Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Skabies atau dikenal juga dengan kudis, gudig, dan budug, adalah penyakit
kulit yang disebabkan oleh infeksi kutu Sarcoptes scabiei varietas hominis.
Skabies sering diabaikan oleh masyarakat, sehingga penyakit ini menjadi salah
satu masalah di seluruh dunia. Penyakit ini lebih banyak terjadi di negara
berkembang, terutama di daerah endemis dengan iklim tropis dan subtropis,
seperti Afrika, Amerika Selatan, dan Indonesia. Di Indonesia, skabies merupakan
salah satu penyakit kulit tersering di puskesmas. Pada tahun 2020, prevalensi
skabies di seluruh daerah di Indonesia adalah 5,6 - 12,9%, merupakan penyakit
kulit terbanyak urutan ketiga.1 Beberapa faktor yang berpengaruh pada prevalensi
skabies antara lain keterbatasan air bersih, perilaku kebersihan yang buruk, dan
kepadatan penghuni rumah1
Skabies sering diabaikan oleh masyarakat, sehingga penyakit ini menjadi
salah satu masalah di seluruh dunia. Penyakit ini lebih banyak terjadi di negara
berkembang, terutama di daerah endemis dengan iklim tropis dan subtropis,
seperti Afrika, Amerika Selatan, dan Indonesia. Skabies menjadi masalah
kesehatan secara global, menurut World Health Organization (WHO) secara
umum skabies dapat menjangkit setidaknya 200 juta orang setiap saat, hal tersebut
berhubungan dengan laporan tahunan yang menyatakan bahwa terdapat 300 juta
kasus skabies setiap tahun, menyatakan skabies merupakan salah satu dari enam
penyakit parasit epidermal kulit yang terbesar angka kejadiannya di dunia. Insiden
di Amerika hampir mencapai 1 juta kasus per tahun. Rata-rata prevalensi kejadian
skabies di Inggris adalah 2,27 per 1000 orang (laki-laki) dan 2,81 per 1000 orang
(perempuan). Kemenkes RI 2016 menyebutkan bahwa dari 261,6 juta penduduk
pada tahun 2016, prevalensi skabies di Indonesia sebesar 4,60%-12,95% dan
menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering.3,4
Skabies menyerang seluruh lapisan masyarakat, dimana wanita dan anak-
anak lebih banyak terinfeksi. Penyakit ini umumnya cenderung banyak ditemukan

1
pada area urban, khususnya pada area padat penduduk. Transmisi parasit ini
biasanya terjadi melalui kontak personal, meskipun kutu skabies ini dapat hidup di
kulit manusia selama lebih dari 3 hari. Dalam hal anamnesis, paparan terjadi
sedikitnya dalam 1 bulan sebelum munculnya gejala. Gejala awal ini terdiri dari
adanya lesi yang bermacam-macam, kadang muncul pada pergelangan tangan dan
lengan, namun lesi ini kadang diabaikan. Pruritus yang bersifat progresif, yang
dapat mengganggu tidur dan aktivitas normal, merupakan gejala yang sering
dikeluhkan pasien dalam mencari pengobatan. Sampai saat ini skabies masih
terabaikan sehingga menjadi masalah kesehatan yang umum di seluruh dunia
Cepatnya proses penularan dan ketidakpahaman masyarakat akan penyakit ini
menimbulkan sulitnya pemberantasan skabies.2,3

1.2 Tujuan
Penulisan laporan kasus ini bertujuan untuk menambah pengetahuan
penyusun dan pembaca mengenai Skabies dan sebagai salah satu syarat agar bisa
mengikuti ujian akhir di KSM Kulit dan Kelamin RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya.

2
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Anamnesis
Anamnesis dilakukan pada 24 Maret 2023, pukul 10.00 WIB dengan
pasien (autoanamnesis) dan ibu pasien (alloanamnesis). Pasien anak laki-laki di
ruang Poliklinik Kulit dan Kelamin RS Bhayangkara Palangka Raya.

2.1.1 Identitas Pasien


• Nama Pasien : An. DA
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Usia : 12 tahun
• Pendidikan Terakhir : SD
• Pekerjaan : Pelajar
• Agama : Islam
• Suku Bangsa : Jawa
• Status Pernikahan : Belum Menikah

2.1.2 Keluhan Utama


Gatal dan bercak-bercak kemerahan pada sela jari, siku, perut dan kelamin
sejak 1 bulan yang lalu.

2.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien datang ke Poli Kulit & Kelamin Rumah Sakit Bhayangkara dengan
keluhan gatal dan bercak-bercak kemerahan di sela jari, perut dan kelamin sejak 1
bulan sebelumnya. Keluhan gatal-gatal dan timbul bercak-bercak kemerahan pada
semua sela-sela jari kedua tangan dirasakan sejak satu bulan yang lalu, awalnya
dirasakan di sela-sela jari tangan kanannya kemudian sampai ke perut dan kelamin
pasien. Keluhan gatalnya dirasakan sangat mengganggu terutama saat malam hari,
sampai terkadang mengganggu tidurnya. Untuk mengurangi keluhan pasien
dibawa ke IGD RS Bhayangkara Palangka Raya, keluhan sempat dirasa

3
berkurang, namun dirasa masih belum benar-benar sembuh. Riwayat obat-obatan
yang digunakan menggunakan krim Permethrin 5%, cetirizine oral, dan krim
racikan. Keluhan demam disangkal. Keluhan digigit nyamuk/serangga disangkal.

2.1.4 Riwayat Penyakit Terdahulu


• Riwayat penyakit yang sama disangkal.
• Riwayat alergi disangkal
• Riwayat asma disangkal
• Riwayat TB paru disangkal
• Riwayat penyakit lainnya disangkal.

2.1.5 Riwayat Penyakit Keluarga


• Orang tua pasien menyangkal mengalami keluhan serupa dirumah, namun
pasien sering bermain kerumah teman dan menginap.
• Riwayat alergi disangkal, riwayat asma disangkal.

2.1.6 Riwayat Kebiasaan Pribadi, Sosial dan Ekonomi


• Pasien mengaku mandi 2x sehari dengan sabun dan air bersih
• Pasien mengaku sering bermain dengan kucing-kucing liar di sekitar
rumah
• Pasien tinggal serumah dengan kedua orang tuanya. Pasien merupakan
anak kedua dari dua bersaudara. Pasien tidur bersama dengan kakaknya di
tempat tidur yang sama.
• Kebiasaan sprei diganti tidak teratur, antara dua-tiga bulan sekali, kasur
jarang dijemur.
• Pasien berobat menggunakan BPJS

2.2 Pemeriksaan Fisik


Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis

4
GCS : E4M6V5
Tanda Vital
• Tekanan darah : 102/78 mmHg
• Frekuensi nadi : 98x/menit kuat angkat, regular, isi cukup
• Frekuensi nafas : 24x/menit
• Suhu tubuh : 36,8ºC
• SpO2 : 98% free air

Status Generalis

1. Kepala :Normocephali, dalam batas normal .


2. Leher : Tidak ada pembesaran KGB dan Tiroid
3. Thoraks : Dalam batas normal
4. Abdomen : Dalam batas normal
5. Ekstremitas : Dalam batas normal

Status Dermatologis

• Regio Fascialis: Tidak terdapat lesi.


• Regio manus dextra et sinistra: papul eritema, berbatas tegas,
multiple, terdapat skuama halus, kunikulus (-)
• Regio olecranon (elbow) dextra et sinistra: papul multiple dengan
dasar hiperpigmentasi, batas tegas, pustul, skuama
• Regio pedis dextra et sinistra: papul eritema, berbatas tegas,
skuama halus
• Regio abdominal: plak eritematosa, batas ireguler, nummular,
soliter, skuama, kunikulus (-)
• Regio genitalia: Papul eritema multiple, vesikel ekskoriasi,
berbatas tegas, nummular, pustule multiple, erosi, skuama, dan
ditemukan kunikulus 0.5-1 cm

5
6
7
2.3 Daftar Abnormalitas
a. Anamnesis
• Keluhan gatal – gatal dan bercak kemerahan pada sela-sela jari
tangan dan kaki, siku, perut bawah, dan kelamin
• Gatal paling dirasakan pada malam hari
• Pasien memiliki kebiasaan hygiene buruk dalam kebersihan
tempat tidur
• Pasien sering menginap di rumah teman
• Pasien sering bermain dengan kucing-kucing liar sekitar rumah

b. Pemeriksaan Fisik
• Regio Fascialis: Tidak terdapat lesi.
• Regio manus dextra et sinistra: papul eritema, berbatas tegas,
multiple, terdapat skuama halus, kunikulus (-)
• Regio olecranon (elbow) dextra et sinistra: papul multiple dengan
dasar hiperpigmentasi, batas tegas, pustul, skuama
• Regio pedis dextra et sinistra: papul eritema, berbatas tegas,
skuama halus
• Regio abdominal: plak eritematosa, batas ireguler, nummular,
soliter, skuama, kunikulus (-)
• Regio genitalia: Papul eritema multiple, vesikel ekskoriasi,
berbatas tegas, nummular, pustule multiple, erosi, skuama, dan
ditemukan kunikulus 0.5-1 cm

2.4 Diagnosa Banding


Skabies
Prurigo
Pedikulosis Corporis

8
2.5 Diagnosis Kerja
Skabies

2.6 Tatalaksana
Non Farmakologi
Edukasi yang bisa diberikan pada orang yang terinfeksi skabies :
• Pasien sebaiknya mandi yang bersih
• Pakaian dan peralatan lainnya yang terkontaminasi harus segera di
bersihkan dengan air panas atau dry cleaned
• Kasur, bantal, sprai, selimut, dan peralatan lain yang terkontaminasi harus
di jemur di bawah sinar matahari yang terik selama minimal 8 jam
• Menghindari bermain dengan kucing-kucing liar sekitar rumah
• Pasien dianjurkan kontrol kembali setelah 1 minggu
• Pengobatan juga dilakukan kepada seluruh penghuni rumah karena
kemungkinan carrier di penghuni rumah dan untuk mencegah reinfestasi
carrier

Farmakologi
• Permethrine 5% (Medscab 30 gr) dioles dari leher sampai seluruh
tubuh kecuali wajah 1x seminggu 8-10 jam, diulangi 1 minggu
selanjutnya.
• Cetirizine tablet 1x10 mg malam hari.

2.7 Prognosis
• Ad vitam : ad bonam
• Ad fungsionam : ad bonam
• Ad sanationam : ad bonam

9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
Penyakit Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh
infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya.
Sarcoptes scabiei yaitu kutu parasite yang mampu menggali terowongan di kulit
pada stratum korneum dan dan melanjutkan siklus hidupnya di sana serta
menyebabkan rasa gatal. Penyakit ini dikenal juga dengan nama lain the itch, sky
– bees, gudik, budukan, gatal agogo.1,5

3.2 Epidemiologi
Penyakit skabies lebih banyak terjadi di negara berkembang dan
ditemukan di semua negara dengan prevalensi yang bervariasi. Daerah endemik
skabies adalah di daerah iklim tropis dan subtropis seperti Afrika, Mesir, Amerika
Tengah, Amerika Selatan, Amerika Utara, Australia, Kepulauan Karibia, India,
dan Asia Tenggara. Skabies menjadi masalah kesehatan secara global, menurut
World Health Organization (WHO) secara umum skabies dapat menjangkit
setidaknya 200 juta orang setiap saat, WHO juga menyatakan skabies merupakan
salah satu dari enam penyakit parasit epidermal kulit yang terbesar angka
kejadiannya di dunia.3,6
Skabies dapat menyerang semua ras dan semua kelas sosial di seluruh
dunia, tetapi gambaran yang akurat mengenai prevalensinya sulit didapatkan,
dimana prevalensi yang lebih tinggi ditemukan pada area urban, lebih banyak
pada wanita dan anak-anak, dan frekuensi yang lebih banyak pada musim dingin
dibandingkan dengan pada musim panas. Beberapa penelitian lain juga
menemukan adanya variasi musim ini. Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun
terjadi epidemi skabies. Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit
ini, antara lain: kebersihan yang buruk, kesalahan diagnosis, dan perkembangan
dermografik serta ekologi. Penyakit ini dapat dimasukkan dalam Infeksi Menular
Seksual (IMS)1,7

10
Beberapa faktor yang berpengaruh pada prevalensi skabies antara lain
keterbatasan air bersih, perilaku kebersihan yang buruk, dan kepadatan penghuni
rumah.5 Seiring dengan tingginya kepadatan penghuni rumah, interaksi dan
kontak fisik erat yang akan memudahkan penularan skabies.4

3.3 Etiologi
Sarcoptes scabiei varietas hominis adalah parasit yang termasuk filum
Arthoproda kelas Arachnida, subkelas Acarina, ordo Astigmata, dan famili
Sarcoptidae. Selain varietas hominis, S. scabiei juga mempunyai varietas hewan,
namun tidak menular, hanya menimbulkan dermatitis sementara serta tidak dapat
melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.4
Skabies disebabkan oleh parasit kutu Sarcoptes scabiei var hominis. Kutu
skabies memiliki 4 pasang kaki dan berukuran 0,3 mm, yang tidak dapat dilihat
dengan menggunakan mata telanjang. Secara morfologi, Sarcoptes scabiei
transluen putih krem kotor dan tubuhnya simetris bilateral berbentuk oval yang
cembung pada bagian dorsal dan pipih pada bagian ventral. Warna kutu jantan
lebih gelap daripada betina. Permukaan tubuhnya bersisik dan dilengkapi dengan
kutikula serta banyak dijumpai garis-garis parallel yang berjalan tranversal.
Thoraks dan abdomen menyatu membentuk idiosoma, segmen abdomen tidak
jelas. Ukurannya yang betina berkisar antara 330 – 450 mikron x 250 – 350
mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200 – 240 mikron x 150 – 200
mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang didepan sebagai alat
untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut,
sedangkan pada jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat
dengan alat perekat. Kepalanya terdapat mulut yang khas disebut capitulum,
spesies ini tidak memiliki mata.1,2,3

11
Gambar 3.1 Gambaran morfologi Sarcoptes scabiei3

3.4 Patofisiologi
Penularan skabies mudah terjadi saat orang sehat kontak langsung dengan
penderita dalam jangka waktu yang lama, sehingga sering terjadi penularan secara
cepat dalam sebuah keluarga maupun dalam sebuah komunitas yang tinggal di
lingkungan padat penghuninya. Penularan juga dimungkinkan melalui hubungan
seksual, karena adanya kontak kulit secara langsung dari penderita ke orang sehat
lainnya.3
Siklus hidup Sarcoptes scabiei diawali oleh masuknya tungau dewasa ke
dalam kulit manusia dan membuat terowongan di stratum korneum sampai
akhirnya tungau betina bertelur. Sarcoptes scabiei tidak dapat menembus lebih
dalam dari lapisan stratum korneum. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi
diatas kulit, tungau jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup beberapa
hari dalam terowongan yang digali oleh betina. Tungau betina yang telah dibuahi
menggali terowongan dalam stratum korneum dengan kecepatan 2-3 milimeter
sehari sambil meletakkan telurnya 2 hingga 50. Bentuk betina yang dibuahi ini
dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas biasanya dalam waktu 3 sampai
10 hari dan menjadi larva yang mepunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal
dalam terowongan tetapi dapat keluar juga. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi
nimfa yang mempunyai dua bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki.

12
Seluruh siklus hidup mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu 8-
12 hari.1,9

Gambar 3.2 Siklus Hidup Sarcoptes scabiei10

Aktivitas S. scabiei didalam kulit dapat menyebabkan rasa gatal dan


menimbulkan respons imunitas dan humoral serta mampu meningkatkan IgE baik
di serum maupun di kulit. Setelah invasi pertama dari kutu ini, diperlukan 4
hingga 6 minggu untuk timbul reaksi hipersensitivitas dan rasa gatal akibat kutu
ini. Pada infestasi pertama, biasanya memakan 2-6 minggu sebelum sistem imun
menjadi sensitisasi terhadap tungau atau produknya, gejala biasanya pruritus dan
lesi pada kutaneus. Sebaliknya, pada infestasi selanjutnya gejala sering muncul
sekitar 24-48 jam setelahnya. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan
keterlibatan reaksi hipersensitivitas tipe IV dan tipe I. Pada reaksi tipe I,
pertemuan antigen tungau dengan Imunoglobulin E pada sel mast yang
berlangsung di epidermis menyebabkan degranulasi sel-sel mast. Sehingga terjadi
peningkatan antibodi IgE. Keterlibatan reaksi hipersensitivitas tipe IV akan
memperlihatkan gejala sekitar 10-30 hari setelah sensitisasi tungau dan akan
memproduksi papul-papul dan nodul inflamasi yang dapat terlihat dari perubahan
histologik dan jumlah sel limfosit T banyak pada infiltrat kutaneus. Kelainan kulit
dengan efloresensi dapat berupa papul, nodul, vesikel, urtika dan lainnya. Akibat
garukan yang dilakukan oleh pasien dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta hingga
terjadinya infeksi sekunder. Cara tungau ini bertransimis adalah :

13
• Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan,
tidur bersama, dan hubungan seksual.
• Kontak tak langsung ( melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei,
bantal dan lain – lain.
• Penularan biasanya oleh Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atau
kadang – kadang oleh bentuk larva. Dikenal juga Sarcoptes scabiei var
animalis yang kadang – kadang dapat menulari manusia, terutama pada
mereka y/ang banyak memelihara binatang peliharaan, misalnya anjing. 9,11

3.6 Diagnosis
Diagnosis skabies ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Apabila ditemukan dua dari empat tanda kardinal skabies, maka diagnosis
sudah dapat dipastikan.
3.6.1 Manifestasi Klinis Kulit
Manifestasi klinis pada kulit dapat ditemukan beberapa reaksi dari tungau,
saliva dan produknya, gejala ditemukan termasuk papul dan pruritus yang
disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas IV tipe lambat.
3.6.1 Gambaran Klinis
Kelainan klinis pada kulit yang ditimbulkan oleh infestasi Sarcoptes
scabiei sangat bervariasi. Meskipun demikian kita dapat menemukan gambaran
klinis berupa keluhan subjektif dan objektif yang spesifik. Dikenal ada 4 tanda
utama atau cardinal sign pada infestasi skabies, yaitu :
a. Pruritus Nocturna
Adanya keluhan gatal pada malam hari (gatal terasa lebih hebat
pada malam hari) yang disebabkan oleh aktivitas tungau lebih tinggi pada
suhu yang lebih lembab dan panas. Setelah pertama kali terinfeksi dengan
tungau skabies, kelainan kulit seperti pruritus akan timbul selama 6 hingga
8 minggu. Infeksi yang berulang menyebabkan ruam dan gatal yang
timbul hanya dalam beberapa hari.1,7
b. Penyakit ini menyerang sekelompok orang.

14
Penyakit ini bisa menyerang sebuah keluarga, sehingga seluruh
anggota keluarga terkena infeksi, di asrama atau pondokan. Begitu pula
dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar
tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Walaupun
seluruh keluarga mengenai investasi tersebut, namun tidak menimbulkan
gejala, hal ini dikenal dengan hiposensitisasi. Penderta bersifat carrier
bagi individu lain.1
c. Adanya Terowongan (Kunilikulus)
Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi
yang berwana putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau
brekelok-kelok, rata-rata panjang 1cm pada ujung terowongan ditemukan
papul dan vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulit menjadi
polimorf (pustul, eritem, eskoriasi dan lain-lain). Namun, kunikulus
biasanya sukar terlihat, karena sangat gatal pasien selalu menggaruk
sehingga kunikulus dapat rusak. Tempat predileksinya biasanya tempat
yang stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan
tangan bagian volar, siku bagian luar, lipatan ketiak bagian depan, areola
mammae (perempuan) umbilikus, bokong genitalia eksterna (laki-laki) dan
perut bagian belakang. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan, kaki,
wajah dan kepala.1

Gambar 3.3 Terowongan pada kulit12

15
Gambar 3.4 Tampak terowongan pada kulit dengan papul eritema

Gambar 3.5 Papul eritema dan papulovesikel pada pergelangan tangan

Gambar 3.6 Predileksi Skabies

16
d. Menemukan Sarcoptes scabiei
Menemukan tungau merupakan hal yang paling menunjang
diagnosis, dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau. Selain
tungau dapat ditemukan telur dan kotoran (skibala)
Selain gejala klasik diatas, terdapat juga gejala varian skabies yaitu
a. Skabies Norwegia (Skabies Berkrusta)
Bentuk skabies ini ditandai dengan dermatosis berkrusta
pada tangan dan kaki, kuku yang disforik, serta skuama
generalisata. Bentuk ini sangat menular, tetapi rasa gatalnya sangat
sedikit. Tungau dapat ditemukan dalam jumlah yang sangat
banyak. Penyakit dapat terjadi pada pasien dengan sistem imun
yanglemah, seperti pada terapi imunosupresif jangka panjang
(yaitu penerima transplantasiorgan) atau mereka yang terinfeksi
HIV atau infeksi limfosit T tipe 1. Kelompok rentan lainnya adalah
pasien cacat mental atau fisik,seperti mereka yang memiliki
anggota tubuh lumpuh, neuropati sensorik, atau kusta,karena dalam
kondisi tersebut tidak dapat merasakan gatal atau goresan.
Tungau penyebab skabies berkrusta inisama dengan tungau
penyebab klasik skabies, namun banyaknya tungau menjadi
pembeda keduanya. Tungau jauh lebih besar dan bisa berkisar
antara ribuan hingga jutaan per pasien, sedangkan pada skabies
klasik hanya 10-12 tungau. Perbedaan ini menyebabkan skabies ini
jauh lebih menular dibandingkan skabies klasik.1,13

17
Gambar 3.7 Skabies Norwegia

b. Skabies Nodular
Skabies dapat berbentuk nodular bila lama tidak mendapat
terapi, sering terjadi pada bayi dan anak, atau pada pasien dengan
imunokompremais. Pada kasus ini terdapat nodul pruritik ukuran
2-20 mm di daerah genitalia, punggung, sela paha, dan ketiak.
Nodul berwarna kemerahan hingga kecoklatan dan biasanya tidak
terdapat tungau tetapi merupakan manifestasi dari reaksi
hipersenitivitas terhadap produk dari tungau1

Gambar 3.8 Skabies Nodular

18
3.6.2 Pemeriksaan Penunjang
1. Kerokan kulit
Metode pemeriksaan sederhana menggunakan mikroskop cahaya,
dilakukan dengan cara papul atau kanalikuli yang utuh ditetesi dengan
minyak mineral atau KOH 10% lalu dilakukan kerokan dengan
menggunakan scalpel steril yang bertujuan untuk mengangkat atap papula
atau kanalikuli. Bahan pemeriksaan diletakkan di gelas objek dan ditutupi
dengan kaca penutup lalu didiamkan selama 30 menit kemudian diperiksa
dibawah mikroskop. Cara menemukan tungau dengan cara, carilah
terowongan kemudian pada ujung yang terlihat papul atau vesikel, congkel
menggunakan jarum dan diletakkan diatas sebuah glass object, lalu ditutup
menggunakan gelas kover dan dilihat dengan mikroskop cahaya.14,15

Gambar 3.9 Hasil kerokan kulit didapatkan tungau, telur, dan sibala.

2. Biopsi irisan (epidermal shave biopsy)


Diagnosis pasti dapat melalui identifikasi tungau, telur atau skibala
secara mikroskopik. Ini dilakukan dengan cara menjepit lesi dengan ibu
jari dan telunjuk dan kemudian dibuat irisan tipis, dan dilakukan irisan
superfisial secara menggunakan pisau dan berhati-hati dalam
melakukannya agar tidak berdarah. Kerokan tersebut diletakkan di atas
kaca objek dan ditetesi dengan minyak mineral yang kemudian diperiksa
dibawah mikroskop1.

19
Gambar 3.10 Histopatologi Skabies

3. Tes tinta pada terowongan (burrow ink test)


Identifikasi terowongan bisa dengan cara mewarnai daerah lesi
dengan tinta hitam. Papul skabies dilapisi dengan tinta cina, dibiarkan
selama 20-30 menit. Setelah tinta dibersihkan dengan kapas alkohol,
terowongan tersebut akan kelihatan lebih gelap dibandingkan kulit di
sekitarnya karena akumulasi tinta didalam terowongan. Tes dinyatakan
positif bila terbentuk gambaran kunikuli yang khas berupa garis
menyerupai bentuk zigzag.16

Gambar 3.11 Burrow Ink Test

20
3.7 Diagnosis Banding
Ada pendapat yang mengatakan penyakit skabies ini merupakan the greatest
imitator, karena dapat menyerupai banyak penyakit kulit dengan keluhan gatal.
Sebagai diagnosis banding adalah prurigo dan pedikulosis korporis.1

Tabel 3.1 Diagnosis Banding Skabies


Perbedaan Prurigo Pediculosis korporis
Definisi Peradangan kronis pada kulit Infeksi kulit oleh Pediculosis
humanus var. corporis
Etiologi - Herediter Tungau Pediculosis humanus
- Parasit Ascaris var. corporis
- Infeksi fokal (tonsil,
saluran cerna, endokrin,
alergi)
- Faktor atopi

Predileksi - Badan - Punggung


- Ekstensor ekstremitas - Pinggang
- Leher, Pundak
Gejala Gatal, bekas garukan Gatal, bekas garukan
Effloresensi - Papul dengan vesikel kecil - Makula eritem
di atasnya - Papul eritem
- Erosis - Krusta
- Eksoriasi
Penunjang Histopatologik -> akantosis, Mikroskopik -> tampak
hyperkeratosis, edema pada gambaran telur dari Pediculosis
epidermis
Terapi - Sulfur 5-10% - Gameksan cr 1%
- Menthol 0,25-1 % - Benzyl benzoate 25%
- Cetirizine 10 mg - Bubuk malathion 2%
- Methylprednisolon 125 mg
Prognosis Dubia at bonam Dubia at bBonam

21
3.8 Tatalaksana
3.8.1 Umum
Infestasi tungau dapat tidak bergejala (asimptomatik) tetapi individu
sudah terinfeksi. Mereka dianggap sebagai pembawa (carrier). Oleh karena itu,
pengobatan juga dilakukan kepada seluruh penghuni rumah karena
kemungkinan karier di penghuni rumah dan untuk mencegah reinfestasi karier.
Cara pengobatan ialah seluruh anggota keluarga harus diobati.1
Edukasi yang bisa diberikan pada orang yang terinfeksi skabies :
1. Pasien sebaiknya mandi yang bersih.
2. Pakaian dan peralatan lainnya yang terkontaminasi harus segera di
bersihkan dengan air panas atau dry cleaned. Hal yang dapat dilakukan
adalah mencuci benda-benda yang kontak langsung dengan penderita
pada suhu di atas 50 °C dan gunakan pakaian atau peralatan yang
sudah tidak terkontaminasi setelah melakukan pengobatan.
3. Menyarankan kepada anggota keluarga, pasangan seksual serta semua
orang yang pernah kontak dengan pasien yang mengeluhkan gatal atau
tidak untuk dilakukan pemeriksaan dan pengobatan skabies harus
dilakukan secara menyeluruh pada semua penderita dalam satu
lingkungan dalam satu waktu.
4. Pengobatan meliputi seluruh bagian dari kulit tanpa terkecuali baik
yang yang terkena oleh skabies ataupun bagian kulit yang tidak
terkena.
5. Pengobatan yang diberikan dioleskan di kulit dan sebaiknya dilakukan
pada malam hari sebelum tidur.

3.8.2 Farmakologi
Syarat obat yang ideal adalah :1
1. Harus efektif terhadap semua stadium tungau
2. Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksis
3. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian
4. Mudah diperoleh dan harganya murah

22
Pengobatan skabies dapat dilakukan secara oral maupun topikal.
Pengobatan topikal diantaranya permetrin, lindane, benzyl benzoate,
crotamiton dan sulfur yang diendapkan. Obat skabies topikal memiliki efek
neurotoksik pada tungau dan larva.13

1. Permetrin
Permetrin adalah piretroid sintetis dan insektisida kuat. Krim permetrin
5% merupakan obat yang sering digunakan untuk pengobatan skabies karena
efikasinya sebesar 90%. Permetrin adalah skabisida. Permetrin diindikasikan
dan aman untuk digunakan pada anak kecil, dan hamil (kategori B) dan wanita
menyusui. Permetrin pada bayi usia kurang dari 2 bulan tidak dianjurkan
menggunakan obat ini. Pengobatan dapat diulangi setelah 1 minggu. Cara
pakai : Permetrin dioleskan pada tubuh dan didiamkan selama 8-12 jam
sebelum tidur. Aplikasi ke seluruh tubuh (kecuali area kepala dan leher pada
dewasa) dan dibersihkan setelah 8 - 12 jam dengan mandi.4,13

2. Lindane
Terdapat empat penelitian yang menyebutkan bahwa tingkat penyembuhan
dari lindane berkisar antara 49% sampai 96% bila diukur pada 4 minggu
setelah satu aplikasi topikal lindane. Kegagalan pengobatan sebagian besar
disebabkan oleh resistensi. Masalah keamanan terkait potensi neurotoksisitas
dapat membatasi penggunaan Lindane. Efek samping neurologis meliputi
iritabilitas, vertigo, kejang, muntah, diare, dan sinkop. Penggunaan lindane
dilarang di beberapa negara. Hal ini dikarenakan persistennya di lingkungan.
Satu botol lindane mencemari 6 juta galon air.13

3. Benzyl Benzoate
Emulsi benzyl benzoate 20 – 25 % efektif terhadap semua stadium,
diberikan setiap malam selama 3 hari. Benzil benzoat adalah skabisida yang
digunakan tunggal atau dikombinasikan dengan sulfiram topikal. Pengujian in
vitro menunjukkan bahwa benzil benzoate membunuh tungau skabies lebih
cepat daripada permetrin dan mungkin merupakan alternatif yang berguna

23
untuk permetrin pada crusted skabies parah. Benzyl benzoat harus dicuci
dalam waktu 24 jam setelah pengaplikasian karena merupakan iritan yang
diketahui yang dapat menyebabkan dermatitis kontak. Analgesik dan
antihistamin dapat digunakan sebagai pre-treatment untuk mengurangi
ketidaknyamanan aplikasi, jika perlu. Obat ini sulit diperoleh, sering
memberikan iritasi, dan kadang – kadang makin gatal dan panas setelah
dipakai.

4. Krotamiton 10%
Krotamiton dalam bentuk krim atau losio juga adalah obat pilihan,
mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antigatal. Krotamiton 10%
digunakan untuk aplikasi topikal dari dagu ke bawah, (harus dijauhkan dari
mata, mulut dan uretra) dengan aplikasi berulang disarankan pada 24 jam
Aplikasi sehari-hari selama 5 hari telah menghasilkan tingkat penyembuhan
yang lebih baik. Keamanan penggunaan krotamiton pada bayi baru lahir dan
infant belum dapat dibuktikan. Efek samping yang potensial pada krotamiton
termasuk eritema dan konjungtivitis.1,13

5. Sulfur yang diendapkan (Sulfur Presipitatum)


Belerang endap dengan kadar 4 – 20% dalam bentuk salap atau krim.
Penggunaan krim yaitu dengan cara dioleskan sekali sehari selama 3-5 hari. 48
jam setelah aplikasi terakhir seluruh tubuh harus dicuci dalam pemandian air
hangat. Preparat ini tidak efektif terhadap stadium telur, maka penggunaan
silakukan selama 3 hari berturut – turut. Kekurangan lainnya ialah berbau dan
mengotori pakaian serta kadang – kadang menimbulkan iritasi. Obat ini dapat
digunaan pada bayi berumur kurang dari 2 tahun.1,13
Selain obat topical ada obat oral. Obat skabies oral diantaranya ivermektin
yang bekerja dengan cara mengganggu neurotransmisi asam gamma-aminobutyric
yang disebabkan oleh banyak parasite (termasuk tungau). Di luar negeri
dianjurkan pemakaian ivermektin 200 μg/kg per oral terutama pada pasien yang
persisten atau resisten terhadap permetrin.1,13

24
Gejala gatal dapat ditangani dengan krim pelembap emolient, kortikosteroid
topikal potensi ringan, dan antihistamin oral. Dengan terapi adekuat, seluruh
gejala termasuk rasa gatal dapat membaik setelah 3 hari; rasa gatal dan kemerahan
masih dapat timbul setelah empat minggu terapi, biasa dikenal sebagai
“postscabietic itch”. Pasien diedukasi hal tersebut untuk menghindari persepsi
kegagalan terapi. Pasien juga diberi edukasi untuk tidak membersihkan kulit
secara berlebihan dengan sabun antiseptik karena dapat memicu iritasi kulit.4

3.9 Komplikasi
Di utara Australia, dilaporkan angka kematian meningkat 50 % selama lebih
dari 5 tahun, dengan penyebab utamanya yaitu infeksi bakterial sekunder, yang
sering disebabkan oleh Streptococcus aureus, Streptococcus β-hemolitikus grup A,
atau peptostreptococci. Impegtiginisasi sekunder adalah komplikasi umum
ditemukan dan berespon baik terhadap pemberian antibiotik topikal ataupun oral,
tergantung tingkat piodermanya. Selain itu, limfangitis dan septiksemia dapat juga
terjadi terutama pada skabies Norwegian Skabies. Glomerulonefritis juga pernah
dilaporkan sebagai komplikasi dari skabies. Post-streptococcal glomerulonephritis
bisa terjadi karena skabies-induced pyodermas yang disebabkan oleh
Streptococcus pyogens.2

3.10 Prognosis
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat
pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi, antara lain hygiene, serta
semua orang yang berkontak erat dengan pasien harus diobati, maka penyakit ini
dapat diberantas dan memberi prognosis yang baik.1

3.11 Pencegahan
Dalam upaya preventif, perlu dilakukan edukasi pada pasien tentang
penyakit skabies, perjalanan peyakit, penularan dan cara eradikasi tungau skabies,
menjaga higiene pribadi, dan tat cara pengolesan obat. Rasa gatal terkadang tetap
beralgnsung walaupun kulit sudah bersih. Pengobaan dilakukan pada orang

25
serumah dan orang di sekitar pasien yang berhubngan erat. Untuk melakukan
pencegahan terhadap penularan skabies, orang-orang yang kontak langsung atau
dekat dengan penderita harus diterapi dengan topikal skabisid. Terapi pencegahan
ini harus diberikan untuk mencegah penyebaran skabies karena seseorang
mungkin saja telah mengandung tungau skabies yang masih dalam periode
inkubasi asimptomatik.
Selain itu untuk mencegah terjadinya reinfeksi melalui seprei, bantal,
handuk dan pakaian yang digunakan dalam 5 hari terakhir, harus dicuci bersih dan
dikeringkan dengan udara panas karena tungau skabies dapat hidup hingga 3 hari
diluar kulit, karpet dan kain pelapis lainnya juga harus dibersihkan (vacuum
cleaner).1,2

26
BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien datang ke Poli Kulit & Kelamin RS Bhayangkara Palangka Raya,


dengan keluhan gatal dan muncul bercak kemerahan di sela jari, perut dan
kelamin sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan gatal dirasakan sepanjang hari tetapi
terutama pada malam hari. Riwayat hygiene yang buruk pada daerah tempat tidur
pasien dan riwayat pengobatan yang tidak tuntas ditemukan pada pasien ini. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan efloresensi :
• Regio Fascialis: Tidak terdapat lesi
• Regio manus dextra et sinistra: papul eritema, berbatas tegas,
multiple, terdapat skuama halus, kunikulus (-)
• Regio olecranon (elbow) dextra et sinistra: papul multiple dengan
dasar hiperpigmentasi, batas tegas, pustul, skuama
• Regio pedis dextra et sinistra: papul eritema, berbatas tegas,
skuama halus
• Regio abdominal: plak eritematosa, batas ireguler, nummular,
soliter, skuama, kunikulus (-)
• Regio genitalia: Papul eritema multiple, vesikel ekskoriasi,
berbatas tegas, nummular, pustule multiple, erosi, skuama, dan
ditemukan kunikulus 0.5-1 cm
Pada pasien di dalam kasus dari anamnesis ditemukan keluhan gatal
terutama pada malam hari disertai adanya papul eritema di daerah interdigitalis
(sela jari) tangan, siku, abdomen dan kelamin serta ditemukan terowongan
(kunikulus) di daerah genital pasien rata-rata panjang 0.5-1 cm pada ujung
terowongan ditemukan papul dan vesikel. Sesuai dengan teori diatas 2 dari 4
cardinal sign skabies ditemukan pada pasien, serta predileksi lesi yang berada di
bagian lipatan kulit yang tipis, terutama sela-sela jari merupakan predileksi pada
skabies.1

27
Pasien didalam kasus ini memiliki riwayat buruk dalam membersihkan alas
tidur sehingga dapat meningkatkan terjadinya transmisi tak langsung terhadap
organisme penyebab skabies. Berdasarkan teori kebiasaan ini berhubungan
dengan transmisi tungau antar manusia yaitu melalui, kontak langsung (kontak
kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan hubungan
seksual atau transmisi dari hewan yang terinfeksi skabies dan kontak tak langsung
(melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal dan lain – lain. 9,11
Pada pemeriksaan fisik ditemukan efloresensi pada regio manus sinistra
terdapat papul eritema, berbatas tegas, multiple dan kunikulus (-). Regio abdominal
terdapat papul eritema, berbentuk bulat, berbatas tegas, penyebaran diskrit dan multiple.
Regio genitalia: Pada skrotum dan dasar penis ditemukan papul eritema berbatas
tegas, vesikel berbentuk terowongan (kunikulus), multiple, ukuran 0,5-1 cm. Hal
ini sesuai teori manifestasi klinis pada kulit dapat ditemukan beberapa reaksi dari
tungau, saliva dan produknya. Lesi berupa papul eritema, terowongan pada jari
dengan ujung papul atau vesikel, dan anggota tubuh lain pada daerah dengan
stratum korneum tipis. Tempat predileksinya biasanya tempat yang stratum
korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar,
siku bagian luar, lipatan ketiak bagian depan, areola mammae (perempuan)
umbilikus, bokong genitalia eksterna (laki-laki) dan perut bagian belakang. Pada
bayi dapat menyerang telapak tangan, kaki, wajah dan kepala.1

Diagnosis Banding
Ada pendapat yang mengatakan penyakit skabies ini merupakan the greatest
imitator, karena dapat menyerupai banyak penyakit kulit dengan keluhan gatal.
Sebagai diagnosis banding adalah prurigo dan pedikulosis korporis.1
Perbedaan Prurigo Pediculosis korporis
Definisi Peradangan kronis pada kulit Infeksi kulit oleh Pediculosis
humanus var. corporis
Etiologi - Herediter Tungau Pediculosis humanus
- Parasit Ascaris var. corporis
- Infeksi fokal (tonsil,
saluran cerna, endokrin,

28
alergi)
- Faktor atopi

Predileksi - Badan - Punggung


- Ekstensor ekstremitas - Pinggang
- Leher, Pundak
Gejala Gatal, bekas garukan Gatal, bekas garukan
Effloresensi - Papul dengan vesikel kecil - Makula eritem
di atasnya - Papul eritem
- Erosis - Krusta
- Eksoriasi
Penunjang Histopatologik -> akantosis, Mikroskopik -> tampak
hyperkeratosis, edema pada gambaran telur dari Pediculosis
epidermis

Terapi - Sulfur 5-10% - Gameksan cr 1%


- Menthol 0,25-1 % - Benzyl benzoate 25%
- Cetirizine 10 mg - Bubuk malathion 2%
- Methylprednisolon 125 mg
Prognosis Dubia at bonam Dubia at bBonam

Tatalaksana
Pada pasien tatalaksana farmakologi yaitu permethrine 5% (Medscab 30 gr)
dioles dari leher sampai seluruh tubuh kecuali wajah 1x seminggu 8-10 jam,
diulangi 1 minggu selanjutnya. Berdasarkan teori pengobatan skabies dapat
dilakukan secara oral maupun topikal. Pengobatan topikal diantaranya permetrin,
lindane, benzyl benzoate, crotamiton dan sulfur yang diendapkan. Dari berbagai
topical, permetrin direkomendasikan. Permetrin adalah piretroid sintetis dan
insektisida kuat. Krim permetrin 5% merupakan obat yang sering digunakan
untuk pengobatan skabies karena efikasinya sebesar 90%. Permetrin adalah
skabisida. Permetrin adalah piretroid sintetis dan insektisida kuat. Pengobatan

29
dapat diulangi setelah 1 minggu. Cara pakai permetrin dioleskan pada tubuh dan
didiamkan selama 8-12 jam sebelum tidur. Aplikasi ke seluruh tubuh (kecuali area
kepala dan leher pada dewasa) dan dibersihkan setelah 8 - 12 jam dengan
mandi.4,13 Obat skabies topikal memiliki efek neurotoksik pada tungau dan larva.
Obat skabies oral diantaranya ivermektin yang bekerja dengan cara
mengganggu neurotransmisi asam gamma-aminobutyric yang disebabkan oleh
banyak parasite (termasuk tungau). Di luar negeri dianjurkan pemakaian
ivermektin 200 μg/kg per oral terutama pada pasien yang persisten atau resisten
terhadap permetrin.1,13
Pasien diberikan antihistamin tablet Cetirizine 1x1 tablet sehari setelah makan,
bertujuan untuk mengurangi rasa gatal yang timbul akibat proses alergi terhadap
skabies dan diminum malam hari bertujuan untuk mengurangi gejala nokturnal
pruritus pada pasien skabies. Gejala gatal dapat ditangani dengan krim pelembap
emolient, kortikosteroid topikal potensi ringan, dan antihistamin oral. Di utara
Australia, dilaporkan angka kematian meningkat 50 % selama lebih dari 5 tahun,
dengan penyebab utamanya komplikasi akibat infeksi bakterial sekunder, yang
sering disebabkan oleh Streptococcus aureus, Streptococcus β-hemolitikus grup A,
atau peptostreptococci. Impegtiginisasi sekunder adalah komplikasi umum
ditemukan dan berespon baik terhadap pemberian antibiotik topikal ataupun
oral.2,4

Edukasi
Menurut teori, edukasi yang bisa diberikan pada orang yang terinfeksi skabies :
1. Pasien sebaiknya mandi yang bersih.
2. Pakaian dan peralatan lainnya yang terkontaminasi harus segera di
bersihkan dengan air panas atau dry cleaned. Hal yang dapat dilakukan
adalah mencuci benda-benda yang kontak langsung dengan penderita
pada suhu di atas 50 °C dan gunakan pakaian atau peralatan yang
sudah tidak terkontaminasi setelah melakukan pengobatan.
3. Menyarankan kepada anggota keluarga, pasangan seksual serta semua
orang yang pernah kontak dengan pasien yang mengeluhkan gatal atau

30
tidak untuk dilakukan pemeriksaan dan pengobatan skabies harus
dilakukan secara menyeluruh pada semua penderita dalam satu
lingkungan dalam satu waktu.
4. Pengobatan meliputi seluruh bagian dari kulit tanpa terkecuali baik
yang yang terkena oleh skabies ataupun bagian kulit yang tidak
terkena.
5. Pengobatan yang diberikan dioleskan di kulit dan sebaiknya dilakukan
pada malam hari sebelum tidur.
Pada pasien ini di edukasikan bahwa pasien sebaiknya mandi yang bersih,
pakaian dan peralatan lainnya yang terkontaminasi harus segera di bersihkan
dengan air panas atau dry cleaned. Kasur, bantal, sprai, selimut, dan peralatan lain
yang terkontaminasi harus di jemur di bawah sinar matahari yang terik selama 8-
12 jam. Menghindari bermain dengan kucing-kucing liar di sekitar rumah.
Pengobatan juga dilakukan kepada seluruh penghuni rumah karena kemungkinan
carrier di penghuni rumah dan untuk mencegah reinfestasi carrier.

Prognosis
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat
pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi, antara lain hygiene, serta
semua orang yang berkontak erat dengan pasien harus diobati, maka penyakit ini
dapat diberantas dan memberi prognosis yang baik.1

31
BAB V
KESIMPULAN

Telah dilaporkan seorang anak laki-laki usia 12 tahun dengan diagnosis


Skabies. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang menunjang keluhan gatal dan
muncul bercak kemerahan di sela jari tangan dan kaki, siku, perut dan kelamin
sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan gatal dirasakan sepanjang hari tetapi terutama
pada malam hari. Riwayat hygiene yang buruk pada daerah tempat tidur pasien
dan riwayat pengobatan yang tidak sesuai ditemukan pada pasien ini. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan efloresensi regio manus didapatkan papul eritema,
berbatas tegas, multiple, terdapat skuama halus. Regio olecranon (elbow) papul
multiple dengan dasar hiperpigmentasi, batas tegas, pustul, skuama. Regio pedis
papul eritema, berbatas tegas, skuama halus. Regio abdominal: plak eritematosa,
batas ireguler, nummular, soliter, skuama. Regio genitalia: Papul eritema multiple,
vesikel ekskoriasi, berbatas tegas, nummular, pustule multiple, erosi, skuama, dan
ditemukan kunikulus 0.5-1 cm.
Terapi farmakologi pasien diberikan pengobatan Permetrine 5% (Medscab 30
gr) dioles dari leher sampai seluruh tubuh 1x seminggu pada malam hari dan
Cetirizine tablet 1x10 mg malam hari.
Terapi non farmakologi berupa edukasi yang bisa diberikan pada orang yang
terinfeksi skabies ; pasien sebaiknya mandi yang bersih; pakaian dan peralatan
lainnya yang terkontaminasi harus segera di bersihkan dengan air panas atau dry
cleaned serta menyarankan kepada anggota keluarga yang pernah kontak dengan
pasien yang mengeluhkan gatal atau tidak untuk dilakukan pemeriksaan dan
pengobatan skabies harus dilakukan secara menyeluruh. Mejelaskan cara
mengoleskan obat Permetrin 5%, pengobatan meliputi seluruh bagian dari kulit
tanpa terkecuali baik yang yang terkena oleh skabies ataupun bagian kulit yang
tidak terkena. Pengobatan yang diberikan dioleskan di kulit dan sebaiknya
dilakukan pada malam hari sebelum tidur. Prognosis untuk kasus pasien ini adalah
quo ad vitam ad bonam, quo ad sanam ad bonam, dan quo ad functionam ad
bonam.

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Sungkar S. Skabies: Etiologi, patogenesis, pengobatan, pemberantasan,


dan pencegahan. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2016

2. Stone SP, Goldfarb JN, Bacelieri RE. Skabies, other mites, and pediculosis
In: Wolff K, Lowell A, Katz GSI, Paller GAS, Leffell DJ, editors.
Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. 7th ed. United state of
America. McGraw-Hill; 2018. p. 2029-2032.

3. Tias PG. Skabies : Penyebab, Penanganan dan Pencegahannya. El-Hayah,


2013 ; 4 (1) : 37 – 46

4. Marsha K., Michael SSL, Franklind. Tinjauan Pustaka : Diagnosis dan


Terapi Skabies. CDK Journal, 2020 ; 47 (2) : 104 – 107

5. Karthikeyan K. Treatment of Skabies: Newer Perspectives. Postgraduate


Med J. 2015; 81: p. 8 - 10.

6. Binic I, Aleksandar J, Dragan J, Milanka L. Crusted (Norwegian) Skabies


Following Systemic And Topikal Corticosteroid Therapy. J Korean Med
Sci; 25: 2010. 88-91.

7. Burns DA. Diseases caused by arthropods and other noxious animals. In:
Rook’s textbook of dermatology. 8th ed. United kingdom. Willey-
blackwell; 2010. p. 38.36 – 38.38.

8. Chosidow O. Skabies. New England J Med. 2006; 345: p. 1718-1723.

9. Bolognia Jean L, dkk. 2018. Dermatology Fourth Edition. US Government


: Elsevier

10. https://www.cdc.gov/parasites/skabies/biology.html diakses tanggal 25


November 2023

11. Hicks MI, Elston DM. Skabies. Dermatologic Therapy. 2009. November
:22/279-292.

12. Arivananthan V. Mengenali Patogenesis dan Penyebaran Skabies di


Daerah Beriklim Tropis dan Subtropis. ISM ; 2016 : 5(1) Hal 70-75

13. Dewi MK, Wathoni N. Artikel Review : Diagnosis dan Regimen


Pengobatan Skabies. Farmaka Suplemen, 2017 ; 15(1) : 123 - 132

14. Kandi V. Laboratory Diagnosis of Skabies Using a Simple Saline Mount:


a Clinical Microbiologist’s Report. Cureus. 2017; 9(3).

33
15. Hardy M, Engelman D, Steer A. Skabies : A clinical update Australian
Family Physician, 2017 ; 46 (5) : 264-68

16. Korycinska J, Dzika E, Lepczynska M, Kubiak K. Skabies: Clinical


manifestations and diagnosis. POAMED. 2015;112

34

Anda mungkin juga menyukai