KELUMPUHAN WAJAH
Perempuan berusia 50 tahun saat sedang berbelanja di pusat perbelanjaan tiba-tiba berbicara cadel
dan setelah diperhatikan oleh suaminya wajah pasien terlihat tidak simetris. Pasien juga mengeluh
anggota gerak sisi kiri lebih lemah dibanding kanan. Suami langsung membawa istrinya ke IGD
RS terdekat. Pemeriksaan tanda vital menunjukkan hipertensi. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
wajah tidak simetris. Sulkus nasolabialis kiri tampak mendatar, namun kerutan dahi simetris. Pada
saat menjulurkan lidah, mencong ke sisi kiri tanpa adanya atrofi papil dan fasikulasi. Terdapat
hemisparesis sinistra. Dokter mengatakan pasien mengalami stroke. Sebagai seorang suami, ia
berkewajiban untuk menyantuni dan merawat istrinya dengan baik sesuai dengan ajaran Islam.
1
Kata Sulit
1. Fasikulasi : Gerakan kedutan singkat dan ireguler yang terjadi di tengah otot
2. Stroke : Gangguan yang ditandai dengan pecahnya atau tersumbatnya
pembuluh darah di otak
3. Hemiparesis : Kekuatan otot yang berkurang atau melemah
4. Sulcus nasolabialis : Alur antara hidung dan bibir
Pertanyaan
1. Mengapa anggota gerak sebelah kiri lebih lemah dari sebelah kanan?
2. Apakah ada hubungan stroke dengan hipertensi?
3. Mengapa pasien tiba-tiba cadel dan wajahnya tidak simetris?
4. Adakah hubungan antara usia pasien dengan penyakit yang diderita?
5. Kenapa bisa terjadi fasikulasi?
6. Kenapa sulcus nasolabialis mendatar tapi kerutan di dahi simetris?
7. Apa saja faktor resiko stroke?
8. Tatalaksana awal pasien?
9. Apa kewajiban suami terhadap istri?
10. Apa yang mendasari dokter mendiagnosis stroke?
11. Apa pemeriksaan penunjang?
12. Apa jenis-jenis stroke?
Jawaban
1. Karena lesi terletak disebelah kanan maka berdampak pada anggota gerak sebelah kiri
2. Karena menjadi faktor resiko
3. Adanya lesi di n. XII yaitu nervus hypoglossus yang menyebabkan cadel dan lesi di n. VII
yaitu nervus fascialis yang menyebabkan wajah tidak simetris
4. Karena menjadi faktor resiko
5. Fasikulasi biasanya muncul pada bagian neuron motorik, pada scenario bagian yang
terkena lebih condong ke neuron sensoriknya, sehingga tidak muncul fasikulasi
6. Karena lesi mengenai segmen bawah n.fascialis
7. Hipertensi, penyakit jantung, usia, DM, rokok, dislipidemia
8. Airway, breathing, circulation, antihipertensi, antikoagulasi
9. Menafkahi istri dan anak, membimbing istri, merawat istri
10. Anamnesis : tiba-tiba cadel, wajah pasien tidak simetris, anggota gerak
kiri lebih lemah
Pemeriksaan fisik : hipertensi, sulcus nasolabialis mendatar tapi kerutan dahi
simetris, hemiparesis
Pemeriksaan penunjang : CT scan, angiografi, MRI
11. CT scan, MRI, angiografi, pemeriksaan lab (darah rutin)
12. Stroke iskemik, stroke hemorargik
2
Hipotesis
Stroke memiliki faktor resiko seperti hipertensi, penyakit jantung, usia, DM, rokok dan
dislipidemia dapat memicu gejala seperti anggota gerak sebelah kiri lebih lemah dari sebelah kanan
karena lesi terletak disebelah kanan maka berdampak pada anggota gerak sebelah kiri, cadel karena
lesi di n. XII yaitu nervus hypoglossus, wajah tidak simetris karena ada lesi di n. VII yaitu nervus
fascialis dan sulcus nasolabialis mendatar tapi kerutan di dahi simetris karena lesi mengenai
segmen bawah n.fascialis. Stroke terbagi menjadi stroke iskemik, stroke hemorargik. Dapat
didiagnosis dengan Anamnesis (tiba-tiba cadel, wajah pasien tidak simetris, anggota gerak kiri
lebih lemah), pemeriksaan fisik (hipertensi, sulcus nasolabialis mendatar tapi kerutan dahi
simetris, hemiparesis), pemeriksaan penunjang (CT scan, angiografi, MRI). Penanganan pasien
stroke di IGD dengan airway, breathing, circulation, antihipertensi, antikoagulasi. Dalam islam
kewajiban suami terhadap istri adalah menafkahi istri dan anak, membimbing istri, merawat istri.
3
Sasaran Belajar
LI 1.Mempelajari anatomi dan fisiologi nervus cranialis, capsula interna, jaras sensoris dan
vaskularisasi otak
LI 2. Mempelajari Stroke
LO 2.1 Memahami dan menjelaskan definisi stroke
LO 2.2 Memahami dan menjelaskan etiologi dan faktor resiko stroke
LO 2.3 Memahami dan menjelaskan epidemiologi stroke
LO 2.4 Memahami dan menjelaskan klasifikasi stroke
LO 2.5 Memahami dan menjelaskan patofisiologi stroke
LO 2.6 Memahami dan menjelaskan manifestasi klinis stroke
LO 2.7 Memahami dan menjelaskan diagnosis dan diagnosis banding stroke
LO 2.8 Memahami dan menjelaskan tatalaksana stroke
LO 2.9 Memahami dan menjelaskan komplikasi stroke
LO 2.10 Memahami dan menjelaskan prognosis stroke
LO 2.11 Memahami dan menjelaskan pencegahan stroke
LI 3. Memahami dan menjelaskan pemerikasaan fungsi motorik dan kelainan neurologis yang
timbul akibat gangguan fungsi motorik
LI 4. Mempelajari pandangan islam tentang kewajiban suami terhadap istri
4
LI 1.Mempelajari anatomi dan fisiologi nervus cranialis, capsula interna, jaras sensoris dan
vaskularisasi otak
Nomor Nama Jenis Fungsi
I Olfaktori Sensori Menerima rangsang dari hidung dan
menghantarkannya ke otak untuk diproses sebagai
sensasi bau
II Optik Sensori Menerima rangsang dari mata dan menghantarkannya
ke otak untuk diproses sebagai persepsi visual
III Okulomotor Motorik Menggerakkan sebagian besar otot mata
IV Troklear Motorik Menggerakkan beberapa otot mata
V Trigeminal Gabungan Sensori: Menerima rangsangan dari wajah untuk
diproses di otak sebagai sentuhan
Motorik: Menggerakkan rahang
VI Abdusen Motorik Abduksi mata
VII Fasial Gabungan Sensorik: Menerima rangsang dari bagian anterior
lidah untuk diproses di otak sebagai sensasi rasa
Motorik: Mengendalikan otot wajah untuk
menciptakan ekspresi wajah
VIII Vestibulokoklear Sensori Sensori sistem vestibular: Mengendalikan
keseimbangan
Sensori koklea: Menerima rangsang untuk diproses di
otak sebagai suara
IX Glosofaringeal Gabungan Sensori: Menerima rangsang dari bagian posterior
lidah untuk diproses di otak sebagai sensasi rasa
Motorik: Mengendalikan organ-organ dalam
X Vagus Gabungan Sensori: Menerima rangsang dari organ dalam
Motorik: Mengendalikan organ-organ dalam
XI Aksesori Motorik Mengendalikan pergerakan kepala
XII Hipoglosal Motorik Mengendalikan pergerakan lidah
5
N. X : N. Vagus
N. XI : N. Accessorius
N. XII : N. Hypoglossus Medula oblongata, Sulcus anterolateralis
6
Dalam perjalanannya serabut-serabut tersebut memisahkan diri sehingga serabut-serabut untuk
kuadran bawah melalui lobus parietal sedangkan untuk kuadaran atas melalui lobus temporal.
Akibat dari dekusasio serabut-serabut tersebut pada kiasma optikum serabut-serabut yang berasal
dari lapangan penglihatan kiri berakhir di lobus oksipital kanan dan sebaliknya.
7
SARAF ABDUSENS (N. VI)
Nukleus saraf abdusens terletak pada masing-masing sisi
pons bagian bawah dekat medula oblongata dan terletak
dibawah ventrikel ke empat saraf abdusens mempersarafi
otot rektus lateralis.
8
utrikulus dan kanalis semisirkularis dan bergabung dengan serabut-serabut auditorik di dalam
kanalis fasialis. Serabut-serabut ini kemudian memasuki pons, serabut vestibutor berjalan
menyebar melewati batang dan serebelum.
9
SARAF HIPOGLOSUS (N. XII)
Nukleus saraf hipoglosus terletak pada medula oblongata pada
setiap sisi garis tengah dan depan ventrikel ke empat dimana semua
menghasilkan trigonum hipoglosus. Saraf hipoglosus merupakan
saraf motorik untuk lidah dan mempersarafi otot lidah yaitu otot
stiloglosus, hipoglosus dan genioglosus.
VASKULARISASI OTAK
Pembuluh Nadi
Darah mengalir ke otak melalui dua arteri carotis dan dua arteri vertebralis :
Arteri Carotis Interna
Arteri carotis interna, setelah memisahkan diri dari arteri carotis comunis, naik dan masuk ke
rongga tengkorak melalui canalis carotikus os.temporalis, berjalan dalam sinus cavernosus
menembus duramater dan muncul di medial processus clinoideus setelah itu menembus
arachnoidea untuk berada di dalam subarachnoidea ,kemudian membelok ke belakang dekat area
perforata ujung media sulcus laterali Sylvii, akhirnya bercabang dua : arteri cerebri anterior dan
arteri cerebri media :
1. A.Ophtalmica
a. Jalan : muncul dari sinus cavernosus memasuki canalis opticus lateralis
b. Supply : bola mata serta alat-alat orbita lain,bagian frontal scalp,sinus ethmoidalis
et frontalis,dorsum nasi
2. A.Comunicans Posterior
a. Jalan: dibelaca N.III beranastomosis dg A.cerebri posterior membentuk circulus
Wilisi
3. A.Chorioidea
a. Jalan: belakang tractus opticusmasuk cornu inferior ventriculus lateralispleus
choroideus
b. Supply: crus cerebri,corpus geniculatum laterale,tractus opticus,capsula interna
4. A.Cerebri anterior
a. Jalan: di depan medial N.II fisura longitudinalis superiorke belakang diatas
corpus callosum beranastomisis A.cerebri posterior
b. Cabang: Rr.Corticales dan Rr.Centrales
c. Supply : memberikan vaskularisasi pada korteks frontalis, parietalis bagian tengah,
corpus calosum dan nukleus caudatus
5. A.Cerebri Media
a. Jalan: lateral di sulcus lateralis Sylvii
b. Cabang : Rr.corticales dan Rr.Centrales
c. Supply: vaskularisasi pada korteks lobus frontalis, parietalis dan temporalis
10
A. Vertebralis
Sistem vertebral dibentuk oleh arteri vertebralis kanan dan kiri yang berpangkal di arteri
subclavia, menuju dasar tengkorak melalui canalis transversalis di kolumna vertebralis cervikalis
II s/d VI, masuk rongga kranium melalui foramen magnum,menembus duramater dan
arachnoideamater ke cavum subarachnoid lalu mempercabangkan masing-masing sepasang arteri
cerebelli inferior. Pada batas medulla oblongata dan pons, keduanya bersatu menjadi arteri
basilaris dan setelah mengeluarkan 3 kelompok cabang arteri, pada tingkat mesencephalon, arteri
basilaris berakhir sebagai sepasang cabang arteri cerebri posterior.
1. Rr.Meningea
a. Supply:tulang dan duramater di didalam fossa cranii posterior
2. A.Spinalis Posterior
a. Supply: bagian belakang medula spinalis dan alat sekitarnya
3. A.Spinalis anterior
a. Supply : bagian depan medula spinalis dan alat sekitarnya
4. A. Cerebellaris Posteroinferior
a. Supply: dataran bawah vermis,nuclei centralis cerebelli dataran bawah
hemisphaerum cerebelli,medula oblongata dan plexus choroideus ventriculus
quartus
5. Aa.Medulares
a. Supply: medula oblongata
A. Basilaris
Terbentuk dari Aa.vertebralis kiri dan kanan naik keats di sulcus mediana pons pada
akhirnya bercabang jadi Aa.Cerebri Posterior
1. Aa.Pontin
a. Supply: Pons
2. A.Labyrinthis
a. Supply: meatus acusticus dan alat dalamnya
3. A. Cerbelaris inferior anterior
a. Supply: bagian bawah dan depan pons dan bagian atas medula oblongata
4. A. Cerebelaris superior
a. Supply: bagian atas cerebellum,pons,corpus pinelalis dan velum medulare superior
5. A. Cerebri Posterior
a. Cabang: Rr.corticales,rr.centrales,R.chorioidea
11
6. Cerebellum (a.cerbelaris supeior,anteroinferior dan posteroinferior)
Pembuluh Balik
Ada 2 kelompok pembuluh balik :
1. Vv.cerebrales superficialis (v.cerebri externa)
2. Vv.cerebrales profunda (v.cerebri interna)
Cabang v.cerebri externa : v.cerebri superior, v.cerebri media, v.cerebri anterior dan
v.basilaris v. cerebri externa terdapat dirongga subarachnoid.
Cabang v.cerebri interna : v. terminalis & v. choroidea v. terminalis & v. choroidea
bergabung membentuk v. cerebri magna.
CAPSULA INTERNA
Letak:
Merupakan berkas serabut saraf berbentuk pita lebar substansi alba yang memisahkan nukleus
lenticularis dengan nucleus caudatus dan thalamus. Mengandung serabut saraf penghubung bolak-
balik antara cortex cerebri dengan thalamus dan medula spinalis
Bentuk:
Membentuk huruf V dengan titik sudut yang disebt genu,mengahadap ke medial dan kaki-kakinya
disebut crus anterior dan crus posterior
12
a. Letak : antara thalamus dengan nuclei lenticularis,terdapat
Pars lenticulothalamicus (tractus corticobulbaris,corticospinalis dan
corticorubralis)
Pars retrolenticularis (radiatio thalamicus posterior)
Pars sublenticularis (tractus temporopontin,geniculocalcarina dan radiatio
auditorius)
JARAS SENSORIK OTAK
Fungsi : membawa informasi sensorik (exteroseptif dan proprioseptif) dari receptor ke pusat
sensorik sadar di otak.
13
Serabut yang turun
Sesudah memasuki satu atau dua segment medulla spinalis membentuk Tractus Posterolateral
(Lissaueri). Dia segera bersinapsis dengan neuron orde kedua yang terletak pada kelompok sel
substansia gelatinosa pada cornu posterius.
Serabut saraf tsb.jalan melalui 1 & 2 segment medulla spinalis untuk membentuk tractus
posterolateral (LISSAUERI). Kemudian dia akan bersinapsis pada neuron orde kedua yang
terletak pada substansia gelatinosa cornu posterius substansia grissea.
Axon dari neuron orde kedua jalan menyilang garis tengah untuk berada pada sisi kontralateral
pada commissura anterior substansia alba dan grissea untuk kemuadian naik ke atas pada bagian
anterolateral substansia alba sebagai tractus spinothalamicus anterior.
Sebagaimana halnya dengan tractus spinothalamicus lateralis, serabut saraf juga bertambah dari
caudal ke cranial. Disini juga di bagian cervical serabut saraf sacralis terletak lebih ke lateral dan
berasal dari cervical lebih ke medial.
●Cabang naik
Serabut sarafnya lebih panjang dan sebagian akan bersinaps dengan neuron orde kedua pada
cornu posterius dan anterius substansia grissea. Hubungan ini berperan dalam reflex
15
intersegmental. Sebagian besar serabut saraf yang naik berjalan dalam columna posterius
substansia alba sebagai:
●Fasciculus Gracilis
Dapat ditemukan sepanjang segmen medulla spinalis lumbalis, dan 6 segmen bawah
thoracal
●Fasciculus Cuneatus
Terletak lateralis dari fasciculus gracilis, dan mengandung serabut saraf dari segmen
medulla spinalis 6 buah bagian atas thoracal dan semua segmen cervical.
16
Fungsi: membawa informasi dari otot sadar dan sendi, terutama dari receptor Muscle spindle dan
receptor yang ada di tendo, ligamentum dan capsula articulare dari tubuh dan anggota badan
3.tractus cuneocerebellaris
Pusat:nulceus cuneatus
Jalan: memasuki pedunculus cerebelli inferior menuju cortex cerebelli sisi yang sama, sebagai
fibra arcuata externa posterius
Fungsi: meneruskan informasi dari muscle spindle dan tendo ke cerebellum
Axon neuron orde kedua jalan menyilang garis tengah kemudian naik ke atas pada anterolateral
substansia alba sebagai tractus spinotectalis.
Fungsi: membawa informasi untuk reflex spinovisual dan akan menimbulkan gerakan bola mata
dan kepala yang menunjuk ke arah datangnya sumber stimuli
2. tractus spinoreticularis
17
Jalan dalam medulla spinalis:
Axon neuron orde pertama (ganglion spinale) memasuki cormu posterius dan bersinapsis
dengan neuron orde kedua yan letaknya pada cornu posterius tidak jelas.
Axon dari neuron orde kedua naik ke atas pada sisi lateral substansia alba pada sisi yang sama
dan bercampur dengan tractus spinothalamicus
3.Tractus spinoolivarius
Jalan dalam medulla spinalis:
Axon neuron orde pertama (ganglion spinale) memasuki cormu posterius dan bersinapsis
dengan neuron orde kedua yan letaknya pada cornu posterius tidak jelas.
Axon neuron orde kedua jalan menyilang garis tengah kemudian naik ke atas antara cornu
anterius dengan cornu latelare substansia alba sebagai tractus spinoolivarius.
Axon neuron orde kedua diduga bergabung dengan tractus spinothalamicus untuk berakhir
pada neuron orde ketiga: Nuclei posterolateral dari kelompok ventral thalami (bagian dari
kelompok nuclei lateralis thalamus).
Axon neuron orde ketiga diduga pergi ke gyrus postcentralis (area Brodmann 3,2,1).
Fungsi: informasi pressoreceptor dari tunica mucosa rectum dan vesica urinaria untuk
keperluan defaecatio dan mixtio
18
Ada dua alasan kenapa jalan motorik ini disebut sebagai systema pyramidalis:
1. Karena dia berasal dari sel pyramid (lapis ketiga) cortex cerebri khususnya dari area Brodmann
4
2.Karena pada medulla oblongata, jalan motorik tsb menimbulkan benjolan di bagian depan
medulla oblongata yang disebut sebagai : pyramid
Tractus corticospinalis berakhir pada cornu anterior medulla spinalis
▶Systema Extrapyramidalis
Semua jalan motorik selain tractus corticospinalis :
1.) yang datang dari batang otak menuju medulla spinalis:
Tractus reticulospinalis
Tractus tectospinalis
Tractus rubrospinalis
Tractus vestibulospinalis
Tractus olivospinalis
2.) yang datang dari cortex cerebri menuju batang otak disebut sebagai tractus
corticobulbaris:
Tractus corticostriata
Tractus corticothalamicus
Tractus corticohypothalamicus
Tractus corticonigra
Serabut serabut yang berasal dari area Brodmann 4 dan 6 tapi khusus menuju ke :
Tegmentum,Nuclei pontis, Nucleus olivarius inferius
19
Sebagian kecil serabut penghubung dari neuron orde pertama bersinapsis langsung
dengan neuron orde ketiga yang penting dalam fungsi arcus reflex.
Fungsi: menerima perintah dari pusat supraspinal dan neuron orde kedua yang terletak pada
columna anterius substansia grissea medulla spinalis dan setelah bersinapsis pada neuron pusat
spinal, perintah tadi diteruskan ke efektor : otot skelet
Pusat yang mengontrol otot muka terletak di sebelah bawah, sedang yang mengontrol otot anggota
bawah justru terletak di bagian atas dari dataran medial hemisphaerum cerebri.
Jalan:
Dalam hemisphaerum cerebri:
Mula-mula turun memasuki corona radiata, kemudian memasuki crus posterius capsula interna
yang serabutnya tersusun sbb.:
Serabut yang dekat genu akan mensarafi otot bagian atas leher
Serabut yang terletak lebih kebelakang akan mensarafi otot badan bawah
Dalam mesencephalon:
Dia berjalan pada 3/5 tengah crus cerebri mesencephalon dengan susunan sbb.:
Yang mensarafi bagian atas leher terletak di sebelah medial
Yang mensarafi otot kaki terletak di sebelah lateral
Dalam Pons:
Disini tractus akan terpecah dalam beberapa berkas saraf oleh Fibra pontocerebellaris transversa
20
garis tengah dan akan berakhir pada neuron orde kedua pada columna anterius segmen
medulla spinalis cervicalis dan bagian atas thoracal. Axon dari neuron orde kedua akan
bersinapsis dengan neuron orde ketiga yang juga ada di columna anterius.
Fungsi:
Umum: Bersama-sama dengan tractus lainnya mengantarkan perintah untuk
menggerakkan otot seran lintang (otot sadar)
Khusus: untuk jalan motorik yang berkaitan dengan ketepatan, ketrampilan
terutama gerakan ujung-ujung anggota badan
Yang termasuk systema extrapyramidalis:
Datang dari Batang Otak menuju Medulla Spinalis
1. Tractus reticulospinalis
Asal : Formatio reticulare yang terletak sepanjang mes-encephalon, pons dan medulla
oblongata (neuron orde pertama).
Jalan :
Dari neuron yang ada di pons, dikirmkan axon lurus kebawah : traktus
reticulospinlis pontinus
Dari neuron di medulla oblongata, menyilang garis tengah baru turun ke medulla
spinalis : traktus reticulospinalis medulla spinalis
Tujuan : cornu anterius medulla spinalis (pusat spinal: neuron orde kedua dan ketiga)
Fungsi : mengontrol neuron orde kedua dan ketiga dalam bentuk fasilitasi dan inhibisi
kontraksi otot skelet berkaitan dengan fungsi kseimbangan tubuh.
2. Tractus Tectospinalis
Asal : colliculus superior mes-encephalon (neuron orde pertama)
21
Jalan : menyilang garis tengah dan turun melalui pons, medulla oblongata. Jalannya
dekat sekali dengan fasciculus longitudinale medialis
Tujuan : cornu anterius medulla spinalis (pusat spinal) dan bersinaps dengan neuron orde
kedua dan ketiga
Fungsi :
1) terjadinya reflex pupilodilatasi sbg. respon kalau lagi berada dalam ruang gelap
2) terjadinya reflex gerakan tubuh sbg. respon terhadap ransang penglihatan
3. Tractus Rubrospinalis
Asal : nucleus ruber (neuron orde pertama) pada tegmentum mes-encephalon setinggi
coliculus superior.
Jalan : axon neuron orde pertama menyilang garis tengah turun kebawah melewati pns,
medulla oblongata menuju cornu anterior meulla spinalis subt. grisea (pusat
spinal)
Fungsi : memacu kontraksi otot fleksor dan menghambat kontraksi otot ekstensor
berkaitan dengan fungsi keseimbangan tubuh
22
4. Tractus vestibulospinalis
Asal : nuclei vestibularis = neuron orde pertama (dalam pons dan med. oblongata),
menerima akson dari auris interna melalui N.vestibularis dan cerebelum
Tujuan : cornu anterius medulla spinalis (pusat spinal)
Fungsi: memacu kontraksi otot ekstensor dan menghambat kontraksi otot fleksor
berkaitan dengan fungsi keseimbangan tubuh
5. Tractus olivospinalis
Asal : nucleus olivarius inferius (neuron orde pertama), menerima axon dari : cortex
cerebrii, corpus striatum, nuceu ruber
Tujuan : cornu anterius med. spinalis (pusat spinal)
Fungsi : mempengaruhi kontraksi otot skelet berkaitan dengan fungsi keseimbangan
tubuh
23
Datang dari Cortex Cerebri menuju Batang Otak
a. Tractus Corticothalamus
Asal : area brodmann 10, 11, 12
Tujuan : nucleus medialis thalami
Asal : area brodmann 9 dan 11
Tujuan : nuclei septi thalami
Asal : area brodmann 9
Tujuan : nucleus medialis et lateralis thalami
Asal : area brodmann 6
Tujuan : nuclei septi thalami, nucleus medualis et lateralis thalami
Asal : area brodmann 4
Tujuan : nuclei lateralis thalami
b. Tractus corticohypothalamicus
Asal : cortec hypocampi
Tujuan : hypothalamus
c. Tractus corticosubthalamicus
Asal : area brodman 6
Tujuan : subthalamus
d. Tractus Corticonigra
Asal : area brodmann 4, 6 dan 8
Tujuan : substantia nigra
e. Tractus yang berasal dari area brodmann 4 dan 6
Tujuan : tegmentum (mes-encephalon), nuclei pontis (pons), nucleus olivarius inferius (medulla
oblongata)
LI 2. Mempelajari Stroke
LO 2.1 Memahami dan menjelaskan definisi stroke
Stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal atau
global, dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih atau menyebabkan
kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler (WHO).
Stroke adalah suatu gangguan neurologis akut, yang disebabkan oleh karena gangguan peredaran
darah ke otak, dimana timbul mendadak (dalam hitungan detik) atau secara cepat (dalam hitungan
jam) timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal otak yang terganggu.
24
arterial kronik. Perdarahan intraserebral akibat dari aneurisma kongenital,
arteriovenosa atau kelainan vaskular lainnya, trauma, aneurisma mycotic, infark
otak (infark hemoragik), primer atau metastasis tumor otak, antikoagulasi
berlebihan, dyscrasia darah, perdarahan atau gangguan vasculitic jarang terjadi.
2) Perdarahan ekstra serebral (subarakhnoid)
Stroke hemorage subaraknoid sering disebabkan oleh kelainan arteri yang berada
di pangkal otak, yang dinamakan aneurisma serebral. Perdarahan subarachnoid
secara spontan sering berkaitan dengan pecahnya aneurisma (85%), kerusakan
dinding arteri pada otak.
b. Stroke non-hemoragik (stroke iskemik, infark otak, penyumbatan)
Stroke iskemik dapat dikarenakan oleh pembentukan trombus lokal atau fenomena
embolic, mengakibatkan oklusi dari arteri otak. Aterosklerosis, terutama dari vaskular
serebral, merupakan faktor penyebab pada kebanyakan kasus stroke iskemik. Emboli
kardiogenik dianggap telah terjadi jika pasien bersamaan menderita fibrilasi atrium,
penyakit jantung katup, atau berbagai kondisi lain dari jantung yang dapat menyebabkan
pembentukan gumpalan. Membedakan antara emboli kardiogenik dan penyebab lain dari
stroke iskemik adalah penting dalam menentukan jangka panjang farmakoterapi pada
pasien yang diberikan (Dipiro, 2005).
25
FAKTOR RESIKO
Pola hidup yang tidak baik tersebut dapat menyebabkan masalah kesehatan. Faktor
potensial kejadian stroke dibedakan menjadi 2 kategori besar yakni:
1. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
Usia
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa semakin tua usia, semakin besar pula
risiko terkena stroke. Hal ini berkaitan dengan adanya proses degenerasi (penuan) yang
terjadi secara alamiah dan pada umumnya pada orang lanjut usia, pembuluh darahnya
lebih kaku oleh sebab adanya plak (atherosklerosis).
Jenis kelamin
Laki-laki memiliki risiko lebih besar untuk terkena stroke dibandingkan dengan
perempuan. Hal ini diduga terkait bahwa laki-laki cenderung merokok. Rokok itu
sendiri ternyata dapat merusak lapisan dari pembuluh darah tubuh yang dapat
mengganggu aliran darah.
Herediter
Orang dengan riwayat stroke pada kelurga, memiliki risiko yang lebih besar untuk
terkena stroke dibandingkan dengan orang tanpa riwayat stroke pada keluarganya.
Ras/etnik
Dari berbagai penelitian ditemukan bahwa ras kulit putih memiliki peluang lebih besar
untuk terkena stroke dibandingkan dengan ras kulit hitam.
26
Hal tersebut terkait dengan tingginya kadar lemak dan kolesterol dalam darah pada orang
dengan obesitas, dimana biasanya kadar LDL lebih tinggi dibandingkan dengan kadar
HDLnya.
Merokok
Berdasarkan penelitian didapatkan, bahwa orang-orang yang merokok ternyata memiliki
kadar fibrinogen darah yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak merokok.
Peningkatan kadar fibrinogen ini dapat mempermudah terjadinya penebalan pembuluh
darah sehingga pembuluh darah menjadi sempit dan kaku dengan demikian dapat
menyebabkan gangguan aliran darah.
Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Hampir
70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi.
Stroke hemoragik ada 2 jenis, yaitu:
1. Hemoragik Intraserebral : pendarahan yang terjadi didalam jaringan otak.
2. Hemoragik Subaraknoid : pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid
(ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak).
27
PERBEDAAN STROKE HEMORAGIK DAN STROKE NON-HEMORAGIK
28
Tahap 2 : a. Eksitoksisitas dan kegagalan homeostasis ion
b. Spreading depression
Tahap 3 : Inflamasi
Tahap 4 : Apoptosis
Proses patofisiologi pada cedera SSP akut sangat kompleks dan melibatkan permeabilitas
patologis dari sawar darah otak, kegagalan energi, hilangnya homeostasis ion sel, asidosis,
peningkatan kalsium ekstraseluler, eksitotoksisitas dan toksisitas yang diperantarai oleh radikal
bebas. (Sherki dkk,2002)
29
Patofisiologi Stroke Hemoragik
Penghentian total aliran darah ke otak menyebabkan hilangnya kesadaran dalam waktu 15-20 detik
dan kerusakan otak yang irreversibel terjadi setelah tujuh hingga sepuluh menit. Penyumbatan
pada satu arteri menyebabkan gangguan di area otak yang terbatas (stroke). Mekanisme dasar
kerusakan ini adalah selalu defisiensi energi yang disebabkan oleh iskemia. Perdarahan juga
menyebabkan iskemia dengan menekan pembuluh darah di sekitarnya.
Dengan menambah Na+/K+-ATPase, defisiensi energi menyebabkan penimbunan Na+ dan Ca2+ di
dalam sel, serta meningkatkan konsentrasi K+ ekstrasel sehingga menimbulkan depolarisasi.
Depolarisasi menyebabkan penimbunan Cl- di dalam sel, pembengkakan sel, dan kematian sel.
Depolarisasi juga meningkatkan pelepasan glutamat, yang mempercepat kematian sel melalui
masuknya Na+ dan Ca2+.
Pembengkakan sel, pelepasan mediator vasokonstriktor, dan penyumbatan lumen pembuluh darah
oleh granulosit kadang-kadang mencegah reperfusi, meskipun pada kenyataannya penyebab
primernya telah dihilangkan. Kematian sel menyebabkan inflamasi, yang juga merusak sel di tepi
area iskemik (penumbra). Gejala ditentukan oleh tempat perfusi yang terganggu, yakni daerah
yang disuplai oleh pembuluh darah tersebut.
Penyumbatan pada arteri serebri media yang sering terjadi menyebabkan kelemahan otot dan
spastisitas kontralateral, serta defisit sensorik (hemianestesia) akibat kerusakan girus lateral
presentralis dan postsentralis. Akibat selanjutnya adalah deviasi okular, hemianopsia, gangguan
bicara motorik dan sensorik, gangguan persepsi spasial, apraksia, dan hemineglect.8
Penyumbatan arteri serebri anterior menyebabkan hemiparesis dan defisit sensorik kontralateral,
kesulitan berbicara serta apraksia pada lengan kiri jika korpus kalosum anterior dan hubungan dari
hemisfer dominan ke korteks motorik kanan terganggu. Penyumbatan bilateral pada arteri serebri
anterior menyebabkan apatis karena kerusakan dari sistem limbik.8
Penyumbatan arteri serebri posterior menyebabkan hemianopsia kontralateral parsial dan kebutaan
pada penyumbatan bilateral. Selain itu, akan terjadi kehilangan memori.
Penyumbatan arteri karotis atau basilaris dapat menyebabkan defisit di daerah yang disuplai oleh
arteri serebri media dan anterior. Jika arteri koroid anterior tersumbat, ganglia basalis
(hipokinesia), kapsula interna (hemiparesis), dan traktus optikus (hemianopsia) akan terkena.
Penyumbatan pada cabang arteri komunikans posterior di talamus terutama akan menyebabkan
defisit sensorik.
Penyumbatan total arteri basilaris menyebabkan paralisis semua eksteremitas dan otot-otot mata
serta koma. Penyumbatan pada cabang arteri basilaris dapat menyebabkan infark pada serebelum,
mesensefalon, pons, dan medula oblongata. Efek yang ditimbulkan tergantung dari lokasi
kerusakan:8
Pusing, nistagmus, hemiataksia (serebelum dan jaras aferennya, saraf vestibular).
Penyakit Parkinson (substansia nigra), hemiplegia kontralateral dan tetraplegia (traktus
piramidal).
Hilangnya sensasi nyeri dan suhu (hipestesia atau anastesia) di bagian wajah ipsilateral dan
ekstremitas kontralateral (saraf trigeminus [V] dan traktus spinotalamikus).
30
Hipakusis (hipestesia auditorik; saraf koklearis), ageusis (saraf traktus salivarus), singultus
(formasio retikularis).
Ptosis, miosis, dan anhidrosis fasial ipsilateral (sindrom Horner, pada kehilangan
persarafan simpatis).
Paralisis palatum molle dan takikardia (saraf vagus [X]). Paralisis otot lidah (saraf
hipoglosus [XII]), mulut yang jatuh (saraf fasial [VII]), strabismus (saraf okulomotorik
[III], saraf abdusens [V]).
Paralisis pseudobulbar dengan paralisis otot secara menyeluruh (namun kesadaran tetap
dipertahankan).
31
LO 2.6 Memahami dan menjelaskan manifestasi klinis stroke
Berdasarkan lokasinya di tubuh, gejala-gejala stroke terbagi menjadi berikut:
1. Bagian sistem saraf pusat
Kelemahan otot (hemiplegia), kaku, menurunnya fungsi sensorik
2. Batang otak, dimana terdapat 12 saraf cranial
menurun kemampuan membau, mengecap, mendengar, dan melihat parsial atau
keseluruhan, refleks menurun, ekspresi wajah terganggu, pernafasan dan detak jantung
terganggu, lidah lemah.
3. Cerebral cortex
aphasia, apraxia, daya ingat menurun, hemineglect, kebingungan.
Jika tanda-tanda dan gejala tersebut hilang dalam waktu 24 jam, dinyatakan sebagai Transient
Ischemic Attack (TIA), dimana merupakan serangan kecil atau serangan awal stroke.
Stroke-stroke kecil mungkin tidak menyebabkan gejala-gejala apa saja, namun tetap dapat
merusak jaringan otak. Stroke-stroke ini yang tidak menyebabkan gejala-gejala dirujuk sebagai
silent strokes. Menurut the U.S. National Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS),
ini adalah lima tanda-tanda utama dari stroke:
1. Kematian rasa (kekebasan) atau kelemahan-kelemahan yang mendadak dari muka, tangan
atau kaki, terutama pada satu sisi dari tubuh. Kehilangan dari gerakan sukarela (voluntary
movement) dan/atau sensasi mungkin adalah sepenuhnya atau sebagian. Mungkin juga ada
suatu sensasi kegelian (kesemutan) yang berkaitan pada area yang terpengaruh.
2. Kebingungan atau kesulitan berbicara atau mengerti yang mendadak. Adakalanya
kelemahan pada otot-otot muka dapat menyebabkan pengeluaran air liur.
3. Kesulitan melihat yang mendadak pada satu atau kedua mata
4. Kesulitan berjalan, kepeningan, kehilangan keseimbangan atau koordinasi yang mendadak.
5. Sakit kepala yang parah yang mendadak dengan penyebab yang tidak diketahui
o Pemeriksaan fisik
Pertama pemeriksaan ketangkasan gerak. Pada penderita stroke pasti terjadi gangguan
ketangkasan gerak. Namun, kita perlu membedakan dengan gangguan ketangkasan akibat lesi
pada serebelum. Pada penderita stoke gangguan ketangkasan gerak akan disertai gangguan
upper motoneuron yang berupa :
- Tonus otot pada sisi yang lumpuh meninggi.
- Refleks tendon meningkat pada sisi yang lumpuh.
32
- Refleks patologik positif (misal refleks Babinski, Chaddocck dan Oppenheim pada sisi
yang lumpuh.
Jika lesi pada serebelum maka gangguan ketangkasan tidak disertai gangguan upper motoneuron.
Kedua diagnosa klinis stroke. Pada penderita stroke, terjadi kerusakan pada beberapa atau salah
satu arteri yang ada di otak. Kerusakan salah satu arteri akan menimbulkan gejala yang berbeda-
beda sebagaimana yang telah dijelaskan ada patofisiologi stroke
o pemeriksaan laboratorium & Penunjang
o CT SCAN atau MRI
- CT SCAN
CT telah merevolusi diagnosis dan penanganan stroke. Pemeriksaan CT membantu
kita membedakan stroke iskemik dari stroke hemoragik. Dengan CT kita dapat
menentukan lokalisasi infark, pendarahan, dan menyingkirkan penyebab lain seperti
tumor, hematoma subdural yang dapat menyerupai gejala infark atau pendarahan di
otak. Pemeriksaan CT dengan kontras dapat menditeksi malformasi vaskuler dan
aneurisma. Gambaran dari potongan CT scan kepala memperlihatkan dengan jelas
kelainan- kelainan organ kepala dan ekstensinya. Beberapa garis penting yang
diketahui adalah:
Orbitomeatal line (OM line)
Anthropological base line(German plane)
Reid base line (infraorbito meatal line)
Supraorbitomeatal line(SM line)
Potongan lain yang dipergunakan adalah coronal section yang sejajar dengan
submentovertex line. Pemberian zat kontras untuk melihat adanya enchancement
dipergunakan untuk menilai pembuluh darah, meningen, parenkim, otak.
♥ CT scanner yg ada dipakai 2 tipe: Head CT scan& Whole body CT scan
♥ Gambaran CT scan pada kelainan intracranial:
Densitas lesi dibagi atas pada window level normal
High density ( hiperdens ), bila densitas lesi lebih tinggi dari pada jaringan
sekitarnya
Isodensity ( Isodens ), bila densitas lesi sama dengan jaringan sekitar
Low density ( hipodens ) memperlihatkan gambaran CT scan dengan nilai
absorbs rendah seperti pada infark
33
Pada stadium kronis hematom menjadi hipodens yang berbatas tegas
karena hematomnya telah diserap.
Infark serebri
Disebabkan oleh oklusi pembuluh darah serebral , hingga terbentuk
nekrosis iskemik jaringan otak, penyebabnya terbagi atas trombosis dan
emboli. Pada stadium awal sampai 6 jam sesudah onset tak tampak
kelainan pada CT scan. Baru tampak terlihat sesudah 4 hari , area
hipodens
Aneurisma
Malformasi arteriovenosus
Trauma kepala
Anomaly
Penyakit infeksi
Atrofi serebral atau penyakit – penyakit degenerative
- MRI
MRI Mempunyai banyak keunggulan dibandingkan CT dalam mengevaluasi stroke.
Ia lebih sensitive mediteksi infark, terutama di batang otak dan serebelum. Pada tiap
pasien dengan stroke atau TIA seharusnya dilakukan pemeriksaan CT atau MRI. Mri
mempunyai keunggulan bagi pasien dengan iskemia vertebrobasiler atau infark yang
kecil yang letaknya dalam.
DIAGNOSIS BANDING
Bell’s Palsy adalah suatu bentuk kelumpuhan di daerah wajah yang disebabkan oleh disfungsi
nervus facialis, sehingga penderita tidak dapat mengontrol otot-otot wajah di sisi yang
terpengaruh.
Etiologi sebenarnya dari Bell’s palsy masih belum diketahui, namun penyakit ini kemungkinan
disebabkan oleh infeksi virus pada ganglion geniculata dan pada beberapa kasus terhadap aktivasi
dari infeksi herpes simpleks laten.
34
Perubahan patologis terdiri dari inflamasi dan edema nervus facialis pada canalis facialis. Hal
tersebut menyebabkan peningkatan tekanan pada nervus, yang mengakibatkan kelumuhan yang
diikuti dengan degenerasi akson wallerian
Tanda dan gejala Bell’s palsy datang secara tiba-tiba, dan mungkin meliputi :
Kelemahan ringan hingga kelumpuhan total pada satu sisi wajah yang terjadi dalam
beberapa jam hingga hari sehingga sulit untuk tersenyum atau menutup mata pada sisi yang
terkena
Wajah terkulai dan kesulitan membuat ekspresi wajah
Sakit di sekitar rahang atau di belakang telinga pada sisi yang terkena
Peningkatan sensitivitas untuk suara pada sisi yang terkena
Sakit kepala
Penurunan kemampuan untuk mencicipi
Perubahan jumlah air mata dan air liur yang di hasilkan
Dalam beberapa, Bell’s palsy dapat mempengaruhi saraf di kedua sisi wajah
35
Taste lost pada 2/3 anterior Hunt syndrome,
tubuh sarcoidosis, Guillan-
Barre syndrome
Lumpuh wajah total DM
Kelainan sekresi saliva Cholesteatoma, tumor
Antara ganglion geniculata dan
b Taste lost pada 2/3 anterior epidermoid tulang
asal nervus – stapedius
lidah temporal, tumor
Hiperacusis kelenjar parotid,
Lumpuh wajah total deposit leukemik di
Antara asal nervus – stapedius Kelainan sekresi saliva canalis fascialis
c
dan asal chorda tympani Taste lost pada 2/3 anterior
lidah
d Distal ke arah chorda tympani Lumpuh wajah total
Perawatan suportif
Pelihara oksigenasi jaringan secara adekuat; membutuhkan bantuan saluran napas dan
ventilasi. Cek aspirasi pneumonia yang mungkin terjadi.
Tekanan darah; pada kebanyakan kasus, tekanan darah tidak boleh diturunkan secara cepat.
Jika terlalu tinggi, menurunkan tekanan darah secara berhati-hati, karena status neurologis
dapat bertambah buruk ketika tekanan darah diturunkan.
36
Status volume darah; koreksi hipovolemia dan elektrolit-elektrolit tetap pada batas normal.
Demam; harus dicari sumber dari demam dan diturunkan dengan anti piretik yang sesuai.
Hypoglycemia/dan atau hyperglycemia; harus dijaga dengan kontrol yang ketat.
Hiperglikemia dapat bertambah buruk pada cedera iskemik.
Profilaksis DVT; stroke dengan pasien yang mempunyai risiko tinggi untuk DVT. Penting
untuk menggunakan heparin subcutan 5,000 IU q. 8 atau 12 jam atau subkutan enoksaparin
30 mg q. 12 jam pada ambulasi awal.
37
Perdarahan subaraknoid
o Nimodipin digunakan untuk mencegah vasospasme.
o Tindakan operasi dapat dilakukan pada perdarahan subaraknoid stadium I dan II akibat
pecahnya aneurisma sakular berry dan adanya komplikasi hidrosefalus obstruktif.
a. Angioplasti balon
Menempatkan suatu balon kecil yang dideflasikan pada pembuluh darah yang yang
mengalami stenose Balon kemudian dipompakan menekan plak ateromatosa ke arah
dinding. Mempunyai risiko melepasnya emboli kecil yang dapat berpindah ke retina atau
otak.
b. Penempatan Sten
Prosedur eksperimental; > 50-60% mengalami kekambuhan. Menempatkan suatu coil baja
tahan-karat kedalam pembuluh darah yang kemudian difiksasi pada salah satu dinding dari
arteri; saat ini coil ditambahkan dengan obat-obatan slow-release.
4. Agen-agen antiplatelet
Aspirin
Mekanisme kerja: a) Menghambat agregasi platelet. b) Menurunkan atau mengurangi pelepasan
substansi vasoaktif dari platelet. c) Menginaktivasi secara irreversibel siklooksigenase-platelet;
dan efeknya cukup berlangsung selama hidup dari platelet; 5-7 hari
Efikasi
a. ASA telah menunjukkan pengurangan yang bermakna secara klinis (22-24%) pada risiko
stroke dan kematian, pada uji-uji klinis acak pasien-pasien yang telah mengalami suatu TIA
sebelumnya atau strok sebagai pencegahan sekunder.
b. Dosis berkisar dari 50 -1500 mg perhari.
38
Pada uji klinis terakhir; evaluasi dosis rendah (30-325 mg perhari); hasilnya
mengindikasikan bahwa dosis rendah mungkin lebih bermanfaat dengan berkurangnya
efek-efek tidak diinginkan dari asam salisilat pada lambung.
Pada beberapa studi menyatakan; bahwa ASA lebih efektif pada laki-laki dibanding
sejumlah kecil perempuan pada studi lain.
Peran pada pencegahan primer belum jelas.
Dipiridamol (Persantine)
Mekanisme kerja: a) Inhibitor lemah dari agregasi platelet. b) Sebagai inhibit fosfodiesterase
platelet.
Efikasi: a) Pada uji klinis belum mempunyai bukti yang kuat dalam penggunaan dipiridamol pada
iskemia otak. b) Tidak ada efek aditif yang ditemukan bersama dengan aspirin.
Sulfinpirazon (Anturane)
Mekanisme kerja: Innhibisi reversibel dari siklooksigenase.
Efikasi: Uji klinis belum mempunyai dukungan rekomendasi penggunaan.
Tiklopidin (Ticlid)
Mekanisme Kerja: a) Inhibisi agregasi platelet dan menginduksi ADP. b) Inhibisi agregasi platelet
yang diinduksi oleh kolagen, PAF, epinefrin dan thrombin. c) Waktu perdarahan diperpanjang. d)
Berefek minimal pada siklooksigenase.
Efikasi:
a. Telah menunjukkan dapat mereduksi insidens stroke, kira-kira 22% pada pasien-pasien yang
telah mengalami TIAs sebelumnya atau stroke.
b. Lebih efektif dibanding aspirin dengan kurangnya efek gastrointestinal.
c. Tidak ada perbedaan gender yang memperlihatkan tiklopidin bereaksi sama; seperti halnya
dengan ASA.
d. Dosis 500 mg perhari dibagi menjadi dua dosis (250 mg peroral-bid)
Efek samping: diare, ruam pada kulit, total kolesterol serum yang meningkat.
Antikoagulasi (warfarin)
a. Belum ada studi-studi yang membuktikan superioritas dari antikoagulan ini sebagai agen
antiplatelet.
b. Dapat mereduksi risiko dari stroke pada pasien dengan infark miokard sebelumnya.
c. Bermanfaat pada pasien yang menderita keluhan simptomatik pada terapi antiplatelet.
d. Eksepsi mayor adalah pada pasien dengan embolisme otak yang berasal kardiac;
1. Antikoagulasi kronik dengan warfarin telah dibuktikan untuk mencegah keadaan gangguan
serebrovaskuler pada pasien dengan AF (atrial fibrilasi).
2. Penanganan terhadap stroke infarction /dan atau ischemic serebral akut.
39
Obat Antihipertensi Pada Stroke
40
kalsium dalam durasi jam (3-4
otot polos. jam), awitan
lambat (15-30
menit)
Thiopental Aktivasi reseptor 30-60 mg IV. Awitan cepat (2 Depresi
GABA menit), durasi miokardial
singkat (5-10
menit).
Trimetafan Blockade 1-5 mg/ menit Awitan segera, Bronkospasme,
ganglionik. IV durasi singkat retensi urin,
(5-10 menit) siklopegia,
midriasis
Fenoldipam Agonis DA-1 Awitan < 15 Hipokalemia,
dan reseptor alfa 0,001- 1,6 menit, durasi takikardia,
2 µg/kg/ menit IV; 10-20 menit. bradikardia.
Sodium Nitrovasodilator tanpa bolus Awitan segera, Keracunan
Nitroprusid 0,25-10µ/ kg/ durasi singkat sianid,
menit IV. (2-3 menit) vasodilator
serebral (dapat
mengakibatkan
peningkatan
tekanan
intracranial)
refleks takikardi.
Nitrogliserin Nitrovasodilator Awitan 1-2 Produksi
5-1000 menit, durasi 3- methemoglobin,
µg/kg/menit IV 5 menit. reflek takikardia.
41
Komplikasi yang terjadi pada pasien stroke yaitu :
a. Hipoksia serebral diminimalkan dengan memberi oksigenasi
b. Penurunan darah serebral
c. Embolisme serebral
Hanya 10-15% penderita stroke bisa kembali hidup normal seperti sedia kala, sisanya mengalami
cacat, sehingga banyak penderita stroke menjadi stres akibat kecacatan yang ditimbulkan setelah
diserang stroke.
LI 3. Memahami dan menjelaskan pemerikasaan fungsi motorik dan kelainan neurologis yang
timbul akibat gangguan fungsi motorik
Saraf otak I (nervus olfaktorius)
PEMERIKSAAN
Tujuan pemeriksaan
Untuk mendeteksi adanya gangguan menghidu. Selain itu, untuk mengetahui apakah gangguan
tersebut disebabkan oleh gangguan syaraf atau penyakit hidung lokal.
Kesulitan pemeriksaan
Tes menghidu merupakan tes yang subyektif. Kita bergantung pada laporan yang dialami pasien.
Cara pemeriksaan
43
Periksa lubang hidung apakah ada sumbatan atau kelainan setempat, misalnya ingus atau polip.
Hal ini dapat mengurangi ketajaman penciuman. Zat pengetes yang digunakan sebaiknya zat yang
dikenal sehari-hari, misalnya teh, kopi, tembakau, jeruk.
Jangan menggunakan zat yang dapat merangsang mukosa hidung (nervus V) seperti menthol,
amoniak, alkohol dan cuka. Zat pengetes didekatkan ke hidung pasien dan disuruh ia menciumnya.
Tiap lubang hidung diperiksa satu persatu dengan jalan menutup lubang hidung yang lainnya
dengan tangan.
Tujuan pemeriksaan
a) Mengukur ketajaman penglihatan (visus) dan menetukan apakah kelainan pada visus
disebabkan oleh keadaan okuler lokal atau oleh kelainan saraf.
b) Mempelajari lapangan pandang
c) Memeriksa keadaan papil optik
Cara pemeriksaan
jika pasien tidak mempunyai keluhan yang berhubungan dengan nervus II dan pemeriksa juga
tidak mencurigai adanya gangguan,maka biasanya dilakukan pemeriksaan nervus II (ketajaman
penglihatan dan lapangan pandang) secara kasar. Akan tetapi, bila ditemukan kelainan, harus
dilakukan pemeriksaan yang lebih teliti. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan oftalmoskopik
sebagai pemeriksaan rutin dan neurologi.
Pemeriksaan kasar
Ketajaman penglihatan, diperiksa dengan membandingkan ketajaman penglihatan pasien dengan
pemeriksa. Pasien disuruh mengenali benda yang letaknya jauh (misalnya jam dinding) dan
membaca huruf-huruf yang ada dibuku atau koran. Bila ketajaman mata pasien sama dengan
pemeriksa, maka hal ini dianggap normal.
Pemeriksaan yang teliti.
Ketajaman penglihatan. Pemeriksaanketajaman penglihatan visus yang diteliti dapat dilakukan
dengan menggunakan gambar snellen (huruf-huruf atau gambar yang disusun makin ke bawah
makin kecil yang oleh mata normal dapat dibaca dari jarak 6 meter).bila ia dapat membaca sampai
barisan paling bawah, maka ketajaman penglihatannya ialah normal (6/6), jika tidak visusnya tidak
normal dan hal ini dinyatakan dengan menggunakan pecahan, misalnya 6/20. Ini berarti bahwa
huruf yang seharusnya dapat dibaca dari jarak 20 meter ia hanya dapat membacanya dari jarak 6
meter
Saraf otak III (nervus okulomotorius); Saraf otak IV (nervus trokhlearis); Saraf otak VI
(nervus abdusen)
Pemeriksaan NIII, NIV dan NIV
Selagi berwawancara perhatikan celah mata pasien apakah ada ptosis, eksoftalmus, enoftalmus
dan apakah ada strabismus (jereng). Setelah itu lakukan pemeriksaan yang lebih teliti mengenai
ptosis, besar pupil, reaksi cahaya pupil, reaksi akomodasi, kedudukan bola mata, gerakan bola
mata dan nistagmus.
Pupil. Perhatikan besarnya pupil pada mata kiri dan kanan, apakah sama (isokor) atau tidak sama
(anisokor). Juga perhatikan bentuk pupil, apakah bundar dan rata tepinya(normal) atau tidak.
44
Refleks pupil (reaksi cahaya pupil). Reaksi cahaya pupil terdiri dari reaksi cahaya langsung dan
tidak langsung (konsensual). Pada pemeriksaan ini pasien disuruh melihat jauh(memfiksasi benda
yang jauh letaknya) setelah itu mata kita senter (beri cahaya) dan dilihat apakah ada reaksi pada
pupil.pada keadaan normal pupil mengecil maka disebut reaksi cahaya langsung positif. Kemudian
perhatikan pula pupil mata yang satu lagi. Apakah pupilnya ikut mengecil oleh penyinaran mata
yang lainnya. Bila iya, disebut reaksi cahaya tidak langsung positif.
Bila visus mata 0 (buta), maka refleks cahaya pada mata tersebut negatif. Bila mata yang lainnya
baik ini akan menyebabkan mengecilnya pupil pada mata yang buta tersebut (reaksi cahaya tak
langsung positif). Jadi bila reaksi cahaya langsung negatif sedangkan reaksi cahaya tak langsung
positif, maka kerusakannya pada nervus II. Sebaliknya, pada kelumpuhan nervus III, reaksi cahaya
langsung dan tidak langsung negatif.
Kedudukan (posisi) bola mata. Perhatikan kedudukan bola mata, apakah mata menonjol
(eksoftalmus) atau seolah-olah masuk kedalam (enoftalmus). Pada eksoftalmus celah mata lebih
besar sedangkan pada enoftalmus lebih kecil. Selain itu perhatikan posisi bola mata ketika istirahat.
Bila satu otot mata lumpuh, hal ini mengakibatkan kontraksi atau tarikan yang berlebihan dari otot
antagonisnya dan menyebabkan strabismus (juling).
Gerakan bola mata. Untuk memeriksa gerakan bola mata, penderita disuruh mengikuti jari-jari
pemeriksa yang digerakkan ke arah lateral medial atas, bawah dan ke arah yang miring. Perhatikan
apakah mata pasien dapat mengikutinya dan perhatikan bagaimana gerakan bola mata, apakah
kaku, mulus atau lancar.
45
kerusakan nervus VII dapat menyebabkan hi;angnya pengecapan (ageusi) pada 2/3 lidah bagian
depan. Untuk memeriksanya pasien disuruh menjulurkan lidah, kemudian kita taruh bubuk gula,
kina, asam sitrat atau garam. Bila bubuk ditaruh, pasien tidak boleh menarik lidahnya ke dalam
mulut sebab bila ditarik, bubuk akan tersebar melalui ludah ke bagian lainnya yang persyarafannya
diurus oleh saraf lain. Penderita disuruh menyatakan pengecapan yang dirasakannya dengan
isyarat misalnya 1. Untuk manis, 2. Untuk pahit, 3. Untuk rasa asin, dan 4. Untuk rasa asam.
46
Penderita disuruh membuka mulut. perhatikan palatum molle dan faring. Bagaimana sikap palatum
molle, arkus faring dan uvula dalam keadaan istirahat, dan bagaimana pula bila bergerak misalnya
waktu bernafas atau bersuara.
Fungsi autonom. Nervus Vagus merupakan inhibitor dari jantung; paralisis menyebabkan
takikardia sedang iritasi menyebabkan bradikardia. Oleh karena itu pemeriksaan N X diperiksa
frekuensi nadi pasien
47
Jika terdapat kelumpuhan dua sisi, lidah tidak dapat digerakkan atau dijulurkan. Terdapat disartria
(cadel, pelo) dan kesukaran menelan. Juga didapatkan kesukaran bernafas, karena lidah dapat
terjatuh dibelakang sehingga menghalangi jalan nafas. Untuk menilai tenaga lidah, kita suruh
penderita menggerakkan lidahnya ke segala jurusan dan perhatikan kekuatan geraknya. Kemudian
penderita disuruh menekankan lidahnya ke pipinya. Kita nilai daya letaknya ini dengan jalan
menekankan jari kita pada pipi sebelah luar. Jika terdapat parese bagian lidah sebelah kiri, lidah
tidak dapat ditekankan ke pipi sebelah kanan, tetapi kesebelah kiri dapat.
48
12. Suami wajib memberi makan istrinya apa yang ia makan, memberinya pakaian, tidak
memukul wajahnya, tidak menghinanya, dan tidak berpisah ranjang kecuali dalam rumah
sendiri. (Abu Dawud).
13. Suami wajib selalu memberikan pengertian, bimbingan agama kepada istrinya, dan
menyuruhnya untuk selalu taat kepada Allah dan Rasul-Nya. (AI-Ahzab: 34, At-Tahrim : 6,
Muttafaqun Alaih)
14. Suami wajib mengajarkan istrinya ilmu-ilmu yang berkaitan dengan wanita (hukum-hukum
haidh, istihadhah, dll.). (AI-Ghazali)
15. Suami wajib berlaku adil dan bijaksana terhadap istri. (An-Nisa’: 3)
16. Suami tidak boleh membuka aib istri kepada siapapun. (Nasa’i)
17. Apabila istri tidak mentaati suami (durhaka kepada suami), maka suami wajib mendidiknya
dan membawanya kepada ketaatan, walaupun secara paksa. (AIGhazali)
18. Jika suami hendak meninggal dunia, maka dianjurkan berwasiat terlebih dahulu kepada
istrinya. (AI-Baqarah: 40)
Adab Isteri Kepada Suami
1. Hendaknya istri menyadari dan menerima dengan ikhlas bahwa kaum laki-Iaki adalah
pemimpin kaum wanita. (An-Nisa’: 34)
2. Hendaknya istri menyadari bahwa hak (kedudukan) suami setingkat lebih tinggi daripada istri.
(Al-Baqarah: 228)
3. Istri wajib mentaati suaminya selama bukan kemaksiatan. (An-Nisa’: 39)
4. Diantara kewajiban istri terhadap suaminya, ialah:
a. Menyerahkan dirinya,
b. Mentaati suami,
c. Tidak keluar rumah, kecuali dengan ijinnya,
d. Tinggal di tempat kediaman yang disediakan suami
e. Menggauli suami dengan baik. (Al-Ghazali)
5. Istri hendaknya selalu memenuhi hajat biologis suaminya, walaupun sedang dalam kesibukan.
(Nasa’ i, Muttafaqun Alaih)
6. Apabila seorang suami mengajak istrinya ke tempat tidur untuk menggaulinya, lalu sang istri
menolaknya, maka penduduk langit akan melaknatnya sehingga suami meridhainya. (Muslim)
7. Istri hendaknya mendahulukan hak suami atas orang tuanya. Allah swt. mengampuni dosa-
dosa seorang Istri yang mendahulukan hak suaminya daripada hak orang tuanya. (Tirmidzi)
8. Yang sangat penting bagi istri adalah ridha suami. Istri yang meninggal dunia dalam keridhaan
suaminya akan masuk surga. (Ibnu Majah, TIrmidzi)
9. Kepentingan istri mentaati suaminya, telah disabdakan oleh Nabi saw.: “Seandainya
dibolehkan sujud sesama manusia, maka aku akan perintahkan istri bersujud kepada
suaminya. .. (Timidzi)
10. Istri wajib menjaga harta suaminya dengan sebaik-baiknya. (Thabrani)
11. Istri hendaknya senantiasa membuat dirinya selalu menarik di hadapan suami(Thabrani)
12. Istri wajib menjaga kehormatan suaminya baik di hadapannya atau di belakangnya (saat
suami tidak di rumah). (An-Nisa’: 34)
49
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan , Sulistis Gan et all. (2007). Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta. FKUI
Martono, Hadi. Strok Dan Penatalaksanaannya Oleh Internis. Dalam: Sudoyo A, setyohadi B, Alwi
I, Simadibrata M, Setiati S, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1 edisi 5. Jakarta:
InternaPublishing 2009: 892-897.
Gunawan , Sulistis Gan et all. (2007). Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta. FKUI
http://hak-dan-kewajiban-suami-dan-istri-menurut-islam/
50