Sebagai solusi terhadap masalah birokrasi ini, Indonesia akhirnya menjadi negara anggota Konvensi 5 Oktober 1961
tentang Penghapusan Persyaratan legalisasi terhadap Dokumen Asing (“Konvensi Apostille”) melalui dikeluarkannya
Peraturan Presiden No. 2 tahun 2021 tentang Pengesahan Konvensi Penghapusan Persyaratan Legalisasi terhadap
Dokumen Publik Asing (“Perpres 2/2021”). Artinya, masyarakat Indonesia kini dapat memanfaatkan pelayanan Apostille
sebagai cara yang lebih sederhana dan efisien dalam melegalisasi dokumen publik dan tidak lagi harus mengikuti
proses dan prosedur legalisasi konvensional yang lebih lama,[3] sehingga dapat memangkas pita merah birokrasi.
Pelayanan Apostille di Indonesia sendiri baru-baru ini dilaksanakan secara online setelah aksesi negara ke Konvensi
Apostille pada tanggal 4 Juni 2022. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (“Kementerian”), sebagai pejabat
berwenang yang ditunjuk, saat ini telah mengeluarkan Peraturan No. 6 tahun 2022 tentang Layanan Legislasi Apostille
pada Dokumen Publik (“Permenkumham 6/2022”), yang mengatur berbagai rincian mengenai pelayanan Apostille
terbaru.[4] Selain itu, Kementerian Keuangan juga telah mengeluarkan Peraturan No. 101/PMK.02/2022 tentang Jenis
dan Tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak Kebutuhan Mendesak atas Layanan Legalisasi Apostille pada Dokumen
Publik yang berlaku pada Kementerian (“Permenkeu 101/2022”), yang menetapkan tarif dasar layanan Apostille.
Mengingat akan kebaruan dan pentingnya prosedur Apostille di Indonesia, edisi Indonesian Law Digest (“ILD”) kali ini
memberikan serangkaian pedoman teknis yang diharapkan bermanfaat dalam proses Apostille, yang dilaksanakan
melalui Kementerian. Pedoman ini mengacu pada peraturan-peraturan yang berkaitan dengan Apostille, serta diskusi
dengan praktisi ahli untuk memastikan penyelesaian prosedur Apostille dengan mudah. Pedoman ini terbagi menjadi
beberapa bagian sebagai berikut:
I. Apostille: Pendahuluan
A. Pendaftaran Akun
B. Pengajuan Permohonan
C. Verifikasi
D. Pembayaran
E. Penerbitan Sertifikat Apostille
Perlu dipahami bahwa permohonan untuk sertifikat Apostille tidak wajib untuk semua dokumen yang akan
digunakan di luar negeri karena sertifikat Apostille hanya diperlukan apabila diminta secara khusus oleh
pejabat di negara tujuan.[5] Selanjutnya, perlu juga dicatat bahwa setelah sertifikat Apostille diterbitkan,
sertifikat tersebut akan berlaku di negara tujuan jika telah lulus proses verifikasi terkait. Setelah itu,
perbedaan antara sistem hukum di suatu negara tidak akan menghalangi berlakunya sertifkat Apostille.[6]
1. Dokumen yang dikeluarkan oleh otoritas atau pejabat publik yang berkaitan dengan pengadilan negara,
termasuk dokumen yang dikeluarkan oleh penuntut umum, panitera atau pengadilan dan jurusita;
2. Dokumen Administratif;
3. Dokumen yang dikeluarkan oleh notaris publik; dan
4. Sertifikat resmi yang dilampirkan pada dokumen yang ditandatangani oleh perseorangan dalam
cakupan kewenangan perdatanya.
Bagaimanapun, penting untuk dicatat bahwa Konvensi Apostille membatasi ruang lingkup dokumen publik
dan mengecualikan setiap dokumen yang dibuat oleh agen diplomatik/konsuler dan dokumen yang
berhubungan langsung dengan kegiatan komersial atau kepabeanan.[9] Selain itu, Indonesia juga telah
memilih untuk mengecualikan dokumen yang dikeluarkan oleh Kantor Kejaksaan Indonesia dari ruang
lingkup dokumen publik yang dimohonkan dalam Konvensi Apostille.[10]
Berdasarkan hal diatas, Kementerian telah menetapkan rincian daftar dokumen publik yang berkaitan
dengan permohonan Apostille yang diizinkan. Daftar ini memuat sebanyak 66 jenis dokumen yang
dikeluarkan oleh 12 jenis lembaga atau institusi resmi, yang dirinci dibawah:[11]
Pemohon juga harus memahami bahwa setiap negara tujuan mungkin memerlukan jenis dokumen yang
berbeda untuk dilegalisasi. Beberapa negara akan meminta pemohon untuk menyerahkan salinan dokumen
asli, sedangkan negara lain juga meminta dokumen Salinan Asli Bersertifikat. Dalam kasus di mana negara
tujuan mengharuskan pemohon untuk menyerahkan Salinan Asli Bersertifikat dari dokumen yang diberikan,
maka pemohon yang bersangkutan akan diminta untuk melegalisasi salinan dokumen terkait melalui
pejabat publik yang terdaftar di atas sebelum mengajukan permohonan Apostille-nya. Oleh karena itu,
penting bagi pemohon untuk mengonfirmasi dengan konsulat atau kedutaan di negara tujuan yang
[12]
bersangkutan sebelum mengajukan permohonan Apostille.
Sedangkan ruang lingkup “Dokumen Notaris” yang berlaku sehubungan dengan pengajuan permohonan
[13]
Apostille lebih luas, secara umum jenis-jenis dokumen tersebut dapat dipersempit menjadi sebagai berikut:
1. Akta Notaris;
2. Legalisasi Redaksional (yaitu dokumen yang dibuat secara pribadi yang ditandatangani oleh notaris);
3. Waarmerking (yaitu pencatatan oleh notaris atas dokumen yang dibuat secara pribadi yang tidak
ditandatangani oleh notaris); dan
4. Salinan Asli Bersertifikat (yaitu salinan dokumen apa pun yang disahkan oleh notaris).
Jenis dokumen yang berkaitan dengan Apostille dapat diminta tergantung pada dokumen yang diperlukan
oleh negara tujuan. Seperti pada contoh kasus yang kami diskusikan dalam salah satu wawancara kami
untuk ILD ini, sebuah universitas di Republik Korea meminta pemohon untuk memberikan sertifikat Apostille
pada surat pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh pejabat di kampus di Indonesia. Mengetahui bahwa
dokumen ini tidak termasuk dalam daftar 66 dokumen yang diuraikan di atas, surat pernyataan tersebut
[14]
harus dilegalisasi terlebih dahulu oleh notaris sebelum mengajukan permohonan Apostille.
Oleh karena itu, penting untuk selalu memahami dokumen yang diperlukan yang diminta oleh negara
[15]
tujuan mana pun sebelum mengajukan permohonan Apostille.
bit.ly/Apostilleparties
Berdasarkan informasi yang diberikan oleh Kementerian, per 12 Juni 2022, sekitar 2.539 permintaan layanan
Apostille telah diajukan, dengan Korea Selatan menjadi negara tujuan paling populer (642 permintaan),
diikuti oleh Belanda (314 permintaan), Jerman (280 permintaan), Italia (208 permintaan) dan sejumlah negara
lainnya.
Seperti yang terlihat pada diagram alur di atas, proses Apostille tidak mengharuskan pemohon untuk melalui
berbagai tahapan otorisasi melalui lembaga-lembaga pemerintah yang berbeda. Selain itu, keseluruhan
proses penerbitan sertifikat Apostille hanya membutuhkan waktu tiga hari kerja, sedangkan perkiraan
waktu keseluruhan pemrosesan yang diberikan untuk proses legalisasi konvensional tidak ada, karena
pemohon harus menyelesaikan beberapa prosedur otentikasi.
Pemanfaatan Apostille sebagai pengganti proses legalisasi konvensional juga memberikan beberapa
keuntungan lain, yang meliputi namun tidak terbatas pada hal-hal sebagai berikut:
Pemohon akan diminta untuk mengisi data berikut: Nomor Induk Kependudukan (“NIK”), Nama
Lengkap, Alamat Email dan Nomor Hp yang aktif.
3. Pendaftaran Berhasil
Setelah berhasil menyelesaikan pendaftaran akun, pemohon akan diberi tahu bahwa mereka harus
memeriksa akun email mereka untuk aktivasi akun.
4. Aktivasi Akun
Pemohon harus mengaktivasi akun dengan mengklik tautan aktivasi akun di email. Pemohon juga
akan menerima informasi Login (yaitu NIK dan password yang telah diperoleh sebelumnya) melalui
email. Penting untuk dicatat bahwa pemohon harus mengaktifkan akun dalam waktu 1 x 24 jam setelah
menerima tautan aktivasi.
5. Aktivasi Akun Berhasil
Setelah mengklik tautan aktivasi di email, pemohon akan dialihkan ke beranda Apostille.ahu.go.id dan
akan muncul pemberitahuan Aktivasi Akun Berhasil. Selanjutnya, pemohon harus mengklik tombol
“Login” untuk mulai menggunakan akun.
6. Login
Pemohon kemudian harus Login melalui Apostille.ahu.go.id dengan mengisi informasi Login, yaitu: NIK
dan Password yang diberikan dalam email aktivasi.
7. Mengubah Password
Password yang diberikan, dihasilkan oleh sistem dan oleh karena itu disarankan bagi pemohon untuk
mengganti password-nya. Untuk mengganti password, klik pada tombol “Pengaturan” seperti
dibawah ini.
Selanjutnya Pemohon akan diarahkan ke halaman Pengaturan seperti yang ditampilkan dibawah ini.
Pemohon dapat membuat password sendiri pada bagian Password. Setelah password dibuat,
pemohon dapat melanjutkan dengan mengklik tombol “Edit”.
Setelah proses diatas selesai, pemohon sudah dapat mengajukan permohonan Apostille.
Setelah Login berhasil, pemohon akan diarahkan ke Beranda seperti yang ditunjukkan di bawah ini. Setelah
itu, pemohon harus mengklik tombol “Buat Permohonan”.
Pemohon kemudian akan diarahkan ke halaman Permohonan yang ditunjukkan dibawah ini, dimana
pemohon harus mengisi informasi yang diperlukan mengenai Jenis Dokumen dan Negara Tujuan. Perlu
diperhatikan bahwa Negara Tujuan yang bersangkutan harus diisi dalam bahasa Inggris (misalnya ketik
“United States” dan bukan “Amerika Serikat”). Sistem kemudian akan menampilkan jenis permohonan yang
tersedia di Negara Tujuan. Apabila Negara Tujuan memenuhi syarat untuk permohonan Apostille, maka klik
opsi “Apostille”, seperti yang dilingkari pada gambar dibawah ini.
Pemohon kemudian akan diminta untuk mengisi Data Pribadi dan Data Dokumen.
Data Pribadi meliputi Nama, Email, Nomor Hp, Jenis Kelamin, Negara tempat Tinggal, Alamat, Dokumen
Identitas pemohon (untuk diunggah dalam bentuk file), NIK, Tempat dan Tanggal Lahir.
Data Dokumen meliputi Jenis Dokumen, Nomor Dokumen, Nama Dokumen, Nama yang tertera di
Dokumen, Jumlah Dokumen, Tanggal Dokumen dan Lampiran Dokumen (untuk diunggah dalam bentuk
file). Selain itu, pemohon juga harus melengkapi Data Pejabat pada dokumen yang meliputi Nama Pejabat
Publik, Instansi Penerbit, Jabatan Pejabat, dan Tempat Cetak Sertifikat.
Pemohon dapat mengajukan permohonan yang terdiri lebih dari satu dokumen dengan mengklik opsi
“Tambah Dokumen”. Setelah melengkapi permohonan, pemohon kemudian diharuskan mengklik opsi
“Simpan dan Lanjutkan”.
Setelah mengirimkan permohonan, pemohon dapat mengecek status Apostille dengan mengklik menu
“Daftar Permohonan” yang terdapat di Beranda.
Status Permohonan akan muncul seperti pada gambar dibawah ini. Untuk setiap permohonan akan
menampilkan status berikut: Menunggu Verifikasi, Permohonan Ditolak atau Selesai
Perlu diperhatikan, dalam mengisi data yang benar selama pengajuan permohonan sangatlah penting.
[17]
Dalam hal ini, pemohon disarankan untuk memperhatikan informasi berikut:
a. Identitas penerima kuasa dan pemberi kuasa harus sesuai dengan surat kuasa;
b. Nama dan jabatan pejabat publik terkait harus sesuai dengan jabatan yang sebenarnya, sebagaimana
tercantum dalam database Dirjen;
c. Bagi pemohon yang menyerahkan dokumen Salinan Asli Bersertifikat, nama pejabat yang harus
diserahkan harus nama pejabat publik yang mengesahkan salinan dokumen tersebut;
d. Bagi pemohon yang menyerahkan Dokumen Asli, nama pejabat yang diserahkan harus nama pejabat
yang menerbitkan dokumen tersebut; dan
e. Nama, alamat dan jabatan pejabat publik harus sesuai dengan segel resminya.
C. Verifikasi
Setelah permohonan Apostille diajukan oleh pemohon, proses ini akan diikuti dengan proses verifikasi yang
dilakukan oleh Kementerian. Verifikasi ini memastikan hal-hal sebagai berikut:[18]
Permohonan dapat ditolak apabila terdapat ketidasesuaian sehubungan dengan informasi berikut:[19]
1. Informasi yang disampaikan dalam formulir permohonan Apostille dengan dokumen yang diunggah;
dan/atau
2. Nama pejabat, jabatan, tanda tangan pejabat, cap dan/atau segel resmi pada dokumen permohonan
dengan data yang tersimpan dalam database Dirjen.
Selain itu, Kementerian juga telah marangkum sejumlah alasan umum penolakan yang di temui di lapangan
seperti yang tercantum di bawah ini:[20]
Dalam kasus dimana permohonan dikembalikan, pemohon harus melengkapi formulir berikut:[21]
Spesimen formulir yang telah ditandantangani dan/atau dokumen pendukung lainnya harus diserahkan
kepada Dirjen dalam waktu tujuh hari kalender sejak tanggal pemberitahuan terkait disampaikan.
Kegagalan dalam pengajuan dokumen tersebut akan mengakibatkan ditolaknya permohonan dan pemohon
kemudian harus mengajukan kembali permohonan Apostille sesuai dengan proses telah yang diuraikan
diatas.[22]
D. Pembayaran
Setelah selesainya verifikasi dan keluarnya hasil yang menunjukkan bahwa permohonan Apostille telah
dinyatakan benar dan lengkap, pemohon yang bersangkutan akan menerima pemberitahuan untuk
membayar biaya permohonan Apostille. Pembayaran teserbut akan dilampirkan dalam pemberitahuan hasil
verifikasi yang dapat diunduh and dicetak oleh pemohon.[23]
Permenkeu 101/2022 menyatakan bahwa pembayaran harus diselesaikan sesuai dengan persyaratan berikut:
Saat ini, pengambilan sertifikat Apostille hanya dapat dilakukan secara fisik di Loket Layanan Apsotille yang
berlokasi di alamat berikut:
PermanKumHAM juga mengizinkan Loket Layanan Apostille untuk disediakan melalui kantor wilayah
[28]
Kementerian.[27] Namun, layanan ini saat ini masih diatur sehubungan dengan alokasi sumber daya. Selain
itu, peraturan tersebut juga menyatakan bahwa nantinya Dirjen akan meningkatkan layanan Apostille
manual menjadi layanan Apostille elektronik (e-Apostille) di masa mendatang.[29]
Pertanyaan Jawaban
Dimana pemohon dapat mendaftar untuk Pemohon dapat medaftar melalui situb web berikut:
layanan Apostille? Apostille.ahu.go.id
Apabila dokumen di legalisasi sebelum Hal tersebut bergantung pada kebijakan yang
tanggal 4 Juni 2022, apakah dokumen berlaku di negara tujuan. Pemohon disarankan untuk
tersebut masih berlaku untuk digunakan di mengonfirmasi kembali rinciannya kepada kedutaan
negara tujuan? atau konsulat terkait.
Pemohon disarankan untuk memeriksa tips yang tercantum di atas untuk memastikan keberhasilan
permohonan layanan Apostille. (AR)
[1] Priskila Pratita Penasthika, “Urgensi Aksesi Terhadap Apostille Convention Bagi Negara-Negara Anggota ASEAN Dalam Menyongsong Masyarakat Ekonomi
ASEAN 2015, Prespektif Hukum Perdata Internasional Indonesia, Jurnal Penelitian Hukum dan Supremasi Hukum”, Vol. 24 No. 2, 2015.
[2] Hukumonline, “Belum Ratifikasi Konvensi Apostille 1961, Legalisir Dokumen Bisnis Internasional Masih Berlapis”, yang diakses melalui:
https://www.hukumonline.com/berita/a/belum-ratifikasi-konvensi-Apostille-1961--legalisir-dokumen-bisnis-internasional-masih-berlapis-lt5bcdc0ddcbc61/ pada
tanggal 21 Juli 2022.
[3] Kontan.id, “Ramai Dibahas, Apa itu Sertifikat Apostille dan Kegunaannya”, yang diakses melalui: https://nasional.kontan.co.id/news/ramai-dibahas-apa-itu-
sertifikat-Apostille-dan-kegunaannya, pada tanggal 21 Juli 2021.
[4] Kemenkumham, “Luncurkan Layanan Apostille, Kemenkumham Pangkas Proses Legalisasi Dokumen”, yang diakses melalui:
[5] Wawancara dengan Ibu Virta, perwakilan Direktorat Jenderal yang dilaksanakan pada tanggal 26 Juli 2022.
[6] Wawancara dengan Ibu Virta, perwakilan Direktorat Jenderal yang dilaksanakan pada tanggal 26 Juli 2022 dan Wawancara dengan Ibu Prita, notaris yang
[11] Materi pelatihan berjudul “Tata Cara Permohonan Apostille pada Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum” yang digunakan selama sesi pelatihan
yang diadakan di Bali pada 14 Juni 2022.
[12] Wawancara dengan Ibu Virta, perwakilan Direktorat Jenderal yang dilaksanakan pada tanggal 26 Juli 2022.
[13] Wawancara dengan Ibu Prita, notaris yang menangani permohonan Apostille, yang dilaksanakan pada tanggal 21 Juli.
[14] Ibid.
[15] Wawancara dengan Ibu Virta, perwakilan Direktorat Jenderal yang dilaksanakan pada tanggal 26 Juli 2022.
[16] Catatan bahwa Apostille untuk China hanya berlaku di Hong Kong dan Makau, sedangkan Apostille untuk Arab Saudi akan berlaku mulai tanggal 7
Desember 2022
[17] Wawancara dengan Ibu Virta, perwakilan Direktorat Jenderal yang dilaksanakan pada tanggal 26 Juli 2022.
[20] Materi pelatihan berjudul “Tata Cara Permohonan Apostille pada Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum” yang digunakan selama pelatihan yang
dilaksanakan di Bali pada tanggal 14 Juni 2022.
[28] Wawancara dengan Ibu Virta, perwakilan Direktorat Jenderal yang dilaksanakan pada tanggal 26 Juli 2022.
[29] Republika, ‘Kemenkumhan Resmikan Layanan Apostille yang Berlaku di 121 Negara’ yang diakses melalui:
https://www.republika.co.id/berita/rdh3b0428/kemenkumham-resmikan-layanan-Apostille-yang-berlaku-di-121-negara pada tanggal 14 Juli 2022.
[30] Materi Pelatihan berjudul “Tata Cara Permohonan Apostille pada Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum” yang digunakan selama sesi pelatihan
yang diadakan di Bali pada 14 Juni 2022.
[31] Materi Pelatihan berjudul “Tata Cara Permohonan Apostille pada Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum” yang digunakan selama sesi pelatihan
yang diadakan di Bali pada 14 Juni 2022.
Legal Assistant
Phone: +62 21 - 2270 - 8910
Fax: +62 21 - 2270 - 8909 Online Publication
customer@hukumonline.com
redaksi@hukumonline.com