Anda di halaman 1dari 48

1

2
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat


Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat karunia dan
rahmat-Nya penulis dapat menyusun novel ini
dengan judul “PADDLE”. Novel ini menceritakan
tentang bagaimana perjuangan seorang gadis
dalam meraih cita-citanya. Perjuangan yang ia
mulai dari nol hingga ia bisa selangkah demi
selangkah maju untuk mewujudkan cita-citanya
tersebut.

Pada keesempatan ini, saya selaku penulis


banyak mengucapkan terimakasih kepada Ibu
Nurhayati, S.Pd. selaku guru mata pelajaran
Bahasa Indonesia, yang telah membantu dan
membimbing penulis sehingga dapat
menghasilkan sebuah karya novel. Dan juga
penulis sampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak, khususnya teman-

3
teman seperjuangan penulis yang telah berkenan
membantu dalam proses penyusunan hingga
novel ini berhasil diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa novel yang telah


disusun ini, masih mempunyai banyak
kekurangan, baik dalam gaya bahasa ataupun
format penulisan. Oleh karena itu, penulis sangat
senang agar para pembaca mau memberikan kritik
dan saran, agar karya tulis ini dapat diperbaiki
menjadi lebih baik.

Penulis berharap semoga novel ini bisa


bermanfaat dan menghibur, serta dapat memacu
semangat pembaca dalam meraih cita-cita.

Tangerang Selatan, November 2022


Annisa Resya

4
DAFTAR ISI

Kesempatan ................................................................6

Harapan Yang Tak Sejalan ........................................16

Langkah Awal ............................................................32

Penentuan ..................................................................43

5
BAB I
KESEMPATAN

Di tengah malam yang sunyi, seorang gadis


sedang memandangi gemerlap cahaya bintang-
bintang dengan mata coklat sayunya. Sesekali ia
melamun, memikirkan tentang mimpinya yang
sangat ia inginkan, namun gadis ini tidak tahu
bagaimana cara untuk memulainya. Gadis itu
adalah Kyara, Kyara Maheswara seorang gadis yang
mempunyai mimpi menjadi seorang atlet dayung
Internasional.

“Kyara, tidur kamu besok sekolah, Nak,”


ucap ibu dari luar kamar Kyara.

6
Kyara yang sedang melamun dengan pikiran
acaknya, akhirnya tersadar dari lamunannya. Ia pun
segera berpindah posisi menuju kasurnya.

“Iya, Mah. Aku udah ready to sleep,” balas


Kyara yang sudah siap dalam posisi tidurnya.
Namun Kyara tidak langsung tertidur, melainkan ia
masih memikirkan tentang mimpinya dan berharap
ia bisa mendapatkan sebuah kesempatan untuk
menggapainya, lama-kelamaan pun Kyara mulai
mengantuk dan akhirnya terlelap dalam tidurnya.

***

06:00

Mentari pagi pun mulai menampakkan


wujudnya, Namun Kyara masih terlarut dalam
bunga tidurnya, waktu sudah menunjukkan pukul
enam pagi.

7
“Kyara, bangun udah siang, Nak, nanti kamu
telat ke sekolah,” ucap ibu Kyara sambil membuka
pintu kamar Kyara.

Dengan matanya yang masih tertutup, “Aku


masih ngantuk, Mah. Sepuluh menit lagi deh,” balas
Kyara

“Ampun deh kamu, udah jam segini masih


mau tidur lagi, malu atuh sama ayam udah berkokok
dari pagi, cepet bangun terus mandi,” ucap ibu
Kyara sambil membuka selimut Kyara.

“Iya, Mah. Aku ngumpulin nyawa dulu


sebentar abis itu mandi,” ujar Kyara sambil
merenggangkan tubuhnya.

Kyara pun bergegas mandi dan bersiap


dengan memakai seragam putih abu-abunya,
karena ia merupakan seorang siswi kelas sebelas
Sekolah Menengas Atas. Setelah ia selesai bersiap,
Kyara langsung menuju meja ruang makan yang
sudah ditunggu oleh orang tua dan adiknya.

8
“Lama banget sih kak dandannya, udah
kayak tuan putri aja,” ucap Yudha dengan nada
meledek.

Yudha merupakan adik Kyara satu-satunya,


ia memiliki selisih usia dua tahun dengan Kyara.
Karena perbedaan usia yang tidak terlalu jauh,
Yudha sangat usil kepada Kyara dan suka membuat
Kyara kesal.

“Bisa gak sih dek jangan ngeledek pagi-pagi?


Bikin mood jelek aja,” balas Kyara dengan nada
kesal.

“Hush, udah kalian cepet makan nanti telat ke


sekolahnya,” ucap sang ibu untuk menyudahi
keributan kedua anaknya.

“Udah yuk berangkat, ayah juga mau ke


kantor, takut kejebak macet udah jam segini,” ujar
sang ayah mengajak anaknya untuk segera
berangkat.

9
Mereka segera menyudahi kegiatan makan
dan langsung bergegas ke mobil. Sekolah Kyara dan
adiknya searah, namun Kyara diantarkan lebih
dahulu karena jarak sekolahnya lebih dekat dari
rumah.

Setelah sampai di sekolah, Kyara berjalan


menuju ruang kelasnya yang terletak di lantai dua
gedung sekolahnya. Sepanjang perjalanan menuju
kelasnya, banyak siswa dari kelas lain yang
menyapanya, karena Kyara merupakan siswa yang
ramah, ceria dan cukup aktif berorganisasi di
sekolah, sehingga banyak siswa dan guru yang
mengenalnya.

Saat Kyara sampai di depan pintu kelasnya,


ia dibuat kaget oleh Lea teman sebangkunya yang
tiba-tiba berlari menghampirinya.

10
“Kay! Kay!” panggil Lea dengan hebohnya

Kyara pun tampak kebingungan dengan


tingkah temannya ini, “Kenapa lo, El? Pagi-pagi
udah heboh aja,” Balas Kyara.

“Lo mau jadi atlet kan, Kay? Atlet dayung?”


tanya Lea masih dengan nada hebohnya.

Kyara masih kebingungan dengan tingkah


temannya ini, “Iya El, as you know itu mimpi gue,
kenapa sih emang kok lo heboh gitu?” balas Kyara.

“Jadi gini…” ucap Lea menggantung


ucapannya.

“Apa sih, El, jangan digantung gitu bisa


gak?” balas Kyara yang sudah setengah kesal.

“Calm, Kay. Jangan sambil berdiri gini deh


ngomongnya, pegel gue,” ajak Lea sambil menarik
Kyara ke tempat duduk mereka berdua.

11
“Kenapa si, El? tiba-tiba nanya tentang itu,
mana heboh banget lagi lo,” tanya Kyara yang
penasaran dengan maksud pertanyaan Lea.

“Jadi gini, semalem gue abis ngobrol sama om


gue, dan om gue kerjanya di KONI terus dia bilang,
Negara kita butuh satu orang siswi lagi buat
ngewakilin kejuaraan ke tingkat Internasional.
Karena gue keingetan sama lo, jadi gue bilang aja ke
om gue, kalo punya temen yang kayaknya bakal
minat buat ngambil kesempatan itu,” Lea
menjelaskan obrolannya semalam dengan omnya.

Bagaikan mimpi apa yang di ucapkan oleh


temannya ini, Kyara merasa tidak percaya akan hal
tersebut, “Hah? tingkat Internasional el? Lo seriusan
ini?” jawab Kyara yang masih tidak percaya.

“Iya seriusan tingkat Internasional, lo mau


kan, Kay?”

“Ya mau lah el, tapi kan gue belum punya


basic apa-apa tentang dayung,”

12
“Tenang aja, gue udah bilang kok ke om gue,
kalo lo belum punya basic apa-apa, tapi lo punya
fisik yang kuat dan suka olahraga,” jelas Lea.

“Terus kata om lo apa el?” tanya Kyara.

“Kata om gue, ikut aja nanti lo bakal diajarin


dari nol sampai bisa, jadi lo harus latihan ekstra dan
bener-bener serius buat ngejar atlet-altet yang lain
,karena lombanya udah ke tingkat Internasional,”
Lea menjelaskan apa yang disampaikan om nya tadi
malam. “Lo sanggup kan, Kay?” tanya Lea.

Kyara sangat senang dan tidak menyangka


mendengar ucapan temannya itu, karena ia
beruntung bisa mendapat kesempatan untuk
menggapai mimpinya, namun di satu sisi ia juga
merasa ragu, “Gue ragu el, gue mau banget tapi gue
ga yakin sama kemampuan gue, apalagi gue gak
punya basic tentang dayung.”

“Lo gak usah ragu gitu, ini kesempatan buat


lo kay, buat ngeraih mimpi lo, inget Kay kesempatan

13
gak bakal dateng dua kali, gue yakin kok lo pasti bisa
Kay” ucap Lea berusaha menyakinkan Kyara.

“Iya juga sih el, ini kan mimpi gue dari dulu
dan gue gak boleh sia-siain kesempatan ini, gue pasti
bisa!” ucap Kyara yang berusaha menyakinkan
dirinya. “Terus gue harus ngehubungin siapa el,
buat ikut kejuaraan ini?” tanya Kyara kepada Lea.

“Udah lo tenang aja, nanti gue bilang ke om


gue, kalo lo mau ikut buat kejuaraan ini, nanti gue
kasih kontaknya lo tinggal ngehubungin om gue
aja,” jawab Lea dengan santai.

“Tapi el, gue harus ngomong dulu sama


orang tua gue, buat minta izin.”

“Yaudah, Kay, lo ngomong dulu aja ke orang


tua lo, nanti kalo udah diizinin kabarin gue aja.”

“Ya ampun, El. Makasih banget lo udah


ngasih tau gue kesempatan ini, udah bantuin gue

14
juga buat bilang ke om lo, emang lo the best banget
deh,” ucap Kyara sambil memeluki Lea.

“Alay lo, kayak sama siapa aja, pokoknya


nanti istirahat traktir gue di kantin.”

“Hari ini lo makan apa aja sepuasnya biar gue


yang bayarin.”

Kyara sangat senang, ia ingin segera pulang


dan memberitahu orang tuanya tentang kesempatan
yang ia dapatkan ini. Ia membayangkan respon baik
dari kedua orang tuanya karena ia berhasil memulai
apa yang ia impikan dari kecil.

15
Bab II
Harapan Yang Tak Sejalan

Sepanjang perjalanan pulang, isi kepala


Kyara dipenuhi dengan banyak hal, salah satunya
bagaimana cara ia memberitahukan kepada orang
tuanya dan meminta izin kepada mereka, pasalnya
Kyara tahu orang tuanya sangat mendukung
kegiatan yang ia lakukan selagi kegian tersebut
positif, namun orang tua Kyara juga ketat jika
mengenai keamanan dari hal yang Kyara lakukan.

Setibanya Kyara dirumah, ia langsung


mencari ibunya dan tidak sabar ingin
memberitahukan kesempatan yang telah ia
dapatkan.

16
“Assalamu’alaikum, Mah.”

“MAMAH,” panggil Kyara dengan penuh


kehebohan.

“Kenapa, Kay?” saut ibu Kyara penuh heran.

“Tumben banget kamu pulang sekolah masih


semangat gitu, biasanya juga udah lemes banget.”

“Mamah tau ga?” tanya Kyara.

“Ya gak tau lah, Kay, kan kamu belum kasih


tau mamah”

“Ohh iya ya, Mah. Hehe,” Kyara menyengir


menunjukkan gigi namun langsung mengubah
ekspresi wajahnya dengan muka yang serius.

“Aku dapet kesempatan buat ikut kejuaraan


dayung, mah,” jawab Kyara dengan penuh.

17
“Kok bisa?” tanya ibu Kyara. “Kamu cerita
dulu dari awal gimana, Kay, biar mamah paham
atuh.”

“Ohh iya ya, Mah. Aku ceritain ya.”

Kyara menceritakan dari awal hingga akhir


kepada ibunya, bagaimana ia bisa mendapatkan
kesempatan kejuaraan dayung secara tiba-tiba, yang
ia sendiri pun masih merasa hal ini seperti mimpi.

“Kamu yakin, Nak?” tanya ibu Kyara


singkat, namun Kyara tahu dari pertanyaan itu ada
kekhawatiran dan keraguan yang ibunya rasakan.

“Aku yakin, Mah. Mamah kan tau ini mimpi


aku dari kecil, aku selalu mikirin gimana caranya
buat ngegapai mimpi ini, dan ini saatnya, Mah. Ini
pasti takdir yang Tuhan kasih ke aku dan aku gak
mau sia-siain kesempatan ini, Mah,” Kyara
berusaha meyakinkan ibunya dari keraguan yang
ibunya rasakan.

18
“Tapi mamah masih ragu, mamah takut
kamu kenapa-napa, karena ini bukan hal yang biasa
buat orang lakuin, Nak. Kamu pasti harus berusaha
banget buat menyesuaikan diri, karena mamah tau
ini diluar zona nyaman kamu,” ibu Kyara
menjelaskan keresahan yang ia rasakan.

“Iya, Mah. Aku tau ini emang diluar zona


nyaman aku, tapi buat ngeraih sesuatu apalagi ini
mimpi aku, aku pasti harus berjuang dan berkorban,
Mah. Tapi aku yakin kok, aku bisa ngejalaninnya
asal selalu ada mamah disisi aku,” ucap Kyara yang
masih berusaha menghilangkan keresahan ibunya.

“Kalau kamu udah yakin, mamah pasti


ngedukung kamu, walaupun mamah juga khawatir,
tapi ini kan mimpi kamu, mamah gak mau jadi
penghambat buat kamu ngeraihnya.”

Kyara merasa senang dan memeluk ibunya


karena ia telah diizinkan untuk mengikuti kejuaraan

19
ini, ia merasa sudah satu langkah lebih maju untuk
meraih mimpinya menjadi seorang atlet dayung.

“Kamu udah minta izin ke ayah belum?”


tanya ibu Kyara.

Kyara melepas pelukan ibunya dan tiba-tiba


merasa cemas, karena ia takut menghadapi
bagaimana respon ayahnya nanti, pasalnya ibunya
saja sudah sebegitunya merasa cemas, apalagi
ayahnya yang sangat posesif terhadap anak
perempuannya ini.

“Belum, Mah. Nanti mamah bantuin aku


ngomong ke ayah ya, please,” jawab Kyara dengan
nada memelas agar ibunya mau membantunya.

“Mamah sih cuma bisa bantu doa,” jawab


ibunya dengan nada meledek.

“Yaudah deh, aku coba dulu siapa tau ayah


setuju,” ucap Kyara pasrah.

20
KRRRK..KRRRK..

Suara perut Kyara telah berbunyi, sebagai bel


pertanda ia butuh asupan untuk memenuhi
kebutuhan makannya dan juga untuk sumber energi
berbicara kepada ayahnya nanti.

“HAHAHA, ada yang laper nih,” ucap ibu


Kyara sambil tertawa setelah mendengar perut
Kyara yang telah berbunyi.

“Hehe, iya nih, Mah. Aku laper,” kekeh


Kyara.

“Mamah masak apa hari ini?” tanya Kyara


kepada sang ibu.

“Mamah masak udang asam manis sama


tumis kangkung kesukaan kamu, makan gih”

“Yeay! Bisa nambah berkali-kali aku,” ucap


Kyara.

21
Kyara yang tengah asik di kamarnya dengan
handphone yang ada di genggamannya, ia sedang
sibuk mengobrol dengan Lea melalui via chat. Kyara
menceritakan kepada Lea, ia telah mendapat izin
dari ibunya akan tetapi ia belum meminta izin dari
ayahnya. Kyara merasa cemas karena takut dengan
respon ayahnya yang tidak sesuai dengan
harapannya.

KYARA
Gimana nih, gue takut banget izin ke ayah gue, El
LEA
Udah gapapa izin aja dulu, siapa tau ayah lo luluh,
Itu kan mimpi lo
KYARA
Yaudah gue coba, doain ya semoga aja gue diizinin
LEA
Aamiin, Semangat ya!
Kyara melamun dan berkutat dengan isi
kepalanya, ia memikirkan bagaimana nanti respon

22
dari ayahnya setelah ia meminta izin. Hingga ia
tidak sadar seseorang telah memanggilnya.

“Kyara,” panggil ibu Kyara.

“Sini, Nak. Ini ayah udah pulang”

Kyara tersadar dari lamunannya, sebelum


keluar dari kamar ia mengambil napas dan berusaha
tenang. Kyara segera keluar kamar dan berjalan
menuju ke ruang keluarga menghampiri ayahnya
untuk membicarakan dan meminta izin mengikuti
kejuaraan dayung.

“Ayah,” panggil Kyara.

“Ayah, capek gak? Mau aku pijet gak?” tanya


Kyara dengan wajah manis yang dibuat-buat.

“Ada apa nih? Tumben-tumbenan kamu.


Pasti lagi ada maunya ya,” tanya ayah Kyara yang
curiga.

23
“Hehe, enggak kok, Yah. Aku Cuma mau
ngomongin sesuatu aja. Tapi mood ayah lagi bagus
gak sekarang?”

“Lagi bagus-bagus aja, emangnya kamu mau


ngomongin apa? Sampe mastiin dulu mood ayah lagi
bagus apa nggak”

“Ya, mastiin aja biar enak ngobrolnya,


takutnya ayah lagi pusing sama masalah kerjaan.”

“Yaudah sekarang kamu mau ngomong


apa?”

“Ayah, tau kan cita-cita aku dari kecil itu


apa?” tanya Kyara kepada sang ayah.

“Tau, kamu mau jadi atlet dayung kan?”

“Iya, Yah. Aku mau jadi atlet dayung, dan


sekarang aku rasa ini waktunya buat ngeraih mimpi
aku, Yah.”

24
“Tunggu-tunggu, gimana bisa gitu Kay?”
tanya sang ayah yang masih bingung dengan
ucapan Kyara.

“Jadi gini, Yah. Aku tadi dikasih tau temen


aku, kalo provinsi kita butuh satu orang siswi lagi
buat ngewakilin kejuaraan ke tingkat Internasional.
Terus temen aku ini ngasih kesempatan ini ke aku,
karena dia juga tau kalo jadi atlet dayung itu impian
aku. Dan aku mau minta izin ke ayah buat ikut
kejuaraan ini.”

“Loh, kamu beneran mau jadi atlet dayung,


Kay?” tanya ayah Kyara yang kaget dengan ucapan
anak perempuannya itu.

“Ya, beneran atuh, Yah.”

“Ayah kira itu cuma impian masa kecil kamu,


cita-cita banyak lho, Kay. Kamu yang bener aja, anak
perempuan mau jadi atlet kaya gitu, itu kan keras,
Kay. Gak akan semudah yang kamu bayangin” ujar
sang ayah

25
“Aku tau, Yah. Pasti gak akan mudah dan
butuh berjuangan, tapi aku yakin bisa
ngelewatinnya. Banyak juga kok atlet perempuan,
dan mereka keren banget, aku mau kayak mereka,
Yah.”

“Tapi ayah gak suka kalo kamu jadi atlet!”


tegas sang ayah dengan nada yang tinggi.

Kyara hanya bisa terdiam dan menahan


tangis mendengar ucapan ayahnya. Kata-kata yang
diucapkan sang ayah bagaikan bumerang yang
menghantam diri seorang Kyara, kata-kata itu
menghancurkan harapan dan impian yang ia
damba-dambakan.

“Kamu ke kamar dulu, Kay. Biar mamah


yang ngomong sama ayah,” ucap sang ibu ambil
mengelus rambut anak perempuannya itu.

Kyara pergi ke kamarnya, ia mengunci pintu


kamarnya dan meluapkan apa yang sedari tadi ia
tahan, air matanya menetes dan membuatnya

26
terisak. Ia benar-benar merasa kaget dan sakit hati
dengan apa yang ayahnya ucapkan.

“Kamu jangan gitu dong, Mas. Itu kan mimpi


anakmu, biar dia sendiri yang nentuin apa yang dia
mau. Dia tadi kan cuma minta izin ke kamu buat
ngikutin kejuaraannya, Mas. Masa depan gak ada
yang tau, kalo emang rezekinya dia jadi atlet berarti
emang udah takdirnya, bisa juga nanti mungkin
kedepannya ada jalan lain, kita gak ada yang tau,
Mas,” ucap ibu Kyara kepada suaminya.

“Iya, sih bener, tapi aku cuma khawatir sama


anak kita, apalagi dia perempuan, sekarang aja dia
udah sibuk sama organisasinya, gimana nanti kalo
dia ikut ini juga, belum lagi latihannya pasti keras,
aku gak mau kalo anak kita sampe sakit, Mah” balas
sang ayah yang sebenernya merasa khawatir kepada
Kyara.

27
“Tuh, kan. Kamu itu sebenernya khawatir
sama anakmu, tapi cara nyampeinnya aja salah,
malah keburu emosi dan ngebentak anakmu. Pasti
lagi nangis Kyara dikamarnya”

“Loh, emang Kya nangis, Mah?”

“Ya, iya lah, nangis itu anakmu dibentak


kayak gitu, makanya tadi aku suruh ke kamarnya
biar nenangin dirinya dulu,” jawab sang sang ibu.

“Terus gimana itu jadinya, anakmu dikasih


izin gak buat ikut kejuaraannya?” tanya sang ibu.

“Sebenernya ayah khawatir, tapi kalo emang


dia yakin sama keputusannya, ayah cuma bisa
ngedukung dan ngedoain yang terbaik buat Kya.”

“Udah yakin aja sama anakmu, kamu kan tau


dia termasuk anak yang kuat dan mandiri. Mending
kamu sekarang minta maaf ke Kya kalo kamu gak
sengaja ngebentak dan kasih tau kalo kamu ngizinin
dia ikut kejuaraan itu.”

28
“Yaudah, aku ngomong dulu sama Kya.”

Tok..tok..tok..

Ketukan pintu terdengar di pintu kamar


Kyara. Sang pemilik kamar yang semula enggan
untuk membuka pintu kamarnya, namun ia segera
luluh ketika mendengar suara lembut ayahnya.

“Kya, buka pintunya, Nak. Ayah mau


ngomong sama kamu,” ucap sang ayah dengan
nada yang pelan dan lembut.

Kyara pun menghentikan tangisnya,


mengusap air matanya, dan membukakan pintu
untuk ayahnya. Sambil duduk di tepi kasur, sang
ayah membuka pembicaraan diantara keduanya.

“Kya, ayah minta maaf ya, Nak. Ayah ga


bermaksud buat ngebentak kamu tadi, ayah
sebenernya cuma khawatir sama kamu, tapi gak tau
kenapa ayah gak bisa nahan emosi jadinya

29
ngebentak kamu tadi. Maaf ya, anak ayah yang
cantik.”

“Iya, gapapa, Yah,” jawab Kyara sambil


mengangguk dengan lemahnya.

“Ohh iya, ayah juga ngizinin kamu buat ikut


kejuaraan dayung itu, tapi ada syaratnya.”

Kyara melihat ke ayahnya dengan tatapan


kaget. “Beneran, Yah? Apa syaratnya, Yah?” tanya
Kyara kepada ayahnya.

“Kamu boleh ikut, asalkan janji kamu harus


kuat dan gak boleh sampe kecapekan, kalo sampe
kamu ngedrop parah, ayah mau kamu berhenti.”

“Loh, kok gitu, Yah? Kenapa aku harus


berhenti?”

“Makanya, jangan sampe ngedrop biar ayah


gak suruh kamu buat berhenti, pokoknya ayah mau
kamu jaga kesehatan kamu, Kya.”

30
“Ohh iya, iya, aku paham maksud ayah. Kya
janji bakal jaga kesehatan kok, Yah,” ucap Kyara
kepada ayahnya.

“Yaudah, peluk dulu dong ayah. Kita damai


ya, maafin ayah tadi udah ngebentak kamu,” ucap
sang ayah.

“Iya, Yah, aku maafin kok,” ujar kyara sambil


memeluk ayahya.

“Pinter, ini baru anak ayah,” balas ayah


sambil mengelus rambut Kyara.

31
BAB III
LANGKAH AWAL

Setelah mendapatkan izin dari kedua orang


tuanya, Kyara memantapkan hatinya untuk
mengikuti kejuaraan dayung ini, sekaligus menjadi
langkah awal baginya untuk menggapai cita-
citanya. Sepanjang malam ia memantapkan dirinya
dan hatinya, ia menghubungi sahabatnya Lea untuk
memberikan kabar baik karena ayahnya telah
memberikan izin.

KYARA

Lea!!!
Seneng banget ya ampun
Akhirnya ayah gue ngizinin

32
LEA
Serius???
Akhirnya
Gue kabarin om gue ya
KYARA
Iya, serius
Gue harus ngehubungin om lo juga ga buat
konfirmasi?
LEA
Gak usah, gue aja nanti lo konfirmasi langsung aja
ke kantor om gue.
KYARA
Temenin ya, El
Please
LEA
Y.
Besok ya.

KYARA
Siap Bos!

33
Saat ini Kyara dan sahabatnya Lea sedang
berada di Kantor Pusat Komite Olahraga Nasional
Indonesia, Jakarta. Mereka mendatangi kantor
tersebut untuk menemui omnya Lea yang bekerja
disana. Kyara merasa sangat gugup untuk menemui
om sahabatnya itu, namun ia berusaha mengontrol
dirinya agar tetap tenang. Saat mereka bertemu,
Kyara membicarakan mimpi dan ambisinya kepada
om sahabatnya itu, Kyara berusaha meyakinkan
bahwa dirinya pantas untuk mendapatkan
kesempatan ini, dan hal itu pun direspon dengan
baik oleh om sahabatnya itu.
Setelah mereka berbincang Kyara merasa
sangat lega dan tenang karena om sahabatnya yang
Bernama om Agung sangat baik dan ramah, Kyara
merasa mimpi dan ambisinya sangat di dukung oleh
om Agung dan tidak ada rasa terbebani karena om
Agung menaruh harapan yang sangat besar
kepadanya, malah ia semakin bersemangat karena
semakin banyak orang yang mendukungnya.

34
Kyara diberi arahan oleh om Agung bahwa
mulai besok ia bisa mengikuti program latihan
setiap hari setelah pulang sekolah, latihan itu terdiri
dari Latihan Teknik dan Latihan Fisik. Kyara sedikit
terkejut karena saat weekend pun tetap diadakan
latihan, namun ia tidak mempermasalahkan hal itu
karena ia sadar belum memiliki dasar apapun
tentang olahraga dayung.

****

Kyara menjalani harinya di sekolah seperti


biasa, namun kali ini ia ingin cepat-cepat untuk
pulang sekolah karena hari ini merupakan hari
pertamanya untuk berlatih. Setelah bel pulang
sekolah berbunyi Kyara pun segera bergegas untuk
menuju tempat latihannya.
Setelah sampai di tempat latihannya, di
Danau Sunter ia dibuat takjub dengan
pemandangan yang ada di depan matanya.

35
Danau Sunter, Jakarta, merupakan tempat
yang biasa digunakan para atlet dayung untuk
berlatih baik latihan teknik maupun latihan fisik,
selain danau yang digunakan untuk latihan
mendayung, di sekitarnya juga terdapat jalur
tracking untuk lari dan area yang bisa digunakan
untuk latihan fisik, di tempat tersebut dilengkapi
berbagai macam alat untuk olahraga, salah satunya
adalah alat angkat beban dari yang bebannya ringan
hingga yang bebannya besar.
Kyara sedari tadi mematung dengan
matanya yang berbinar melihat danau yang dihiasi
oleh beberapa atlet yang sedang berlatih, di mata
Kyara mereka tampak mengagumkan. Karena
sangat fokus dengan pemandangan yang ada di
depan matanya, Kyara tidak sadar bahwa ada
seseorang yang memperhatikannya.

“Hey..”

36
Kyara yang sedang fokus pun kaget
mendengar suara panggilan itu, ia menoleh
kebelakang dan alangkah terkejut lagi dirinya
karena ada seorang laki-laki yang ada
dibelakangnya, belum sempat Kyara merespon
panggilan itu, laki-laki itu pun mengeluarkan
suaranya lagi.
“Udah ngeliatinnya?”
“Eh..Iya, udah kok” jawab Kyara dengan
nada yang kikuk, pasalnya ia tak mengenali siapa
laki-laki yang bertanya padanya.
“Anak baru ya?” laki-laki itu bertanya lagi
kepada Kyara.
“Eh..Iya, Kak eh Bang,” ucap Kyara yang
terdengar aneh karena kebingungan.
“Eh eh mulu, santai aja. Lo mau latihan kan?
Yuk kesana dulu, anak-anak yang lain sama pak
Agung kayanya ada disana,” ujar laki-laki itu sambil
menunjukan suatu tempat dan mengisyaratkan
Kyara untuk mengikutinya.

37
Kyara terdiam tidak berkata apapun dan
langsung mengikuti laki-laki itu. Ia menebak orang
itu pasti salah satu atlet dayung, walaupun awalnya
ia sempat bingung karena laki-laki itu masih
memakai seragam sekolah seperti dirinya.
Setelah tiba di tempat yang dimaksud,
mereka berdua masuk ke dalam ruangan tersebut
dan benar saja ada om Agung dan beberapa orang
atlet di ruangan itu, om Agung pun menyapa Kyara
juga laki-laki yang datang bersamanya, Arkan
namanya.
Om Agung memberitahukan adanya anggota
baru kepada beberapa atlet yang ada di ruangan itu,
Kyara pun memperkenalkan diri kepada mereka.
Setelah berkenalan dengan masing-masing atlet
termasuk dengan Arkan, Kyara menjadi gugup
karena merasa adanya tekanan dari beberapa atlet
tapi ia berusaha mengontrol diri dan memahami
bahwa tekanan itu berartikan ia harus bisa
berprogress agar dapat menyeimbangi para atlet lain.

38
Latihan pertama Kyara dimulai dengan
latihan teknik, dimana latihan ini dimulai dari dasar
yaitu cara memegang dayung dengan benar, cara
mengayuh dayung dan cara memposisikan badan
yang benar saat mendayung. Hal ini tentu saja hal
yang pertama kali ia lakukan, dimana sebelumnya
Kyara hanya bisa melihat hal ini dilakukan oleh
orang lain.

****

20:00
Kyara tengah mengeringkan rambutnya,
setelah mandi badannya terasa segar karena
seharian beraktivitas dan berkeringat, namun ia
merasa cukup lelah dengan kegiatan yang
dilakukan hari ini, Kyara mulai merasakan kantuk
menyerang dirinya. Sebelum kantuk itu menguasai
dirinya dan membuat ia terlelap, ia bergegas duduk
di depan meja belajar dan mengambil buku jurnal

39
yang sudah ia siapkan untuk mencatat segala
progress dalam latihannya untuk dijadikan evaluasi
bagi dirinya, ia mencatat apa saja yang sudah
diajarkan hari ini dan menandai hal-hal penting
dalam catatan itu.
Setelah selesai mencatat Kyara
membaringkan tubuhnya di atas kasur, ia
mengambil handphonenya dan menyadari ia belum
membalas pesan sahabatnya.

LEA
Kay, gimana hari ini?

KYARA
Sorry baru bales, gue baru selesai bebersih
Capek sih, tapi gue seneng banget

LEA
Tumben lo capek wkwkwk
KYARA
Capek lah, gue kan manusia bukan robot
Gue ngantuk, Bye.

40
LEA
Woy, bentar lo gak mau cerita dulu
Tadi ngapain aja?
KYARA
Besok aja
Gue ngantuk banget, El.

Kyara meletakkan handphonenya di meja


dekat tempat tidurnya, ia merasa kantuk sudah
menguasai sebagian dirinya, namun Kyara tidak
langsung tertidur melainkan ia mengingat-ngingat
dan membayangkan di kepalanya apa yang telah di
lakukannya hari ini. Ada satu hal yang terus
melintasi pikirannya, namun ia berusaha untuk
mengabaikannya, Arkan.
Seorang laki-laki dengan perawakan yang
tinggi, bahu yang lebar, tubuh yang cukup berotot
dengan kulit hitam manis, dan memiliki senyum
yang cukup menawan. Laki-laki ini terus melintasi
pikiran Kyara bukan karena ia tertarik kepadanya,
tetapi karena pertemuan keduanya yang cukup

41
canggung. Lama-lama kantuk pun menguasai
dirinya seutuhnya, Kyara terlelap dalam tidurnya.

42
BAB IV
PENENTUAN

Triboa Bay, Filipina

Hari ini adalah hari penentuan bagi Kyara


setelah beberapa bulan yang penuh perjuangan
telah ia lalui, ia tengah berada di negara Filipina
untuk mengerahkan seluruh kemampuannya dan
bersaing dengan negara-negara lain. Kyara menjadi
perwakilan Indonesia dalam cabang olahraga
dayung Kayak Single Boat jarak 500 meter dan 1000
meter.
Kyara berusaha menguasai dirinya dari
kegugupan, ia berusaha menenangkan dirinya dan
terus berdoa pada tuhan agar ia bisa memberikan
yang terbaik, ditambah lagi ia tidak sengaja
bertatapan dengan salah satu atlet dari negara lain
bukan sapaan yang Kyara dapatkan justru atlet itu

43
menatap Kyara dengan sinis dan angkuh, hal itu
tentu saja membuat kepercayaan dirinya sedikit
menurun ia terus-terusan meremat bajunya. Arkan
yang melihat kejadian itu datang menghampiri
Kyara.
“It’s Okey, Kay. Kamu gak usah khawatir, gak
usah panik, itu hal biasanya,” Arkan berusaha
menenangkan Kyara.
“Iyaa, Ar. Shock dikit aja kok, tapi takut juga
sih, saingannya pada udah berpengalaman.”
“Gapapa, Kay. Let it flow walaupun kamu
baru latihan empat bulan tapi kemampuan kamu
udah cukup setara sama mereka,” ucap Arkan
meyakinkan Kyara. Arkan dapat mengatakan hal itu
bukan hanya omong kosong belaka, tapi karena
Kyara yang sangat berkembang pesat saat masa-
masa latihan.
“Aku usahain yang terbaik doain ya, Ar.”

44
“Pasti aku doain kok, Semangat ya cantik!”
ucap Arkan sambil menepuk-nepuk pucuk rambut
Kyara.

10.00 waktu Filipina

Ready… Set… GO!


Kyara mengayuh dayungnya dengan sekuat
tenaga, ia mengontrol kekuatan lengan kanan dan
kirinya agar tidak kelebihan power yang bisa
menyebabkan kayak boat tidak seimbang dan keluar
jalur. Ia mempunyai strategi yaitu meningkatkan
kecepatan pada 100 meter terakhir menuju finish,
karena pada saat itu atlet lain mulai kehabisan
tenaga, sedangkan Kyara menyisakan dan
mengerahkan semua tenaga yang tersisa di akhir.

Pip….
Peluit berbunyi menandakan pertandingan
sudah berakhir, dan Kyara berhasil menempati

45
posisi pertama pada pertandingan ini yang berarti ia
berhasil menyumbangkan medali emas untuk
Indonesia. Setelah naik ke darat, ia disorakin dengan
sorakan kemenangan, Kyara segera menghampiri
pelatihnya, ia pun langsung dipeluk oleh sang
pelatih juga teman-temannya memberikan selamat.

Indonesia berhasil menempati posisi sebagai


Runner Up pada kejuaraan dayung Internasional ini
dengan memperoleh 10 medali emas, 8 medali
perak, dan 12 medali perunggu. Kyara sangat
bersyukur atas apa yang sudah ia dan teman-
temannya peroleh, hal ini membuat Kyara semakin
terpacu untuk terus mengukir prestasi.

** Selesai **

46
Tentang Penulis

Annisa Resya, biasa dipanggil Aca.


Perempuan kelahiran Jakarta, 4
Agustus 2005, ini pengagum film dan
musik. Ia merupakan siswi kelas 12 di
SMA Negeri 6 Tangerang Selatan.
Perempuan ini baru pertama kali
mencoba untuk menulis novel,
beberapa cerita dalam novel ini merupakan kejadian yang dialami
oleh penulisnya. Penyuka Night ride, coklat, dan hujan ini bisa kamu
sapa atau bahkan kamu ajak mengobrol di,

Instagram: @nsrsy_
Email: annisaresya4@gmail.com

47
48

Anda mungkin juga menyukai