Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pandemi COVID-19 (Corona Virus Diseases-19) adalah peristiwa

menyebarnya penyakit yang disebabkan oleh virus Corona di seluruh dunia.

Di Indonesia kasus ini teridentifikasi pada awal Maret 2020. Guna mencegah

penyebaran virus ini dilakukan pembatasan aktivitas masyarakat atau lebih

dikenal dengan social distancing. Pembatasan ini tentu berdampak negatif

pada berbagai sektor kehidupan, tak terkecuali dalam bidang pendidikan.

Pemerintah Indonesia menutup sementara sekolah sejak 16 Maret 2020.

Namun bukan berarti siswa diliburkan tapi tetap belajar di rumah secara

daring. Belajar daring adalah belajar tanpa tatap muka langsung tapi secara

online menggunakan berbagai aplikasi belajar maupun jejaring sosial seperti

Zoom, Google Meet, Whatsapp dll. Segala bentuk materi pelajaran,

komunikasi dan tes dilakukan melaui media tersebut.

Ketidaksiapan stakeholder sekolah melaksanakan pembelajaran daring

menyebabkan berbagai macam masalah yang menghambat efektivitas

terlaksananya pembelajaran daring. Diantara faktor penghambat yang

dimaksud adalah penguasaan teknologi yang masih rendah, keterbatasan

sarana prasarana, jaringan internet belum menjangkau semua wilayah dan

permasalahan biaya untuk pengadaan kuota internet.

Semua permasalahan ini direspon cepat oleh pemerintah dengan

mencarikan solusi diantaranya mengadakan diklat/workshop/seminar yang

1
dilakukan secara online untuk meningkatkan keterampilan tenaga pendidik

dalam penguasaan penggunaan perangkat sehingga mampu menggunakan dan

menciptakan media pembelajaran secara online. Termasuk bekerjasama

dengan provider internet membangun infrastruktur telekomunikasi agar

jaringan internet dapat menjangkau semua wilayah dan mengadakan subsidi

kuota internet bagi guru dan siswa.

Pemberian arahan yang jelas keterlaksanaan proses belajar dari rumah

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menerbitkan Surat

Keputusan Bersama (SKB) 4 Mentri tentang Panduan Pembelajaran Tahun

Ajaran 2020/2021 dan Tahun Akademik 2020/2021 di masa Pandemi Corona

Virus Desease 2019 (Covid-19) di awal tahun ajaran baru 2020/2021. SKB

ini menjelaskan tentang satuan pendidikan yang berada pada zoba hijau

diperbolehkan melakukan tatap muka dengan tetap memperhatikan protokol

kesehatan sedangkan yang berada pada zona kuning, orange dan merah tetap

melanjutkan kegiatan belajar secara daring.

Kota Bukittinggi adalah salah satu daerah yang berada pada zona yang

selalu berubah-ubah, terkadang hijau, kuning, orange dan merah. Oleh karena

itu proses pembelajaranpun mengikuti ketentuan zona yng ditetapkan

pemerintah, terkadang tatap muka sedangkan diwaktu lain harus daring.

Penulis adalah salah seorang guru produktif Kompetensi Keahlian

Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan (DPIB) di SMKN 1 yang terletak

di pusat kota Bukittinggi. Penulis diberi amanah untuk mengajarkan mata

pelajaran Estimasi Biaya Konstruksi (EBK). Pada struktur kurikulum 2013

revisi tahun 2017, EBK adalah salah satu mata pelajaran yang berada pada

2
kelompok C3 (mata pelajaran kompetensi keahlian). Mata pelajaran ini

diajarkan pada kelas XI dengan durasi waktu 4 jp untuk sekali pertemuan.

Tujuan mata pelajaran ini adalah siswa dapat menguasai pengetahuan dan

keterampilan dalam menghitung jumlah biaya material dan upah tenaga kerja

yang diperlukan untuk membuat suatu bangunan.

Diawal tahun ajaran baru tepatnya bulan Juli 2020, kota Bukittinggi

berada dizona merah sehingga penulis mempersiapkan Learning Manajement

System (LMS) sebagai media online untuk melaksanakan proses

pembelajaran. Dari pengalaman menggunakan berbagai jenis LMS, penulis

menyimpulkan yang paling mudah diakses dan digunakan siswa untuk

mempalajari mapel EBK adalah google classroom dan whatsapp. Google

classroom penulis gunakan sebagai media absensi, penyampaian materi,

mendiskusikan materi dan melakukan kegiatan evaluasi. Sedangkan whatsapp

penulis gunakan sewaktu membuka pelajaran, menjelaskan langkah-langkah

kegiatan pembelajaran dan untuk menutup kegiatan pembelajaran.

Materi yang diberikan pada semester ini adalah menghitung volume

pekerjaan bangunan gedung. Menghitung volume pekerjaan merupakan

bahan utama agar rencana anggaran biaya suatu bangunan dapat

dikalkulasikan. Kompetensi pendukung yang harus dimiliki siswa untuk

dapat menghitung volume pekerjaan adalah trampil membaca gambar kerja.

Untuk dapat menerjemahkan gambar kerja dan menjadi rumusan angka,

sangat sulit jika siswa tidak mengamati secara langsung. Solusi yang pernah

penulis lakukan adalah dengan membuat video pembelajaran. Namun

hasilnya kurang optimal karena keterbatasan kemampuan siswa dalam

3
mengakses video tersebut. Solusi lainya adalah pembuatan Lembar Kerja

Peserta Didik (LKPD) untuk siswa, namun hal ini juga tidak mampu

mengoptimalkan penguasaan siswa terutama pada aspek keterampilan

menghitung volumen pekerjaan bangunan.

Kendala lain yang penulis hadapi sewaktu pembelajaran daring

adalah kurang optimalnya respon siswa dalam mengikuti proses

pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari : (1) siswa telat merespon absen

dengan berbagai alasan seperti ketiduran, menolong orang tua atau paket

kuota internet habis ( 2 ) jarangnya siswa bertanya maupun menanggapi

pertanyaan sewaktu berlangsung diskusi di google clasroom (3) siswa jarang

mengkomunikasikan kesulitan yang dialami kepada guru melaui media

whatsapp (4) Siswa jarang membaca buku pegangan/LKPD secara tuntas

sehingga menimbulkan kesalahan dalam pembuatan tugas, akibatnya

berdampak negatif pada pemahaman siswa terhadap materi yang sudah

disampaikan. (5) tugas yang dikerjakan beberapa siswa diketahui hasil dari

mencontoh pada siswa lainya.

Kendala-kendala diatas menyebabkan tidak optimalnya hasil belajar

yang diperoleh siswa. Hal ini dibuktikan dengan : (1) pada Ulangan Harian

(UH) pertama, terdapat 7 orang siswa (32%) dari 22 siswa yang nilainya

diatas KKM. (2) terdapat 10 orang siswa (45%) dari 22 siswa yang nilai

penugasanya dibawah KKM. (3) 5 orang siswa terlambat dalam

menyelesaikan tugas.

Setelah diteliti akar permasalahanya adalah kurangnya pemahaman

siswa terhadap materi yang disajikan secara full daring terutama penguasaan

4
aspek keterampilan. Ini mungkin disebabkan karena penyajian materi secara

satu arah. Dimana materi dan tugas diupload melalui classroom. Selanjutnya

siswa diminta mempelajari dengan batasan waktu tertentu. Kegiatan

berikutnya adalah berdiskusi secara chating di forum classroom. Sewaktu

siswa mempelajari materi, penulis tidak melakukan pembimbingan pada

siswa, bimbingan hanya dilakukan diforum chating. Itupun tidak seberapa

siswa yang merespon dengan bertanya ataupun menaggapi pertanyaan.

Mungkin disini sisi lemahnya pembelajaran yang penulis lakukan.

Dari pengalaman penulis beberapa kali mengikuti seri bimtek daring

dalam rangka meningkatkan kemampuan penggunaan perangkat dan

menciptakan media pembelajaran secara online, sistim mentoring cukup

berhasil dalam melakukan pembimbingan kepada peserta bimtek. Oleh karena

itu penulis berasumsi penerapan sistim mentoring ini dapat menjadi solusi

dari masalah belajar siswa pada mata pelajaran EBK.

Dari hasil evaluasi proses belajar penulis juga memperoleh informasi

dari beberapa siswa bahwa mereka sering berkumpul dirumah siswa yang

dianggap lebih memahami materi EBK ini untuk mendiskusikan tugas yang

diberikan. Artinya siswa-siswa tersebut cukup nyaman belajar kepada

temanya. Hanya saja kegiatan belajar berkelompok secara langsung ini cukup

berbahaya dalam kondisi pandemi.

Pada tanggal 7 Agustus 2020 terjadi penyesuaian pembelajaran di

masa covid, dimana pelaksanaan pembelajaran praktik mata pelajaran

produktif bagi siswa SMK diperbolehkan di semua zona dengan wajib

menerapkan protokol kesehatan. Pertimbangan pemerintah adalah

5
pembelajaran praktik merupakan keahlian inti SMK. Hal ini membawa angin

segar bagi penulis untuk melakukan pembelajaran secara blended learning

yaitu pembelajaran dengan menggabungkan sistim tatap muka dengan sistim

e-learning. Blended learning ini pun penulis terapkan dengan model

mentoring. Penulis berasumsi metode ini salah satu solusi permasalahan

belajar di masa pandemi.

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut :

1. Apakah mentoring dengan teknik blended learning dapat menjadi solusi

masalah belajar dimasa pandemi?

2. Bagaimana melalui penerapan mentoring dengan teknik blended learning

dapat menjadi solusi masalah belajar dimasa pandemi?

C. TUJUAN

Adapun tujuan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan kegiatan

mentoring dengan teknik blended learning dapat menjadi solusi masalah

belajar dimasa pandemi.

D. MANFAAT

Manfaat yang dapat diambil dalam ide yang terdapat pada makalah ini

adalah sebagai berikut :

1. Bagi guru, makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan

6
dan memberikan inspirasi tentang penerapan mentoring dapat menjadi

solusi masalah belajar dimasa pandemi .

2. Bagi siswa, makalah ini dapat memberikan solusi terhadap masalah

belajar selama masa pandemi.

3. Bagi pihak sekolah, ide dalam makalah ini dapat digunakan sebagai salah

satu contoh mengatasi masalah belajar di masa pendemi agar layanan dan

kualitas pembelajaran tetap berlangsung optimal.

Anda mungkin juga menyukai