Anda di halaman 1dari 5

1.

dalam penyusunan rencana pengelolaan Zonasi kawasan konservasi laut daerah provinsi
Bengkulu pasca satu tahun pengesahan RZWP3K. Pasca ditetapkan Perda No. 7 tahun 2019
tentang RZWP3K di Bengkulu, DKP sebagai OPD yang bertanggungjawab menjalankan
mandate tersebut didaerah belum memiliki kapasitas baik secara subtansi maupun financial
mendorong pelaksanaan penyusunan RPZ untuk mendorong tata ruang laut yang inklusif
dan berkelanjutan. Hal ini dikarenakan alokasi anggaran untuk implementasi rencana kerja
tersebut dialihkan untuk prioritas penanganan Pandemi Covid-19. Selain itu, DKP juga pada
dasarnya belum memiliki konsep RPZ yang ideal. Sehingga kami menjadikan kondisi ini
sebagai peluang advokasi Akar untuk memainstreaming konsep CBMM dan mendrive
rencana penyusunan RPZ berbasis konsep CBMM yang Akar tawarkan. Kunci dari dokumen
RPZ ini terletak pada Kelompok Kerja (PokJa) RPZ yang telah dibentuk oleh DKP Provinsi
Bengkulu yang diketuai oleh Kepala Prodi Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
Dan Akar telah diterima secara terbuka dan dengan baik oleh Kepala Prodi Kelautan tersebut
untuk membicarakan konsep CBMM dalam penyusunan RPZ.
2. Akar telah membuka ruang diskusi untuk isu-isu pembangunan pesisir dan laut yang selama
ini belum banyak dibicarakan secara terbuka dalam ruang-ruang publik. Sehingga diskusi-
diskusi yang Akar selenggarakan direspon dengan baik oleh banyak pihak, termasuk kritik
terhadap pemerintah terkait kebijakan dan program pembangunan di sector laut dan pesisir.
Misalnya dalam beberapa kali kesempatan Akar melakukan diskusi bersama akademisi;
dosen dan mahasiswa, kelompok NGO (didalam dan luar Bengkulu) dan masyarakat nelayan
kota Bengkulu yang memberikan kritik konstruktif terhadap isu pembangunan disektor
pesisir dan laut.
3. Pelibatan aktif dan dukungan pemerintah desa dalam setiap aktifitas proyek yang Akar
lakukan. Hal ini merupakan peluang bagi Akar untuk memastikan keberlanjutan proyek dan
perioritas pembangunan desa terkait pengelolaan pesisir dan laut yang inklusif dan
berkelanjutan melalui roadmap advokasi Akar dan YPL.

- The most notable challenges/obstacles (list 1-3)


1. Melakukan pendampingan di tingkat tapak di tengah pandemic merupakan tantangan yang
berat bagi Akar. Sebab project ini merupakan project pertama yang dilakukan untuk
mengkonsolidasikan kerja-kerja Advokasi Akar bersama komunitas ditingkat tapak.
2. Perubahan pejabat pemerintahan baik dari tingkat desa, kabupaten hingga provinsi. Namun
ini sekaligus juga menjadi peluang bagi Akar untuk men-drive kepentingan Akar dan
komunitas yang didampingi untuk menitipkan rencana aksi pengelolaan pesisir dan laut
sebagai progam prioritas Pemerintah Desa terpilih.

- Key lessons learned (list 1-3)


1. Terlibat dalam proses penyusunan kebijakan akan memudahkan pencapaian tujuan dan
kepentingan dari proses advokasi
2. Melibatkan banyak pihak khususnya akademisi akan memperkuat trust para pihak lainnya
untuk mendukung pencapaian tujuan dan kepentingan advokasi
3. Dalam proyek ini, Akar selalu melibatkan pihak-pihak yang secara politik memiliki pengaruh
Please provide an update of the progress against the objectives outlined in your logframe and
workplan. You can do this in narrative form, with percentages indicating percent complete or a
traffic light system. As long as it’s clear, it doesn’t need to be long. Please include a short explanation
for any delays.

Akar telah memfasilitasi pelatihan fisheries monitoring & data collection untuk masyarakat desa
Merpas pada tanggal 11-12 September 2020 dengan jumlah peserta 28 orang yang mewakili
kelompok sosial tertentu di desa seperti kelompok nelayan, pemerintah desa,kelompok pemuda,
pelaku usaha, dll. Peserta laki-laki berjumlah 20 orang, sementara peserta perempuan berjumlah 8
orang. Pelatih kegiatan ini berasal dari Yayasan Pesisir Lestari dan Akar Foundation. Dalam pelatihan
ini, kami mencoba memberikan penjelasan yang rasional kenapa participatory monitoring dan
pengumpulan data gurita penting untuk masyarakat, khususnya nelayan di Merpas. Penjelasan yang
rasional tersebut menjawab bagaimana masyarakat bisa mendapatkan manfaat langsung dari
project ini. Dan kemudian memastikan memastikan bahwa kegiatan ini masa mendatang menjadi
kebutuhan masyarakat di desa Merpas. Dalam training ini, kami bersama peserta pelatihan juga
melakukan simulasi participatory monitoring dan pendataan gurita.

Karena pendataan gurita di desa Merpas dilakukan pada bulan September hingga Desember 2020
kemudian dilanjutkan pada Januari-Februari 2021, maka data feedback session yang telah dilakukan
baru sekali yakni pada tanggal 18 Januari 2021. Kegiatan ini belum bisa dikatakan optimal, sebab
peserta yang hadir dalam kegiatan tersebut belum cukup banyak; yakni sejumlah 20 orang. Namun,
beberapa masyarakat yang hadir memberikan input yang baik terhadap proses pendataan gurita
yang selama ini dilakukan seperti :
1. Penyajian data harus lebih atraktif (jangan terlalu detil) sehingga memudahkan masyarakat
membaca data tersebut
2. Perlunya regulasi yang mengatur tentang kegiatan Partisipatory Monitoring dan Pendataan
Gurita

BAHAN PRESENTASI PERTEMUAN MITRA


Profil Kelompok Usaha Bersama (KUB)

No. Kelompok Usaha Jmlh Lokasi Kecamatan Kabupaten Provinsi


Bersama (KUB) Anggota (Desa)
1 Ujung Lancang 13 Merpas Nasal Kaur Bengkulu
2 Leliutan 10 Linau Naje Kaur Bengkulu

Latar Belakang pembentukkan KUB


1. Berdasarkan hasil assesment awal akar foundation (kondisi nelayan, permasalahan dan
harapan nelayan secara umum)
2. Hasil diskusi bersama nelayan para pihak di tingkat desa
3. Profiling nelayan desa merpas dan linau
4. Hasil koordinasi dengan DKP

Tujuan KUB
- Untukkk

Latar belakang nelayan


1. Nelayan di KUB ujung lancang merupakan nelayan lokal desa merpas
2. Nelayan di KUB ujung lancang merupakan nelayan gurita
3. Nelayan di KUB leliutan merupakan nelayan lokal desa linau
4. Nelayan di KUB Leliutan merupakan nelayan gurita
5. Anggota KUB ujung lancang merupakan nelayan tubir (nelayan jerigen) dan nelayan
pinggiran (menngunakan kawat umumnya perempuan)
6. Anggota Kub leliutan merupakan nelayan sampan dayung

Proses Pembentukkan KUB


1. KUB Ujung lancang dibentuk pada tanggal 9 juni 2021
2. KUB Leliutan dibentuk pada tanggal 9 agustus 2021

KUB ujung lancang dibentuk di balai desa merpas sedangkan KUB leliutan dibalai Adat desa Linau
yang dihadiri oleh calon anggota KUB, Pemerintah Desa, BPD, Penyuluh perikanan dan Akar
foundation

- Pembentukkan KUB atas dasar kemauan dan kepentingan bersama untuk menciptakan KUB
yang mandiri, maju dan sejahtera dengan menanamkan nilai-nilai pengelolaan laut berbasis
masyarakat lokal.
- Anggota KUB yang dibentuk belum pernah menjadi anggota KUB sebelumnya
- Anggota KUB belum pernah di fasilitasi dan di dampingi untuk pembentukkan KUB Nelayan
Gurita
Poto FGD dan diskusi awal tanggal 20 juni 2020

Poto koordinasi ke DKP Kaur tanggal 17 juni 2020

Pertemuan awal dengan nelayan linau 18 juni 2020

Awal pertemuan dengan nelayan desa merpas 18 juni 2020

Anda mungkin juga menyukai