Anda di halaman 1dari 7

PERHITUNGAN DAN ANALISIS NILAI OVERALL EQUIPMENT

EFFECTIVITY (OEE) PADA CYLINDER HEAD LINE PT. TOYOTA


MOTOR MANUFACTURING INDONESIA JAKARTA
Meisarah Sabrina Arifianty (1) Rani Rumita (2)
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik – Universitas Diponegoro
JL. Prof. Soedarto, SH Tembalang Semarang 50239
Email: meisarahsabrina@gmail.com1); ranirumita@gmail.com2)

ABSTRAK
Overall Equipment Effectiveness (OEE) adalah salah satu indikator pengukur performa mesin yang banyak
diterapkan para pelaku industri di dunia. Overall Equipment Ejéctiveness (OEE) merupakan metode
pengukuran efektivitas penggunaan peralatan dalam penerapan program Total Productive Maintenance
(TPM). Metode ini telah banyak diaplikasikan dalam proses manufaktur perusahaan yang berasal dari
Negara Jepang, benua Eropa maupun Amerika. Kemampuan mengidentifikasikan secara jelas akar
permasalahan dan faktor penyebabnya yang membuat usaha perbaikan menjadi terfokus merupakan faktor
yang menjadikan metode ini diaplikasikan secara menyeluruh olch banyak perusahaan di dunia. Untuk
mendapatkan nilai OEE maka diperlukan perhitugan tiga rasio, yaitu Availability Factor, Performance
Factor, dan Quality Factor. Penelitian ini dilakukan pada Cylinder Head Line karena sering terjadi line
stop akibat tingginya breakdown time. Faktor yang menyebabkan proses produksi pada Cylinder
Head Line PT. TMMIN berjalan kurang maksimal adalah tingginya breakdown time yang
menyebabkan line stop. Terjadinya breakdown pada mesin biasanya disebabkan oleh keausan
part, kesalahan kontrol dari operator, sistem pendingin yang tidak berjalan normal, dll. Hasil
penelitian ini menunjukkan nilai OEE Cylinder Head Line PT. TMMIN adalah sebesar
94,03%.Nilai tersebut telah melampaui nilai standard OEE Internasional sebesar 85%.

ABSTRACT

Overall Equipment Effectiveness (OEE) is one of the measuring indicators of machine


performance which widely applied by industry actors in the world. Overall Equipment
Ejéctiveness (OEE) is a method of measuring the effectiveness of the use of equipment in
implementation of Total Productive Maintenance (TPM). This method has been widely applied in
the manufacturing process of companies originating from Japan, Europe and America. Ability
clearly identifying root causes and contributing factors that make improvement efforts be focused
are the factors that make this method was applied thoroughly by many companies in the world.
The calculation of OEE value requires three ratio, Availability Factor, Performance Factor, and
Quality Factor. The factors that led to the production process in the Cylinder Head Line PT.
TMMIN less than the maximum run time is the high breakdown that led to the stop line. The
occurrence of breakdown in the engine is usually caused by wear and tear of parts, error control
of the operator, the cooling system is not running normally, etc. The results showed the value of
OEE Cylinder Head Line PT. TMMIN amounted to 94.03%. The value has exceeded the value of
International standard OEE of 85%.
fasilitas produksi pada perusahaan. Pada
umumnya, masalah yang ditimbulkan
1. Pendahuluan
Pada saat ini dunia telah memasuki era dari fasilitas produksi yang
globalisasi dimana tidak ada lagi menyebabkan proses produksi terganggu
penghalang antara seluruh negara- atau terhenti sama sekali dapat
negara di dunia. Era globalisasi ini dikategorikan menjadi 3, yakni faktor
ditandai dengan berlangsungnya manusia, faktor lingkungan, dan faktor
perdagangan bebas yang mengakibatkan mesin. Ketiga hal tersebut saling
semakin ketatnya persaingan dunia mempengaruhi antara satu dengan
bisnis. Untuk menyikapi hal tersebut, lainnya.
maka setiap perusahaan dituntut untuk . Dari hasil observasi, pada area Cylinder
selalu memperbaiki setiap departemen Head Line bulan Januari 2014 memiliki
dan proses yang ada didalamnya. Usaha masalah waktu line stop yang paling
perbaikan pada industri manufaktur, tinggi dibandingkan dengan bulan
dilihat dari segi peralatanadalah dengan lainnya. Hal ini disebabkan oleh
meningkatkan utilisasi peralatan (mesin) tingginya breakdown duration pada
seoptimal mungkin. mesin tersebut karena berbagai hal,
Suatu perusahaan manufaktur dituntut Cylinder Head Line memiliki tingkat
untuk meningkatkan produktivitas dan kerusakan tertinggi setiap tahunnya
efektivitas terutama pada lantai produksi apabila dibandingkan dengan line yang
demi meningkatkan kinerja perusahaan.. lainnya. Sehingga pada Line Cylinder
Peningkatan produktivitas sangatlah Head membutuhkan perhatian khusus
penting bagi perusahaan untuk agar mesin dan peralatan yang
memperoleh keberhasilan pada proses digunakan dapat bekerja secara efektif.
produksi. Bila produktivitas tenaga
2. Studi Pustaka
ketja tinggi maka akan sangat
menunjang kemajuan perusahaan dan Sistem Perawatan
juga dapat meningkatkan daya saing Menurut Gasperz (1992), perawatan
perusahaan terutama untuk menghadapi (maintenance) merupakan suatu
era pasar global sekarang ini.. Salah kegiatan yang diarahkan pada tujuan
satu contoh peningkatan produktivitas menjamin kelangsungan fungsional
adalah dengan mengevaluasi kinerja suatu sistem produksi sehingga dari
sistem itu dapat diharapkan preventif akan terjamin kelancaran
menghasilkan output sesuai dengan kerjanya dan selalu diusahakan dalam
yang dikehendaki. Sistem perawatan kondisi yang siap digunakan untuk
dapat dipandang sebagai bayangan dari setiap proses waktu, hal ini
sistem produksi, dimana apabila sistem memerlukan suatu rencana dalam
produksi beroperasi dengan kapasitas jadwal perawatan yang sangat cermat
yang sangat tinggi maka lebih intensif. dan rencana yang lebih tepat.
Pada dasarnya terdapat dua prinsip 2. Perawatan yang bersifat korektif
utama sistem perawatan yaitu: Perawatan ini dimaksudkan untuk
memperbaiki perawatan yang rusak.
1. Menekan (memperpendek) periode
Pada dasarnya aktivitas yang
kerusakan (breakdown period) sampai
dilakukan adalah pemeliharaan dan
batas minimum dengan
perawatan yang dilakukan setelah
mempertimbangkan aspek ekonomis.
terjadinya suatu kerusakan ataupun
2. Menghindari kerusakan (breakdown)
kelainan pada mesin tersebut.
tidak terencana kerusakan tiba-tiba.
Perawatan korektif dapat didefinisikan
Menurut Gasperz (1992) terdapat dua perbaikan yang dilakukan karena
kegiatan dalam sistem perawatan yang adanya kerusakan yang dapat terjadi
berkaitan dengan tindakan perawatan tidak dilakukan perawatan preventif
yaitu: tapi sampai pada waktu tertentu rusak.
Jadi dalam hal ini kegiatan perawatan
1. Perawatan yang bersifat preventif
sifatnya harus menunggu sampai
Perawatan ini dimaksudkan untuk
terjadi kerusakan.
menjaga keadaan peralatan sebelum
peralatan itu menjadi rusak. Pada Total Productive Maintenance (TPM)
dasarnya yang dilakukan untuk Pengertian TPM menurut Roy Davis
mencegah timbulnya kerusakan- dalam buku Productivity Improvements
kerusakan yang tidak diduga dan Through TPM : The Philosophy and
menentukan keandalan yang dapat Application of Total Productive
menyebabkan fasilitas produk Maintenance adalah sebagai berikut.
mengalami kerusakan pada waktu Total Productive Maintenance (TPM)
digunakan dalam proses operasi. adalah pendekatan yang dilakukan
Dengan demikian semua fasilitas negara Jepang untuk memaksimalakan
operasi yang mendapat perawatan efektivitas mesin yang digunakan dalam
bisnis mereka. Hal ini tidak hanya semua karyawan. Ini menjelaskan
melibatkan pemeliharaan, tetapi semua bahwa fokus TPM memang bukan
aspek dari operasi dan instalasi mesin- hanya pada perlakuan terhadap mesin,
mesin, dan motivasi untuk orang yang namun juga operator dan kondisi kerja.
bekerja dalam perusahaan. (Davis, TPM berfokus pada sistem manufaktur
1995) (meskipun manfaatnya berlaku untuk
Seiichi Nakajima yag merupakan tokoh hampir semua “proses”). Setelah konsep
pembawa TPM ke Jepang berpendapat TPM melebar, hal ini yang terlibat yaitu
sebagai berikut. Tujuan TPM adalah pemasok dan pelanggan (Supply Chain).
untuk meningkatkan efektivitas Metodologi berikutnya disebut dengan
peralatan sehingga setiap peralatan Lean Manufacture. (Nakajima, 1988)
dapat dioperasikan secara maksimal dan Overall Equipment Effectiveness
dipertahankan pada tingkat itu. Manusia, (OEE)
pekerja, dan mesin harus berfungsi baik, Overall Equipment Effectiveness (OEE)
di bawah kondisi optimal dengan adalah sebuah metrik yang berfokus
kerusakan nol dan nol cacat. Meskipun pada seberapa efektif suatu operasi
sulit mendektai nol, percayalah bahwa produksi dijalankan. Hasil dinyatakan
tercapainya nol cacat merupakan dalam bentuk yang bersifat umum
prasyarat penting bagi keberhasilan dari sehingga memungkinkan perbandingan
TPM. TPM memaksimalkan efektivitas antara unit manufaktur di industri yang
peralatan melalui dua jenis kegiatan , berbeda.
yaitu: Overall Equipment Effectiveness (OEE)
1. Kuantitatif: meningkatkan ketersediaan adalah tingkat keefektifan fasilitas
peralatan total dan meningkatkan secara menyeluruh yang diperoleh
produktivitas dalam jangka waktu dengan memperhitungkan availability,
operasi tertentu. performance efficiency dan rate of
2. Kualitatif: mengurangi jumlah produk quality product. (Davis, 1995).
cacat, menstabilkan dan meningkatkan OEE didapatkan melalui
kualitas. persamaan berikut:
Seiichi Nakajima mengungkapkan
bahwa tujuan awal dari TPM yaitu terus
memperbaiki semua kondisi operasional
dalam sistem produksi; dengan
menstimulasi kesadaran sehari-hari
Untuk lebih jelasnya Availability Factor (Faktor
perhitungan OEE dapat dilihat pada Ketersediaan)

gambar berikut: Total downtime selama 20 hari kerja pada


bulan Januari 2014 adalah 26,17 jam.
Jumlah valueable operating time dihitung
dengan menjumlahkan total downtime
dengan jumlah waktu operasi teoritis.
Jumlah waktu operasi teoritis selama 20
hari dihitung dengan mengalikan
kecepatan produksi teoritis dengan total
produksi selama 20 hari adalah 436.025

jam (

).
Dengan begitu, jumlah valueable
operating time adalah

Gambar 1 Prosedur Perhitungan OEE .


Availibility Factor dapat dihitung dengan
(Nakajima, 1988)
rumus berikut :

3. Metodologi Penelitian

Maka dapat diketahui Availibility Factor


Cylinder Head Line adalah sebesar
94.92%
Performance Factor (Faktor
Performansi)
Untuk menghitung faktor performansi,
diperlukan dua faktor utama yaitu
kecepatan produksi teoritis sebesar 50
unit/jam atau 0.83 unit/menit dan total
Gambar 1 Metodologi Penelitian output produksi selama 20 hari sebesar
4. Hasil dan Pembahasan 17441 unit – 164 unit = 17277 unit.
Dengan menggunakan persamaan Setelah mendapatkan nilai faktor
perfomansi, maka faktor performansi ketersediaan, faktor performansi, dan faktor
dapat diketahui, yaitu : kualitas kita dapat menghitung nilai Overall
Equipment Effectiveness (OEE) dengan
rumus sebagai berikut:

OEE
Dari perhitungan di atas maka diketahui
Maka dapat diketahui Performance nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE)
Factor Cylinder Head Line adalah dari Cylinder Head Line PT. TMMIN
sebesar 100% sebesar 94.03%.

Quality Factor (Faktor Kualitas) 5. Kesimpulan


Kesimpulan yang diperoleh dari hasil
Untuk menghitung faktor kualitas
pembahasan dan analisis yang telah
dibutuhkan total jumlah scrap selama 20
dilakukan adalah sebagai berikut:
hari. Berdasarkan tabel 4. Dapat
1. Berdasarkan hasil perhitungan OEE
diketahui total jumlah scrap selama 20
yang telah dilakukan dapat diketahui
hari sebesar 164 ton dan total produksi
tingkat Availability Factor Cylinder
sebesar 17441 unit, maka faktor kualitas
Head Line PT. TMMIN adalah sebesar
dapat dihitung dengan rumus berikut :
94,92%. Nilai tersebut telah melebihi
standard dunia yaitu sebesar 90%.
2. Berdasarkan hasil perhitungan OEE
yang telah dilakukan dapat diketahui
tingkat Performance Factor Cylinder
Maka dapat diketahui Quality Factor
Head Line PT. TMMIN adalah sebesar
Cylinder Head Line adalah sebesar
100%. Nilai tersebut merupakan nilai
99.06%
sempurna karena telah melebihi
standard dunia yaitu sebesar 95%.
3. Berdasarkan hasil perhitungan OEE
Overall Equipment Effectiveness
yang telah dilakukan dapat diketahui
tingkat Quality Factor Cylinder Head Gaspersz, Vincent. 1992. Analisis
Line PT. TMMIN adalah sebesar Sistem Terapan Berdasarkan
99,06%. Nilai tersebut telah melebihi Pendekatan Teknik Industri. Bandung :
standard dunia yaitu sebesar 99%.
Tarsito
4. Dengan mengetahui nilai Availability
Factor, Performance Factor, dan Quality
Factor Cylinder Head Line, dapat
diketahui nilai OEE Cylinder Head Line
PT. TMMIN adalah sebesar 94,03%.
Nilai tersebut telah melampaui nilai
standard OEE Internasional sebesar
85%.
5. Adapun faktor yang menyebabkan
proses produksi pada Cylinder Head
Line PT. TMMIN berjalan kurang
maksimal adalah tingginya breakdown
time yang menyebabkan line stop.
Terjadinya breakdown pada mesin
biasanya disebabkan oleh keausan part,
kesalahan kontrol dari operator, sistem
pendingin yang tidak berjalan normal,
dll.

Daftar Pustaka
Davis, R K. 1995. Productivity
Improvement Through TPM. London :
Prentice Hall

Nakajima, S. 1988. Introduction to


Total Productive Maintenance.
Cambridge, MA : Productivity Press

Anda mungkin juga menyukai