Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS PERHITUNGAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS

UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIVITAS MESIN CHILLER


DI GEDUNG MAL ARTHA GADING
NURJAMAN, W.TEDJA BHIRAWA, DAN ERVINI MELADIYANI
Program Studi Teknik Industri, Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma,
Jakarta.

ABSTRAK
Mal Artha Gading merupakan mal yang berada di kawasan Kelapa Gading Jakarta
Utara dan dikelola oleh PT SWADAYA PANDHUARTHA yang menggunakan Chiller sebagai
sistem pendingin. Permasalahan yang ada yaitu tidak optimalnya mesin chiller dalam
beroperasi sehingga menimbulkan ketidaknyamanan bagi penghuni maupun pengunjung
yang datang.
TPM adalah salah satu metode proses maintenance yang dikembangkan untuk
meningkatkan produktivitas di area kerja dengan mengurangi pemborosan. Alat ukur yang
digunakan dalam menghitung efektivitas yaitu mencari nilai Overall Equipment Effectiveness
(OEE) sedangkan untuk mengetahui penyebab yang terjadi menggunakan perhitungan six
big losses dan dianalisis menggunakan Diagram Sebab Akibat. Objek yang diteliti pada
penelitian ini adalah 3 mesin chiller dengan kapasitas 2000 ton refrigerant di Department
Engineering.
Hasil yang diperoleh dalam perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) yaitu
efektivitas mesin chiller masih dikategorikan dibawah standart kelas dunia menurut Japan
Institute of Plant Maintenance (JIPM) sebesar 85%, sementara hasil yang diperoleh mesin
chiller 1 sebesar 82.02%, chiller 2 sebesar 73.07%, chiller 3 sebesar 76.92%. faktor utama
yang mempengaruhi rendahnya OEE pada masing-masing chiller terjadi pada faktor defect
and process dengan persentase antara 45%-47% yang disebabkan tidak optimalnya
produksi oleh manusia.
Setelah usulan penerapan 5S (seiri, seiton, seiso, seiketsu,dan shitsuke) diterapkan
oleh bagian operator diharapkan nilai Overall Equipment Effectiveness mengalami
peningkatan melebihi atau mendekati standart JIPM yaitu 85%, Availability 96%,
Performance Efficiency 97%, dan Rate of Quality 92%.

Kata Kunci: Chiller, Total Productive Maintenance, 5S, Overall Equipment Effectiveness.

PENDAHULUAN berada di kawasan Kelapa Gading Jakarta


Sistem pendingin ruangan Utara dan dikelola oleh PT Swadaya
merupakan salah satu fasilitas yang Pandhuartha. Sistem pendingin yang
sangat penting bagi suatu gedung, baik itu digunakan yaitu mesin Chiller Mcquay
gedung berskala besar maupun kecil 2000 ton dengan jenis Water Cooled.
seperti gedung perkantoran, mall, rumah Agar dapat besaing dengan tetangganya
sakit, dan lain-lain. Sistem pendingin di seperti Mal Of Indonesia, Hypermart,
setiap gedung tidaklah sama. Ada yang Lottemart, dan Sunter Mal maka Mal Artha
menggunakan sistem pendingin sentral Gading harus memberikan kenyamanan
dengan mesin chiller sebagai kepada penghuni maupun pengunjung
pendinginnya, tetapi ada juga yang yang datang. Salah satunya dengan
menggunakan system air conditioning split menyediakan ruangan yang dingin, untuk
dengan ukuran kapasitas besar maupun itu semua equipment sistem chiller harus
kecil. Mal Artha Gading adalah mal yang bekerja optimal sesuai fungsinya yaitu

94
dengan melakukan kegiatan perawatan membuat proses tersebut lebih reliable
terhadap equipment-equipment tersebut. dan lebih sedikit terjadi pemborosan.
Kegiatan perawatan merupakan Metode ini merupakan bagian dari Lean
ujung tombak dari kesuksesan pelayanan. Manufacturing.
Kegiatan pemeliharaan ini dimaksud untuk Definisi Total Productive Maintenance
menjaga dan mempertahankan Total Productive Maintenance
kelangsungan operasional dan kinerja adalah konsep pemeliharaan yang
sistem agar berjalan sesuai yang melibatkan seluruh pekerja yang
diharapkan. Ketika suatu sistem bertujuan mencapai efektivitas pada
mengalami kerusakan maka sistem seluruh sistem produksi melalui
tersebut memerlukan perawatan partisipasi dan kegiatan pemeliharaan
perbaikan. Perawatan perbaikan ini yang produktif, proaktif, dan
menyebabkan biaya downtime yang terencana. (Suzaki Kyoshi).
mahal dan resiko yang tinggi. Jika kita TPM sesuai namanya terdiri dari
melakukan pemeliharaan sebelum tiga suku kata yaitu :
terjadinya kerusakan atau perawatan a. Total.Hal ini mengindisikan bahwa
pencegahan, maka biaya yang yang TPM mempertimbangkan aspek dan
dikeluarkan akan lebih kecil daripada melibatkan seluruh peersonil yang
biaya perbaikan. Hal ini dikarenakan ada, mulai dari tingkatan atas hingga
pemeliharaan pencegahan memerlukan kejajaran bawah.
waktu yang lebih kecil jika dibandingkan b. Productive. Menitikberatkan pada
dengan perawatan perbaikan sehingga segala usaha untuk mencoba
uptime yang diharapkan dari sistem juga melakukan pemeliharaan dengan
dapat meningkat. Selain itu juga, dengan kondisi produksi tetap berjalan dan
pemeliharaan pencegahan biaya-biaya meminimalkan masalah-masalah
yang mungkin terjadi dapat dikendalikan. yang terjadi diproduksi pada saat
Chiller adalah mesin refrigerasi pemeliharaan dilakukan.
yang berfungsi untuk mendinginkan air c. Maintenance. Berarti memelihara dan
pada sisi evaporatornya, Air dingin yang menjaga peralatan secara mandiri
dihasilkan kemudian di distribusikan dilakukan oleh operator produksi agar
dengan menggunakan pompa ke mesin kondisi peralatan tetap bagus dan
penukar kalor AHU (Air Handling Unit) terpelihara dengan jalan
atau FCU (Fan Coil Unit). Tujuan dari membersihkannya, melakukan
penelitian ini adalah mengetahui pelumasan dan memperhatikannya.
penyebab sering terjadi kerusakan pada TPM berfungsi untuk memelihara
sistem pendingin Mal Artha Gading peralatan pabrik agar selalu dalam kondisi
dengan menggunakan diagram sebab prima. Untuk memenuhi tujuan ini,
akibat, mendapatkan nilai OEE (Overall diperlukan maintenance yang preventif
Equipment Effectiveness) untuk dan prediktif. Terbengkalainya mesin lebih
mengetahui kondisi efektivitas mesin sering disebabkan oleh kurangnya
chiller, dan mendapatkan peningkatan keterlibatan operator dalam memelihara
efektivitas mesin chiller dengan mesin, dan cenderung menyerahkan
menerapkan 5S kepada operator. semua masalah perawatan kepada staf
maintenance. Prinsip TPM mengatakan
METODE bahwa operator harus mampu melakukan
Total Productive Maintenance perawatan dan perbaikan ringan apabila
Secara berkesinambungan terjadi masalah pada mesin. Operator
meningkatkan semua kondisi operasional juga harus memiliki sedikit keterampilan
dalam sebuah sistem produksi dengan maintenance.
cara menstimulasi daily awareness dari Untuk implementasi TPM, unit
semua karyawan (Seichi Nakajima). Total produksi dan maintenance harus bekerja
Productive Maintenance (TPM) adalah bersamaan. Penerapannya akan
salah satu metode proses maintenance melibatkan seluruh karyawan dalam
yang dikembangkan untuk meningkatkan melakukan perawatan mesin, peralatan
produktivitas di area kerja, dengan cara dan bertujuan meningkatkan produktivitas.
95
Indikator kesuksesan implementasi TPM Total Productive Maintenance
diukur dengan Overall Equipment merupakan konsep inovatif jepang yang
Effectiveness (OEE) dan parameternya berawal dari penerapan Preventive
mencakup berbagai jenis kerugian Maintenace pada tahun 1951. Untuk
(losses) yang terjadi seperti downtime, menerapkan konsep TPM dalam sebuah
changeover, speed loss (perlambatan perusahaan manufacturing, diperlukan
mesin), idle (mesin menganggur), pondasi yang kuat dan pilar yang kokoh.
stoppages (mesin berhenti), startup Pondasi TPM adalah 5S, sedangkan pilar
(mesin dinyalakan/diaktifkan) defect utama TPM terdiri dari 8 pilar atau
(cacat) dan rework (pengerjaan ulang). biasanya disebut dengan 8 pilar TPM
Langkah-langkah perbaikan dengan TPM (eight pillar of Total Productive
harus dijalankan sebagai suatu proses Maintenance). Dari 8 pilar TPM sebagian
yang berkelanjutan, bukan hanya sebagai besar difokuskan pada teknik proaktif dan
menu jangka pendek. Pada akhirnya, preventif untuk meningkatkan kehandalan
TPM akan memberikan kemampuan yang mesin dan peralatan produksi. Pilar-pilar
praktis kepada perusahaan. tersebut adalah seperti yang ditunjukkan
oleh gambar 1.
Pilar dan Pondasi TPM

Gambar 1. Pilar dan Pondasi dari TPM


Sumber : iso-india.org

Untuk benar-benar menjalankan pilar TPM. Adapun penjelasan dari 5S


implementasi dari TPM, maka perusahaan (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke)
harus merencanakan untuk menerapkan adalah sebagai berikut :
semua pilar tersebut. Tidak mudah bagi a. Seiri (Ringkas). Langkah ini
perusahaan untuk bisa melaksanakan berarti, penyortiran atau
semua pilar tersebut sebagai langkah mengorganisir setiap materi kritis,
untuk meningkatkan produktivitas penting sering digunakan, sia-sia
produksi karena penerapan pilar-pilar atau tidak dibutuhkan dalam waktu
tersebut pastinya memerlukan waktu, sekarang.
energy, dan biaya yang tidak sedikit. b. Seiton (Rapi). Pada konsep ini
Untuk dibawah ini adalah pelaksanaan setiap item mempunyai tempat dan
yang mendasari 5S yang dapat dijadikan hanya satu tempat untuk satu item.
pedoman untuk panduan penerapan pilar- Item-item tersebut akan

96
ditempatkan kembali ketempatnya Hal ini meliputi pemakaian
semula setelah dipakai. Untuk kelengkapan alat kerja dari tiap
mempermudah mengidentifikasi karyawan, pemakaian ID card
setiap item dapat digunakan papan pelaksanaan prosedur
nama untuk setiap item. pengabdian, ketetapan waktu /
c. Seiso (Resik). Ini melibatkan jadwal kerja, dan lain-lain.
pemberian tempat kerja yang
diharuskan bersih dari kotoran / Overall Equipment Effectiveness (OEE)
minyak / pelumas / sampah / Overall Equipment Effectiveness
serap, dan lain-lain. Diharuskan (OEE) merupakan metode yang
tidak ada lagi peralatan yang kotor, digunakan sebagai alat ukur (metric)
bagian bagian yang tidak berguna dalam penerapan metode Total
atau oli yang menetes dari mesin. Productive Maintenance. OEE berguna
d. Seiketsu (Rawat). Pekerja harus untuk menjaga mesin atau peralatan tetap
mendiskusikan bersama-sama dan dalam kondisi ideal dengan menghapus
membuat keputusan tentang Six Big Losses pada mesin atau
standar untuk menjaga tempat peralatan. Keberhasilan kegiatan TPM
kerja, mesin, dan peralatan lain haruslah terukur agar pelaksanaan
agar tetap bersih dan rapih. kegiatannya jelas dan terarah. Parameter
Standar tersebut harus untuk mengukur kegiatan ini adalah TPM
diimplementasikan / atau Indeks, yang meliputi:
diterapkan dalam organisasi dan Ketersediaan (availability)
harus diperiksa secara teratur. Nilai ini merupakan parameter
e. Shitsuke (Rajin). Pertimbangan 5S keberhasilan kegiatan perawatan (η
adalah sebagai jalan atau cara mesin). Standar untuk Indeks
untuk beroperasi yang bisa ketersediaan yang ditetapkan oleh JIPM (
membawa kedisiplinan setiap Japan Institute of Plant Maintenance)
karyawan dalam berorganisasi. adalah minimal 90 %.
𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑇𝑖𝑚𝑒
Availability (ketersediaan) = 𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑇𝑖𝑚𝑒
𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑇𝑖𝑚𝑒−𝐷𝑜𝑤𝑛𝑡𝑖𝑚𝑒
= 𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑚𝑒
Keterangan :
Operationt time = Waktu bersih alat/mesin bekerja (tanpa kerusakan)
Loading time = Waktu bersih alat/mesin bekerja yang direncanakan
Downtime = Waktu berhenti mesin yang tak terencana (line stop)

Efektivitas kegiatan produksi efektivitas produksi yang ditetapkan JIPM


(Performance efficiency) adalah minimal 95 %.
Nilai ini merupakan parameter
kualitas produksi. Standar untuk nilai
𝑇ℎ𝑒𝑜𝑟𝑒𝑡𝑖𝑐𝑎𝑙 𝐶𝑦𝑐𝑙𝑒 𝑇𝑖𝑚𝑒 𝑥 𝑃𝑟𝑜𝑐𝑒𝑠𝑠𝑒𝑑 𝐴𝑚𝑜𝑢𝑛𝑡
Performance efficiency = 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑇𝑖𝑚𝑒
Keterangan :
Theoretical cycle time = Lamanya waktu atau kecepatan dalam melakukan setting ulang
Processed amount = Banyaknya jumlah produk yang dihasilkan
Operating time = Waktu bersih alat/mesin bekerja (tanpa kerusakan)
Tingkat kualitas (Rate of quality) yang dihasilkan. Standar untuk tingkat
Nilai ini merupakan efektivitas kualitas yang ditetapkan JIPM adalah
produksi berdasarkan kualitas produk minimal 99 %.
𝑃𝑟𝑜𝑐𝑒𝑠𝑒𝑑 𝐴𝑚𝑜𝑢𝑛𝑡−𝐷𝑒𝑓𝑒𝑐𝑡 𝐴𝑚𝑜𝑢𝑛𝑡
Rate of Quality =
𝑃𝑟𝑜𝑐𝑒𝑠𝑠𝑒𝑑 𝐴𝑚𝑜𝑢𝑛𝑡
Keterangan :
Processed amount = Banyaknya jumlah produk yang dihasilkan
Defect amount = Banyaknya jumlah cacat produk dalam sistem produksi.

97
Sehingga untuk menghitung Overall Equipment Effectiveness dengan menggunakan
rumus :
OEE = Availability x Performance efficiency x Rate of quality
Japan Institute of Plant untuk dijadikan goal jangka
Maintenance ( JIPM ) telah panjang.
menetapkan standart benchmark c. Jika OEE = 60% (produksi
yang telah dipraktekan secara luas di dianggap wajar tetapi
seluruh dunia yaitu menunjukkan ada ruang yang
a. Jika OEE = 100% (produksi besar untuk improvement).
dianggap sempurna) d. Jika OEE = 40% (produksi
Hanya memproduksi produk dianggap memilii skor yang
tanpa cacat, bekerja dalam rendah)
performance yang cepat, dan Dalam kebanyakan kasus dapat
tidak ada downtime. dengan mudah di-improve
b. Jika OEE = 85% (produksi melalui pengukuran langsung
dianggap kelas dunia) misalnya dengan menelusuri
Bagi banyak perusahaan, skor ini alasan-alasan downtime dan
merupakan skor yang cocok menangani sumber-sumber
downtime secara satu per satu.

Tabel 1. World Class OEE


OEE Factor World Class
Availability 90.0%
Performance 95.0%
Quality 99.0%
OEE 85.0%
Sumber : www.oee.com/world-class-oee.html
Enam Kerugian Utama (Six Big Losses) a. Breakdown Losses / Equipment
Tujuan dari perhitungan six big Failures yaitu kerusakan
losses ini adalah untuk mengetahui nilai mesin/peralatan yang tiba-tiba atau
efektivitas keseluruhan (OEE). Dari nilai kerusakan yang tidak diinginkan
OEE ini dapat diambil langkah-langkah yang menyebabkan kerugian,
untuk memperbaiki atau mempertahankan karena kerusakan mesin akan
nilai tersebut. Keenam kerugian tersebut menyebabkan mesin tidak
dapat digolongkan menjadi tiga macam, beroperasi menghasilkan output.
yaitu : Perhitungannya sebagai berikut :
Downtime Losses, terdiri dari :
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑟𝑒𝑎𝑘𝑑𝑜𝑤𝑛 𝑇𝑖𝑚𝑒
Equipment Failure = 𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑇𝑖𝑚𝑒
b. Setup and Adjusment Losses dibutuhkan untuk kegiatan-kegiatan
(kerugian karena pemasangan dan pengganti satu jenis produk ke jenis
penyetelan) yaitu semua waktu set-up produk berikutnya untuk proses
termasuk waktu penyesuaian produksi selanjutnya. Perhitungannya
(adjustment) dan juga waktu yang sebagai berikut :
𝑆𝑒𝑡𝑢𝑝 𝑎𝑛𝑑 𝐴𝑑𝑗𝑢𝑠𝑚𝑒𝑛𝑡
Setup and Adjusment = 𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑇𝑖𝑚𝑒

Speed Loss, terdiri dari : time dari mesin. Kenyataannya,


a. Idling and Minor Stoppage Losses kerugian ini tidak dapat dideteksi
disebabkan oleh kejadian-kejadian secara langsung tanpa adanya alat
seperti pemberhentian mesin pelacak. Perhitungannya sebagai
sejenak. Kemacetan mesin, dan idle berikut :
𝑁𝑜𝑛 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡𝑖𝑣𝑒 𝑇𝑖𝑚𝑒
Idle and Minor Stoppage = 𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑇𝑖𝑚𝑒
b. Reduced Speed Losses yaitu optimal (penurunan kecepatan
kerugian karena mesin tidak bekerja operasi) terjadi jika kecepatan aktual
98
operasi mesin/peralatan lebih kecil kecepatan mesin yang dirancang.
dari kecepatan optimal atau Perhitungannya sebagai berikut :
𝐴𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛−𝐼𝑑𝑒𝑎𝑙 𝐶𝑦𝑐𝑙𝑒 𝑇𝑖𝑚𝑒 𝑥 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛
Reduced Speed = 𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑇𝑖𝑚𝑒
Defect Loss, terdiri dari : akan mengakibatkan kerugian
a. Process Defect yaitu kerugian material, mengurangi jumlah
yang disebabkan karena adanya produksi, biaya tambahan untuk
produk cacat maupun karena pengerjaan ulang dan limbah
kerja produk diproses ulang. produksi meningkat. Perhitungan
Produk cacat yang dihasilkan sebagai berikut:
𝐼𝑑𝑒𝑎𝑙 𝐶𝑦𝑐𝑙𝑒 𝑇𝑖𝑚𝑒 𝑥 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑓𝑒𝑐𝑡
Defect and Process = 𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑇𝑖𝑚𝑒
b. Reduced Yield Losses baku. Perhitungannya sebagai
disebabkan material yang tidak berikut :
terpakai atau sampah bahan
𝐼𝑑𝑒𝑎𝑙 𝐶𝑦𝑐𝑙𝑒 𝑇𝑖𝑚𝑒 𝑥 𝑆𝑐𝑟𝑎𝑝
Reduced Yield = = 𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑇𝑖𝑚𝑒
Diagram Pareto Cause and effect diagram digunakan
Diagram pareto merupakan suatu untuk hal-hal sebagai berikut :
gambaran yang mengurutkan 1). Untuk menyimpulkan sebab-sebab
klasifikasi data dari kiri ke kanan variasi dalam proses
menurut ukuran ranking tertinggi 2). Untuk mengidentifikasikan kategori
hingga terendah, sehingga ditemukan dan sub-kategori sebab-sebab yang
permasalahan yang penting untuk mempengaruhi suatu karakteristik
segera diselesaikan (dari ranking kualitas tertentu.
tertinggi hingga terendah).(Dhorotea
Wahyu). Chiller
Diagram Sebab Akibat Chiller atau mesin refrigerasi adalah
(Fishbone/Cause and Effect peralatan yang biasanya menghasilkan
Diagram) media pendingin utama untuk bangunan
Diagram sebab akibat adalah gambar gedung, dengan mengkonsumsi energy
pengubahan dari garis dan symbol yang secara langsung berupa energy listrik,
didesain untuk mewakili hubungan yang termal atau mekanis untuk menghasilkan
bermakna antara akibat dan air dingin (chilled water) dan membuang
penyebabnya. Dikembangkan oleh Dr. kalor ke udara (atmosfir) melalui menara
Kouru Ishikawa pada tahun 1943 dan pendingin (cooling tower) atau kondensor.
kadang terkenal dengan diagram Air dingin yang dihasilkan selanjutnya
Ishikawa. didistribusikan ke mesin penukar kalor
Diagram sebab akibat adalah suatu yaitu FCU (Fan Coil Unit) atau AHU (Air
pendekatan terstruktur yang Handling Unit).
memungkinkan analisis yang lebih Dalam sistem pengkondisian udara,
terperinci untuk menemukan penyebab- chiller berfungsi untuk memproduksi air
penyebab suatu masalah, sejuk yang akan didistribusikan ke AHU
ketidaksesuaian dan kesenjangan yang dan FCU. Komponen udara chiller yaitu
ada. Untuk mencari faktor-faktor kompresor, katup ekspansi dan
penyebab terjadinya penyimpangan evaporator.
kualitas hasil kerja maka orang akan Sistem Pengkondisian Udara Sentral
selalu mendapatkan bahwa ada 5 (lima) Sistem pengkondisian udara sentral
faktor penyebab utama signifikan yang banyak digunakan pada gedung-gedung
perlu diperhatikan yaitu : besar. Udara ruangan didinginkan oleh
a. Man (manusia) mesin refrigerasi, kemudian disalurkan ke
b. Method (metode) ruangan-ruangan melalui saluran udara
c. Machine/equipment (mesin/peralatan) (ducting). Pada sistem ini letak ruang
d. Material (material) AHU, mesin chiller, dan menara pendingin
e. Work environmental (lingkungan kerja) terpisah dengan ruangan-ruangan yang
akan dikondisikan.

99
a. Komponen sistem pengkondisian sehingga cairan refrigerant mudah
udara sentral menguap.
Komponen utama sistem e. Mesin Chiller. Dalam sistem
pengkondisian sentral yaitu mesin pengkondisian udara, chiller
chiller, menara pendingin, dan berfungsi untuk memproduksi
terminal unit. Pompa diperlukan air sejuk yang akan
sebagai pendorong fluida kerja yang
didistribusikan ke AHU dan
bersikulasi pada sistem ini.
Komponen-komponen tambahan
FCU. Komponen utama chiller
yang dipergunakan agar sistem ini yaitu kompresor, kondensor,
bekerja dengan lebih baik diantaranya katup ekspansi dan evaporator.
thermostat, pressurestat, Berdasarkan media
humiditystat, thermometer, pressure pendingin refrigerant yang dipakai,
gauge, flow switch, serta peralatan- chiller dibagi menjadi 2 macam
peralatan control lainnya. yaitu:
b. Terminal Unit 1) Chiller berpendingin udara
Terminal unit dipasang pada sistem (Air Cooled Chiller). Chiller
pengkondisian udara yang memiliki berpendingin udara
banyak ruangan dengan fungsi yang menggunakan udara sebagai
berbeda-beda. Pemasangan terminal media pendingin refrigerant.
unit dipilih karena faktor ekonomis. Tipe ini digunakan untuk
Bila salah satu ruangan yang beban pendingin yang
dikondisikan tidak memerlukan relative rendah (dibawah 500
pendinginan, maka hanya terminal unit ton).
itu saja yang dimatikan sehingga kerja 2) Chiller berpendingin air
chiller berkurang dan menghemat (Water Cooled Chiller).
daya listrik. Chiller berpendingin air
Komponen Utama Sistem Pendingin menggunakan air sebagai
Komponen Utama Sistem Pendingin media pendingin refrigerant.
antara lain: Tipe ini digunakan untuk
a. Kompresor. Kompresor atau kapasitas yang lebih besar.
pompa hisap mempunyai fungsi Tipe ini memerlukan menara
yang vital. Dengan adanya pendingin (cooling tower)
kompresor, refrigerant bisa untuk mendinginkan air
mengalir ke seluruh sistem refrigerant.
pendingin. f. Menara Pendingin (Coolling
b. Kondensor. Kondensor Tower). Menara pendingin
memindahkan kalor dari refrigerant (cooling tower) berfungsi
ke lingkungan agar uap refrigerant mendinginkan air dari
yang bertekanan dan bersuhu condenser chiller. Berdasarkan
tinggi mudah dicairkan. arah laju udara dan laju airnya,
c. Evaporator. Evaporator berfungsi menara pendingin dibedakan
menyerap panas dari lingkungan menjadi 2 macam yaitu cross
dan disalurkan ke refrigerant,
flow (XF) dan counter flow (CF),
sehingga refrigerant cair akan
menjadi uap sedangkan berdasarkan
d. Katup Ekspansi. Komponen percepatan fannya cooling
utama yang lain untuk mesin tower terdiri dari :Force draft
refrigerasi adalah katup ekspansi. (FD) horizontal dan vertika,
Katup ekspansi berfungsi serta Induced draft (ID)
menurunkan tekanan dan
temperature cairan refrigerant
sampai tekanan dan
temperaturnya menjadi rendah,

100
Metodologi Penelitian tahapan maupun bagian yang
Metodologi penelitian merupakan menentukan tahapan selanjutnya
cara atau prosedur yang berisi tahapan- sehingga harus dilalui dengan teliti setiap
tahapan yang jelas yang disusun secara prosesnya.
sistematis dalam proses penelitian. Tiap

Mulai

Studi Pustaka Studi Lapangan

Perumusan Masalah dan


Tujuan Penelitian

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder


1. Uraian proses kerja 1. Profil perusahaan
2. Kondisi mesin 2. Struktur organisasi
yang digunakan 3. Data jam kerja dan delay mesin

Pengolahan Data
a. Perhitungan availability
b. Perhitungan performance efficiency
c. Perhitungan rate of quality
d. Perhitungan overall equipment effectiveness
e. Perhitungan six big losses

Analisis Pemecahan Masalah : Analisis perhitungan overall equipment


effectiveness untuk meningkatkan mesin chiller

Kesimpulan

Selesai

Gambar 1. Diagram Alir Metodologi Penelitian


Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness Untuk Meningkatkan
Kinerja Mesin Chiller

101
HASIL DAN PEMBAHASAN Computer center, Tenant F&B yang
Pengumpulan Data beragam ( Eatstreet & West Food Court )
Data-data yang dikumpulkan yaitu dan lain – lain. Mal ini juga
data profil perusahaan, struktur mengutamakan kenyamanan pengunjung
organisasi, data produksi mesin, data jam dengan memberikan fasilitas dan layanan
kerja, delay dan mesin berhenti yang baik seperti adanya Shutle Bus yang
beroperasional. Mal Artha Gading melayani rute daerah Kelapa Gading dan
merupakan salah satu pusat perbelanjaan Sunter, serta ada fasilitas Wheel Chair &
di Jakarta Utara diresmikan sejak tanggal Baby Stroller, Layanan Valet Parking dan
27 Oktober 2004. Dengan lokasi terletak Taxi Blue Bird.
di kawasan pemukiman Kelapa Gading Data Produksi
yang merupakan pemukiman kelas Mal Artha Gading beroperasional
menengah ke atas di wilayah Jakarta setiap hari pada pukul 10.00 s/d
Utara, serta salah satu destinasi wisata 22.00 WIB. Berdasarkan wawancara
yang dicanangkan Pemerintah daerah dan penelitian dilapangan maka yang
Jakarta Utara. Mal Artha Gading dibangun menjadi obyek penelitian yaitu 3
oleh PT. Swadaya Panduartha (SPA) mesin chiller yang beroperasi selama
yang merupakan pengembang bidang 13 jam setiap harinya yaitu dari pukul
usaha property pada kawasan sentra 08.00 s/d 21.00 WIB. Adapun alasan
bisnis dan hunian terpadu di Kelapa pengambilan mesin chiller ini yaitu :
Gading. a. Beroperasi setiap hari
Mal Artha Gading mulai di bangun b. Tidak ada cadangan mesin
tahun 2002 diatas lahan 6 ha dengan total bila mengalami kerusakan
gross area 270.000 m2, leasable area c. Daya listrik yang besar
100.000 m2 dengan total unit sebanyak Data produksi adalah data jumlah
862 unit, total level 8 floor. Sebagai mal hari dari masing-masing mesin chiller
dengan target market keluarga, Mal Artha yang diteliti di department
Gading terus memanjakan pengunjungnya Engineering Mal Artha Gading. Data
dengan menghadirkan lebih dari 400 yang dikumpulkan merupakan data 2
Tenant berkualitas dengan tenancy mix bulan terakhir yaitu pada tanggal 01
bervariasi seperti pusat hiburan keluarga ( November sampai dengan 30
Amazone, Nav Karaoke, Cinema XXI dan Desember 2017 yang dilakukan
Bowling Center ), Home Furnishing ( pengambilan data dari monitor kontrol
Informa, Furnish Center dan Ace Home setiap mesin chiller.
Center ), Supermarket ( Diamond )
Tabel 1. Data Produksi Mesin Chiller
Mesin Jumlah Produksi (pcs) Product Reject (pcs)
Chiller 1 60 6
Chiller 2 60 11
Chiller 3 60 9

102
Tabel 2. Rincian Data Produksi Chiller
Chiller Chiller Chiller Chiller 1 Chiller 2 Chiller
No. Tanggal No. Tanggal
1 (C°) 2 (C°) 3 (C°) (C°) (C°) 3 (C°)
1 01-11-17 7.1 7.1 7.1 31 01-12-17 7.4 7.4 7.3
2 02-11-17 7.4 7.5 7.3 32 02-12-17 7.4 7.4 7.3
3 03-11-17 7.5 7.7 7.2 33 03-12-17 8.1 8.1 7.9
4 04-11-17 7.7 7.6 7.2 34 04-12-17 8,0 7.9 7.8
5 05-11-17 7.7 7.7 7.3 35 05-12-17 7.3 7.5 7,0
6 06-11-17 7.9 7.9 7.7 36 06-12-17 7.5 7.2 7.4
7 07-11-17 7.4 7.6 7.2 37 07-12-17 10.7 11.7 12.4
8 08-11-17 7.3 7.4 7.2 38 08-12-17 8.0 8.9 8.8
9 09-11-17 7.3 7.4 7.3 39 09-12-17 8.1 9.1 8.4
10 10-11-17 7.4 7.4 7.3 40 10-12-17 8.3 9.7 9.2
11 11-11-17 7.4 7.6 7.2 41 11-12-17 7.2 8.1 7.9
12 12-11-17 7.5 7.5 7.3 42 12-12-17 7.2 8.1 7.4
13 13-11-17 7.3 7.4 7.2 43 13-12-17 7.2 7.4 7.5
14 14-11-17 7.6 7.5 7.2 44 14-12-17 7.3 7.4 7.4
15 15-11-17 7.6 7.3 7.3 45 15-12-17 7.2 7.1 7.1
16 16-11-17 7.9 7.2 7.6 46 16-12-17 7.3 7.3 7.3
17 17-11-17 9.8 10.4 10.5 47 17-12-17 7.3 7.3 7.2
18 18-11-17 8.2 8.7 8.8 48 18-12-17 7.3 7.4 7.3
19 19-11-17 7.9 8.3 8.2 49 19-12-17 7.2 7.2 7.2
20 20-11-17 7.2 7.2 7.1 50 20-12-17 7.1 7.1 7.1
21 21-11-17 7.2 7.1 7.1 51 21-12-17 9.7 - 10.2
22 22-11-17 9.3 9.4 9.4 52 22-12-17 7.1 7.1 7.0
23 23-11-17 9.3 9.8 9.0 53 23-12-17 7.1 7.5 7.4
24 24-11-17 7.1 7.2 7.2 54 24-12-17 7.2 9.2 8.3
25 25-11-17 8.1 8 7.7 55 25-12-17 7.3 7.4 7.3
26 26-11-17 8.6 8.4 8.4 56 26-12-17 8.4 8.7 8.9
27 27-11-17 7.2 7.2 7.2 57 27-12-17 7.6 7.8 7.8
28 28-11-17 7.4 7.4 7.2 58 28-12-17 7.4 7.3 7.3
29 29-11-17 7.2 7.3 7.2 59 29-12-17 7.7 8.0 7.7
30 30-11-17 7.7 7.5 7.5 60 30-12-17 7.4 7.6 7.4
Total Produksi 60 60 60
Total Reject 6 11 9

Total produksi yaitu hasil produksi Dari hasil pengamatan pada


setiap hari dengan memproduksi 1 unit mesin chiller di department
dengan waktu 60 hari. Total reject yaitu Engineering, faktor-faktor yang
total barang yang di produksi chiller menyebabkan delay yaitu :
dengan suhu > 8.5 C° (produk tidak a. Jadwal kerja mesin chiller setiap
mencapai suhu yang diinginkan) hari, yang dibagi menjadi 4
Data Jam Kerja, Delay dan Mesin Break bagian yang disajikan pada Tabel
pada Chiller 3.

103
Tabel 3. Data Jam kerja dan Delay Masing-Masing Mesin Chiller
Waktu Yang
Lama beroperasi Total waktu yang
Jadwal kerja mesin chiller dibutuhkan/hari
(Hari) dibutuhkan (Jam)
(Jam)
Jam kerja tersedia 13.00 60 780.00
Warm up time 0.33 60 20.00
Schedule time 0.25 60 15.00
Penyetelan sparepart 0.50 60 30.00
Jam kerja tersedia, yaitu komponen dan perbaikan part-part mesin
ketersediaan waktu operasional chiller yang longgar dilakukan setelah mesin
setiap hari yang beroperasi selama 13 tidak beroperasi selama 0,50 Jam.
jam. Warm-up time, yaitu waktu persiapan
mesin sebelum dioperasikan mesin chiller b. Machine Break Chiller
dengan melakukan pengecekan ulang Machine break, yaitu kerusakan atau
selama 0.33 jam. Schedule shutdown, gangguan terhadap mesin/peralatan
yaitu lama waktu berhenti produksi yang yang menyebabkan mesin berhenti
ditetapkan oleh perusahaan untu beroperasi untuk sementara waktu
mematikan mesin chiller selama 0.25 jam. yang diambil dari monitor kontrol
Penyetelan sparepart, merupakan mesin chiller yang disajikan pada
pemeliharaan harian berupa penyetelan tabel 4.

Tabel 4. Data Machine Break Chiller


Chiller 1
Machine
Tanggal Jam Masalah
Break (Jam)
17-11-17 9:57:50 1.00
COMPR STOP - Condenser Pressure High
10:24:49 COMPR STOP - Condenser Pressure High
22-11-17 8:56:43 COMPR STOP - Oil Feed Temp High 0.33
04-12-17 18:51:16 COMPR STOP - No Starter Transition 0.33
06-12-17 14:49:27 COMPR STOP - Condenser Pressure High 0.33
14-12-17 9:32:58 NO LOAD - Evaporator Pressure Low 0.33
24-12-17 8:49:18 1.33
COMPR STOP - Oil Feed Temp High
9:36:23 COMPR STOP - Oil Feed Temp High
9:51:58 COMPR STOP - Oil Feed Temp High
28-12-17 8:43:45 0.50
COMPR STOP - Evaporator Water Flow Loss
8:46:45 COMPR STOP - Evaporator Water Flow Loss
Jumlah 4.17
Chiller 2
Machine Break
Tanggal Jam Masalah
(Jam)
12-11-17 8:35:22 COMPR STOP - Oil Pressure Low - Start 0.33
17-11-17 8:47:08 COMPR STOP - Oil Pressure Low - Start 0.33
20-11-17 8:06:51 COMPR STOP - Oil Pressure Low - Start 0.33
21-11-17 8:11:59 COMPR STOP - Oil Pressure Low - Start 0.33
20-12-17 8:48:48 COMPR STOP - Oil Pressure Low - Start 0.33
26-12-17 8:54:26 0.50
COMPR STOP - Oil Pressure Low - Start
8:58:39 COMPR STOP - Oil Pressure Low - Start
30-12-17 6:39:33 COMPR STOP - Oil Pressure Low - Start 0.33
30-12-17 8:04:52 2.00
COMPR STOP - Starter Fault
9:16:51 COMPR STOP - Oil Pressure Low - Start
Jumlah 17.17

104
Chiller 3
Machine Break
Tanggal Jam Masalah
(Jam)
01-11-17 17:42:29 COMPR STOP - Oil Delta Pressure Low 0.33
19:54:25 COMPR STOP - Evaporator Water Flow Loss
13-11-17 0.50
19:54:26 COMPR STOP - Evaporator Water Flow Loss
17-11-17 8:49:27 3.00
COMPR STOP - Condenser Pressure High
10:56:34 NO START - Vanes Open
22-11-17 8:01:46 0.50
COMPR STOP - Oil Feed Temp High
8:06:26 NO START - Vanes Open
23-11-17 10:50:21 NO START - Vanes Open 0.33
05-12-17 8:58:05 1.00
COMPR STOP - No Starter Transition
9:01:36 COMPR STOP - Evaporator Water Flow Loss
27-12-17 8:10:49 1.00
COMPR STOP - No Starter Transition
8:25:12 COMPR STOP - No Starter Transition
29-12-17 9:52:41 2.50
COMPR STOP - No Starter Transition
11:23:20 NO START - Vanes Open
12:10:54 COMPR STOP - No Starter Transition
Jumlah 9.17

Pengolahan Data Perhitungan Availability


Pengolahan data yang dilakukan yaitu Availability merupakan rasio dari
menghitung availability, Performance operation time, dengan mengeliminasi
Efficiency, Rate of Quality, Overall downtime peralatan, terhadap loading
Equipment Effectiveness,dan Six Big time. Rumus yang digunakan untuk
Losses serta dianalisis penyebab sering mengukur availability ratio adalah :
terjadi kerusakan pada mesin chiller
menggunakan diagram sebab akibat.
𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑡𝑖𝑚𝑒
Availability = 𝑙𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑇𝑖𝑚𝑒 𝑥 100%
Loading time adalah waktu yang tersedia berlangsung mesin tidak boleh berhenti.
mesin beroperasi, planned time tidak Maka formula matematikanya adalah :
diperhitungkan karena selama produksi
Loading time = waktu operasi setiap hari x lama beroperasi
Operation time = Total loading time - Downtime
Hasil perhitungan loading time dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Perhitungan Loading Time Masing-Masing Chiller


Waktu operasi setiap Total Loading Time
Mesin Lama beroperasi (hari)
hari (Jam) (jam)
Chiller 1 13 60 780
Chiller 2 13 60 780
Chiller 3 13 60 780
Downtime mesin merupakan waktu chiller yang menjadi faktor downtime
dimana mesin tidak dapat melakukan adalah warm up time ditambah schedule
operasi sebagaimana mestinya karena shutdown ditambah machine break. Hasil
adanya gangguan terhadap perhitungan downtime dapat dilihat pada
mesin/peralatan. Pada masing-masing Tabel 6.

105
Tabel 6. Perhitungan Downtime Masing-Masing Chiller
Warm up Schedule
Machine Break Total Downtime
Mesin time (Jam) Shutdown
(Jam) (Jam)
(Jam)
Chiller 1 20 15.00 04.17 39.17
Chiller 2 20 15.00 17.17 52.17
Chiller 3 20 15.00 09.17 44.17

Perhitungan availability untuk mesin chiller 1 sebagai berikut :


𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑇𝑖𝑚𝑒
Availability = 𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑇𝑖 𝑚𝑒 x 100%
780− 39.17
= 780 x 100%
= 94.98%
Dengan cara yang sama, maka masing mesin chiller disajikan dalam
perhitungan availability untuk masing- tabel 7.

Tabel 7. Perhitungan Availability Masing-Masing Chiller


Loading Time Total Downtime Operation Time
Mesin Availability (%)
(Jam) (Jam) (Jam)
Chiller 1 780 39.17 740.83 94.98
Chiller 2 780 52.17 727.83 93.31
Chiller 3 780 44.17 735.83 94.34

Perhitungan Performance Efficiency proses produksi atau pengoperasian.


Perhitungan performance efficiency Untuk menghitung ideal cycle time maka
dimulai dengan perhitungan ideal cycle perlu diperhatikan persentase jam kerja
time. Ideal Cycle Time merupakan waktu terhadap delay, dimana jam kerja adalah :
siklus ideal mesin chiller dalam melakukan
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦
% jam kerja = 1- 𝐴𝑣𝑎𝑖𝑙𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑇𝑖𝑚𝑒 x 100%
Total delay adalah total downtime ditambah dengan penyetelan sparepart di masing-masing
chiller. Perhitungan total delay dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Perhitungan Total Delay
Total Downtime Penyetelan Total Delay (Jam)
Mesin
(Jam) Sparepart (Jam)
Chiller 1 39.17 30.00 69.17
Chiller 2 52.17 30.00 82.17
Chiller 3 44.17 30.00 74.17

Perhitungan persentase jam kerja untuk mesin chiller 1 sebagai berikut :


𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦
% jam kerja = 1- 𝐴𝑣𝑎𝑖𝑙𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑇𝑖𝑚𝑒 x 100%
69.17
= 1– 780 x 100%
= 91.13 %
Dengan cara yang sama, maka masing-masing mesin chiller disajikan
perhitungan persentase jam kerja untuk dalam tabel 9.
Tabel 9. Perhitungan Persentase Jam Kerja
Mesin Available Time (Jam) Total Delay (Jam) Jam Kerja (%)
Chiller 1 780 69.17 91.13
Chiller 2 780 82.17 89.47
Chiller 3 780 74.17 90.49

𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑇𝑖𝑚𝑒 780


Waktu siklus = 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝐶ℎ𝑖𝑙𝑙𝑒𝑟 1 = 60 = 13 Jam/Pcs
Waktu siklus ideal = Waktu Siklus x % Jam Kerja = 13 Jam/Pcs x 91.13 %
= 11.85 Jam/Pcs
Dengan demikian, perhitungan waktu
siklus ideal untuk masing-masing chiller
disajikan pada Tabel 10.
106
Tabel 10. Perhitungan Ideal Cycle Time
Waktu
Produksi Loading Time Jam Kerja Ideal Cycle
Mesin Siklus
(pcs) (Jam) (%) Time (Jam/Pcs)
(Jam/Pcs)
Chiller 1 60 780 13 91.13 11.85
Chiller 2 60 780 13 89.47 11.63
Chiller 3 60 780 13 90.49 11.76

Perhitungan performance efficiency


untuk mesin chiller 1 adalah
Processed Amount x Ideal Cycle Time
Performance Efficiency = x 100%
Operation Time
60 x 11.85
= x 100%
740.83
= 95.95 %
Tabel 11. Perhitungan Performance Efficiency Masing-Masing Mesin Chiller
Ideal Cycle
Operation Performance
Mesin Product (Pcs) Time
Time (Jam) Efficiency (%)
(Jam/pcs)
Chiller 1 60 11.85 740.83 95.95
Chiller 2 60 11.63 727.83 95.88
Chiller 3 60 11.76 735.83 95.92

Perhitungan Rate of Quality


Rate of quality product merupakan menghasilkan produk yang sesuai dengan
suatu rasio yang menggambarkan standar. Perhitungan Rate of Quality
kemampuan peralatan dalam Product untuk mesin Chiller 1 adalah :
60−6
Rate of Quality Product = 60 x 100% = 90 %
Dengan cara yang sama, maka masing-masing chiller disajikan dalam
perhitungan rate of quality product untuk Tabel 12.
Tabel 12. Perhitungan Rate of Quality Product Masing-Masing Chiller
Mesin Product (Pcs) Reject (Pcs) Rate of Quality (%)
Chiller 1 60 6 90.00
Chiller 2 60 11 81.67
Chiller 3 60 9 85.00

Perhitungan Overall Equipment Effectiveness


Untuk mengetahui besarnya performance efficience dan rate of quality.
efektivitas mesin chiller secara Perhitungan Overall Equipment
keseluruhan di gedung Mal Artha Gading, Effectiveness untuk mesin chiller 1 adalah
maka diperoleh nilai-nilai availability ratio, :
OEE = 94.98% x 95.95% x 90.00% = 82.02%
Dengan cara yang sama, maka
perhitungan OEE untuk masing-masing
chiller disajikan pada tabel 13.

Tabel 13.Perhitungan Overall Equipment Effectiveness


Availibilty Performance Rate of Quality
Mesin OEE (%)
Ratio (%) Efficiency (%) (%)
Chiller 1 94.98 95.95 90.00 82.02
Chiller 2 93.31 95.88 81.67 73.07
Chiller 3 94.34 95.92 85.00 76.92

107
Perhitungan Six Big Losses Besarnya persentase efektivitas mesin
Equipment Failure yang hilang diakibatkan oleh equipment
failure untuk chiller 1 sebagai berikut :
4.17
Equipment Failure = 780 x 100% = 0.53%
Perhitungan equipment failure untuk
masing-masing chiller disajikan dalam
Tabel 14.

Tabel 14. Perhitungan Equipment Failure Masing-Masing Chiller


Total Breakdown Loading Time
Mesin Equipment Failure (%)
(Jam) (Jam)
Chiller 1 4.17 780 0.53
Chiller 2 17.17 780 2.20
Chiller 3 9.17 780 1.18

Set-up and adjustment mengetahui besarnya persentase


Dalam perhitungan set-up and efektivitas mesin yang hilang diakibatkan
adjustment loss diperlukan seluruh data oleh set-up and adjustment maka
mengenai waktu set-up mesin yang digunakan rumus :
menjadi objek penelitian. Untuk
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑡 𝑢𝑝 𝑎𝑛𝑑 𝐴𝑑𝑗𝑢𝑠𝑚𝑒𝑛𝑡 𝑇𝑖𝑚𝑒
Set-up and Adjustment Loss = 𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑇𝑖𝑚𝑒
x 100%
Perhitungan Set up and Adjusment loss
untuk mesin chiller 1 dihitung sebagai
berikut :
20+15
Set up and Adjusment Loss = 780 x 100%
= 4.49%
Perhitungan set-up and adjustment loss
untuk masing-masing chiller disajikan
dalam tabel 15.

Tabel 15. Perhitungan Set up and Adjustment Masing-Masing Chiller


Warm up Schedule Loading Set up and
Mesin
time (Jam) Shutdown (Jam) Time (jam) Adjustment loss (%)
Chiller 1 20 15 780 4.49
Chiller 2 20 15 780 4.49
Chiller 3 20 15 780 4.49

Idling and minor stoppages maka faktor yang termasuk nonproductive


Untuk mengetahui persentase time adalah penyetelan Sparepart.
dari faktor idling and minor stoppages Persentase idling and minor stoppages
dalam mempengaruhi efektivitas mesin, untuk chiller 1 dihitung sebagai berikut :
Berdasarkan data delay mesin diperoleh,
𝑁𝑜𝑛𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡𝑖𝑣𝑒 𝑇𝑖𝑚𝑒
Idling and Minor Stopagges = 𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑇𝑖𝑚𝑒
x 100%
30
= 780 x 100%
= 3.85%
Dengan cara yang sama, idling and minor
stoppages untuk masing-masing chiller
disajikan dalam Tabel 16.
Tabel 16. Perhitungan Idling and Minor Stoppages Masing-Masing Chiller
Penyetelan Sparepart Idling and minor
Mesin Loading time (Jam)
(Jam) stoppages (%)
Chiller 1 30 780 3.85
Chiller 2 30 780 3.85
Chiller 3 30 780 3.85

108
Reduced speed losses
Perhitungan persentase reduced speed
losses untuk chiller 1 adalah sebagai
berikut :
740.83 –(11.85 x 60)
Reduced speed losses = 780
x 100% = 3.85%
Perhitungan persentase reduced speed
losses untuk masing-masing chiller dapat
dilihat pada tabel 17.
Tabel 17. Perhitungan Persentase Reduced Speed Losses Masing-Masing Chiller
Total Reduced
Ideal cycle Reduced
Operation product Loading Speed Losses
Mesin time speed
time (Jam) process time (Jam) Time (Jam)
(Jam/pcs) losses (%)
(pcs)
Chiller 1 740.83 11.85 60 780 3.85 30.03
Chiller 2 727.83 11.63 60 780 3.85 30.03
Chiller 3 735.83 11.76 60 780 3.85 30.03

Process Defect
Process Defect yaitu kerugian yang masing-masing chiller dapat dilihat dari
disebabkan karena adanya produk cacat total hari alarm yang terjadi. Perhitungan
maupun karena kerja produk diproses Defect and Process untuk chiller 1 adalah
ulang. Untuk melihat total defect pada
11.85 𝑥 7
Defect and Process = 780
x 100% = 10.63%

Perhitungan Defect and Process untuk


masing-masing chiller dapat dilihat pada
Tabel 18.
Tabel 18. Perhitungan Defect and Process Masing-Masing Chiller

Ideal Cycle Time Total Defect Loading time Defect and Defect and
Mesin
(Jam/pcs) (pcs) (Jam) Process (%) Process (Jam)

Chiller 1 11.85 7 780 10.63 82.91


Chiller 2 11.63 8 780 11.93 93.05
Chiller 3 11.76 8 780 12.07 94.15

109
Reduced Yield Losses penyebab tingginya faktor Defect and
Mesin chiller tidak ada reduced yield Process Losses. Penganalisisan
losses dikarenakan tidak ada material dilakukan bedasarkan hasil dari diagram
ataupun sampah bahan baku yang pareto six big losses masing-masing
dihasilkan. Untuk itu masing-masing chiller yang mempunyai akar
chiller memperoleh persentase reduced permasalahan yang sama sehingga
yield losses sebesar 0%. faktor-faktor yang menjadi penyebab
Diagram Fishbone ( Sebab Akibat) terjadinya losses dapat diketahui lebih
Dalam diagram sebab akibat pada rinci.
Gambar 4. berikut ini akan diketahui

Gambar 4. Diagram Fishbone Defect And Process Losses Dari Kinerja Chiller

Analisis pengolahan Data nilai Overall Equipment Effectiveness


Data yang sudah dihitung dalam (OEE) untuk ketiga mesin chiller antara
pengolahan data, selanjutnya di analisis 73.07% - 82.02%. Dan hasil rasio
untuk memperoleh penjelasan mengenai availability antara 93.31% - 94.98%. Hasil
hasil dari masing-masing perhitungan performance efficiency antara 95.88% -
yang dibuat. Adapun data yang di analisis 95.92% dan hasil rasio rate of quality
yaitu hasil perhitungan OEE, dan diagram antara 81.67 % - 90.00%.
sebab akibat. a. Nilai OEE tertinggi yaitu pada
Analisis Hasil Perhitungan Overall mesin chiller 1 sebesar 82.02%.
Equipment Effectiveness (OEE) Hal ini disebabkan karena
Analisis perhitungan overall tingginya tingkat availability ratio
equipment effectiveness di Mal Artha yang digunakan mencapai
Gading dilakukan untuk melihat tingkat 94.98% dan performance
efektifitas penggunaan mesin-mesin efficiency sebesar 95.95%
chiller di Engineering Department selama sedangkan rate of quality
2 bulan terakhir. Pengukuran overall sebesar 90.00%.
equipment effectiveness (OEE) ini
merupakan perkalian antara Availability
Ratio, Performance Efficiency dan Rate of
Quality. Selama waktu 2 bulan diperoleh

110
Analisis Diagram Sebab Akibat yang diinginkan sehingga ada
Analisis terhadap faktor yang proses terjadinya pengulangan
memberikan kontribusi terbesar penyebab pengoperasian dari awal.
rendahnya efektivitas mesin-mesin chiller Usulan Penerapan Total Productive
ini dilakukan dengan menggunakan Maintenance 5S
diagram sebab akibat. Melalui diagram ini Usulan peningkatan efektivitas mesin
dapat diketahui penyebab utama losses dapat dilakukan dengan penerapan 5S
yaitu manusia secara lebih terperinci yang untuk kegiatan sehari-hari oleh bagian
disajikan pada gambar 4.5. Analisis operator yang bertujuan untuk
diagram sebab akibat untuk ketiga mesin mengurangi mesin chiller mengalami
chiller adalah sebagai berikut : kerusakan dan meningkatkan produksi.
a. Manusia Penerapan 5S yang dilakukan yaitu:
Dalam sebuah perusahaan a. Seiri (Ringkas)
khususnya Mal Artha Gading, Seiri adalah memisahkan barang
manusia mempunyai peran yang antara diperlukan dengan yang tidak
sangat penting dalam diperlukan, barang tidak berguna
operasional gedung. Manusia dibuang, barang yang diperlukan di
merasa takut akan kesalahan tempatkan di semestinya. Di ruang
yang akan terjadi, ini bermula dari chiller barang yang diringkas yaitu :
jenuhnya karyawan dalam 1). Insulflex yang sudah rusak
bekerja sehingga mengakibatkan 2). Tangga
kurangnya pengetahuan tentang 3). Tabung refrigerant
chiller. 4). Dudukan mesin yang sudah korosi
b. Metode 5). Perlengkapan kebersihan
Faktor yang menjadi metode 6). Sparepart bekas penggantian
tidak efektif dalam pengoperasian b. Seiton (Rapih)
adalah kurangnya standart yang Seiton adalah pengaturan barang
harus dilakukan. Ini bermula dari sedemikian rupa sehingga dapat
kurangnya pengawasan atasan diambil dan dikembalikan dengan
terhadap operator dalam mudah. Setelah dilakukan pemilahan
pengoperasian. selanjutnya melakukan perapihan
c. Lingkungan barang-barang yang ada di ruang
Lingkungan juga sangat chiller seperti sampah insulflex,
mempengaruhi tidak optimalnya dudukan mesin korosi dan tabung
mesin. Ini terjadi pada area atau refrigerant di buang ke tempat
lantai kerja yang licin yang sampah yang disediakan serta
diakibatkan oleh bocornya pipa sparepart bekas dikembalikan ke
evaporator dikarenakan gudang. Sementara tangga dan alat
condensasi yang ditimbulkan. kebersihan diletakkan pada tempat
d. Mesin khusus yang disediakan.
Mesin merupakan bagian yang c. Seiso (Resik)
sangat penting untuk Seiso adalah menghilangkan sampah
kenyamanan pengunjung dan kotoran serta barang yang tidak
maupun penghuni gedung. diperlukan, membuat tempat kerja
Namun mesin masih sering yang baik dan bersih. Dalam hal ini
terjadi alarm yang diakibatkan yang perlu dibersihkan yaitu
errornya pembacaan sensor 1). Membersihkan oli yang bercecer
pada equipment. di lantai atau perlengkapan kerja.
e. Material 2). Membersihkan genangan air
Material meupakan faktor yang akibat condensasi.
mempengaruhi kualitas produksi 3). Membersihkan debu yang
mesin chiller. Listrik mati ataupun menempel pada mesin pompa
ngedip merupakan faktor utama (cwp, chwpp, chwps) dan sensor
yang menyebabkan kegagalan (flow switch, discharge, suction,
mesin dalam mencapai suhu water temperature)
111
4). Alat-alat kerja setelah dipakai 1). Melakukan operasional chiller
d. Seiketsu (Rawat) sesuai dengan yang ditentukan
Seiketsu adalah menetapkan 2). Melakukan pengecekan sesuai
pemilihan dan penataan serta dengan jadwal yang ada
mempertahankan agar selalu ringkas, 3). Melakukan komunikasi yang baik
rapih dan bersih. kepada teman maupun atasan
1). Membuat logsheet pembersihan 4). Meningkatkan kepedulian
dan perawatan mesin terhadap lingkungan kerja
2). Melakukan pengecekan rutin Penerapan 5S ini akan berjalan
meskipun tidak ada kerusakan dengan baik apabila setiap operator
e. Shitsuke (Rajin) mengikuti standard operating procedure
Shitsuke adalah membiasakan untuk (SOP) yang telah ditentukan perusahaan.
selalu mematuhi dengan baik apa SOP ini dimaksud agar standart hasil
yang telah dibakukan dan yang diperoleh produksi chiller dapat
meningkatkan apa yang sudah tercapai dan penerapan 5S dapat
dicapai. dilaksanakan oleh semua operator. SOP
Hal ini yang menjadi faktor utama Operasional Chiller dibagi ke dalam 2
dalam menjalankan shitsuke ini yaitu : bagian yaitu yang pada gambar 5 dan
gambar 6.

112
1
STANDARD OPERATING PROCEDURE
MAL ARTHA GADING
Dibuat Oleh, Diperiksa Oleh, Disetujui Oleh, Judul : ENGINEERING – Operasional Chiller

No: MAG/SOP/OPT/BS – ENG/007 Tanggal: 25 Agustus 2016

Ka. Div. General Manager Direksi Revisi: 2 Hal: 1/2

Panduan pengoperasian Chiller yang dilakukan harian, agar dalam operasional tidak mengalami kendala
TUJUAN : serta hambatan
TIME
AKTIVITAS FRAME BUKTI CATATAN KETERANGAN

Mulai

Teknisi 1 5 menit 1) Chiller dihidupkan dengan harus


Periksa dan pastikan mengikuti urutan urutan (langkah-
bahwa Cooling Tower, langkah sebagai mana dijabarkan
pompa CWP, CHWPp, dalam flow chart.
CHWPs dapat
dioperasikan

Teknisi 2 5 menit 4) 1) 2) Dihidupkan dengan push buttom


Log Sheet Chiller yang berada pada ruang PUTR
Hidupkan pompa
CHWPp dan CHWPs
sesuai dengan
kebutuhan (sesuai
dengan instruksi
supervisor jenis pompa
CHWPp dan CHWPs
yang digunakan)

Teknisi 3 5 menit 3) Dihidupkan dengan push buttom


Hidupkan fan Cooling yang berada pada Panel Cooling
tower sesuai kebutuhan Tower Lantai 7
(sesuai dengan instruksi
supervisor Cooling tower
yang digunakan)

Teknisi 4 4) Supervisor melakukan monitoring


Perhatikan dan catat serta analisa dari data-data log
parameter pada sheet teknisi
microtech panel

Teknisi 5 5 menit
Hidupkan Compressor
dengan memindahkan
remote switch pada
posisi ON dan tekan
tombol auto pada
microtech panel
Teknisi 6
Gagal? ya Lakukan analisa terhadap
kegagalan tersebut serta
tdk lakukan perbaikan

Teknisi 7
Periksa dan perhatikan
proses running sampai
RLA 100%, dan
kemudian start kembali
compressor berikutnya
sesuai kebutuhan

Gambar 5. SOP Operasional Chiller Bagian 1

113
STANDARD OPERATING PROCEDURE
MAL ARTHA GADING
Dibuat Oleh, Diperiksa Oleh, Disetujui Oleh, Judul : ENGINEERING – Operasional Chiller

No: MAG/SOP/OPT/BS – ENG/007 Tanggal: 25 Agustus 2016

Ka. Div. General Manager Direksi Revisi: 2 Hal: 2/2

Panduan pengoperasian Chiller yang dilakukan harian, agar dalam operasional tidak mengalami kendala
TUJUAN : serta hambatan
TIME
AKTIVITAS FRAME BUKTI CATATAN KETERANGAN

Teknisi 8 Setiap 2 8)
jam Log Sheet Chiller
Lakukan pencatatan
voltage, ampere. RLA
serta item-item lain
seperti halnya dalam log
sheet Chiller

Teknisi 9
Apabila kebutuhan
system HVAC tidak
diperlukan lagi, matikan
Chiller dengan
menggunakan remote
switch pada posisi OFF

Teknisi 10 9)
A.
Matikan fan Cooling tower, Log sheet dilakukan oleh teknisi
kemudian matikan pompa B.
CWP, CHWPp & CHWPs
Log Sheet dicheck oleh supervisor
serta diinput dalam komputer
sebagai data back-up.
Supervisor 11 C.
Input data-data ke Log sheet dicheck Chief Eng
komputer server Manager Eng, Ops Div Head.
engineering
Supervisor 12 D.
Log Sheet yang telah diverifikasi
Lakukan analisa terhadap
ya kegagalan serta lakukan kemudian dimasukkan dalam file
Kejanggalan perbaikan data odner
tdk

Adm 13

Verifikasi Chief Eng & Ops


Div Head

14)
Adm 14 Log Sheet Chiller

File Document

Selesai

Gambar 6. SOP Operasional Chiller Bagian 2

KESIMPULAN b). Performance Efficiency


Berdasarkan hasil dari analisis dan sebesar 95.95%
pembahasan didapatkan untuk tingkat c). Rate of Quality sebesar
efektivitas mesin chiller di Mal Artha 90%
Gading pada tanggal 01 November 2017 d). Overall Equipment
sampai dengan 30 Desember 2017 Effectiveness sebesar
sebagai berikut : 82.02%
a. Pengukuran tingkat efektivitas 2). Mesin Chiller 2
mesin chiller dengan mengukur a). Availability sebesar
Overall Equipment Effectiveness 93.31%
(OEE) didapatkan hasil di bawah b). Performance Efficiency
niali OEE standart industri- sebesar 95.88%
industri manufaktur di dunia yaitu c). Rate of Quality sebesar
85%. Hasil yang diperoleh 81.67%
sebagai berikut : d). Overall Equipment
1). Mesin Chiller 1 Effectiveness sebesar
a). Availability sebesar 73.07%
94.98%

114
3). Mesin Chiller 3 DAFTAR PUSTAKA
a). Availability sebesar Ansori,Nachnul dan Mustajib,Imron. 2013.
94.34% Sistem perawatan terpadu
b). Performance Efficiency (Intergrated Maintenance System).
sebesar 95.92% Yogyakarta. Graha Ilmu
c). Rate of Quality sebesar Haming, Murdifin dan Mahfud
85% Nurnajamuddin. 2017. Manajemen
d). Overall Equipment Produksi Modern Operasi
Effectiveness sebesar Manufaktur Dan Jasa. Jakarta : Bumi
76.92% Aksara.
b. Faktor utama yang Hermanto. 2016. Pengukuran Nilai
mempengaruhi rendahnya OEE Overall Equipment Effectiveness
pada masing-masing chiller yaitu Pada Devisi Painting Di PT AIM.
terjadi pada faktor defect and Jakarta : Universitas Indraprasta PGRI.
process dengan persentase Kholid, Ahmad, Muchlison Anis dan Ayub
antara 45%-47% yang As’Ari. 2012. Upaya Peningkatan
disebabkan tidak optimalnya Performansi Mesin Pada Industri
produksi oleh manusia. Adapun Manufaktur. Surakarta : UMS.
faktor lain yang menjadi Mustika Atmaja, Very. 2005. Analisis
penyebab kerugian adalah 17%- Pengendalian Kualitas Bagian
19% (Set up and Adjusment Finishing Dengan Diagram Pareto
Losses), 15%-16% (Reduced dan Fishbone Pada CV Teknika Jaya
Speed Losses), 15%-17% (Idling Batur Ceper. Klaten. Surakarta :
and Minor Stoppages), 2%-8% Universitas Sebelas Maret
(Breakdown Losses), 0% Nakajima, Seiichi, “Introduction to TPM,
(Reduced Yield Losses). Total Productive Maintenance”,
c. Setelah usulan penerapan Productivity Press Inc., Cambridge-
diterapkan yaitu operator Massachusets, 1998.
menerapkan 5S (Seiri, Seiton, Purwono,Agus. 2013. Buku Ajar
Seiso, Seiketsu, Shitsuke) Manajemen Pemeliharaan. Malang :
diharapkan nilai Overall Puncak Permata Sengkaling.
Equipment Effectiveness Sunaryo. Kalkulasi Overall Equipment
mengalami peningkatan melebihi Effectiveness (OEE) Untuk
nilai standart kelas dunia yang Mengetahui Efektivitas Mesin
ditetapkan oleh JIPM yaitu OEE komatzu 80T (Studi Kasus Pada PT.
sebesar 85%. Hal ini dapat Yogya Presisi Tehnikatama Industri).
terwujud dengan meningkatkan Yogyakarta : Universitas Islam
Availability sebesar 96%, Indonesia.
Performance Effeciency sebesar Triesnata, Angga. 2008. Analisis
97%, dan Rate of Quality sebesar Perawatan Total Productive
92%. Maintenance (TPM) Departemen
Pressing di PT. Indomobil Suzuki
Internasional (Pada Mesin Amino
200T). Jakarta : Universitas Mercu
Buana.

115

Anda mungkin juga menyukai