PENDAHULUAN
1
pada area urban, khususnya pada area padat penduduk. Transmisi parasit ini
biasanya terjadi melalui kontak personal, meskipun kutu skabies ini dapat hidup di
kulit manusia selama lebih dari 3 hari. Dalam hal anamnesis, paparan terjadi
sedikitnya dalam 1 bulan sebelum munculnya gejala. Gejala awal ini terdiri dari
adanya lesi yang bermacam-macam, kadang muncul pada pergelangan tangan dan
lengan, namun lesi ini kadang diabaikan. Pruritus yang bersifat progresif, yang
dapat mengganggu tidur dan aktivitas normal, merupakan gejala yang sering
dikeluhkan pasien dalam mencari pengobatan. Sampai saat ini skabies masih
terabaikan sehingga menjadi masalah kesehatan yang umum di seluruh dunia
Cepatnya proses penularan dan ketidakpahaman masyarakat akan penyakit ini
menimbulkan sulitnya pemberantasan skabies.2,3
1.2 Tujuan
Penulisan laporan kasus ini bertujuan untuk menambah pengetahuan
penyusun dan pembaca mengenai Skabies dan sebagai salah satu syarat agar bisa
mengikuti ujian akhir di KSM Kulit dan Kelamin RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Anamnesis
Anamnesis dilakukan pada 24 Maret 2023, pukul 10.00 WIB dengan
pasien (autoanamnesis) dan ibu pasien (alloanamnesis). Pasien anak laki-laki di
ruang Poliklinik Kulit dan Kelamin RS Bhayangkara Palangka Raya.
3
berkurang, namun dirasa masih belum benar-benar sembuh. Riwayat obat-obatan
yang digunakan menggunakan krim Permethrin 5%, cetirizine oral, dan krim
racikan. Keluhan demam disangkal. Keluhan digigit nyamuk/serangga disangkal.
4
GCS : E4M6V5
Tanda Vital
• Tekanan darah : 102/78 mmHg
• Frekuensi nadi : 98x/menit kuat angkat, regular, isi cukup
• Frekuensi nafas : 24x/menit
• Suhu tubuh : 36,8ºC
• SpO2 : 98% free air
Status Generalis
Status Dermatologis
5
6
7
2.3 Daftar Abnormalitas
a. Anamnesis
• Keluhan gatal – gatal dan bercak kemerahan pada sela-sela jari
tangan dan kaki, siku, perut bawah, dan kelamin
• Gatal paling dirasakan pada malam hari
• Pasien memiliki kebiasaan hygiene buruk dalam kebersihan
tempat tidur
• Pasien sering menginap di rumah teman
• Pasien sering bermain dengan kucing-kucing liar sekitar rumah
b. Pemeriksaan Fisik
• Regio Fascialis: Tidak terdapat lesi.
• Regio manus dextra et sinistra: papul eritema, berbatas tegas,
multiple, terdapat skuama halus, kunikulus (-)
• Regio olecranon (elbow) dextra et sinistra: papul multiple dengan
dasar hiperpigmentasi, batas tegas, pustul, skuama
• Regio pedis dextra et sinistra: papul eritema, berbatas tegas,
skuama halus
• Regio abdominal: plak eritematosa, batas ireguler, nummular,
soliter, skuama, kunikulus (-)
• Regio genitalia: Papul eritema multiple, vesikel ekskoriasi,
berbatas tegas, nummular, pustule multiple, erosi, skuama, dan
ditemukan kunikulus 0.5-1 cm
8
2.5 Diagnosis Kerja
Skabies
2.6 Tatalaksana
Non Farmakologi
Edukasi yang bisa diberikan pada orang yang terinfeksi skabies :
• Pasien sebaiknya mandi yang bersih
• Pakaian dan peralatan lainnya yang terkontaminasi harus segera di
bersihkan dengan air panas atau dry cleaned
• Kasur, bantal, sprai, selimut, dan peralatan lain yang terkontaminasi harus
di jemur di bawah sinar matahari yang terik selama minimal 8 jam
• Menghindari bermain dengan kucing-kucing liar sekitar rumah
• Pasien dianjurkan kontrol kembali setelah 1 minggu
• Pengobatan juga dilakukan kepada seluruh penghuni rumah karena
kemungkinan carrier di penghuni rumah dan untuk mencegah reinfestasi
carrier
Farmakologi
• Permethrine 5% (Medscab 30 gr) dioles dari leher sampai seluruh
tubuh kecuali wajah 1x seminggu 8-10 jam, diulangi 1 minggu
selanjutnya.
• Cetirizine tablet 1x10 mg malam hari.
2.7 Prognosis
• Ad vitam : ad bonam
• Ad fungsionam : ad bonam
• Ad sanationam : ad bonam
9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Penyakit Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh
infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya.
Sarcoptes scabiei yaitu kutu parasite yang mampu menggali terowongan di kulit
pada stratum korneum dan dan melanjutkan siklus hidupnya di sana serta
menyebabkan rasa gatal. Penyakit ini dikenal juga dengan nama lain the itch, sky
– bees, gudik, budukan, gatal agogo.1,5
3.2 Epidemiologi
Penyakit skabies lebih banyak terjadi di negara berkembang dan
ditemukan di semua negara dengan prevalensi yang bervariasi. Daerah endemik
skabies adalah di daerah iklim tropis dan subtropis seperti Afrika, Mesir, Amerika
Tengah, Amerika Selatan, Amerika Utara, Australia, Kepulauan Karibia, India,
dan Asia Tenggara. Skabies menjadi masalah kesehatan secara global, menurut
World Health Organization (WHO) secara umum skabies dapat menjangkit
setidaknya 200 juta orang setiap saat, WHO juga menyatakan skabies merupakan
salah satu dari enam penyakit parasit epidermal kulit yang terbesar angka
kejadiannya di dunia.3,6
Skabies dapat menyerang semua ras dan semua kelas sosial di seluruh
dunia, tetapi gambaran yang akurat mengenai prevalensinya sulit didapatkan,
dimana prevalensi yang lebih tinggi ditemukan pada area urban, lebih banyak
pada wanita dan anak-anak, dan frekuensi yang lebih banyak pada musim dingin
dibandingkan dengan pada musim panas. Beberapa penelitian lain juga
menemukan adanya variasi musim ini. Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun
terjadi epidemi skabies. Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit
ini, antara lain: kebersihan yang buruk, kesalahan diagnosis, dan perkembangan
dermografik serta ekologi. Penyakit ini dapat dimasukkan dalam Infeksi Menular
Seksual (IMS)1,7
10
Beberapa faktor yang berpengaruh pada prevalensi skabies antara lain
keterbatasan air bersih, perilaku kebersihan yang buruk, dan kepadatan penghuni
rumah.5 Seiring dengan tingginya kepadatan penghuni rumah, interaksi dan
kontak fisik erat yang akan memudahkan penularan skabies.4
3.3 Etiologi
Sarcoptes scabiei varietas hominis adalah parasit yang termasuk filum
Arthoproda kelas Arachnida, subkelas Acarina, ordo Astigmata, dan famili
Sarcoptidae. Selain varietas hominis, S. scabiei juga mempunyai varietas hewan,
namun tidak menular, hanya menimbulkan dermatitis sementara serta tidak dapat
melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.4
Skabies disebabkan oleh parasit kutu Sarcoptes scabiei var hominis. Kutu
skabies memiliki 4 pasang kaki dan berukuran 0,3 mm, yang tidak dapat dilihat
dengan menggunakan mata telanjang. Secara morfologi, Sarcoptes scabiei
transluen putih krem kotor dan tubuhnya simetris bilateral berbentuk oval yang
cembung pada bagian dorsal dan pipih pada bagian ventral. Warna kutu jantan
lebih gelap daripada betina. Permukaan tubuhnya bersisik dan dilengkapi dengan
kutikula serta banyak dijumpai garis-garis parallel yang berjalan tranversal.
Thoraks dan abdomen menyatu membentuk idiosoma, segmen abdomen tidak
jelas. Ukurannya yang betina berkisar antara 330 – 450 mikron x 250 – 350
mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200 – 240 mikron x 150 – 200
mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang didepan sebagai alat
untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut,
sedangkan pada jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat
dengan alat perekat. Kepalanya terdapat mulut yang khas disebut capitulum,
spesies ini tidak memiliki mata.1,2,3
11
Gambar 3.1 Gambaran morfologi Sarcoptes scabiei3
3.4 Patofisiologi
Penularan skabies mudah terjadi saat orang sehat kontak langsung dengan
penderita dalam jangka waktu yang lama, sehingga sering terjadi penularan secara
cepat dalam sebuah keluarga maupun dalam sebuah komunitas yang tinggal di
lingkungan padat penghuninya. Penularan juga dimungkinkan melalui hubungan
seksual, karena adanya kontak kulit secara langsung dari penderita ke orang sehat
lainnya.3
Siklus hidup Sarcoptes scabiei diawali oleh masuknya tungau dewasa ke
dalam kulit manusia dan membuat terowongan di stratum korneum sampai
akhirnya tungau betina bertelur. Sarcoptes scabiei tidak dapat menembus lebih
dalam dari lapisan stratum korneum. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi
diatas kulit, tungau jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup beberapa
hari dalam terowongan yang digali oleh betina. Tungau betina yang telah dibuahi
menggali terowongan dalam stratum korneum dengan kecepatan 2-3 milimeter
sehari sambil meletakkan telurnya 2 hingga 50. Bentuk betina yang dibuahi ini
dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas biasanya dalam waktu 3 sampai
10 hari dan menjadi larva yang mepunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal
dalam terowongan tetapi dapat keluar juga. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi
nimfa yang mempunyai dua bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki.
12
Seluruh siklus hidup mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu 8-
12 hari.1,9
13
• Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan,
tidur bersama, dan hubungan seksual.
• Kontak tak langsung ( melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei,
bantal dan lain – lain.
• Penularan biasanya oleh Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atau
kadang – kadang oleh bentuk larva. Dikenal juga Sarcoptes scabiei var
animalis yang kadang – kadang dapat menulari manusia, terutama pada
mereka y/ang banyak memelihara binatang peliharaan, misalnya anjing. 9,11
3.6 Diagnosis
Diagnosis skabies ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Apabila ditemukan dua dari empat tanda kardinal skabies, maka diagnosis
sudah dapat dipastikan.
3.6.1 Manifestasi Klinis Kulit
Manifestasi klinis pada kulit dapat ditemukan beberapa reaksi dari tungau,
saliva dan produknya, gejala ditemukan termasuk papul dan pruritus yang
disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas IV tipe lambat.
3.6.1 Gambaran Klinis
Kelainan klinis pada kulit yang ditimbulkan oleh infestasi Sarcoptes
scabiei sangat bervariasi. Meskipun demikian kita dapat menemukan gambaran
klinis berupa keluhan subjektif dan objektif yang spesifik. Dikenal ada 4 tanda
utama atau cardinal sign pada infestasi skabies, yaitu :
a. Pruritus Nocturna
Adanya keluhan gatal pada malam hari (gatal terasa lebih hebat
pada malam hari) yang disebabkan oleh aktivitas tungau lebih tinggi pada
suhu yang lebih lembab dan panas. Setelah pertama kali terinfeksi dengan
tungau skabies, kelainan kulit seperti pruritus akan timbul selama 6 hingga
8 minggu. Infeksi yang berulang menyebabkan ruam dan gatal yang
timbul hanya dalam beberapa hari.1,7
b. Penyakit ini menyerang sekelompok orang.
14
Penyakit ini bisa menyerang sebuah keluarga, sehingga seluruh
anggota keluarga terkena infeksi, di asrama atau pondokan. Begitu pula
dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar
tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Walaupun
seluruh keluarga mengenai investasi tersebut, namun tidak menimbulkan
gejala, hal ini dikenal dengan hiposensitisasi. Penderta bersifat carrier
bagi individu lain.1
c. Adanya Terowongan (Kunilikulus)
Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi
yang berwana putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau
brekelok-kelok, rata-rata panjang 1cm pada ujung terowongan ditemukan
papul dan vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulit menjadi
polimorf (pustul, eritem, eskoriasi dan lain-lain). Namun, kunikulus
biasanya sukar terlihat, karena sangat gatal pasien selalu menggaruk
sehingga kunikulus dapat rusak. Tempat predileksinya biasanya tempat
yang stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan
tangan bagian volar, siku bagian luar, lipatan ketiak bagian depan, areola
mammae (perempuan) umbilikus, bokong genitalia eksterna (laki-laki) dan
perut bagian belakang. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan, kaki,
wajah dan kepala.1
15
Gambar 3.4 Tampak terowongan pada kulit dengan papul eritema
16
d. Menemukan Sarcoptes scabiei
Menemukan tungau merupakan hal yang paling menunjang
diagnosis, dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau. Selain
tungau dapat ditemukan telur dan kotoran (skibala)
Selain gejala klasik diatas, terdapat juga gejala varian skabies yaitu
a. Skabies Norwegia (Skabies Berkrusta)
Bentuk skabies ini ditandai dengan dermatosis berkrusta
pada tangan dan kaki, kuku yang disforik, serta skuama
generalisata. Bentuk ini sangat menular, tetapi rasa gatalnya sangat
sedikit. Tungau dapat ditemukan dalam jumlah yang sangat
banyak. Penyakit dapat terjadi pada pasien dengan sistem imun
yanglemah, seperti pada terapi imunosupresif jangka panjang
(yaitu penerima transplantasiorgan) atau mereka yang terinfeksi
HIV atau infeksi limfosit T tipe 1. Kelompok rentan lainnya adalah
pasien cacat mental atau fisik,seperti mereka yang memiliki
anggota tubuh lumpuh, neuropati sensorik, atau kusta,karena dalam
kondisi tersebut tidak dapat merasakan gatal atau goresan.
Tungau penyebab skabies berkrusta inisama dengan tungau
penyebab klasik skabies, namun banyaknya tungau menjadi
pembeda keduanya. Tungau jauh lebih besar dan bisa berkisar
antara ribuan hingga jutaan per pasien, sedangkan pada skabies
klasik hanya 10-12 tungau. Perbedaan ini menyebabkan skabies ini
jauh lebih menular dibandingkan skabies klasik.1,13
17
Gambar 3.7 Skabies Norwegia
b. Skabies Nodular
Skabies dapat berbentuk nodular bila lama tidak mendapat
terapi, sering terjadi pada bayi dan anak, atau pada pasien dengan
imunokompremais. Pada kasus ini terdapat nodul pruritik ukuran
2-20 mm di daerah genitalia, punggung, sela paha, dan ketiak.
Nodul berwarna kemerahan hingga kecoklatan dan biasanya tidak
terdapat tungau tetapi merupakan manifestasi dari reaksi
hipersenitivitas terhadap produk dari tungau1
18
3.6.2 Pemeriksaan Penunjang
1. Kerokan kulit
Metode pemeriksaan sederhana menggunakan mikroskop cahaya,
dilakukan dengan cara papul atau kanalikuli yang utuh ditetesi dengan
minyak mineral atau KOH 10% lalu dilakukan kerokan dengan
menggunakan scalpel steril yang bertujuan untuk mengangkat atap papula
atau kanalikuli. Bahan pemeriksaan diletakkan di gelas objek dan ditutupi
dengan kaca penutup lalu didiamkan selama 30 menit kemudian diperiksa
dibawah mikroskop. Cara menemukan tungau dengan cara, carilah
terowongan kemudian pada ujung yang terlihat papul atau vesikel, congkel
menggunakan jarum dan diletakkan diatas sebuah glass object, lalu ditutup
menggunakan gelas kover dan dilihat dengan mikroskop cahaya.14,15
Gambar 3.9 Hasil kerokan kulit didapatkan tungau, telur, dan sibala.
19
Gambar 3.10 Histopatologi Skabies
20
3.7 Diagnosis Banding
Ada pendapat yang mengatakan penyakit skabies ini merupakan the greatest
imitator, karena dapat menyerupai banyak penyakit kulit dengan keluhan gatal.
Sebagai diagnosis banding adalah prurigo dan pedikulosis korporis.1
21
3.8 Tatalaksana
3.8.1 Umum
Infestasi tungau dapat tidak bergejala (asimptomatik) tetapi individu
sudah terinfeksi. Mereka dianggap sebagai pembawa (carrier). Oleh karena itu,
pengobatan juga dilakukan kepada seluruh penghuni rumah karena
kemungkinan karier di penghuni rumah dan untuk mencegah reinfestasi karier.
Cara pengobatan ialah seluruh anggota keluarga harus diobati.1
Edukasi yang bisa diberikan pada orang yang terinfeksi skabies :
1. Pasien sebaiknya mandi yang bersih.
2. Pakaian dan peralatan lainnya yang terkontaminasi harus segera di
bersihkan dengan air panas atau dry cleaned. Hal yang dapat dilakukan
adalah mencuci benda-benda yang kontak langsung dengan penderita
pada suhu di atas 50 °C dan gunakan pakaian atau peralatan yang
sudah tidak terkontaminasi setelah melakukan pengobatan.
3. Menyarankan kepada anggota keluarga, pasangan seksual serta semua
orang yang pernah kontak dengan pasien yang mengeluhkan gatal atau
tidak untuk dilakukan pemeriksaan dan pengobatan skabies harus
dilakukan secara menyeluruh pada semua penderita dalam satu
lingkungan dalam satu waktu.
4. Pengobatan meliputi seluruh bagian dari kulit tanpa terkecuali baik
yang yang terkena oleh skabies ataupun bagian kulit yang tidak
terkena.
5. Pengobatan yang diberikan dioleskan di kulit dan sebaiknya dilakukan
pada malam hari sebelum tidur.
3.8.2 Farmakologi
Syarat obat yang ideal adalah :1
1. Harus efektif terhadap semua stadium tungau
2. Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksis
3. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian
4. Mudah diperoleh dan harganya murah
22
Pengobatan skabies dapat dilakukan secara oral maupun topikal.
Pengobatan topikal diantaranya permetrin, lindane, benzyl benzoate,
crotamiton dan sulfur yang diendapkan. Obat skabies topikal memiliki efek
neurotoksik pada tungau dan larva.13
1. Permetrin
Permetrin adalah piretroid sintetis dan insektisida kuat. Krim permetrin
5% merupakan obat yang sering digunakan untuk pengobatan skabies karena
efikasinya sebesar 90%. Permetrin adalah skabisida. Permetrin diindikasikan
dan aman untuk digunakan pada anak kecil, dan hamil (kategori B) dan wanita
menyusui. Permetrin pada bayi usia kurang dari 2 bulan tidak dianjurkan
menggunakan obat ini. Pengobatan dapat diulangi setelah 1 minggu. Cara
pakai : Permetrin dioleskan pada tubuh dan didiamkan selama 8-12 jam
sebelum tidur. Aplikasi ke seluruh tubuh (kecuali area kepala dan leher pada
dewasa) dan dibersihkan setelah 8 - 12 jam dengan mandi.4,13
2. Lindane
Terdapat empat penelitian yang menyebutkan bahwa tingkat penyembuhan
dari lindane berkisar antara 49% sampai 96% bila diukur pada 4 minggu
setelah satu aplikasi topikal lindane. Kegagalan pengobatan sebagian besar
disebabkan oleh resistensi. Masalah keamanan terkait potensi neurotoksisitas
dapat membatasi penggunaan Lindane. Efek samping neurologis meliputi
iritabilitas, vertigo, kejang, muntah, diare, dan sinkop. Penggunaan lindane
dilarang di beberapa negara. Hal ini dikarenakan persistennya di lingkungan.
Satu botol lindane mencemari 6 juta galon air.13
3. Benzyl Benzoate
Emulsi benzyl benzoate 20 – 25 % efektif terhadap semua stadium,
diberikan setiap malam selama 3 hari. Benzil benzoat adalah skabisida yang
digunakan tunggal atau dikombinasikan dengan sulfiram topikal. Pengujian in
vitro menunjukkan bahwa benzil benzoate membunuh tungau skabies lebih
cepat daripada permetrin dan mungkin merupakan alternatif yang berguna
23
untuk permetrin pada crusted skabies parah. Benzyl benzoat harus dicuci
dalam waktu 24 jam setelah pengaplikasian karena merupakan iritan yang
diketahui yang dapat menyebabkan dermatitis kontak. Analgesik dan
antihistamin dapat digunakan sebagai pre-treatment untuk mengurangi
ketidaknyamanan aplikasi, jika perlu. Obat ini sulit diperoleh, sering
memberikan iritasi, dan kadang – kadang makin gatal dan panas setelah
dipakai.
4. Krotamiton 10%
Krotamiton dalam bentuk krim atau losio juga adalah obat pilihan,
mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antigatal. Krotamiton 10%
digunakan untuk aplikasi topikal dari dagu ke bawah, (harus dijauhkan dari
mata, mulut dan uretra) dengan aplikasi berulang disarankan pada 24 jam
Aplikasi sehari-hari selama 5 hari telah menghasilkan tingkat penyembuhan
yang lebih baik. Keamanan penggunaan krotamiton pada bayi baru lahir dan
infant belum dapat dibuktikan. Efek samping yang potensial pada krotamiton
termasuk eritema dan konjungtivitis.1,13
24
Gejala gatal dapat ditangani dengan krim pelembap emolient, kortikosteroid
topikal potensi ringan, dan antihistamin oral. Dengan terapi adekuat, seluruh
gejala termasuk rasa gatal dapat membaik setelah 3 hari; rasa gatal dan kemerahan
masih dapat timbul setelah empat minggu terapi, biasa dikenal sebagai
“postscabietic itch”. Pasien diedukasi hal tersebut untuk menghindari persepsi
kegagalan terapi. Pasien juga diberi edukasi untuk tidak membersihkan kulit
secara berlebihan dengan sabun antiseptik karena dapat memicu iritasi kulit.4
3.9 Komplikasi
Di utara Australia, dilaporkan angka kematian meningkat 50 % selama lebih
dari 5 tahun, dengan penyebab utamanya yaitu infeksi bakterial sekunder, yang
sering disebabkan oleh Streptococcus aureus, Streptococcus β-hemolitikus grup A,
atau peptostreptococci. Impegtiginisasi sekunder adalah komplikasi umum
ditemukan dan berespon baik terhadap pemberian antibiotik topikal ataupun oral,
tergantung tingkat piodermanya. Selain itu, limfangitis dan septiksemia dapat juga
terjadi terutama pada skabies Norwegian Skabies. Glomerulonefritis juga pernah
dilaporkan sebagai komplikasi dari skabies. Post-streptococcal glomerulonephritis
bisa terjadi karena skabies-induced pyodermas yang disebabkan oleh
Streptococcus pyogens.2
3.10 Prognosis
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat
pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi, antara lain hygiene, serta
semua orang yang berkontak erat dengan pasien harus diobati, maka penyakit ini
dapat diberantas dan memberi prognosis yang baik.1
3.11 Pencegahan
Dalam upaya preventif, perlu dilakukan edukasi pada pasien tentang
penyakit skabies, perjalanan peyakit, penularan dan cara eradikasi tungau skabies,
menjaga higiene pribadi, dan tat cara pengolesan obat. Rasa gatal terkadang tetap
beralgnsung walaupun kulit sudah bersih. Pengobaan dilakukan pada orang
25
serumah dan orang di sekitar pasien yang berhubngan erat. Untuk melakukan
pencegahan terhadap penularan skabies, orang-orang yang kontak langsung atau
dekat dengan penderita harus diterapi dengan topikal skabisid. Terapi pencegahan
ini harus diberikan untuk mencegah penyebaran skabies karena seseorang
mungkin saja telah mengandung tungau skabies yang masih dalam periode
inkubasi asimptomatik.
Selain itu untuk mencegah terjadinya reinfeksi melalui seprei, bantal,
handuk dan pakaian yang digunakan dalam 5 hari terakhir, harus dicuci bersih dan
dikeringkan dengan udara panas karena tungau skabies dapat hidup hingga 3 hari
diluar kulit, karpet dan kain pelapis lainnya juga harus dibersihkan (vacuum
cleaner).1,2
26
BAB IV
PEMBAHASAN
27
Pasien didalam kasus ini memiliki riwayat buruk dalam membersihkan alas
tidur sehingga dapat meningkatkan terjadinya transmisi tak langsung terhadap
organisme penyebab skabies. Berdasarkan teori kebiasaan ini berhubungan
dengan transmisi tungau antar manusia yaitu melalui, kontak langsung (kontak
kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan hubungan
seksual atau transmisi dari hewan yang terinfeksi skabies dan kontak tak langsung
(melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal dan lain – lain. 9,11
Pada pemeriksaan fisik ditemukan efloresensi pada regio manus sinistra
terdapat papul eritema, berbatas tegas, multiple dan kunikulus (-). Regio abdominal
terdapat papul eritema, berbentuk bulat, berbatas tegas, penyebaran diskrit dan multiple.
Regio genitalia: Pada skrotum dan dasar penis ditemukan papul eritema berbatas
tegas, vesikel berbentuk terowongan (kunikulus), multiple, ukuran 0,5-1 cm. Hal
ini sesuai teori manifestasi klinis pada kulit dapat ditemukan beberapa reaksi dari
tungau, saliva dan produknya. Lesi berupa papul eritema, terowongan pada jari
dengan ujung papul atau vesikel, dan anggota tubuh lain pada daerah dengan
stratum korneum tipis. Tempat predileksinya biasanya tempat yang stratum
korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar,
siku bagian luar, lipatan ketiak bagian depan, areola mammae (perempuan)
umbilikus, bokong genitalia eksterna (laki-laki) dan perut bagian belakang. Pada
bayi dapat menyerang telapak tangan, kaki, wajah dan kepala.1
Diagnosis Banding
Ada pendapat yang mengatakan penyakit skabies ini merupakan the greatest
imitator, karena dapat menyerupai banyak penyakit kulit dengan keluhan gatal.
Sebagai diagnosis banding adalah prurigo dan pedikulosis korporis.1
Perbedaan Prurigo Pediculosis korporis
Definisi Peradangan kronis pada kulit Infeksi kulit oleh Pediculosis
humanus var. corporis
Etiologi - Herediter Tungau Pediculosis humanus
- Parasit Ascaris var. corporis
- Infeksi fokal (tonsil,
saluran cerna, endokrin,
28
alergi)
- Faktor atopi
Tatalaksana
Pada pasien tatalaksana farmakologi yaitu permethrine 5% (Medscab 30 gr)
dioles dari leher sampai seluruh tubuh kecuali wajah 1x seminggu 8-10 jam,
diulangi 1 minggu selanjutnya. Berdasarkan teori pengobatan skabies dapat
dilakukan secara oral maupun topikal. Pengobatan topikal diantaranya permetrin,
lindane, benzyl benzoate, crotamiton dan sulfur yang diendapkan. Dari berbagai
topical, permetrin direkomendasikan. Permetrin adalah piretroid sintetis dan
insektisida kuat. Krim permetrin 5% merupakan obat yang sering digunakan
untuk pengobatan skabies karena efikasinya sebesar 90%. Permetrin adalah
skabisida. Permetrin adalah piretroid sintetis dan insektisida kuat. Pengobatan
29
dapat diulangi setelah 1 minggu. Cara pakai permetrin dioleskan pada tubuh dan
didiamkan selama 8-12 jam sebelum tidur. Aplikasi ke seluruh tubuh (kecuali area
kepala dan leher pada dewasa) dan dibersihkan setelah 8 - 12 jam dengan
mandi.4,13 Obat skabies topikal memiliki efek neurotoksik pada tungau dan larva.
Obat skabies oral diantaranya ivermektin yang bekerja dengan cara
mengganggu neurotransmisi asam gamma-aminobutyric yang disebabkan oleh
banyak parasite (termasuk tungau). Di luar negeri dianjurkan pemakaian
ivermektin 200 μg/kg per oral terutama pada pasien yang persisten atau resisten
terhadap permetrin.1,13
Pasien diberikan antihistamin tablet Cetirizine 1x1 tablet sehari setelah makan,
bertujuan untuk mengurangi rasa gatal yang timbul akibat proses alergi terhadap
skabies dan diminum malam hari bertujuan untuk mengurangi gejala nokturnal
pruritus pada pasien skabies. Gejala gatal dapat ditangani dengan krim pelembap
emolient, kortikosteroid topikal potensi ringan, dan antihistamin oral. Di utara
Australia, dilaporkan angka kematian meningkat 50 % selama lebih dari 5 tahun,
dengan penyebab utamanya komplikasi akibat infeksi bakterial sekunder, yang
sering disebabkan oleh Streptococcus aureus, Streptococcus β-hemolitikus grup A,
atau peptostreptococci. Impegtiginisasi sekunder adalah komplikasi umum
ditemukan dan berespon baik terhadap pemberian antibiotik topikal ataupun
oral.2,4
Edukasi
Menurut teori, edukasi yang bisa diberikan pada orang yang terinfeksi skabies :
1. Pasien sebaiknya mandi yang bersih.
2. Pakaian dan peralatan lainnya yang terkontaminasi harus segera di
bersihkan dengan air panas atau dry cleaned. Hal yang dapat dilakukan
adalah mencuci benda-benda yang kontak langsung dengan penderita
pada suhu di atas 50 °C dan gunakan pakaian atau peralatan yang
sudah tidak terkontaminasi setelah melakukan pengobatan.
3. Menyarankan kepada anggota keluarga, pasangan seksual serta semua
orang yang pernah kontak dengan pasien yang mengeluhkan gatal atau
30
tidak untuk dilakukan pemeriksaan dan pengobatan skabies harus
dilakukan secara menyeluruh pada semua penderita dalam satu
lingkungan dalam satu waktu.
4. Pengobatan meliputi seluruh bagian dari kulit tanpa terkecuali baik
yang yang terkena oleh skabies ataupun bagian kulit yang tidak
terkena.
5. Pengobatan yang diberikan dioleskan di kulit dan sebaiknya dilakukan
pada malam hari sebelum tidur.
Pada pasien ini di edukasikan bahwa pasien sebaiknya mandi yang bersih,
pakaian dan peralatan lainnya yang terkontaminasi harus segera di bersihkan
dengan air panas atau dry cleaned. Kasur, bantal, sprai, selimut, dan peralatan lain
yang terkontaminasi harus di jemur di bawah sinar matahari yang terik selama 8-
12 jam. Menghindari bermain dengan kucing-kucing liar di sekitar rumah.
Pengobatan juga dilakukan kepada seluruh penghuni rumah karena kemungkinan
carrier di penghuni rumah dan untuk mencegah reinfestasi carrier.
Prognosis
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat
pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi, antara lain hygiene, serta
semua orang yang berkontak erat dengan pasien harus diobati, maka penyakit ini
dapat diberantas dan memberi prognosis yang baik.1
31
BAB V
KESIMPULAN
32
DAFTAR PUSTAKA
2. Stone SP, Goldfarb JN, Bacelieri RE. Skabies, other mites, and pediculosis
In: Wolff K, Lowell A, Katz GSI, Paller GAS, Leffell DJ, editors.
Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. 7th ed. United state of
America. McGraw-Hill; 2018. p. 2029-2032.
7. Burns DA. Diseases caused by arthropods and other noxious animals. In:
Rook’s textbook of dermatology. 8th ed. United kingdom. Willey-
blackwell; 2010. p. 38.36 – 38.38.
11. Hicks MI, Elston DM. Skabies. Dermatologic Therapy. 2009. November
:22/279-292.
33
15. Hardy M, Engelman D, Steer A. Skabies : A clinical update Australian
Family Physician, 2017 ; 46 (5) : 264-68
34