Patah Untuk Merekah Karya Fathyaarns (Belum Edit)
Patah Untuk Merekah Karya Fathyaarns (Belum Edit)
***
Berganti hari, keadaan asramapun semakin sepi. Hanya ada Rea dan Kinan
yang berada di asrama pagi itu. Rumor horor tentang asrama ikut berlalu lalang di
benak Rea ketika membayangkan jika ia harus tinggal sendiri di asrama,
sedangkan Kinan telah merencanakan untuk pulang kampung sore harinya.
Semalaman Rea memikirkan keputusan terbaik yang akan ia pilih, dan akhirnya
sama seperti Kinan setelah mempertimbangkan ucapan Fio sebelum
meninggalkanya.
”Tidak mungkin aku sendiri menghuni gedung bertingkat empat ini, yang
bisa aku malah mati tanpa sepengetahuan orang lain.” Ujarnya dalam hati.
***
***
“Kak Rea lagi baca apa?” Tanya Dio pada Rea yang sedang asik
memandangi layar laptopnya.
“Ini ada informasi lomba. Oh iya, nanti sore kita jalan-jalan ke kampung
sebelah, yuk? Ada yang mau kakak survey ke pabrik santan milik Pak Budi”
Ajaknya.
”Hore, kita jalan-jalan ke kampung sebelah!” Dio riang.
“Hati-hati Dio, nanti papanya patah” ujar Rea sambil tertawa melihat adik
bungsunya meloncat kecil kegirangan.
***
Seperti biasa sehabis isya, keluarga kecil itu makan bersama dengan
lesehan di teras rumah.
“Bagaimana? Jaringanya masih terkendala?” Tanya Pak Joko.
“Alhamdulillah sudah tidak, Yah. Ayah memang kreatif, sampai bikin
rumah pohon yang seunik dan senyaman itu, terimakasih, Yah.” Jawab
Rea melirik ke rumah pohon buatan ayahnya.
Meski hidup tanpa kehangatan cinta seorang ibu, Rea dan adik-adiknya
tidak pernah merasakan kekurangan kasih sayang dari sosok seorang ayah.
“Ayah, Rea mau ikut lomba Yah.”
“Lomba apa? Rea masih aktif menulis cerpen? Mau ikut lomba cerpen
lagi?” Tanya Pak Joko balik.
“Bukan Ayah,sejak masuk kuliah Rea sudah jarang menuis cerpen, kali ini
Rea mau ikut lomba wirausaha, Yah. Hm, tadi Rea juga sudah melakukan survei
ke pabriknya Pak Budi” Jelas Rea.
“Kamu mau jualan santan kelapa sama Pak Budi?” Pak Joko
menertawakan.
“Bukan, Ayah.” Rea juga ikut tertawa mendengar pertanyaan konyol dari
ayahnya itu.
”Terus? mau jadi tukang hitung kelapa di kebun Pak Budi?” Kali ini Dio
dan Yoga juga ikut tertawa.
“Jadi gini Yah, tadi siang Rea baca informasi tentang perlombaan
wirausaha, jadi Rea mau bikin sesuatu yang inovatif dari sumber daya alam yang
ada di lingkungan sekitar, Yah. Selama daring ini Rea juga sudah banyak
mengikuti kelas digital tentang wirausaha dan teknologi, itu semua sangat
membantu Rea dalam mengikuti lomba kewirausahaan berbasis digital ini Yah.”
Jelas Rea.
“Anak ayah memang cerdas,tapi..” Pak Joko tiba-tiba menghentikan
pembicaraan, Rea yang akan menyuap nasipun mengentikan suapnya. ”Bukanya
semua itu butuh modal ,Nak?” Sambung Pak Joko. Suasana makan malam
seketika menjadi senyap,semangat Rea perlahan meredup setelah mendengar
pertanyaan ayahnya.
”Mungkin Rea akan memikirkanya lagi, Yah” Nada suara yang terdengar
layu tak bersemangat menghiasi ungkapan dari bibir Rea.