baik.

2) Vasospasme
• Pemberian nimodipine diindikasikan pada semua pasien dengan perdarahan subarahnoid.
• Dosis oral adalah 6x60 mg/hari dalam 96 jam dan dilanjutkan hingga 21 hari.
• Dosis IV adalah 1 mg/jam drip untuk 2 jam pertama, apabila dapat ditoleransi dengan baik
dilanjutkan menjadi 2 mg/jam drip.
• Pemberian secara oral diketahui memiliki manfaat yang signifikan dibandingkan dengan
pemberian secara intravena.
• Terapi trombolisis menggunakan rTPA setelah clipping aneurisma dapat mengurangi risiko
vasospasme
• Infus vasodilator seperti penyekat kanal kalsium dapat diberikan untuk pembuluh darah
distal

3.9.Pencegahan
• Rutin memeriksa tekanan darah : Tingkat tekanan darah adalah faktor paling dominan pada
semua jenis stroke. Makin tinggi tekanan darah makin besar risiko terkena stroke. Jika tekanan
darah meningkat, segera konsultasikan dengan seorang dokter. Tekanan darah yang harus
diwaspadai adalah jika angka tertinggi di atas 135 dan angka terbawah adalah 85.
• Waspadai gangguan irama jantung (attrial fibrillation) : Detak jantung tidak wajar
menunjukkan perubahan fungsi yang mengakibatkan darah terkumpul dan menggumpal di
dalam jantung. Detak jantung yang mampu menggerakkan gumpalan darah sehingga masuk
pada aliran darah itu mengakibatkan stroke. Gangguan irama jantung dapat dideteksi dengan
menilai detak nadi.
• Berhenti merokok dan anti alcohol : Rokok dapat meningkatkan risiko stroke dua kali lipat.
Sebagaimana rokok, alkohol dapat meningkatkan risiko stroke dan penyakit lain seperti liver.
• Periksa kadar kolesterol dalam tubuh : Mengetahui tingkat kolesterol dapat meningkatkan
kewaspadaan stroke. Kolesterol tinggi mengarah pada risiko stroke. Jika kolesterol tinggi,
maka segeralah untuk menurunkannya dengan memilih makanan rendah kolesterol. Agar
kolesterol dalam tubuh tidak berlebihan, maka gantilah asupan lemak jenuh dengan asupan
asam lemak tak jenuh, seperti: omega 3, 6 dan 9.

50
• Kontrol kadar gula darah : Diabetes mampu meningkatkan risiko stroke. Jika Anda
penderita diabetes, konsultasilah dengan seorang dokter mengenai makanan dan minuman
yang bisa dikonsumsi untuk menurunkan gula darah.
• Olahraga teratur : Jalan cepat minimal 30 menit sehari bisa menurunkan risiko stroke. Anda
juga bisa melakukan olahraga renang, sepeda, dansa, golf, atau tenis. Pilih olahraga yang Anda
sukai dan lakukan secara teratur tiga kali seminggu.
• Konsumsi garam rendah sodium dan diet lemak : Kurangi konsumsi garam bersodium
tinggi. Sebaliknya konsumsilah buah, sayuran, dan gandum untuk mengurangi risiko stroke.
• Waspadai gangguan sirkulasi darah : Stroke berkaitan dengan jantung, pembuluh arteri dan
vena. Tiga bagian ini penting bagi sirkulasi darah ke seluruh tubuh, termasuk dan jantung ke
otak. Ketika terdapat tumpukan lemak yang menghambat aliran, maka risiko stroke meningkat.
Masalah ini dapat diobati. Operasi pula mampu mengatasi tumpukan lemak yang menghambat
pembuluh arteri.

3.10.Komplikasi

Menurut Arif dan Muhammad (2016), komplikasi stroke dibagi 3 kondisi, berdasarkan jangka
waktu pasien terkena stroke, yaitu :
a. Dini (0-48 Jam Pertama) Pada waktu dini, komplikasi yang dapat muncul adalah, Edema serebri
menyebabkan defisit neurologis cenderung memberat, dapat menyebabkan peningkatan TIK,
herniasi dan akhirnya menimbulkan kematian. Infark Miokard adalah penyebab kematian
mendadak pada stroke stadium awal.
b. Jangka Pendek (1-14 hari) Pada jangka waktu pendek dapat menimbulkan komplikasi yaitu,
Pneumonia akibat immobilisasi lama, Infark miokard, Emboli paru 11 cenderung terjadi pada 7-
14 hari pasca stroke, sering terjadi ketika penderita mulai mobilisasi, Stroke rekuren
c. Jangka Panjang (Lebih dari 14 hari) Pada jangka waktu panjang, komplikasi yang dapat muncul
adalah, stroke rekuren, infark miokard, gangguan vaskuler lain: penyakit vaskuler paru

3.11.Prognosis

Diperkirakan ada 500.000 penduduk yang terkena stroke. Dari jumlah tersebut :
a. 1/3 bisa pulih kembali
b. 1/3 mengalami gangguan fungsional ringan sampai sedang

51
c. 1/3 sisanya mengalami gangguan fungsional berat yang mengharuskan penderita terus-
menerus di kasur

Hanya 10-15% penderita stroke bisa kembali hidup normal seperti sedia kala, sisanya mengalami
cacat, sehingga banyak penderita stroke menjadi stres akibat kecacatan yang ditimbulkan setelah
diserang stroke.

4. Memahami dan Menjelaskan Kewajiban Suami dan Istri dalam Pandangan

Kewajiban suami di dalam perkawinan, di dalam kitab fikih Sunnah menyatakan:


1. Memberikan nafkah kepada istri
2. Berlaku adil terhadap semua istri bagi suami yang mempunyai istri lebih dari Satu

Kewajiban suami dapat dilihat juga dalam kompliasi hukum islam :


1. Suami adalah pembimbing terhadap isteri dan rumah tangganya, akan tetapi mengenai hal-hal
urusan rumah tangga yang penting-penting diputuskan oleh suami isteri bersama.
2. Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah
tangga sesuai dengan kemampuannya.
3. Suami wajib memberikan pendidikan agama kepada isterinya dan memberi kesempatan belajar
pengetahuan yang berguna dan bermanfaat bagi agama dan bangsa.

Kewajiban suami terhadap isterinya :


1. Suami wajib menyediakan tempat kediaman bagi isteri dan anak-anaknya, atau bekas isteri
yang masih iddah.
2. Tempat kediaman adalah tempat tinggal yang layak untuk isteri selama dalam ikatan
perkawinan, atau dalam iddah talak atau iddah wafat.
Tempat kediaman disediakan untuk melindungi isteri dan anak-anaknya dari gangguan pihak
lain, sehingga mereka merasa aman dan tenteram. Tempat kediaman juga berfungsi sebagai
tempat penyimpanan harta kekayaan, sebagai tempat menata dan mengatur alat-alat rumah
tangga.

Kewajiban istri dalam perkawinan:

52
1. Kewajiban utama bagi seorang isteri adalah berbakti lahir dan batin kepada suami di dalam
batas-batas yang dibenarkan oleh hukum Islam.
2. Isteri menyelenggarakan dan mengatur keperluan rumah tangga sehari-hari dengan sebaik-
baiknya.

Jika diuraikan secara lebih luas, maka kewajiban isteri dapat ditambahkan sebagai berikut, antara
lain:
1. Wajib taat kepada suami.
2. Wajib menetap di rumah suami.
3. Wajib mengasuh dan mendidik anak dengan baik. (Syukri & Nasution, 2015)

53
Daftar Pustaka

Agustina. E. (2009). Prevalensi Stroke Iskemik Pada Pasien Rawat Inap Di RSUP Fatmawati
Jakarta Selatan. Skripsi Sarjana Kedokteran. Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.

Aulya, F,R. (2010). Hubungan Diabetes Melitus dengan Kejadian Stroke Iskemik di RSUD DR.
Moewardi. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Bahar, A. and Wuysang, D. (2015) ‘Pemeriksaan fungsi saraf kranial bagian i’, Departemen
Neurologi Fk Unhas, pp. 0–27.

Drake, Richard., et al. 2012. Gray’s Basic Anatomy. Philadelphia: Elsevier.

Guyton, A. C., dan Hall, J. E. (2011). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi keduabelas. Amerika
Serikat : Elsevier Inc.

Kalanjati, V. (2020) ‘Belajar praktis Neuroanatomi’, Sintesa Book-Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS).


Jakarta: Badan Litbangkes DepKes RI. Tersedia di
https://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar.
Diperoleh dari https://www.kemkes.go.id/resources/download/info-terkini/hasil-riskesdas-
2018.pdf

Irdawati, (2009). Hubungan antara pengetahuan dan sikap keluarga dengan perilaku dalam
meningkatkan kapasitas fungsional pasien pasca stroke di wilayah kerja puskesmas kartasura.
Jurnal Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

54
Martono, Hadi. Strok Dan Penatalaksanaannya Oleh Internis. Dalam: Sudoyo A, setyohadi B, Alwi
I, Simadibrata M, Setiati S, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1 edisi 5. Jakarta:
InternaPublishing 2009: 892-897.

Minarti, M., dkk. (2015). Analisis faktor resiko pada pasien stroke rawat inap RSUD Banjar Baru.
PSIK FK UIN Indonesia.

Nastiti. (2012). Gambaran Faktor Risiko Kejadian Stroke pada Pasien Stroke Rawat Inap di Rumah
Sakit Krakatau Medika Tahun 2011. Jakarta: Universitas Indonesia.

Nasution. (2013). Stroke Non Hemoragik Pada Laki-Laki Usia 65 Tahun. Jurnal Medula, 1(3), 2–
7.

Schunke, M., Schulte E., Schumacher, U., Voll, M., dan Wesker, K. (2013). Atlas Anatomi
Manusia Prometheus : Kepala, Leher, dan Neuroanatomi. Edisi 3. Jakarta : EGC.

Splittgerber, R. (2019) Snells’s Clinical Neuroanatomy. 8th edn. Philadelphia: Wolters Kluwer.

Tanto, Chris., dkk. (2014). Kapita Selekta Kedokteran Ed.4 Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius.

55

Anda mungkin juga menyukai