PEMBELAJARAN IPS
Matakuliah
Strategi Pembelajaran SD
Djoko Hari Supriyanto, M.Pd
PENGERTIAN
• Strategi pembelajaran sebagai pola umum perbuatan guru-
siswa di dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar. Hal ini
mengandung arti bahwa interaksi belajar mengajar
berlangsung dalam suatu pola yang digunakan bersama oleh
guru dan siswa. Dalam pola tersebut tentu terkandung bentuk-
bentuk rangkaian perbuatan atau kegiatan guru dan siswa
yang mengarah pada tercapainya tujuan-tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan sebelumnya (Raka Joni, 1980)
• Strategi instruksional adalah pendekatan yang digunakan guru
dalam menggunakan informasi, memilih sumber-sumber, dan
mendefinisikan peranan siswa-siswa. (Gerlach dan Ely (1980)
Strategi instruksional tersebut mencakup praktik-praktik khusus
yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.
Strategi instruksional tersusun atas metode-metode dan teknik-
teknik yang akan memungkinkan pembelajar untuk mencapai
tujuan-tujuan belajar.
PRINSIP-PRINSIP PEMILIHAN STRATEGI
PEMBELAJARAN IPS
• bermakna (meaningful)
• integratif (integrative)
• berbasis nilai (value based)
• menantang (challenging)
• aktif (Active)
Gilliom (S. Hamid Hasan, 1996: 194) ada 9 jenis studi kasus yaitu:
• Kasus Pengadilan
• Episode Terbuka
• Uraian Tafsiran
• Dasar Dokumen
• Memoir
• Laporan Saksi Mata
• Vignettes
• Kronik
• Uraian Naratif
A. STUDI KASUS
• Kasus Pengadilan, suatu peristiwa yang berhubungan dengan keputusan
pengadilan mengenai sebuah peristiwa.
• Episode Terbuka, mengungkapkan cerita rekaan yang disesuaikan dengan
pokok bahasan.
• Uraian Tafsiran, penulisan kasus dengan maksud menggambarkan penulis
tentang suatu peristiwa. Bentuk seperti artikel editorial dalam surat kabar.
• Dasar Dokumen, materi kasus yang bersumber dari dokumen-dokumen tertulis
yang memiliki nilai-nilai keilmuan atau sejarah. Bentuk-bentuk dokumentasi
dapat berupa Pidato-pidato tokoh, laporan penelitian dan sebagainya
• Memoir, suatu dokumen yang lebih bersifat pribadi. Umumnya memoir
menggambarkan pengalaman pribadi seseorang setelah bersangkutan
melaluinya dan bukan catatan pada waktu kejadian itu sendiri. (S. Hamid
Hasan, 1996:197) memori dapat dikatakan sebagai biografi atau otobiografi
seorang tokoh.
A. STUDI KASUS
• Laporan Saksi Mata, rekaman yang dibuat oleh orang yang
menyaksikan suatu peristiwa. Rekaman tersebut dapat berbentuk
tulisan, foto, rekaman audio atau video.
• Vignettes, gambar lepas yang disertai keterangan singkat,
beberapa vignette dapat dijajarkan dan digunakan untuk
mengembangkan kemampuan menentukan keterhubungan
antara satu peristiwa dengan peristiwa lain yang tergambar
dalam vignette (S. Hamid Hasan, 1996:199).
• Kronik, catatan peristiwa berdasarkan urutan waktu. Kronik selalu
berisikan beberapa peristiwa dan tidak hanya satu peristiwa.
• Uraian Naratif, ungkapan yang ditulis berdasarkan fakta-fakta
yang ditemukan.
1. PEMBELAJARAN KEMAMPUAN
BERPIKIR DALAM IPS
b. Isu Kontroversial
Muessig (S. Hamid Hassan, 1996:202): isu
kontroversial adalah sesuatu yang mudah
diterima oleh seseorang atau kelompok
tetapi juga mudah ditolak oleh orang atau
kelompok lain. Isu kontroversial lahir dari
perbedaan pendapat dan isu kontroversial
pun mengakibatkan perbedaan pendapat.
Perbedaan pendapat muncul dari
perbedaan pandangan seseorang
terhadap sebuah fakta.
c. Pengajaran Konsep
Konsep merupakan abstraksi dari kesamaan dari jumlah
benda atau fenomena. Contoh konsep yakni tanah,
sungai, gunung, uang, cuaca dan lain-lain. Pengajaran
konsep mengembangkan
kemampuan kognitif dari yang terendah sampai tingkat
tinggi.
b. Sosio Drama
Ada perbedaan antara sosio drama dengan bermain peran yakni
bermain peran lebih luas ruang lingkupnya sedangkan drama sosial
membatasi pada permasalahan yang menyangkut aspek sosial dalam
masyarakat.
Perbedaan yang kedua yakni dalam penentuan peran. Dalam sosio
drama sebuah peran dapat ditentukan secara langsung setelah
sebuah permasalahan sosial dibahas oleh guru di dalam kelas. Peran
yang dimainkan oleh siswa tidak memerlukan persiapan khusus seperti
dalam bermain peran. Dalam sosio drama reaksi spontan siswa dalam
memainkan peran lebih diutamakan sehingga apa yang dikemukakan
siswa sebagai pemegang peran akan berbeda dengan yang aslinya.
• Newmann (1975:8) model pembelajaran aksi sosial merupakan pola dan aktivitas
belajar siswa baik di dalam atau dengan kelompok yang dilakukan dengan
keterlibatan masyarakat sebagai aktivitas di mana siswa mendemonstrasikan
kepeduliannya terhadap masalah-masalah sosial. Misalnya menyelenggarakan
studi, partisipasi kerja secara sukarela, aktif mengadakan pendampingan di dalam
atau di luar sekolah, dan aktivitas nyata siswa untuk mempengaruhi kebijakan
public di masyarakat yang dilakukan di luar sekolah.
• Nasution (1997:179): model pembelajaran aksi sosial sebagai suatu teknik mengajar
guna membantu anak didik mengembangkan kompetensi
sosial/kewarganegaraan, sehingga dapat melibatkan diri secara aktif dalam
perbaikan masyarakat.