Anda di halaman 1dari 19

Katalog Produk Berlangganan Pro

Cari peraturan, artike Pro Solusi Wawasan Hukum CHPLAW-ID05

Rabu, Juli 27, 2022 | Issue Number : 779

Panduan Teknis untuk Proses Apostille


Pendahuluan
Mengingat fakta bahwa dunia yang saling terhubung semakin meluas, peluang untuk ekspansi bisnis, pengembangan
diri atau hanya sekedar menikmati pengalaman-pengalaman baru yang kini tidak hanya dapat dicapai di dalam negeri
tetapi juga di luar negeri. Namun, upaya internasional semacam itu seringkali membutuhkan atau didasarkan pada
dokumen publik tertentu, yang harus melalui proses legalisasi untuk menentukan reliability dan authenticity -nya.[1]
Namun, sayangnya, proses legalisasi konvensional cenderung lebih lama dan sulit serta seringkali melibatkan sejumlah
kementerian atau lembaga sebelum proses tersebut dapat diselesaikan.[2]

Sebagai solusi terhadap masalah birokrasi ini, Indonesia akhirnya menjadi negara anggota Konvensi 5 Oktober 1961
tentang Penghapusan Persyaratan legalisasi terhadap Dokumen Asing (“Konvensi Apostille”) melalui dikeluarkannya
Peraturan Presiden No. 2 tahun 2021 tentang Pengesahan Konvensi Penghapusan Persyaratan Legalisasi terhadap
Dokumen Publik Asing (“Perpres 2/2021”).  Artinya, masyarakat Indonesia kini dapat memanfaatkan pelayanan Apostille
sebagai cara yang lebih sederhana dan efisien dalam melegalisasi dokumen publik dan tidak lagi harus mengikuti
proses dan prosedur legalisasi konvensional yang lebih lama,[3] sehingga dapat memangkas pita merah birokrasi.

Pelayanan Apostille di Indonesia sendiri baru-baru ini dilaksanakan secara online setelah aksesi negara ke Konvensi
Apostille pada tanggal 4 Juni 2022. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (“Kementerian”), sebagai pejabat
berwenang yang ditunjuk, saat ini telah mengeluarkan Peraturan No. 6 tahun 2022 tentang Layanan Legislasi Apostille
pada Dokumen Publik (“Permenkumham 6/2022”), yang mengatur berbagai rincian mengenai pelayanan Apostille
terbaru.[4] Selain itu, Kementerian Keuangan juga telah mengeluarkan Peraturan No. 101/PMK.02/2022 tentang Jenis
dan Tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak Kebutuhan Mendesak atas Layanan Legalisasi Apostille pada Dokumen
Publik yang berlaku pada Kementerian (“Permenkeu 101/2022”), yang menetapkan tarif dasar layanan Apostille.

Mengingat akan kebaruan dan pentingnya prosedur Apostille di Indonesia, edisi Indonesian Law Digest (“ILD”) kali ini
memberikan serangkaian pedoman teknis yang diharapkan bermanfaat dalam proses Apostille, yang dilaksanakan
melalui Kementerian. Pedoman ini mengacu pada peraturan-peraturan yang berkaitan dengan Apostille, serta diskusi
dengan praktisi ahli untuk memastikan penyelesaian prosedur Apostille dengan mudah. Pedoman ini terbagi menjadi
beberapa bagian sebagai berikut:

I. Apostille: Pendahuluan

A. Dasar Hukum dan Penerapan Apostille di Indonesia


B. Ruang Lingkup Dokumen Publik
C. Daftar Negara Di Mana Apostille Berlaku
D. Skema Apostille vs. Legalisasi Konvensional

II. Prosedur Permohonan Apostille

A. Pendaftaran Akun
B. Pengajuan Permohonan
C. Verifikasi
D. Pembayaran
E. Penerbitan Sertifikat Apostille

III. Memastikan Keberhasilan Permohonan

A. Pertanyaan yang Sering Diajukan


B. Tips untuk Permohonan Apostille

I.    Apostille: Pendahuluan


 
A.   Dasar Hukum dan Penerapan Apostille di Indonesia
Sebagaimana diuraikan secara singkat diatas, pelaksanaan Apostille di Indonesia didasarkan pada beberapa
instrument hukum. Rincian masing-masing instrument tersebut dijabarkan dalam tabel dibawah ini:

Instrumen Hukum Berlaku Rincian

Konvensi Apostille memfasilitasi pemanfaatan


dokumen publik di luar negeri melalui penerbitan
Berlaku di seluruh negara
sertifikat Apostille oleh otoritas yang berwenang di
peserta tergantung pada
Konvensi Apostille negara asal yang bersangkutan dan bertujuan untuk
tanggal pengesahan maisng-
menghapus persyaratan legalisasi tradisional yang
masing pihak
seringkali panjang dan mahal melalui
penyederhanaan proses legalisasi.

Perpres 2/2021 diterbitkan untuk mengesahkan


Konvensi Apostille secara resmi dan juga sebagai
Berlaku pada tanggal 5 Januari
Perpres 2/2021 dokumen aksesi bagi Indonesia yang harus
2021
diserahkan kepada Kementerian Luar Negeri di
Belanda untuk melengkapi protokol administratif.

Sebagai tindak lanjut dari pengesahan Konvensi


Apostille, saat ini Indonesia telah menunjuk
Kementerian sebagai otoritas yang berwenang
menangani permohonan Apostille dan penerbitan
sertifikat Apostille di Indonesia.
Berlaku pada tanggal 4 Juni
Permenkumham 6/2022  
2022
Secara umum, Permenkumham 6/2022 memuat
seperangkat ketentuan teknis dan pelaksanaan yang
berkaitan dengan ruang lingkup layanan Apostille
dan tata cara permohonan penerbitan sertifikat
Apostille.

Permenkeu 101/2022 mengatur tarif untuk


permohonan penggunaan layanan Apostille, yang
Berlaku pada tanggal 14 Juni
Permenkeu 101/2022 dikategorikan sebagai penerimaan negara bukan
2022
pajak mendesak dengan tarif Rp. 150.000 per
dokumen

Perlu dipahami bahwa permohonan untuk sertifikat Apostille tidak wajib untuk semua dokumen yang akan
digunakan di luar negeri karena sertifikat Apostille hanya diperlukan apabila diminta secara khusus oleh
pejabat di negara tujuan.[5] Selanjutnya, perlu juga dicatat bahwa setelah sertifikat Apostille diterbitkan,
sertifikat tersebut akan berlaku di negara tujuan jika telah lulus proses verifikasi terkait. Setelah itu,
perbedaan antara sistem hukum di suatu negara tidak akan menghalangi berlakunya sertifkat Apostille.[6]

B.   Ruang Lingkup Dokumen Publik


Sebagaimana diatur dalam Konvensi Apostille, sertifikat Apostille yang diterbitkan oleh Kementerian sebagai
otoritas berwenang yang ditunjuk di Indonesia hanya dapat dibubuhkan pada dokumen publik berupa surat
tercetak atau tertulis yang telah ditandatangani oleh pejabat terkait sebagai bukti pernyataan dan/atau yang
telah dibubuhi cap atau segel resmi.[7] Secara umum, ruang lingkup dokumen publik yang tercakup dalam
Konvensi Apostille meliputi:[8]

1. Dokumen yang dikeluarkan oleh otoritas atau pejabat publik yang berkaitan dengan pengadilan negara,
termasuk dokumen yang dikeluarkan oleh penuntut umum, panitera atau pengadilan dan jurusita;
2. Dokumen Administratif;
3. Dokumen yang dikeluarkan oleh notaris publik; dan
4. Sertifikat resmi yang dilampirkan pada dokumen yang ditandatangani oleh perseorangan dalam
cakupan kewenangan perdatanya.

Bagaimanapun, penting untuk dicatat bahwa Konvensi Apostille membatasi ruang lingkup dokumen publik
dan mengecualikan setiap dokumen yang dibuat oleh agen diplomatik/konsuler dan dokumen yang
berhubungan langsung dengan kegiatan komersial atau kepabeanan.[9] Selain itu, Indonesia juga telah
memilih untuk mengecualikan dokumen yang dikeluarkan oleh Kantor Kejaksaan Indonesia dari ruang
lingkup dokumen publik yang dimohonkan dalam Konvensi Apostille.[10]

Berdasarkan hal diatas, Kementerian telah menetapkan rincian daftar dokumen publik yang berkaitan
dengan permohonan Apostille yang diizinkan. Daftar ini memuat sebanyak 66 jenis dokumen yang
dikeluarkan oleh 12 jenis lembaga atau institusi resmi, yang dirinci dibawah:[11]

Pemohon juga harus memahami bahwa setiap negara tujuan mungkin memerlukan jenis dokumen yang
berbeda untuk dilegalisasi. Beberapa negara akan meminta pemohon untuk menyerahkan salinan dokumen
asli, sedangkan negara lain juga meminta dokumen Salinan Asli Bersertifikat. Dalam kasus di mana negara
tujuan mengharuskan pemohon untuk menyerahkan Salinan Asli Bersertifikat dari dokumen yang diberikan,
maka pemohon yang bersangkutan akan diminta untuk melegalisasi salinan dokumen terkait melalui
pejabat publik yang terdaftar di atas sebelum mengajukan permohonan Apostille-nya. Oleh karena itu,
penting bagi pemohon untuk mengonfirmasi dengan konsulat atau kedutaan di negara tujuan yang
[12]
bersangkutan sebelum mengajukan permohonan Apostille.

Sedangkan ruang lingkup “Dokumen Notaris” yang berlaku sehubungan dengan pengajuan permohonan
[13]
Apostille lebih luas, secara umum jenis-jenis dokumen tersebut dapat dipersempit menjadi sebagai berikut:

1. Akta Notaris;
2. Legalisasi Redaksional (yaitu dokumen yang dibuat secara pribadi yang ditandatangani oleh notaris);
3. Waarmerking (yaitu pencatatan oleh notaris atas dokumen yang dibuat secara pribadi yang tidak
ditandatangani oleh notaris); dan
4. Salinan Asli Bersertifikat (yaitu salinan dokumen apa pun yang disahkan oleh notaris).

Jenis dokumen yang berkaitan dengan Apostille dapat diminta tergantung pada dokumen yang diperlukan
oleh negara tujuan. Seperti pada contoh kasus yang kami diskusikan dalam salah satu wawancara kami
untuk ILD ini, sebuah universitas di Republik Korea meminta pemohon untuk memberikan sertifikat Apostille
pada surat pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh pejabat di kampus di Indonesia. Mengetahui bahwa
dokumen ini tidak termasuk dalam daftar 66 dokumen yang diuraikan di atas, surat pernyataan tersebut
[14]
harus dilegalisasi terlebih dahulu oleh notaris sebelum mengajukan permohonan Apostille.
Oleh karena itu, penting untuk selalu memahami dokumen yang diperlukan yang diminta oleh negara
[15]
tujuan mana pun sebelum mengajukan permohonan Apostille.

C.   Daftar Negara Di Mana Apostille Berlaku


Penting untuk dicatat bahwa setiap dokumen yang telah diajukan untuk Apostille hanya akan berlaku untuk
digunakan di negara-negara yang menandatangani Konvensi Apostille. Sebanyak 122 negara merupakan
negara peserta pada Konvensi Apostille,[16] daftar lengkapnya dapat ditemukan melalui situs web berikut:

bit.ly/Apostilleparties

atau dengan memindai barcode di bawah ini:

Berdasarkan informasi yang diberikan oleh Kementerian, per 12 Juni 2022, sekitar 2.539 permintaan layanan
Apostille telah diajukan, dengan Korea Selatan menjadi negara tujuan paling populer (642 permintaan),
diikuti oleh Belanda (314 permintaan), Jerman (280 permintaan), Italia (208 permintaan) dan sejumlah negara
lainnya.   

D.   Skema Apostille vs. Legalisasi Konvensional


Sebagaimana diuraikan di atas, sistem Apostille meliputi proses satu langkah yang cepat alih-alih prosedur
sebelumnya yang panjang untuk melegalisasi dokumen resmi. Diagram alur di bawah ini menjabarkan
perbandingan antara proses legalisasi konvensional dan skema legalisasi yang saat ini ditawarkan melalui
Apostille.

Conventional Legalization Process


 

Legalization Process Through Apostille

Seperti yang terlihat pada diagram alur di atas, proses Apostille tidak mengharuskan pemohon untuk melalui
berbagai tahapan otorisasi melalui lembaga-lembaga pemerintah yang berbeda. Selain itu, keseluruhan
proses penerbitan sertifikat Apostille hanya membutuhkan waktu tiga hari kerja, sedangkan perkiraan
waktu keseluruhan pemrosesan yang diberikan untuk proses legalisasi konvensional tidak ada, karena
pemohon harus menyelesaikan beberapa prosedur otentikasi.

Pemanfaatan Apostille sebagai pengganti proses legalisasi konvensional juga memberikan beberapa
keuntungan lain, yang meliputi namun tidak terbatas pada hal-hal sebagai berikut:

1. Proses legalisasi dokumen publik yang lebih efisien dan murah;


2. Mendorong tata kelola yang lebih terbuka dan transparan;
3. Peningkatan pelayanan publik secara menyeluruh melalui penghapusan prosedur birokrasi yang tidak
efisien; dan
4. Meningkatkan tingkat penanaman modal asing dan meningkatkan kemudahan berusaha di Indonesia. 

II.  Prosedur Permohonan Apostille


Permohonan Apostille dapat diajukan melalui situs web Apostille.ahu.go.id. Perlu diketahui bahwa menu utama
situs web saat ini hanya tersedia dalam bahasa Indonesia. Bagian berikut menjabarkan prosedur permohonan
untuk penerbitan sertifikat Apostille, yang dirangkum dalam diagram alur di bawah ini:
A.   Pendaftaran Akun
Sebelum mendapatkan akses ke aplikasi Apostille, pemohon diharuskan menyelesaikan pendaftaran akun.
Proses pendaftaran akun dirinci sebagai berikut:

1. Pendaftaran akun melalui: Apostille.ahu.go.id

Pergi ke Beranda dan klik pada tombol “Daftar”.

2. Isi formulir registrasi akun

Pemohon akan diminta untuk mengisi data berikut: Nomor Induk Kependudukan (“NIK”), Nama
Lengkap, Alamat Email dan Nomor Hp yang aktif.
3. Pendaftaran Berhasil

Setelah berhasil menyelesaikan pendaftaran akun, pemohon akan diberi tahu bahwa mereka harus
memeriksa akun email mereka untuk aktivasi akun.

4. Aktivasi Akun

Pemohon harus mengaktivasi akun dengan mengklik tautan aktivasi akun di email. Pemohon juga
akan menerima informasi Login (yaitu NIK dan password yang telah diperoleh sebelumnya) melalui
email. Penting untuk dicatat bahwa pemohon harus mengaktifkan akun dalam waktu 1 x 24 jam setelah
menerima tautan aktivasi.
5. Aktivasi Akun Berhasil

Setelah mengklik tautan aktivasi di email, pemohon akan dialihkan ke beranda Apostille.ahu.go.id dan
akan muncul pemberitahuan Aktivasi Akun Berhasil. Selanjutnya, pemohon harus mengklik tombol
“Login” untuk mulai menggunakan akun.

6. Login

Pemohon kemudian harus Login melalui Apostille.ahu.go.id dengan mengisi informasi Login, yaitu: NIK
dan Password yang diberikan dalam email aktivasi.
7. Mengubah Password

Password yang diberikan, dihasilkan oleh sistem dan oleh karena itu disarankan bagi pemohon untuk
mengganti password-nya. Untuk mengganti password, klik pada tombol “Pengaturan” seperti
dibawah ini.

Selanjutnya Pemohon akan diarahkan ke halaman Pengaturan seperti yang ditampilkan dibawah ini.
Pemohon dapat membuat password sendiri pada bagian Password. Setelah password dibuat,
pemohon dapat melanjutkan dengan mengklik tombol “Edit”.
Setelah proses diatas selesai, pemohon sudah dapat mengajukan permohonan Apostille.

B.   Pengajuan Permohonan


Untuk mengajukan permohonan untuk memperoleh sertifikat Apostille, pemohon harus terlebih dahulu
Login melalui situs web Apostille.ahu.go.id menggunakan NIK dan Password yang telah dijelaskan diatas.

Setelah Login berhasil, pemohon akan diarahkan ke Beranda seperti yang ditunjukkan di bawah ini. Setelah
itu, pemohon harus mengklik tombol “Buat Permohonan”.

Pemohon kemudian akan diarahkan ke halaman Permohonan yang ditunjukkan dibawah ini, dimana
pemohon harus mengisi informasi yang diperlukan mengenai Jenis Dokumen dan Negara   Tujuan. Perlu
diperhatikan bahwa Negara Tujuan yang bersangkutan harus diisi dalam bahasa Inggris (misalnya ketik
“United States” dan bukan “Amerika Serikat”). Sistem kemudian akan menampilkan jenis permohonan yang
tersedia di Negara Tujuan. Apabila Negara Tujuan memenuhi syarat untuk permohonan Apostille, maka klik
opsi “Apostille”, seperti yang dilingkari pada gambar dibawah ini.
Pemohon kemudian akan diminta untuk mengisi Data Pribadi dan Data Dokumen.

Data Pribadi meliputi Nama, Email, Nomor Hp, Jenis Kelamin, Negara tempat Tinggal, Alamat, Dokumen
Identitas pemohon (untuk diunggah dalam bentuk file), NIK, Tempat dan Tanggal Lahir.

Data Dokumen meliputi Jenis Dokumen, Nomor Dokumen, Nama Dokumen, Nama yang tertera di
Dokumen, Jumlah Dokumen, Tanggal Dokumen dan Lampiran Dokumen (untuk diunggah dalam bentuk
file). Selain itu, pemohon juga harus melengkapi Data Pejabat pada dokumen yang meliputi Nama Pejabat
Publik, Instansi Penerbit, Jabatan Pejabat, dan Tempat Cetak Sertifikat.
Pemohon dapat mengajukan permohonan yang terdiri lebih dari satu dokumen dengan mengklik opsi
“Tambah Dokumen”. Setelah melengkapi permohonan, pemohon kemudian diharuskan mengklik opsi
“Simpan dan Lanjutkan”.

Setelah mengirimkan permohonan, pemohon dapat mengecek status Apostille dengan mengklik menu
“Daftar Permohonan” yang terdapat di Beranda.
Status Permohonan akan muncul seperti pada gambar dibawah ini. Untuk setiap permohonan akan
menampilkan status berikut: Menunggu Verifikasi, Permohonan Ditolak atau Selesai

Perlu diperhatikan, dalam mengisi data yang benar selama pengajuan permohonan sangatlah penting.
[17]
Dalam hal ini, pemohon disarankan untuk memperhatikan informasi berikut:

a. Identitas penerima kuasa dan pemberi kuasa harus sesuai dengan surat kuasa;
b. Nama dan jabatan pejabat publik terkait harus sesuai dengan jabatan yang sebenarnya, sebagaimana
tercantum dalam database Dirjen;
c. Bagi pemohon yang menyerahkan dokumen Salinan Asli Bersertifikat, nama pejabat yang harus
diserahkan harus nama pejabat publik yang mengesahkan salinan dokumen tersebut;
d. Bagi pemohon yang menyerahkan Dokumen Asli, nama pejabat yang diserahkan harus nama pejabat
yang menerbitkan dokumen tersebut; dan
e. Nama, alamat dan jabatan pejabat publik harus sesuai dengan segel resminya.

C.   Verifikasi
Setelah permohonan Apostille diajukan oleh pemohon, proses ini akan diikuti dengan proses verifikasi yang
dilakukan oleh Kementerian. Verifikasi ini memastikan hal-hal sebagai berikut:[18]

1. Kesesuaian isi formulir permohonan dengan dokumen yang diunggah;


2. Kesesuaian tanda tangan pejabat yang bersangkutan, cap dan/atau segel resmi yang disimpan dalam
database Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum (“Dirjen”); dan/atau
3. Kebasahan tanda tangan elektronik pada dokumen elektronik.

Setelah proses verifikasi selesai, proses selanjutnya dijabarkan sebagai berikut:

Permohonan dapat ditolak apabila terdapat ketidasesuaian sehubungan dengan informasi berikut:[19]

1. Informasi yang disampaikan dalam formulir permohonan Apostille dengan dokumen yang diunggah;
dan/atau
2. Nama pejabat, jabatan, tanda tangan pejabat, cap dan/atau segel resmi pada dokumen permohonan
dengan data yang tersimpan dalam database Dirjen.

Selain itu, Kementerian juga telah marangkum sejumlah alasan umum penolakan yang di temui di lapangan
seperti yang tercantum di bawah ini:[20]

1. Tidak ada meterai pada surat kuasa;


2. Identitas penerima kuasa dan pemberi kuasa tidak sesuai;
3. Terdapat Indikasi penggunaan meterai yang digunakan kembali atau tanda tangan pemberi kuasa yang
dipalsukan;
4. Ditemukan ketidaksesuaian antara nama pada dokumen yang dimohonkan dengan nama pemberi
kuasa dan penerima kuasa;
5. Ditemukan ketidaksesuaian antara jabatan dengan instansi penerbit untuk dokumen yang
dimohonkan; atau
6. Kualitas dokumen yang dipindai terlalu rendah.

Dalam kasus dimana permohonan dikembalikan, pemohon harus melengkapi formulir berikut:[21]
 

Spesimen formulir yang telah ditandantangani dan/atau dokumen pendukung lainnya harus diserahkan
kepada Dirjen dalam waktu tujuh hari kalender sejak tanggal pemberitahuan terkait disampaikan.
Kegagalan dalam pengajuan dokumen tersebut akan mengakibatkan ditolaknya permohonan dan pemohon
kemudian harus mengajukan kembali permohonan Apostille sesuai dengan proses telah yang diuraikan
diatas.[22]

D.   Pembayaran
Setelah selesainya verifikasi dan keluarnya hasil yang menunjukkan bahwa permohonan Apostille telah
dinyatakan benar dan lengkap, pemohon yang bersangkutan akan menerima pemberitahuan untuk
membayar biaya permohonan Apostille. Pembayaran teserbut akan dilampirkan dalam pemberitahuan hasil
verifikasi yang dapat diunduh and dicetak oleh pemohon.[23]

Permenkeu 101/2022 menyatakan bahwa pembayaran harus diselesaikan sesuai dengan persyaratan berikut:

Biaya Permohonan Apsotille[24] Jangka Waktu Pembayaran[25]

Dalam tujuh hari kalender setelah dikeluarkannya


Rp. 150,000 pemberitahuan. Kegagalan dalam menyelesaikan pembayaran
dalam jangka waktu yang ditetapkan akan mengakibatkan
per dokumen perintah pembayaran tidak dapat digunakan lagi dan pemohon
akan diminta untuk mengajukan kembali permohonan.

E.   Penerbitan Sertifikat Apostille


Setelah menyelesaikan pembayaran, pemohon akan menerima pemberitahuan yang menyatakan bahwa
pemohon dapat mengambil sertifikat Apostille mereka. Pengambilan tersebut harus dilakukan dalam satu
hari kerja sejak pemberitahuan diberikan. Pemohon diwajibkan untuk menunjukkan dokumen yang
diajukan untuk Apostille di loket selama pengambilan sertifikat Apostille.[26]

Saat ini, pengambilan sertifikat Apostille hanya dapat dilakukan secara fisik di Loket Layanan Apsotille yang
berlokasi di alamat berikut:

Gedung Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum

Jl. HR Rasuna Said Kav. 6 - 7


Kuningan Timur, Kuningan, Kecamatan Setiabudi

Jakarta Selatan, DKI Jakarta 12940

PermanKumHAM juga mengizinkan Loket Layanan Apostille untuk disediakan melalui kantor wilayah
[28]
Kementerian.[27] Namun, layanan ini saat ini masih diatur sehubungan dengan alokasi sumber daya. Selain
itu, peraturan tersebut juga menyatakan bahwa nantinya Dirjen akan meningkatkan layanan Apostille
manual menjadi layanan Apostille elektronik (e-Apostille) di masa mendatang.[29]

III. Memastikan Keberhasilan Permohonan


 

A.   Pertanyaan yang Sering Diajukan


Perlu diketahui bahwa layanan Apostille baru saja diperkenalkan di Indonesia dan oleh karena itu beberapa
pertanyaan umum muncul sehubungan dengan permohonan untuk layanan ini, serta keberlakuan sertifikat
Apostille. Kementerian telah memberikan ringkasan Pertanyaan yang Sering Diajukan yang diterima dari
pemohon layanan Apostille, yang telah kami rangkum dalam tabel dibawah ini: [30]

Pertanyaan Jawaban

Dimana pemohon dapat mendaftar untuk Pemohon dapat medaftar melalui situb web berikut:
layanan Apostille? Apostille.ahu.go.id

Berapa biaya layanan Apostille? Rp. 150,000 per dokumen

Setelah dokumen memperoleh sertifikat


Apostille, apakah masih harus menyelesaikan Tidak. Dokumen dengan sertifikat Apostille dapat
proses legalisasi melalui kedutaan atau langsung digunakan di negara tujuan.
konsulat terkait?

Terdapat barcode di bagian sudut kanan atas sertifikat


Bagaimana cara memverifikasi keaslian
Apostille. Verifikasi keaslian sertifikat dapat dilakukan
sertifikat Apsotille yang telah di keluarkan di
dengan memindai barcode atau dengan mengakses
Indonesia
halaman verifikasi di: Apostille.ahu.go.id/verifikasi

Apabila dokumen di legalisasi sebelum Hal tersebut bergantung pada kebijakan yang
tanggal 4 Juni 2022, apakah dokumen berlaku di negara tujuan. Pemohon disarankan untuk
tersebut masih berlaku untuk digunakan di mengonfirmasi kembali rinciannya kepada kedutaan
negara tujuan? atau konsulat terkait.

Saat ini, sertifikat Apostille hanya dapat diambil secara


langsung dari alamat berikut:

Gedung Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum


Dimana pemohon harus mengambil sertifikat
Apostille? Jl. HR Rasuna Said Kav. 6-7

Kuningan Timur, Kuningan, Kecamatan Setiabudi

Jakarta Selatan, DKI Jakarta 12940


Pertanyaan dapat diajukan secara langsung kepada
pajabat

Contact Center (Tel: 150 0105)


Bagaimana cara pemohon mengajukan
pertanyaan yang berkaitan dengan atau
permohonan layanan?
Email: cs@ahu.go.id

Dirjen saat ini sedang dalam proses mengembangkan


fitur live-chat yang dapat menangani pertanyaan.

B.   Tips untuk Permohonan Apostille


Setelah memperoleh pemahaman tentang kesalahan yang paling sering ditemui di lapangan selama
permohonan untuk layanan Apostille, Kementerian kini memberikan ringkasan dari sejumlah tips yang
berlaku untuk layanan Apostille dan dirinci sebagai berikut: [31]

Pemohon disarankan untuk memeriksa tips yang tercantum di atas untuk memastikan keberhasilan
permohonan layanan Apostille. (AR)

[1] Priskila Pratita Penasthika, “Urgensi Aksesi Terhadap Apostille Convention Bagi Negara-Negara Anggota ASEAN Dalam Menyongsong Masyarakat Ekonomi
ASEAN 2015, Prespektif Hukum Perdata Internasional Indonesia, Jurnal Penelitian Hukum dan Supremasi Hukum”, Vol. 24 No. 2, 2015.

[2] Hukumonline, “Belum Ratifikasi Konvensi Apostille 1961, Legalisir Dokumen Bisnis Internasional Masih Berlapis”, yang diakses melalui:
https://www.hukumonline.com/berita/a/belum-ratifikasi-konvensi-Apostille-1961--legalisir-dokumen-bisnis-internasional-masih-berlapis-lt5bcdc0ddcbc61/ pada
tanggal 21 Juli 2022.
[3] Kontan.id, “Ramai Dibahas, Apa itu Sertifikat Apostille dan Kegunaannya”, yang diakses melalui: https://nasional.kontan.co.id/news/ramai-dibahas-apa-itu-
sertifikat-Apostille-dan-kegunaannya, pada tanggal 21 Juli 2021.

[4] Kemenkumham, “Luncurkan Layanan Apostille, Kemenkumham Pangkas Proses Legalisasi Dokumen”, yang diakses melalui:

https://portal.ahu.go.id/id/detail/75-berita-lainnya/3053-luncurkan-layanan-Apostille-kemenkumham-pangkas-proses-legalisasi-dokumen pada tanggal 16 Juli


2022.

[5] Wawancara dengan Ibu Virta, perwakilan Direktorat Jenderal yang dilaksanakan pada tanggal 26 Juli 2022.

[6] Wawancara dengan Ibu Virta, perwakilan Direktorat Jenderal yang dilaksanakan pada tanggal 26 Juli 2022 dan Wawancara dengan Ibu Prita, notaris yang

menangani permohonan Apostille, yang dilaksanakan pada tanggal 21 Juli.

[7] Pasal 1 (2), Permenkumham 6/2022.

[8] Pasal 2 (3), Permenkumham 6/2022.

[9] Pasal 1, Konvensi Apostille.

[10] Lampiran, Perpres 2/2021.

[11] Materi pelatihan berjudul “Tata Cara Permohonan Apostille pada Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum” yang digunakan selama sesi pelatihan
yang diadakan di Bali pada 14 Juni 2022.

[12] Wawancara dengan Ibu Virta, perwakilan Direktorat Jenderal yang dilaksanakan pada tanggal 26 Juli 2022.

[13] Wawancara dengan Ibu Prita, notaris yang menangani permohonan Apostille, yang dilaksanakan pada tanggal 21 Juli.

[14] Ibid.

[15] Wawancara dengan Ibu Virta, perwakilan Direktorat Jenderal yang dilaksanakan pada tanggal 26 Juli 2022.

[16] Catatan bahwa Apostille untuk China hanya berlaku di Hong Kong dan Makau, sedangkan Apostille untuk Arab Saudi akan berlaku mulai tanggal 7
Desember 2022

[17] Wawancara dengan Ibu Virta, perwakilan Direktorat Jenderal yang dilaksanakan pada tanggal 26 Juli 2022.

[18] Pasal 4, Permenkumham 6/2022.

[19] Pasal 5 (1), Permenkumham 6/2022.

[20] Materi pelatihan berjudul “Tata Cara Permohonan Apostille pada Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum” yang digunakan selama pelatihan yang
dilaksanakan di Bali pada tanggal 14 Juni 2022.

[21] Lampiran I, Permenkumham 6/2022.

[22] Pasal 6, Permenkumham 6/2022.

[23] Pasal 7, Permenkumham 6/2022.

[24] Pasal 1 (2), Permenkeu 101/2022.

[25] Pasal 7 (3 - 5), Permenkumham 6/2022.

[26] Pasal 8 (1), Permenkumham 6/2022.

[27] Pasal 8 (1), Permenkumham 6/2022.

[28] Wawancara dengan Ibu Virta, perwakilan Direktorat Jenderal yang dilaksanakan pada tanggal 26 Juli 2022.

[29] Republika, ‘Kemenkumhan Resmikan Layanan Apostille yang Berlaku di 121 Negara’ yang diakses melalui:
https://www.republika.co.id/berita/rdh3b0428/kemenkumham-resmikan-layanan-Apostille-yang-berlaku-di-121-negara pada tanggal 14 Juli 2022.

[30] Materi Pelatihan berjudul “Tata Cara Permohonan Apostille pada Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum” yang digunakan selama sesi pelatihan
yang diadakan di Bali pada 14 Juni 2022.

[31] Materi Pelatihan berjudul “Tata Cara Permohonan Apostille pada Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum” yang digunakan selama sesi pelatihan
yang diadakan di Bali pada 14 Juni 2022.

Pro Solusi Wawasan Hukum Hukumonline


Legal Analysis Compliance Klinik Tentang Kami
Pusat Data Monitoring System Berita Redaksi
Document
Premium Stories Jurnal Pedoman Media Siber
Management System
Online Course Kode Etik
Izin Usaha
Event Syarat Penggunaan
AD Premier 9th floor, Jl. TB Simatupang Konsultasi Hukum
Layanan
PKPA
No.5 Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan Pembuatan Dokumen
Bantuan & FAQ
12550, DKI Jakarta, Indonesia Ranking
Karir
Kamus

Legal Assistant
Phone: +62 21 - 2270 - 8910
Fax: +62 21 - 2270 - 8909 Online Publication

customer@hukumonline.com
redaksi@hukumonline.com

2022 Hak Cipta Milik Hukumonline.com

Anda mungkin juga menyukai