Anda di halaman 1dari 73

KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI SEGI REMAJA

TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA DAN


KONFORMITAS TEMAN SEBAYA

Di Susun Oleh :

Titi Widia Ningrum (1824090053)

Dosen :

Zainun Mu’tadin S.Psi M.Psi

Mata Kuliah :

Aplikasi Komputer

FAKULTAS PSIKOLOGI

PSIKOLOGI S1

UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I


A. Latar Belakang Masalah kondisi sekitar, sehingga tidak

mengherankan jika hal tersebut


Ditinjau dari psikologi
membuat remaja bertindak
perkembangan, masa remaja
dengan resiko yang paling
merupakan masa transisi dari
tinggi.
kanak-kanak ke masa

dewasa. Secara umum dapat Masa remaja merupakan masa

diketahui pada masa transisi transisi, usianya berkisar antara 13

tidak menutup kemungkinan sampai 17 tahun atau yang biasa

akan terjadi pergolakan- disebut dengan usia belasan yang

pergolakan fisik, psikis dan tidak menyenangkan. Pada masa

sosial dalam rangka remaja remaja terjadi juga perubahan pada

mencari jati dirinya. Masa dirinya baik secara fisik, psikis,

remaja memiliki ciri sebagai maupun secara sosial (Hurlock, 1999).

masa progresif yang dapat


Masa remaja memang masa
dilihat pada optimalisasi cara
yang menyenangkan sekaligus
berfikir, bersosialisasi dan
masa yang tersulit dalam hidup
berbuat sesuai dengan
seseorang. Di masa ini seorang anak
kemampuannya. Sisi lain
mulai mencari jati diri. Seorang
pada masa remaja belum
remaja tidak lagi dapat disebut
memiliki kestabilan emosi
sebagai anak kecil, tetapi belum
dan mudah terpengaruh oleh
juga dapat dianggap sebagai orang
dewasa disatu sisi remaja ingin bebas meliputi perubahan dalam

dan mandiri, lepas dari pengaruh hubungan individu dengan

orang-tua, disisi lain pada manusia lain, baik

dasarnya remaja tetap lingkungan keluarga maupun

membutuhkan bantuan, dukungan serta lingkungan sekitar, dalam

perlindungan orang-tuanya. emosi, kepribadian, dan konsep

diri.
Santrock (2003)

mendefinisikan remaja Pada masa transisi tersebut

sebagai masa perkembangan kemungkinan dapat menimbulkan

transisi antara anak dan masa masa krisis, yang ditandai dengan

dewasa yang mencakup kecenderungan munculnya perilaku

perubahan biologis, kognitif, menyimpang. Pada kondisi tertentu

dan sosial-emosional. perilaku menyimpang tersebut

Perubahan biologis akan menjadi perilaku yang

mencakup perubahan- mengganggu (Ekowarni, 1993).

perubahan dalam hakikat Melihat kondisi tersebut apabila

fisik individu. Perubahan didukung oleh lingkungan yang

kognitif meliputi perubahan kurang kondusif dan kondisi

dalam pikiran, intelegensi dan kepribadian yang kurang matang

bahasa tubuh, sedangkan akan menjadi pemicu timbulnya

perubahan sosial-emosional berbagai penyimpangan perilaku dan


perbuatan perbuatan negatif yang nilai-nilai dan norma-norma yang

melanggar aturan dan norma yang ada ada pada masyarakat, tindakan

di masyarakat yang biasanya disebut pelanggaran ringan hingga tindakan

dengan kenakalan remaja. pelanggaran yang merujuk pada

semua tindakan kriminal (Santrock


Kenakalan Remaja dalam
dalam Gunarsa, 2004). Bentuk
bahasa Inggris dikenal dengan
tindakan yang tidak dapat diterima
istilah juvenile delinquency merupakan
oleh masyarakat sekitar karena
gejala patologis sosial pada remaja
bertentangan dengan nilai-nilai dan
yang disebabkan oleh satu bentuk
norma-norma yang ada pada
pengabaian sosial. Akibatnya,
masyarakat seperti berkata-kata
remaja mengembangkan bentuk
kasar kepada guru atau orang tua.
perilaku yang menyimpang atau
Tindakan pelanggaran ringan seperti
tingkah laku yang tidak dapat
melarikan diri dari rumah dan
diterima sosial sampai pelanggaran
membolos dari sekolah, sedangkan
hingga tindak kriminal
tindakan pelanggaran yang merujuk
(Kartono,2003).
pada semua tindakan kriminal yang
Bentuk gangguan-gangguan
dilakukan oleh remaja seperti
perilaku yang ditimbulkan remaja
merampok, menodong, mencuri,
antara lain: tindakan yang tidak
memperkosa, membunuh,
dapat diterima oleh masyarakat
menganiaya, seks pranikah serta
sekitar karena bertentangan dengan
penggunaan dan penjualan obat-obatan Direktur Remaja

terlarang (narkoba). dan Perlindungan Hak-Hak

Reproduksi BKKBN
Sebuah survey yang
mengatakan, persentasi
dilakukan di 33 provinsi
remaja yang melakukan
pada pertengahan tahun 2008
hubungan seksual pranikah
yang dilakukan oleh Direktur
tersebut mengalami
Remaja dan Perlindungan
peningkatan jika
Hak-Hak Reproduksi BKKBN
dibandingkan dengan
melaporkan bahwa 63 persen
tahun-tahun sebelumnya.
remaja di Indonesia usia
Berdasarkan data Departemen
sekolah SMP dan SMA sudah
Kesehatan hingga September
melakukan hubungan seksual
2008, dari 15.210 penderita
di luar nikah dan 21% di
AIDS atau orang yang
antaranya melakukan aborsi.
hidup dengan HIV-AIDS di
Secara umum survey itu
Indonesia, 54% adalah remaja
mengindikasikan bahwa
(Suara Karya, 6 Februari
pergaulan remaja di Indonesia
2009).
makin mengkhawatirkan

(Suara Karya, 6 Februari Hasil Survey

2009). Demografi Kesehatan

Indonesia (SDKI 2007)


menunjukkan jumlah remaja budaya industri seiring derap

di Indonesia mencapai 30% moderenisasi. Kemajuan

dari jumlah penduduk, yaitu teknologi yang bertujuan

sekitar 1,2 juta jiwa. Hal ini mencapai kemakmuran dan

tentunya dapat menjadi aset kesejahteraan umat manusia

bangsa jika remaja dapat ternyata membawa dampak

menunjukkan potensi diri yang yang tidak diharapkan yakni

positif namun sebaliknya akan lahirnya kepincangan sosial

menjadi petaka jika remaja (pathology social) seperti:

tersebut menunjukkan perilaku kemiskinan, pengangguran,

yang negatif bahkan sampai pelacuran, gelandangan,

terlibat dalam kenakalan kenakalan remaja,

remaja. pemerkosaan dan tindak

kekerasan yang menimbulkan


Masalah kenakalan
kegelisahan, keresahan dan
remaja juga menjadi masalah
ketidaktentraman ( Tanpaka,
yang serius di kota-kota
Lampung Post 2004).
berkembang seperti Bandar

Lampung. Mengingat Setiap tahun masalah

pembangunan kota Bandar kenakalan remaja di Bandar

Lampung yang berkembang Lampung terus meningkat.

dari budaya agraris menuju Berdasarkan data Reserse dan


Kriminal (Reskrim) Poltabes perkelahian dan korban

Bandar Lampung, jumlah cenderung meningkat. Dinas

kasus penyalahgunaan Narkoba Sosial kota Bandar Lampung

di Bandar Lampung dari tahun memberikan estimasi bahwa

2003-2008 adalah 249 orang, jumlah prostitusi anak yang

menggambarkan 70% berusia 15-20 tahun sebanyak

diantaranya berusia antara 60% dari 532 orang yaitu

15-19 tahun. Kondisi ini sebanyak 319 orang. Angka-

mengalami peningkatan 30% angka di atas cukup

dari tahun 1998-2003 mencengangkan, bagaimana

sebanyak 172 orang. Data mungkin anak remaja yang

perkelahian pelajar di Bandar masih muda, polos, energik,

Lampung tahun 2004 tercatat potensial yang menjadi

86 kasus perkelahian pelajar. harapan orangtua,

Tahun 2006 meningkat masyarakat dan bangsanya

menjadi 102 kasus dengan dapat terjerumus dalam

menewaskan tiga pelajar, limbah kenistaan, sungguh

tahun 2008 terdapat 127 sangat disayangkan, bahkan

kasus dengan korban angka-angka tersebut

meninggal tujuh pelajar dan diprediksikan akan terus

satu penduduk sipil. Terlihat meningkat.

dari tahun ke tahun jumlah


Berdasarkan data di Lampung, Sjachroedin Z.P

atas terlihat jumlah kenakalan yang mencanangkan program

pada remaja di Bandar pembinaan anggota keluarga

Lampung mengalami masyarakat Lampung dalam

peningkatan. Untuk itu, rangka memperingati Hari

Poltabes bekerjasama dengan Keluarga Nasional (Harganas)

Pemerintah Kota, ke- 16 dan Hari Upaya

Departemen Agama dan Kependudukan Dunia 2009.

Dinas Kesehatan Program dimaksudkan untuk

mengadakan sosialisasi menanggulangi masalah

dampak kenakalan remaja kemerosotan akhlak, perlakuan

ditinjau dari sisi hukum, sewenang-wenang terhadap

agama dan kesehatan ke orang tua, kenakalan remaja

sekolah- sekolah dari SMP yang menjurus ke kriminalitas,

hingga SMA yang telah kebebasan seks di luar nikah,

dilaksanakan pada tanggal 3-20 minuman keras dan

Agustus 2009 lalu. penyalahgunaan narkoba

(BKKBN, 2009).
Kenakalan remaja di

Bandar Lampung, saat ini Keluarga menempati

sedang mendapat perhatian posisi penting dalam

khusus dari Gubernur program tersebut karena


lingkungan keluarga menjadi Salah satu faktor penyebab

tempat pertama dan utama timbulnya kenakalan remaja

remaja mendapatkan adalah tidak berfungsinya

pendidikan. Selain itu orangtua sebagai figur

keluarga juga merupakan tauladan bagi anak (Hawari,

fondasi primer bagi 1997).

perkembangan remaja,
Remaja yang hubungan
karena keluarga merupakan
keluarganya kurang baik juga
tempat remaja untuk
dapat mengembangkan
menghabiskan sebagian besar
hubungan yang tidak
waktu dalam kehidupannya.
menyenangkan dengan orang-
Keluarga juga diartikan sebagai
orang di luar rumah (Hurlock,
suatu satuan sosial terkecil
1999). Melihat kondisi
yang dimiliki manusia sebagai
tersebut apabila didukung
makhluk sosial. Suasana
oleh lingkungan yang kurang
keluarga yang menimbulkan
kondusif dan sifat
rasa tidak aman dan tidak
kepribadian yang kurang
menyenangkan serta hubungan
matang akan menjadi
keluarga yang kurang baik
pemicu timbulnya berbagai
dapat menimbulkan bahaya
penyimpangan perilaku dan
psikologis bagi setiap usia
perbuatan-perbuatan negatif
terutama pada masa remaja.
yang melanggar aturan dan penuh perhatian, hangat, dan

norma yang ada di masyarakat. harmonis mempunyai

kemampuan dalam
Perbuatan pelanggaran
menyesuaikan diri dan
ternyata bersumber pada
sosialisasi yang baik dengan
keadaan keluarga yaitu
lingkungan disekitarnya
suasana rumah yang tidak
(Hurlock, 1993). Selanjutnya
menyokong perkembangan
Tallent (1978) menambahkan
remaja, sehingga remaja
anak yang mempunyai
menjadi anak atau orang
penyesuaian diri yang baik di
dewasa yang tidak
sekolah, pada umumnya
bertanggung jawab dan
memiliki latar belakang
melakukan perbuatan anti-
keluarga yang harmonis, orang
sosial dan amoral (Gunarsa,
tua menghargai pendapat anak
2007). Keluarga dan
dan hangat. Anak yang
keharmonisan hidup keluarga
berasal dari keluarga yang
berpengaruh atas
harmonis akan mempersepsi
perkembangan remaja dan
rumah mereka sebagai suatu
menentukan dasar-dasar
tempat yang membahagiakan
kepribadian bagi remaja.
karena semakin sedikit
Persepsi remaja yang
masalah antara orangtua
berasal dari keluarga yang
dengan anak, maka semakin
sedikit masalah yang dihadapi remaja yang bersangkutan akan

anak, dan begitu juga dibawa (Chomaria, 2008).

sebaliknya.
Konformitas adalah

Faktor lain yang juga sikap, perilaku atau tindakan

ikut mempengaruhi kenakalan yang sesuai dengan norma

remaja adalah pengaruh teman kelompok, sehingga menjadi

sebaya, teman-teman harmonis dan sepakat

sebaya yang melakukan dengan anggota-anggota

kenakalan akan kelompok (Baron & Byrne,

meningkatkan resiko untuk 2005). Norma (norms)

menjadi pelaku kenakalan merupakan aturan yang

(Santrock, 2003). Pada berlaku pada seluruh anggota

umumnya remaja kelompok dan berpeluang

mementingkan konformitas untuk menumbuhkan

dan penerimaan kelompok, konformitas pada setiap

apapun akan dilakukan anggota kelompok tersebut

asalkan diterima oleh (Santrock, 2003). Remaja

kelompok akan diutamakan cenderung mengikuti aturan-

dan ditaati. Teman atau aturan yang dibuat oleh

kelompok yang dipilih akan kelompok bermain remaja.

sangat menentukan kemana Melihat kondisi tersebut


konformitas berpengaruh pada Konformitas adalah

bentuk-bentuk perilaku bentuk interaksi yang di

remaja. dalamnya seseorang

berperilaku sesuai dengan


Konformitas dilakukan
harapan kelompok atau
individu segala umur, namun
masyarakat individu tinggal,
konformitas paling banyak
konformitas berarti proses
dilakukan individu pada masa
penyesuaian diri dengan
remaja (Indria dan Nindyati,
cara mentaati norma dan
2007). Banyak tujuan yang
nilai-nilai masyarakat atau
ingin didapat oleh remaja
kelompok, konformitas pada
dengan bersikap konformis,
umumnya akan melahirkan
antara lain supaya ada
kepatuhan dan ketaatan
penerimaan kelompok
(Maryati dan Suryawati,
terhadap remaja tersebut,
2001). Remaja biasanya
diakuinya eksistensi sebagai
melakukan konformitas pada
anggota kelompok, menjaga
kelompok teman bermain.
hubungan dengan kelompok,
Konformitas yang remaja
mempunyai ketergantungan
lakukan akan mengarahkan
dengan kelompok dan untuk
perilaku dan pandangan yang
menghindar dari sanksi
ada dalam diri remaja
kelompok (Surya, 1999).
sebelumnya.
Berdasarkan data diatas penampilan, merokok,

masalah kenakalan remaja tertangkap lima siswa kelas

merupakan masalah yang XI sedang menghirup asap

kompleks terjadi di berbagai shabu-shabu yang dibakar

kota di Indonesia, sehingga diatas alumunium foil

peneliti tertarik untuk meneliti dibelakang sekolah pada

kenakalan remaja, khususnya bulan Oktober 2008, dan

di SMA UTAMA 2 Bandar relasi sosial yang kurang baik

Lampung. Berdasarkan seperti dalam bulan Februari di

informasi hasil wawancara tahun ini terjadi tiga

dengan guru BK setempat perkelahian antar siswa.

memberikan informasi Tahun ajaran 2008-2009

seringnya terjadi perilaku tercatat 23 orang terlibat

pelanggaran dan perkelahian antar siswa.

penyimpangan di SMA
Berdasarkan uraian di
UTAMA 2 Bandar Lampung
atas, menunjukkan bahwa
seperti: membolos sekolah
diperlukannya persepsi remaja
setiap harinya dua hingga lima
terhadap keharmonisan
siswa yang tidak hadir tanpa
keluarga yang diwujudkan
keterangan, pelanggaran tata-
dalam hubungan keluarga
tertib sekolah seperti kerapian
yang baik dan suasana
dalam berpakaian dan
rumah yang menyokong asalkan diterima oleh

perkembangan remaja, kelompok akan diutamakan

sehingga remaja menjadi dan ditaati. Teman atau

orang dewasa yang kelompok yang dipilih akan

bertanggung jawab dan sangat menentukan arah

terhindar dari perbuatan anti remaja yang bersangkutan

sosial/ amoral. Selain untuk berbuat. Oleh karena

bersosialisasi di lingkungan itu, penulis tertarik untuk

keluarga, remaja melakukan melakukan penelitian dengan

salah satu bentuk sosialisasi judul “Kenakalan Remaja

yang sangat dikenal dalam ditinjau dari Persepsi Remaja

masa remaja adalah terhadap Keharmonisan

konformitas kelompok Keluarga dan Konformitas

remaja. Remaja yang Teman Sebaya (Studi Korelasi

memiliki teman sebaya yang Pada Siswa SMA UTAMA 2

melakukan kenakalan Bandar Lampung) ”

meningkatkan resiko untuk

menjadi pelaku kenakalan.

Pada umumnya remaja

mementingkan konformitas B. Tinjauan Pustaka

dan penerimaan kelompok,

apapun akan dilakukan


I. Kenakalan Remaja sosial budaya orang dewasa

(Lustin Pikunas, dalam Yusuf,

a. Pengertian Remaja 2005).

Remaja merupakan Masa remaja

masa perkembangan sikap menunjukkan dengan jelas

tergantung (dependence) sifat-sifat masa transisi atau

terhadap orangtua ke arah peralihan, karena remaja belum

kemandirian (independence), memperoleh status orang

minat-minat seksual, dewasa tetapi tidak lagi

perenungan diri, dan memiliki status anak-anak.

perhatian terhadap nilai-nilai Masa remaja secara global

estetika dan isu-isu moral berlangsung antara umur 12

(Salzman, dalam Yusuf, dan 21 tahun, dengan

2005). Dalam budaya pembagian 12-15 tahun

Amerika, periode remaja adalah masa remaja awal,

dipandang sebagai masa 15-18 tahun adalah masa

“Strom and Stress”, frustasi remaja pertengahan, dan 18-21

dan penderitaan, konflik dan tahun adalah masa remaja akhir

krisis penyesuaian, mimpi (Monks dkk, 2004). Masa

dan melamun tentang cinta, remaja awal (early

dan perasaan teralineasi adolescence) terjadi kira-kira

(tersisihkan) dari kehidupan sama dengan sekolah


menengah pertama, biasanya terhadap tantangan sebagai

pada masa ini terfokus seorang dewasa, mampu

kebanyakan pada perubahan berpikir abstrak dan mampu

pubertas. Masa remaja untuk membuat keputusan di

pertengahan (middle dalam kehidupannya.

adolescence) mulai merujuk Berdasarkan beberapa

untuk mengembangkan pengertian diatas, maka

minat, senang mempunyai peneliti berpendapat bahwa

banyak teman, pencapaian remaja adalah individu yang

karir, pacaran dan eksplorasi menjalani masa transisi dari

identitas seringkali lebih masa kanak-kanak ke masa

nyata pada remaja dewasa, yang berlangsung

pertengahan dibandingkan antara umur 12 dan 21 tahun,

remaja awal, akibatnya dengan pembagian 12-15

remaja kerap kali mengalami tahun adalah masa remaja

kebingungan-kebingungan awal, 15-18 tahun adalah

(identity confusion). Masa masa remaja pertengahan,

remaja akhir (late adolescence) dan 18-21 tahun adalah masa

ditandai dengan menikmati remaja akhir. Masa remaja

identitas yang terbentuk pada awal terfokus pada perubahan

masa remaja pertengahan, pubertas, masa remaja

mulai melakukan koping pertengahan mengeksplorasi


identitas secara mendalam merupakan gejala sakit

seringkali terjadi identity (patologis) secara sosial pada

confusion dan masa remaja anak-anak dan remaja yang

akhir menikmati identitas disebabkan oleh satu bentuk

yang terbentuk pada masa pengabaian sosial, sehingga

remaja pertengahan. mereka mengembangkan

Fenomena perilaku bentuk perilaku yang

menyimpang remaja menyimpang. Istilah

seringkali terjadi pada masa kenakalan remaja mengacu

remaja pertengahan dalam pada suatu rentang yang

rentang usia 15-18 tahun, luas, dari tingkah laku yang

hal ini dikarenakan adanya tidak dapat diterima sosial

kebingungan identitas (identity sampai pelanggaran status

confusion) pada periode hingga tindak kriminal

tesebut. (Kartono, 2003).

Semua tindakan

b. Pengertian Kenakalan perusakan yang tertuju ke

Remaja luar tubuh atau ke dalam

Juvenile delinquency tubuh remaja dapat

atau kenakalan remaja adalah digolongkan sebagai

perilaku negatif atau kenakalan remaja (Gunarsa,

kenakalan anak-anak muda, 2004). Kenakalan remaja


merujuk pada tindakan melanggar hukum atau

pelanggaran suatu hukum kejahatan yang pada

atau peraturan oleh seorang umumnya dilakukan oleh

remaja. Pelanggaran hukum anak remaja yang berusia 16-

atau peraturan bisa termasuk 18 tahun, jika perbuatan ini

pelanggaran berat seperti dilakukan oleh orang dewasa

membunuh atau pelanggaran maka akan mendapat sangsi

seperti membolos, hukum. Hurlock (1973) juga

menyontek. Pembatasan menyatakan kenakalan remaja

mengenai apa yang termasuk adalah tindakan pelanggaran

sebagai kenakalan remaja dapat hukum yang dilakukan oleh

dilihat dari tindakan yang remaja, dimana tindakan

diambilnya, tindakan yang tersebut dapat membuat

tidak dapat diterima oleh seseorang individu yang

lingkungan sosial, tindakan melakukannya masuk penjara.

pelanggaran ringan/ status Mulyadi, dkk (2006)

offenses dan tindakan mendefinisikan kenakalan

pelanggaran berat/ index remaja merupakan keinginan

offenses (Santrock , 2003). untuk mencoba segala

Mussen dkk (1994), sesuatu yang kadang-kadang

mendefinisikan kenakalan menimbulkan kesalahan-

remaja sebagai perilaku yang kesalahan, yang menyebabkan


kekesalan lingkungan dan kenakalan remaja adalah

orangtua. Sarwono (2002) perilaku remaja yang

mengungkapkan kenakalan melakukan tindakan merusak

remaja sebagai tingkah laku dan menggangu, baik

yang menyimpang dari norma- terhadap diri sendiri maupun

norma hukum pidana, orang lain hingga tingkah

sedangkan Fuhrmann (1990) laku yang menyimpang dari

menyebutkan bahwa kenakalan norma-norma hukum pidana.

remaja suatu tindakan anak c. Karakteristik Remaja Nakal

muda yang dapat merusak Menurut Gunarsa (2004)

dan mengganggu, baik ada beberapa karakteristik yang

terhadap diri sendiri maupun terlihat pada remaja delinkuen,

orang lain. Santrock (1995) diantaranya adalah :

juga menambahkan kenakalan 1) Remaja yang delinkuen

remaja sebagai kumpulan lebih sering merasa

dari berbagai perilaku, dari deprivasi (keterasingan)

perilaku yang tidak dapat dibandingkan dengan

diterima secara sosial sampai remaja non delinkuen.

tindakan kriminal. Remaja delinkuen

Berdasarkan cenderung merasa tidak

pendapat-pendapat di atas, aman, sengaja berusaha

peneliti berpendapat bahwa


melanggar hukum dan dan oleh sebab itu remaja

peraturan (defiant). seringkali membolos.

2) Remaja yang delinkuen Kegagalan akademis

memiliki tingkat sendiri merupakan salah

intelegensi yang lebih satu kontributor dari

rendah dibandingkan delinkuensi (Santrock

dengan remaja non dalam Gunarasa 2004)

delinkuen. Remaja yang 4) Sikap yang menonjol

delinkuen menunjukkan pada remaja delinkuen:

bahwa remaja tidak bersikap menolak

mampu memikirkan (resentful), bermusuhan

dengan baik konsekuensi (hostile), penuh curiga,

dari setiap tindakan tidak konvensional, tertuju

yang remaja delinkuen pada diri sendiri (self-

ambil. Penggunaan obat- centered), tidak stabil

obatan terlarang dan putus emosinya, mudah

sekolah merupakan dipengaruhi, ekstrovert

beberapa hal yang dapat dan suka bertindak dengan

meningkatkan munculnya tujuan merusak atau

kenakalan remaja. menghancurkan sesuatu

3) Remaja yang delinkuen (Cole dan Rice dalam

tidak menyukai sekolah Gunarsa 2004).


5) Remaja yang delinkuen kenakalan remaja dibagi

menyukai aktivitas yang menjadi empat, bentuk

penuh tantangan akan perilaku yang dikemukakan

tetapi tidak menyukai dibagi berdasarkan faktor

kompetisi. penyebab dan ciri-ciri tingkah

6) Remaja yang delinkuen laku yang ditimbulkan, yaitu :

cenderung tidak matang


1) Kenakalan terisolir
secara emosional, tidak
(Delinkuensi terisolir)
stabil,dan cenderung
Kelompok ini merupakan
frustrasi. Keadaan-keadaan
jumlah terbesar dari remaja
demikian yang membuat
nakal. Pada umumnya remaja
remaja delinkuen tidak
nakal tidak menderita
bisa menyesuaikan diri
kerusakan psikologis.
dengan baik di rumah,
Perbuatan nakal remaja
sekolah dan masyarakat
nakal didorong oleh faktor-
(Cole dalam Gunarsa
faktor berikut :
2004).

d. Bentuk- Bentuk Kenakalan a) Keinginan meniru

Remaja dan ingin konform dengan

gangnya, jadi tidak ada


Menurut Kartono (2003),
motivasi, kecemasan atau
bentuk-bentuk perilaku
konflik batin yang tidak dapat di tengah lingkungan

diselesaikan. kriminal. Geng remaja nakal

memberikan alternatif hidup


b) Remaja nakal
yang menyenangkan.
kebanyakan berasal dari

daerah kota yang transisional d) Remaja dibesarkan

sifatnya yang memiliki dalam keluarga tanpa atau

subkultur kriminal. Sejak sedikit sekali mendapatkan

kecil remaja melihat adanya supervisi dan latihan

gang-gang kriminal, sampai kedisiplinan yang teratur,

kemudian dia ikut sebagai akibatnya dia tidak

bergabung. Remaja merasa sanggup menginternalisasikan

diterima, mendapatkan norma hidup normal.

kedudukan hebat, pengakuan Ringkasnya, delinkuen

dan prestise tertentu. terisolasi itu mereaksi

terhadap tekanan dari


c) Pada umumnya
lingkungan sosial, remaja
remaja berasal dari keluarga
nakal mencari panutan dan rasa
berantakan, tidak harmonis,
aman dari kelompok gangnya,
dan mengalami banyak
namun pada usia dewasa,
frustasi. Sebagai jalan
mayoritas remaja nakal ini
keluarnya, remaja memuaskan
meninggalkan perilaku
semua kebutuhan dasarnya
kriminalnya, paling sedikit Pada umumnya,

60 % dari mereka remaja nakal tipe ini

menghentikan perilakunya menderita gangguan kejiwaan

pada usia 21-23 tahun. yang cukup serius, antara lain

Hal ini disebabkan oleh berupa kecemasan, merasa

proses pendewasaan dirinya selalu tidak aman, merasa

sehingga remaja menyadari bersalah dan berdosa dan lain

adanya tanggung jawab sebagainya. Ciri - ciri

sebagai orang dewasa yang perilakunya adalah :

mulai memasuki peran sosial


a) Perilaku nakalnya
yang baru.
bersumber dari sebab-sebab

2) Kenakalan neurotik psikologis yang sangat dalam,

(Delinkuensi neurotik) dan bukan hanya berupa

adaptasi pasif menerima norma

dan nilai subkultur gang yang

kriminal itu saja.

b) Perilaku kriminal

remaja nakal merupakan

ekspresi dari konflik batin

yang belum terselesaikan,

karena perilaku jahat


merupakan alat pelepas e) Remaja memiliki

ketakutan, kecemasan dan ego yang lemah, dan

kebingungan batinnya. cenderung mengisolir diri dari

lingkungan.
c) Biasanya remaja ini

melakukan kejahatan seorang f) Motif kejahatannya

diri, dan mempraktekkan jenis berbeda-beda.

kejahatan tertentu, misalnya


g) Perilakunya
suka memperkosa kemudian
menunjukkan kualitas
membunuh korbannya,
kompulsif (paksaan).
kriminal dan sekaligus
3) Kenakalan psikotik (Delinkuensi
neurotik.
psikopatik)
d) Remaja nakal ini
Delinkuensi psikopatik ini sedikit
banyak yang berasal dari
jumlahnya, akan tetapi dilihat dari
kalangan menengah, namun
kepentingan umum dan segi
pada umumnya keluarga
keamanan, remaja delinkuen
mereka mengalami banyak
psikopatik merupakan oknum
ketegangan emosional yang
kriminal yang paling berbahaya.
parah, dan orangtuanya
Ciri tingkah laku remaja delinkuen
biasanya juga neurotik atau
psikopatik adalah :
psikotik.
a) Hampir seluruh remaja delinkuen umumnya sangat agresif dan

psikopatik ini berasal dan dibesarkan impulsif, biasanya remaja

dalam lingkungan keluarga yang delinkuen psikopatik residivis yang

ekstrim, brutal, diliputi banyak berulang kali keluar masuk penjara,

pertikaian keluarga, berdisiplin keras dan sulit sekali diperbaiki.

namun tidak konsisten, dan


d) Remaja delinkuen psikopatik
orangtuanya selalu menyia-nyiakan
selalu gagal dalam menyadari
mereka, sehingga remaja delinkuen
dan menginternalisasikan norma-
psikopatik tidak mempunyai
norma sosial yang umum berlaku,
kapasitas untuk menumbuhkan afeksi
juga tidak peduli terhadap norma
dan tidak mampu menjalin hubungan
subkultur gangnya sendiri.
emosional yang akrab dan baik dengan
e) Kebanyakan dari remaja
orang lain.
delinkuen psikopatik juga menderita
b) Remaja delinkuen psikopatik
gangguan neurologis, sehingga
tidak mampu menyadari arti
mengurangi kemampuan untuk
bersalah, berdosa, atau melakukan
mengendalikan diri sendiri. Psikopat
pelanggaran.
merupakan bentuk kekalutan

c) Bentuk kejahatannya majemuk, mental dengan karakteristik

tergantung pada suasana hatinya sebagai berikut: tidak memiliki

yang kacau dan tidak dapat diduga. pengorganisasian dan integrasi diri,

Remaja delinkuen psikopati pada orangnya tidak pernah bertanggung


jawab secara moral, selalu jahat, juga tidak mampu

mempunyai konflik dengan norma mengendalikan dan mengaturnya,

sosial dan hukum. Remaja delinkuen remaja delinkuen selalu ingin

psikopatik sangat egoistis, anti melakukan perbuatan kekerasan,

sosial dan selalu menentang apa dan penyerangan dan kejahatan,

siapapun. Sikapnya kasar, kurang rasa kemanusiaannya sangat

ajar dan sadis terhadap siapapun terganggu, sikapnya sangat dingin

tanpa sebab. tanpa afeksi jadi ada kemiskinan

afektif dan sterilitas emosional.


4) Kenakalan defek moral
Terdapat kelemahan pada dorongan
(Delinkuensi defek moral)
instinktif yang primer, sehingga
Defek (defect, defectus) artinya
pembentukan super egonya sangat
rusak, tidak lengkap, salah, cedera,
lemah. Impulsnya tetap pada taraf
cacat, kurang. Delinkuensi defek moral
primitif sehingga sukar dikontrol dan
mempunyai ciri-ciri: selalu melakukan
dikendalikan. Remaja nakal merasa
tindakan anti sosial, walaupun pada
cepat puas dengan prestasinya,
dirinya tidak terdapat penyimpangan,
namun perbuatan remaja nakal
namun ada disfungsi pada
sering disertai agresivitas yang
inteligensinya. Kelemahan para
meledak. Remaja yang defek
remaja delinkuen tipe ini adalah
moralnya biasanya menjadi penjahat
mereka tidak mampu mengenal dan
yang sukar diperbaiki. Remaja nakal
memahami tingkah lakunya yang
adalah para residivis yang
melakukan kejahatan karena 2) Kenakalan yang meninbulkan

didorong oleh naluri rendah, impuls korban materi: perus, pencurian,

dan kebiasaan primitif, di antara para pencopetan, pemerasan dan lain- lain.

penjahat residivis remaja, kurang lebih


3) Kenakalan sosial yang
80 % mengalami kerusakan psikis,
menimbulkan bahaya diri sendiri
berupa disposisi dan perkembangan
dan orang lain: pelacuran,
mental yang salah, jadi mereka
penyalahgunaan obat terlarang,
menderita defek mental. Hanya kurang
kebut-kebutan dan hubungan seks
dari 20 % yang menjadi penjahat
bebas.
disebabkan oleh faktor sosial atau
4) Kenakalan yang melawan status
lingkungan sekitar. Jensen (dalam
menimbulkan pelanggaran hukum atau
Sarwono, 2002) membagi kenakalan
aturan, misalnya mengingkari status
remaja menjadi empat bentuk
anak sebagai pelajar dengan cara
berdasarkan kerugian yang
membolos, minggat dari rumah,
ditimbulkan yaitu:
membantah perintah.
1) Kenakalan yang menimbulkan
e. Faktor-Faktor yang
korban fisik pada orang lain:
Mempengaruhi Perilaku
perkelahian, perkosaan, perampokan,
Kenakalan Remaja
pembunuhan, dan lain- lain.

Faktor-faktor kenakalan remaja

menurut Santrock, (2003)


secara rinci dijelaskan sebagai kegagalan remaja untuk mencapai

berikut : integrasi yang kedua, yang

melibatkan aspek-aspek peran


1) Identitas
identitas. Erikson (dalam Santrock,
Menurut teori perkembangan yang
2003) mengatakan bahwa remaja yang
dikemukakan oleh Erikson (dalam
memiliki masa balita, masa kanak-
Santrock, 2003) masa remaja ada pada
kanak atau masa remaja yang
tahap krisis identitas versus difusi
membatasi individu dari berbagai
identitas harus di atasi. Perubahan
peranan sosial yang dapat diterima
biologis dan sosial memungkinkan
atau yang membuat individu merasa
terjadinya dua bentuk integrasi
tidak mampu memenuhi tuntutan yang
terjadi pada kepribadian remaja: (1)
dibebankan pada individu tersebut,
terbentuknya perasaan akan
mungkin akan memiliki perkembangan
konsistensi dalam kehidupannya dan
identitas yang negatif. Beberapa dari
(2) tercapainya identitas peran, kurang
remaja ini mungkin akan mengambil
lebih dengan cara menggabungkan
bagian dalam tindak kenakalan, oleh
motivasi, nilai-nilai, kemampuan dan
karena itu, kenakalan adalah suatu
gaya yang dimiliki remaja dengan
upaya untuk membentuk suatu
peran yang dituntut dari remaja.
identitas, walaupun identitas tersebut
Erikson (dalam Santrock, 2003)
negatif (Erikson dalam Santrock,
percaya bahwa delinkuensi pada
2003).
remaja terutama ditandai dengan
2) Kontrol diri sebenarnya sudah mengetahui

perbedaan antara keduanya namun


Kenakalan remaja juga dapat
gagal mengembangkan kontrol
digambarkan sebagai kegagalan
yang memadai dalam
untuk mengembangkan kontrol
menggunakan perbedaan itu untuk
diri yang cukup dalam hal
membimbing tingkah laku remaja.
tingkah laku. Beberapa anak
Hasil penelitian yang dilakukan
gagal dalam mengembangkan
baru-baru ini Santrock (2003)
kontrol diri yang esensial yang
menunjukkan bahwa ternyata
sudah dimiliki orang lain selama
kontrol diri mempunyai peranan
proses pertumbuhan.
penting dalam kenakalan remaja.
Kebanyakan remaja telah
Pola asuh orangtua yang efektif
mempelajari perbedaan antara
di masa kanak-kanak
tingkah laku yang dapat diterima
(penerapan strategi yang
dan tingkah laku yang tidak
konsisten, berpusat pada anak
dapat diterima, namun remaja yang
dan tidak aversif) berhubungan
melakukan kenakalan tidak
dengan dicapainya pengaturan
mengenali hal ini. Remaja
diri oleh anak. Selanjutnya,
mungkin gagal membedakan
dengan memiliki ketrampilan ini
tingkah laku yang dapat diterima
sebagai atribut internal akan
dan yang tidak dapat diterima,
berpengaruh pada menurunnya
atau mungkin remaja
tingkat kenakalan remaja.
3) Usia tersebut biasanya kenakalan yang

dilakukan mulai menurun.


Munculnya tingkah laku anti

sosial di usia dini berhubungan 4) Jenis kelamin

dengan penyerangan serius nantinya


Remaja laki-laki lebih banyak
di masa remaja, namun demikian
melakukan tingkah laku anti sosial
tidak semua anak yang bertingkah
daripada perempuan. Menurut
laku seperti ini nantinya akan menjadi
catatan kepolisian Kartono (2003)
pelaku kenakalan, seperti hasil
menunjukkan pada umumnya jumlah
penelitian dari McCord (dalam
remaja laki-laki yang melakukan
Kartono, 2003) yang menunjukkan
kejahatan dalam kelompok gang
bahwa pada usia dewasa, mayoritas
diperkirakan 50 kali lipat daripada
remaja nakal tipe terisolir
gang remaja perempuan.
meninggalkan tingkah laku
5) Harapan terhadap pendidikan
kriminalnya. Paling sedikit 60 %
dan nilai-nilai di sekolah
dari mereka menghentikan

perbuatannya pada usia 21 sampai 23 Remaja yang menjadi pelaku

tahun. Masih menurut Kartono (2003) kenakalan seringkali memiliki

kenakalan remaja paling banyak harapan yang rendah terhadap

dilakukan remaja dibawah usia 22 pendidikan di sekolah. Remaja nakal

tahun, dengan jumlah tertinggi pada merasa bahwa sekolah tidak begitu

usia 15-19 tahun. Sesudah usia bermanfaat untuk kehidupannya


sehingga biasanya nilai-nilai remaja orangtua terhadap aktivitas anak,

nakal terhadap sekolah cenderung kurangnya penerapan disiplin yang

rendah. Mereka tidak mempunyai efektif, kurangnya kasih sayang

motivasi untuk sekolah. Riset yang orangtua dapat menjadi pemicu

dilakukan oleh Chang dan Lee timbulnya kenakalan remaja.

(2005) mengenai pengaruh orangtua, Remaja yang hubungan keluarganya

kenakalan teman sebaya, dan sikap kurang baik juga dapat

sekolah terhadap prestasi akademik mengembangkan hubungan yang

siswa di Cina, Kamboja, Laos, dan buruk dengan orang-orang di luar

remaja Vietnam menunjukkan bahwa rumah (Hurlock, 1999). Melihat

faktor yang berkenaan dengan kondisi tersebut apabila didukung

orangtua secara umum tidak oleh lingkungan yang kurang

mendukung banyak, sedangkan sikap kondusif dan sifat kepribadian

sekolah ternyata dapat menjembatani yang kurang baik akan menjadi

hubungan antara kenakalan teman pemicu timbulnya berbagai

sebaya dan prestasi akademik. penyimpangan perilaku dan

perbuatan-perbuatan negatif yang


6) Proses keluarga
melanggar aturan dan norma yang
Faktor keluarga sangat berpengaruh
ada di masyarakat. Perbuatan
terhadap timbulnya kenakalan
pelanggaran ternyata bersumber pada
remaja. Kurangnya dukungan
keaadaan keluarga yaitu suasana
keluarga seperti kurangnya perhatian
rumah yang tidak menyokong
perkembangan remaja, sehingga kelompok , apapun akan dilakukan

remaja menjadi anak atau orang asalkan diterima oleh kelompok

dewasa yang tidak bertanggung akan diutamakan dan ditaati. Teman

jawab dan melakukan perbuatan atau kelompok yang dipilih akan

anti-sosial dan amoral (Gunarsa, sangat menentukan kemana remaja

2007). yang bersangkutan akan dibawa

(Chomaria, 2008). Konformitas


7) Pengaruh teman sebaya
adalah sikap, perilaku atau tindakan
Memiliki teman-teman sebaya yang
yang sesuai dengan norma
melakukan kenakalan meningkatkan
kelompok sehingga menjadi
risiko remaja untuk menjadi nakal.
harmonis dan sepakat dengan
Pada sebuah penelitian Santrock
anggota-anggota kelompok (Baron &
(2003) terhadap 500 pelaku
Byrne, 2005). Norma (norms)
kenakalan dan 500 remaja yang
merupakan aturan yang berlaku
tidak melakukan kenakalan di
pada seluruh anggota kelompok dan
Boston, ditemukan persentase
berpeluang untuk menumbuhkan
kenakalan yang lebih tinggi pada
konformitas pada setiap anggota
remaja yang memiliki hubungan
kelompok tersebut (Santrock,
reguler dengan teman sebaya yang
2003). Remaja cenderung mengikuti
melakukan kenakalan. Pada
aturan-aturan yang dibuat oleh
umumnya remaja mementingkan
kelompok bermain remaja. Melihat
konformitas dan penerimaan
kondisi ini konformitas berpengaruh
pada bentuk-bentuk perilakuremaja. (Kartono, 2003). Hal ini

Banyak tujuan yang ingin didapat disebabkan kurangnya kesempatan

oleh remaja dengan bersikap remaja dari kelas sosial rendah

konformitas, antara lain supaya ada untuk mengembangkan ketrampilan

penerimaan kelompok terhadap yang diterima oleh masyarakat.

remaja tersebut, diakuinya eksistensi Mereka mungkin saja merasa bahwa

sebagai anggota kelompok, mereka akan mendapatkan perhatian

menjaga hubungan dengan dan status dengan cara melakukan

kelompok, mempunyai ketergantungan tindakan anti sosial. Menjadi

dengan kelompok dan untuk “tangguh” dan “maskulin” adalah

menghindar dari sangsi kelompok contoh status yang tinggi bagi

(Surya, 1999). remaja dari kelas sosial yang lebih

rendah, dan status seperti ini sering


8) Kelas sosial ekonomi
ditentukan oleh keberhasilan remaja
Ada kecenderungan bahwa pelaku
dalam melakukan kenakalan dan
kenakalan lebih banyak berasal dari
berhasil meloloskan diri setelah
kelas sosial ekonomi yang lebih
melakukan kenakalan.
rendah dengan perbandingan jumlah
9) Kualitas lingkungan sekitar
remaja nakal di antara daerah
tempat tinggal
perkampungan miskin yang rawan

dengan daerah yang memiliki banyak Komunitas juga dapat berperan serta

privilege diperkirakan 50 : 1 dalam memunculkan kenakalan


remaja. Masyarakat dengan tingkat keluarga, pengaruh teman sebaya,

kriminalitas tinggi memungkinkan kelas sosial ekonomi, kualitas

remaja mengamati berbagai model lingkungan sekitar tempat tinggal.

yang melakukan aktivitas kriminal


II. Persepsi Remaja terhadap
dan memperoleh hasil atau
Keharmonisan Keluarga
penghargaan atas aktivitas kriminal
a. Pengertian Persepsi
mereka. Masyarakat seperti ini sering

ditandai dengan kemiskinan, Bono (2007) mengatakan bahwa

pengangguran, dan perasaan persepsi adalah cara individu

tersisih dari kaum kelas menengah. memandang sesuatu, perasaan dan

Kualitas sekolah, pendanaan reaksi ditentukan berdasar apa yang

pendidikan, dan aktivitas lingkungan individu lihat dalam realitas di balik

yang terorganisir adalah faktor- semua itu. Riggio (1990) juga

faktor lain dalam masyarakat mendefinisikan persepsi sebagai

yang juga berhubungan dengan proses kognitif baik lewat

kenakalan remaja. Berdasarkan penginderaan, pandangan, penciuman

pendapat di atas dapat diketahui dan perasaan yang kemudian

bahwa faktor-faktor penyebab ditafsirkan. Selanjutnya Gunawan

kenakalan remaja adalah identitas, dan Setyono (2006) mengatakan

kontrol diri, usia, jenis kelamin, persepsi adalah apa yang dapat

harapan terhadap pendidikan dan individu lihat dengan mata pikiran

nilai-nilai di sekolah, proses


individu, persepsi individu dibatasi (faktor fungsional dan struktural).

oleh pengalaman, pengetahuan dan Persepsi membantu manusia

imajinasi yang individu miliki. bertindak dan memahami dunia

Winarno (2007) menyebutkan sekelilingnya.

persepsi merupakan penerimaan


Walgito (2004) menyatakan
(receiving) dari suatu peristiwa yang
persepsi merupakan suatu proses yang
mempunyai konsekuensi terhadap
didahului oleh proses penginderaan,
orang atau kelompok. Rakhmat (2005)
yaitu proses diterimanya stimulus oleh
juga mengemukakan persepsi adalah
individu melalui alat indera atau juga
pengalaman terhadap objek, peristiwa
disebut proses sensoris, lalu
atau hubungan yang diperoleh
diteruskan ke proses persepsi dimana
dengan menafsirkan dan
individu melakukan
menyimpulkan informasi. Sedangkan
pengorganisasian, penginterpretasian
menurut Hude (2006) juga
terhadap stimulus yang diinderanya
mendefinisikan persepsi sebagai tindak
sehingga merupakan sesuatu yang
lanjut dari sensasi, tidak ada proses
berarti dan merupakan respon yang
persepsi tanpa sensasi, karena persepsi
terintegrasi dalam diri individu.
sebenarnya adalah pemberian makna
Sobur (2003) persepsi adalah
pada stimulus yang ditangkap oleh
keseluruhan proses yang
alat-alat indera. Persepsi seperti
menghasilkan tanggapan setelah
halnya sensasi amat bergantung pada
rangsangan diterima manusia.
faktor personal dan situasional
Berdasarkan uraian di atas, maka menurut kamus bahasa

peneliti berpendapat bahwa persepsi Indonesia adalah keadaan

adalah suatu rangkaian proses yang yang selaras atau serasi.

dimulai dari proses sensoris kemudian Menurut Gunarsa (2004)

dilanjutkan ke proses yang keharmonisan keluarga ialah

menghasilkan tanggapan setelah bilamana seluruh anggota

rangsangan diterima manusia. keluarga merasa bahagia

yang ditandai oleh


b. Pengertian Keharmonisan
berkurangnya ketegangan,
Keluarga
kekecewaan dan puas
Keluarga merupakan
terhadap seluruh keadaan
satu organisasi sosial yang
dan keberadaan dirinya
paling penting dalam
(eksistensi dan aktualisasi
kelompok sosial dan keluarga
diri) yang meliputi aspek
merupakan lembaga di dalam
fisik, mental, emosi dan
masyarakat yang paling
sosial. Sedangkan menurut
utama bertanggung jawab
Hawari (1997) keharmonisan
untuk menjamin
keluarga itu akan terwujud
kesejahteraan sosial dan
apabila masing-masing
kelestarian biologis anak
anggota dalam keluarga itu
manusia (Kartono, 1977).
dapat berfungsi dan berperan
Pengertian keharmonisan
sebagimana mestinya dan tetap
berpegang teguh pada nilai- kegiatan pendidikan dapat

nilai agama, maka interaksi dilaksanakan dengan efektif dan

sosial yang harmonis antar dapat menunjang terciptanya

anggota dalam keluarga itu kehidupan keluarga yang harmonis.

akan tercipta. Keluarga yang Selanjutnya Hurlock (1973)

mempunyai komitmen agama menyatakan bahwa anak yang

yang kuat menempati hubungan perkawinan

peringkat tinggi untuk orangtuanya bahagia akan

tercapainya keharmonisan mempersepsikan rumah mereka

rumah tangga. sebagai tempat yang membahagiakan

untuk hidup karena makin sedikit


Basri (1999) menyatakan bahwa
masalah antar orangtua, semakin
setiap orangtua bertanggung jawab
sedikit masalah yang dihadapi anak,
juga memikirkan dan mengusahakan
dan sebaliknya hubungan keluarga
agar senantiasa terciptakan dan
yang buruk akan berpengaruh
terpelihara suatu hubungan antara
kepada seluruh anggota keluarga.
orangtua dengan anak yang baik,
Suasana keluarga yang tercipta
efektif dan menambah kebaikan
adalah tidak menyenangkan, sehingga
dan keharmonisan hidup dalam
anak ingin keluar dari rumah
keluarga, sebab telah menjadi bahan
sesering mungkin karena secara
kesadaran para orangtua bahwa
emosional suasana tersebut akan
hanya dengan hubungan yang baik
mempengaruhi masing-masing
anggota keluarga untuk bertengkar mestinya dan tetap berpegang teguh

dengan lainnya. Berdasarkan uraian pada nilai- nilai agama, sehingga

diatas, maka peneliti berpendapat tercipta interaksi sosial yang

bahwa keharmonisan keluarga adalah harmonis antar anggota dalam

berfungsi dan berperannya semua keluarga. Berdasarkan uraian

anggota keluarga sebagimana tersebut dapat diketahui persepsi

mestinya dan tetap berpegang teguh terhadap keharmonisan keluarga

pada nilai- nilai agama, sehingga adalah rangkaian proses yang dimulai

tercipta interaksi sosial yang harmonis dari proses sensoris kemudian

antar anggota dalam keluarga. dilanjutkan ke proses yang

menghasilkan tanggapan mengenai


c. Pengertian Persepsi Terhadap
setiap anggota dalam keluarga itu
Keharmonisan Keluarga
dapat berfungsi dan berperan
Persepsi dapat diketahui adalah
sebagimana mestinya dan tetap
suatu rangkaian proses yang dimulai
berpegang teguh pada nilai- nilai
dari proses sensoris kemudian
agama , sehingga tercipta interaksi
dilanjutkan ke proses yang
sosial yang harmonis antar anggota
menghasilkan tanggapan setelah
dalam keluarga.
rangsangan diterima manusia.
d. Ciri-ciri Keharmonisan Keluarga
Selanjutnya, keharmonisan keluarga

adalah berfungsi dan berperannya Basri (1999) mengungkapkan

semua anggota keluarga sebagimana beberapa ciri dari keluarga yang


harmonis/ keharmonisan keluarga, keluarga dan masyarakat serta

yaitu: bangsa, akan disambut dengan

penuh kasih sayang.


1) Dasar-dasar hubungan yang

efektif. Dasar kasih sayang

Kelahiran makhluk baru di yang murni akan sangat

permukaan bumi ini mudah- membantu perkembangan dan

mudahan adalah merupakan pertumbuhan anak-anak

buah dari perasaan cinta dan dalam kehidupan selanjutnya.

kasih sayang di antara kedua Perpaduan kasih ayah

orang tuanya. Perasaan yang sepanjang galah dan kasih ibu

penuh keindahan dan sepanjang jalan akan

keluhuran itu hendaknya masih membuahkan anak-anak yang

kuat berkelanjutan dalam berkembang sehat lahir dan

keseluruhan proses batin serta berbahagia dan

pendidikan dan kehidupan sejahtera. Kepribadian yang

anak selanjutnya. Kasih utuh dan teguh yang berbuah

sayang dan kemesraan yang dalam tingkah laku yang baik

berkembang dalam kehidupan dan normatif akan sangat

suami-isteri dan kemudian bermanfaat dijadikan bekal

membuahkan kelahiran anak dalam mengarungi lautan

tunas-tunas baru dalam kehidupan selanjutnya.


Sebenarnya pelaksanaan yang saleh dan cukup

pendidikan dan pengajaran membahagiakan kehidupan

terhadap anak yang keluarga.

dilaksanakan dengan penuh


2) Hubungan anak-anak dengan
tanggung jawab dan kasih
orang tua.
sayang adalah merupakan
Sejak anak-anak dilahirkan di
pemenuhan kewajiban agama
dunia ketergantungan anak-anak
dalam kehidupan manusia.
terhadap kedua orang tua sangat
Memang ajaran agama yang
besar. Dengan penuh kasih sayang
mengajarkan dan kewajiban
kedua orang tuanya memenuhi
manusia agar bersungguh-
kebutuhan-kebutuhan anak-anaknya
sungguh dalam mendidik
yang masih belum berdaya.
anak dan mengasuh anak
Hubungan orang tua yang efektif
dengan penuh kasih sayang
penuh kemesraan dan tanggung
dan tanggung jawab. Ajaran
jawab yang didasari oleh kasih
agama dengan tuntutan
sayang yang tulus, menyebabkan
akhlak dan ibadah serta
anak-anaknya akan mampu
aqidah jika dilaksanakan
mengembangkan aspek-aspek
dengan bersungguh-sungguh
kegiatan manusia pada umumnya,
akan mampu menghasilkan
ialah kegiatan yang bersifat
perkembangan dan

pertumbuhan anak-anak
individual, sosial dan kegiatan adalah masa peralihan anak

keagamaan. meninggalkan masa kanak-

kanak yang penuh dengan


3) Hubungan anak remaja dengan
kemauan bermain dan akan
orang tua.
memasuki masa dewasa
Remaja pada umumnya
yang memerlukan perasaan
sedang mengalami perubahan
bertanggung jawab yang
dan pertumbuhan yang pesat
maksimal. Bermacam-macam
dalam kehidupannya. Hal
permasalahan yang khas
tersebut disebabkan
remaja dialami oleh anak-
pertumbuhan yang begitu
anak, remaja baik yang
pesat dan perkembangan
berhubungan dengan kondisi
mental yang cukup
biologis, psikis, sosial dan
membingungkan remaja.
kebingungan terhadap
Pikiran, perasaan, perasaan
keadaan dirinya sendiri.
tanggung jawab, kemauan
Semua permasalahan tersebut
dan nilai-nilai kehidupan
disebakan perubahan-
memang sedang mengalami
perubahan fisik-biologis, nilai-
perkembangan dan
nilai kehidupan yang belum
kematangan menuju taraf
sempurna diketahui serta
kemasakan atau
mungkin pula karena
kedewasaannya. Masa remaja
kurangnya upaya persiapan
kedua orang tuanya dalam keluarga adalah adanya dasar-dasar

mengantarkan ke alam hubungan yang efektif, hubungan

remaja yang penuh anak-anak dengan orang tua,

pertanyaan dan kebingungan. hubungan anak remaja dengan orang

tua, dan memelihara komunikasi


4) Memelihara komunikasi dalam
dalam keluarga.
keluarga.

e. Aspek-Aspek Persepsi Remaja


Kurang lancarnya
Terhadap Keharmonisan Keluarga
komunikasi dalam kehidupan

keluarga merupakan salah Hawari (1997) mengemukakan enam

satu penyebab timbul dan aspek keharmonisan keluarga

berkembangnya beberapa berdasarkan pegangan hubungan

permasalahan yang gawat perkawinan bahagia adalah:

dalam keluarga.
a) Menciptakan kehidupan
Permasalahan yang terjadi
beragama dalam keluarga.
dalam keluarga sangat
Sebuah keluarga yang
perlu dikemukakan secara
harmonis ditandai dengan
terbuka dengan yang lain,
terciptanya kehidupan beragama
terutama antara suami-isteri.
dalam rumah tersebut. Hal ini
Berdasarkan uraian diatas dapat
penting karena dalam agama
disimpulkan ciri-ciri keharmonisan
terdapat nilai-nilai moral dan etika
kehidupan. Berdasarkan beberapa bermain dan mendengarkan

penelitian ditemukan bahwa masalah dan keluhan-keluhan

keluarga yang tidak religius anak, dalam kebersamaan ini

yang penanaman komitmennya anak akan merasa dirinya

rendah atau tanpa nilai agama dibutuhkan dan diperhatikan oleh

sama sekali cenderung terjadi orangtuanya, sehingga anak akan

pertentangan konflik dan betah tinggal di rumah.

percekcokan dalam keluarga,


c) Mempunyai komunikasi yang
dengan suasana yang seperti ini,
baik antar anggota keluarga.
maka anak akan merasa tidak
Komunikasi merupakan dasar bagi
betah di rumah dan
terciptanya keharmonisan dalam
kemungkinan besar anak akan
keluarga. Orang tua yang bijaksana
mencari lingkungan lain yang
selalu tepat mempergunakan
dapat menerimanya.
kesempatan yang baik untuk
b) Mempunyai waktu bersama
berkomunikasi dengan anak-anaknya.
keluarga.
Sebaliknya merupakan saat yang

Keluarga yang harmonis kurang tepat jika anak-anak sedang

selalu menyediakan waktu menghadapi tamu atau orang-orang

untuk bersama keluarganya, baik lain yang dihormatinya, sedang

itu hanya sekedar berkumpul, makan, sedang akan istirahat, sedang

makan bersama, menemani anak belajar menghadapi setumpuk tugas


sekolah atau PR, atau mungkin jika Faktor lain yang tidak kalah

anak sedang tergesa-gesa akan pentingnya dalam menciptakan

berangkat ke sekolah, dan keharmonisan keluarga adalah

sebagainya. Dalam kondisi yang kualitas dan kuantitas konflik yang

demikian biasanya hasil komunikasi minim, jika dalam keluarga sering

yang dilakukan kurang mampu terjadi perselisihan dan pertengkaran

memberikan hasil yang memuaskan maka suasana dalam keluarga tidak

semua pihak. lagi menyenangkan. Dalam keluarga

harmonis setiap anggota keluarga


d) Saling menghargai antar sesama
berusaha menyelesaikan masalah
anggota keluarga
dengan kepala dingin dan mencari
Keluarga yang harmonis adalah
penyelesaian terbaik dari setiap
keluarga yang memberikan tempat
permasalahan.
bagi setiap anggota keluarga
f) Adanya hubungan atau ikatan yang
menghargai perubahan yang terjadi
erat antar anggota keluarga.
dan mengajarkan ketrampilan

berinteraksi sedini mungkin pada anak Hubungan yang erat antar anggota

dengan lingkungan yang lebih luas. keluarga juga menentukan

harmonisnya sebuah keluarga, apabila


e) Kualitas dan kuantitas konflik yang
dalam suatu keluarga tidak memiliki
minim.
hubungan yang erat maka antar

anggota keluarga tidak ada lagi rasa


saling memiliki dan rasa adalah kumpulan dua individu atau

kebersamaan akan kurang. lebih yang berinteraksi tatap muka,

Hubungan yang erat antar anggota yang masing-masing menyadari

keluarga ini dapat diwujudkan keanggotaannya dalam kelompok dan

dengan adanya kebersamaan, masing-masing menyadari saling

komunikasi yang baik antar anggota ketergantungan dalam mencapai

keluarga dan saling menghargai. tujuan bersama. Berdasarkan uraian

diatas, maka peneliti berpendapat


III. Konformitas Teman Sebaya
bahwa teman sebaya adalah anak-
a. Pengertian Teman Sebaya
anak atau remaja dengan tingkat

Teman sebaya berarti teman-teman usia atau tingkat kedewasaan yang

yang sesuai dan sejenis, sama yang saling ketergantungan

perkumpulan atau kelompok yang dalam mencapai tujuan bersama.

mempunyai sifat-sifat tertentu dan

terdiri dari satu jenis (Sudarsono,


b. Pengertian Konformitas Teman
1997). Peer group atau teman sebaya
Sebaya
adalah anak-anak atau remaja
Teman sebaya dapat diketahui
dengan tingkat usia atau tingkat
adalah anak-anak atau remaja
kedewasaan yang sama (Santrock,
dengan tingkat usia atau tingkat
2003). Selanjutnya Johnson
kedewasaan yang sama yang saling
(Sarwono, 2005) kelompok sebaya
ketergantungan dalam mencapai
tujuan bersama. Selanjutnya, eksistensi sebagai anggota

konformitas diartikan bila seseorang kelompok sebaya, menjaga

menampilkan perilaku tertentu hubungan dengan kelompok sebaya,

karena disebabkan karena orang mempunyai ketergantungan dengan

lain/kelompok menampilkan perilaku kelompok sebaya sehingga terhindar

tersebut sebagai tekanan kelompok dari sanksi kelompok sebaya.

yang riil atau yang dibayangkan,


d. Aspek-aspek Konformitas Teman
dengan tujuan ada penerimaan
Sebaya
kelompok, diakuinya eksistensi
Sears,dkk (1994) mengemukakan
sebagai anggota kelompok, menjaga
secara eksplisit aspek konformitas
hubungan dengan kelompok,
berdasarkan adanya ciri-ciri yang khas
mempunyai ketergantungan dengan
sebagai berikut :
kelompok sehingga terhindar dari

sanksi kelompok. Dapat diketahui 1) Kekompakan

konformitas teman sebaya adalah bila 2) Kesepakatan

seseorang menampilkan perilaku 3) Ketaatan

tertentu karena disebabkan karena


IV. Hubungan Antara Persepsi
teman sebaya menampilkan perilaku
Remaja terhadap Keharmonisan
tersebut sebagai tekanan kelompok
Keluarga dan Konformitas Teman
yang riil atau yang dibayangkan,
Sebaya dengan Kenakalan Remaja
dengan tujuan ada penerimaan

kelompok teman sebaya, diakuinya


a. Hubungan Antara Persepsi terpengaruh oleh pergaulan

Remaja terhadap buruk termasuk penyalahgunaan

Keharmonisan Keluarga narkoba (Gunarsa, 2004).

dengan Kenakalan Remaja


Martono dan Joewan (2008)

Keluarga merupakan menambahkan keluarga

lingkungan pertama bagi merupakan lingkungan pendidikan

pembentukan dan yang utama dan pertama bagi

pengembangan kepribadian anak. Jika suasana keluarga

seorang anak. Kehidupan keluarga kurang mendukung dapat

yang baik ditandai oleh hubungan menimbulkan gangguan

yang harmonis, selaras dan perkembangan kejiwaan anak,

seimbang diantara anggota yang nantinya akan berpengaruh

keluarga. Dalam hal ini, terhadap pada bentuk-bentuk perilaku

komunikasi (interaksi dua arah) remaja.

antara pasangan suami-istri dan


Selanjutnya Hawari (1997)
orang tua-anak. Dengan
menambahkan keharmonisan
demikian, hal ini akan
keluarga itu akan terwujud
membentuk kepribadian yang
apabila masing-masing anggota
matang bagi anak. Anak dapat
dalam keluarga itu dapat
menyesuaikan diri dengan
berfungsi dan berperan
lingkungan sosial, tanpa
sebagimana mestinya dan tetap
berpegang teguh pada nilai- nilai harapan terhadap pendidikan

agama kita, maka interaksi sosial dan nilai-nilai di sekolah,

yang harmonis antar antar dalam pengaruh orang tua, pengaruh

keluarga itu akan dapat teman sebaya, status sosial

diciptakan. Berdasarkan uraian di ekonomi dan kualitas

atas terlihat pentingnya persepsi lingkungan sekitar tempat

remaja terhadap keharmonisan tinggal (Santrock, 2003).

keluarga untuk menyokong


Pada diri remaja,
perkembangan remaja, sehingga
pengaruh lingkungan dalam
remaja menjadi anak atau orang
menentukan perilaku diakui
dewasa yang bertanggung
cukup kuat. Walaupun remaja
jawab dan terhindar dari
telah mencapai tahap
perbuatan anti-sosial dan amoral.
perkembangan kognitif yang

b. Hubungan Antara memadai untuk menentukan

Konformitas Teman Sebaya tindakannya sendiri, namun

dengan Kenakalan Remaja penentuan diri remaja dalam

berperilaku banyak
Secara garis besar, faktor-
dipengaruhi oleh tekanan dari
faktor yang mempengaruhi
kelompok teman sebaya
perilaku kenakalan remaja
(Conger, 1991).
adalah identitas, kontrol

diri, usia, jenis kelamin,


Kelompok teman sebaya Konformitas terhadap

diakui dapat mempengaruhi tekanan teman sebaya pada

pertimbangan dan keputusan remaja diungkapkan oleh

seorang remaja tentang Camarena (dalam Santrock,

perilakunya (Beyth-Marom, 2003) dapat menjadi positif

et al., 1993; Conger, 1991; atau negatif. Konformitas yang

Deaux, et al, 1993; Papalia negatif mengakibatkan

& Olds, 2001). Conger misalnya: mencuri, mencorat-

(1991) dan Papalia & Olds coret di sembarang tempat

(2001) mengemukakan bahwa tanpa ijin, merokok, dan

kelompok teman sebaya mempermainkan orang tua

merupakan sumber referensi serta guru. Sementara itu,

utama bagi remaja dalam hal konformitas positif mampu

persepsi dan sikap yang mengarahkan remaja kepada

berkaitan dengan gaya kegiatan positif misalnya

hidup. Bagi remaja, teman- terlibat dalam kelompok

teman menjadi sumber perkumpulan kegiatan sosial.

informasi misalnya mengenai Berdasarkan uraian di atas pada

bagaimana cara berpakaian umumnya remaja

yang menarik, musik atau film mementingkan konformitas

apa yang bagus, dan dengan tujuan penerimaan

sebagainya (Conger, 1991). kelompok. Teman atau


kelompok yang dipilih akan a. Identifikasi Variabel

sangat menentukan kemana Penelitian

remaja yang bersangkutan


Variabel penelitian yang diteliti
akan dibawa. Perilaku yang
adalah:
dimunculkan oleh
1. Variabel bebas:
kelompoknya memungkinkan
 Persepsi terhadap
berperan dalam
Keharmonisan
pertimbangan dan keputusan
Keluarga
seorang remaja tentang

perilakunya.  Konformitas Teman

Sebaya

2. Variabel tergantung:

Kenakalan Remaja.

b. Definisi Operasional Variabel

Penelitian

1. Persepsi terhadap

Keharmonisan Keluarga

Persepsi terhadap

keharmonisan keluarga
C. Metode Penelitian
adalah rangkaian proses
yang dimulai dari proses aspek-aspek keharmonisan

sensoris kemudian dilanjutkan keluarga dikemukakan Hawari

ke proses yang menghasilkan (1997) yaitu menciptakan

tanggapan atas keharmonisan kehidupan beragama dalam

keluarga dimana setiap keluarga, mempunyai waktu

anggota dalam keluarga itu bersama keluarga, mempunyai

dapat berfungsi dan berperan komunikasi yang baik antar

sebagimana mestinya dan anggota keluarga, saling

tetap berpegang teguh pada menghargai antar sesama

nilai- nilai agama , sehingga anggota keluarga, kuantitas

tercipta interaksi sosial yang dan kualitas konflik yang

harmonis antar anggota dalam minim, adanya hubungan

keluarga. Skala Persepsi yang erat antar anggota

terhadap Keharmonisan keluarga. Adapun aspek

Keluarga disusun berdasarkan persepsi terhadap

gabungan dari aspek-aspek keharmonisan keluarga dapat

persepsi dan aspek-aspek dilihat dari bagaimana remaja

keharmonisan keluarga. memberikan tanggapan secara

Adapun aspek-aspek persepsi kognitf, afektif dan konatif

dikemukan Sobur (2003) atas keharmonisan keluarga

yaitu aspek kognitif, afektif dimana dalam keluarga

dan konatif, sedangkan yang harmonis terdapat


kehidupan yang beragama , Konformitas teman sebaya adalah

mempunyai waktu bersama, bila seseorang menampilkan perilaku

komunikasi yang baik antar tertentu karena disebabkan karena

anggota keluarga, saling teman sebaya menampilkan perilaku

menghargai antar sesama tersebut sebagai tekanan kelompok

anggota keluarga, kualitas dan sebaya yang riil atau yang

kuantitas konflik yang dibayangkan, dengan tujuan ada

minim, dan hubungan penerimaan kelompok sebaya,

mengikat yang erat antar diakuinya eksistensi sebagai anggota

anggota keluarga. Semakin kelompok sebaya, menjaga hubungan

tinggi skor yang diperoleh dengan kelompok sebaya, mempunyai

subjek berarti semakin positif ketergantungan dengan kelompok

persepsi terhadap sebaya sehingga terhindar dari

keharmonisan keluarganya, sanksi kelompok sebaya. Skala

demikian juga sebaliknya Konformitas Teman Sebaya yang

semakin rendah skor yang disusun berdasarkan aspek-aspek

diperoleh subjek berarti konformitas yang dikemukakan

semakin negatif persepsi Sears, dkk (1994) meliputi:

terhadap keharmonisan kekompakan, kesepakatan, ketaatan.

keluarganya. Semakin tinggi skor yang diperoleh

subjek berarti semakin tinggi


2. Konformitas Teman Sebaya
konformitas teman sebaya yang
dilakukan subjek, demikian juga kenakalan remaja yang

sebaliknya semakin rendah skor dikemukakan oleh Santrock

yang diperoleh subjek berarti (2003) yang meliputi: tindakan

semakin rendah konformitas teman yang tidak dapat diterima

sebaya yang dilakukan subjek. lingkungan sosial, tindakan

pelanggaran ringan, dan


3. Kenakalan Remaja
tindakan pelanggaran berat.
Kenakalan remaja
Semakin tinggi skor yang
adalah perilaku remaja yang
diperoleh subjek berarti
melakukan tindakan merusak
semakin tinggi kenakalan
dan mengganggu, baik
remaja yang dilakukan subjek,
terhadap diri sendiri maupun
demikian juga sebaliknya
orang lain hingga tingkah
semakin rendah skor yang
laku yang menyimpang dari
diperoleh subjek berarti
norma-norma hukum pidana
semakin rendah kenakalan
dimana tindakan tersebut
remaja yang dilakukan subjek.
dapat membuat seseorang
c. Populasi, Sampel, dan
remaja yang melakukannya
Sampling
masuk penjara. Dalam

penelitian ini Kuesioner Populasi dalam penelitian ini adalah

Kenakalan Remaja disusun siswa-siswi kelas XI SMA Utama 2

berdasarkan bentuk-bentuk Bandar Lampung yang terdiri dari


lima kelas yaitu XI-IPA1, XI-IPS1, satu kelas sebagai sampel tryout

XI-IPS2, XI-IPS3, XI-IPS4 sebanyak yaitu kelas XI IPS1 sebanyak 40

198 siswa. Jika subjek lebih dari siswa serta dua kelas sebagai sampel

100 maka bisa diambil sampel penelitian yaitu kelas XI IPS2, XI

antara 10-11% atau 20-21% dari IPS3 sebanyak 80 siswa. Jika

jumlah populasi (Arikunto, 1998). jumlah siswa 198 siswa maka 80

Sampel yang digunakan dalam siswa yang terpilih sudah memenuhi

penelitian ini adalah cluster sampel 20% dari populasi (Arikunto, 1998).

yaitu sampel yang sudah


d. Teknik Pengumpulan Data
dikelompokkan, yang dimaksud
1. Sumber data
sebagai kelompok dalam penelitian
Penelitian ini
ini adalah kelas. Penelitian ini
menggunakan data yang
menggunakan tiga kelas sebagai
dikumpulkan dari sumber
subjek penelitian. Teknik pengambilan
pertama. Data penelitian ini
sampel dari populasi ini dilakukan
diperoleh langsung dari
dengan teknik cluster random
siswa-siswi kelas SMA
sampling, yaitu dengan melakukan
Utama 2 Bandar Lampung
randomisasi terhadap kelas, bukan
yang menjadi sampel
terhadap subjek secara individual,
penelitian sebanyak 80 siswa.
kemudian cara pemilihannya dengan
Data tersebut berupa respon
menggunakan undian. Setelah
atau tanggapan dari
dilakukan pengundian, didapatkan
pernyataan yang diajukan persepsi remaja terhadap

peneliti dalam skala sikap keharmonisan keluarga dan

dengan model Skala Likert Kuesioner untuk mengungkap

untuk mengungkap kenakalan remaja.

Konformitas Teman Sebaya,


a. Skala Persepsi Remaja terhadap
Skala Diferensi Semantik
Keharmonisan Keluarga
untuk mengungkap Persepsi
Skala Persepsi Remaja terhadap
Remaja terhadap
Keharmonisan Keluarga disusun
Keharmonisan Keluarga dan
sendiri oleh peneliti berdasarkan
Kuesioner Dikotomi untuk
gabungan dari aspek-aspek persepsi
mengungkap Kenakalan
dan aspek-aspek keharmonisan
Remaja.
keluarga. Adapun aspek-aspek
2. Metode pengumpulan data
persepsi dikemukan oleh Sobur

Instrumen yang digunakan (2003) yaitu aspek kognitif,

untuk mengumpulkan data afektif dan konatif, sedangkan

dilapangan dalam penelitian aspek-aspek keharmonisan keluarga

ini adalah skala sikap dengan dikemukakan oleh Hawari (1997)

model Skala Likert untuk yaitu:

mengungkap konformitas
1) Menciptakan kehidupan beragama
teman sebaya, Skala Diferensi
dalam keluarga.
Semantik untuk mengungkap
Sebuah keluarga yang harmonis Keluarga yang harmonis selalu

ditandai dengan terciptanya menyediakan waktu untuk bersama

kehidupan beragama dalam rumah keluarganya, baik itu hanya sekedar

tersebut. Hal ini penting karena berkumpul, makan bersama,

dalam agama terdapat nilai-nilai menemani anak bermain dan

moral dan etika kehidupan. mendengarkan masalah dan keluhan-

Berdasarkan beberapa penelitian keluhan anak, dalam kebersamaan ini

ditemukan bahwa keluarga yang anak akan merasa dirinya

tidak religius yang penanaman dibutuhkan dan diperhatikan oleh

komitmennya rendah atau tanpa orangtuanya, sehingga anak akan betah

nilai agama sama sekali tinggal di rumah.

cenderung terjadi pertentangan


3) Mempunyai komunikasi yang baik
konflik dan percekcokan dalam
antar anggota keluarga.
keluarga, dengan suasana yang
Komunikasi merupakan dasar bagi
seperti ini, maka anak akan merasa
terciptanya keharmonisan dalam
tidak betah di rumah dan
keluarga. Orang tua yang bijaksana
kemungkinan besar anak akan
selalu tepat mempergunakan
mencari lingkungan lain yang dapat
kesempatan yang baik untuk
menerimanya.
berkomunikasi dengan anak-anaknya.
2) Mempunyai waktu bersama
Sebaliknya merupakan saat yang
keluarga.
kurang tepat jika anak-anak sedang
menghadapi tamu atau orang-orang 5) Kualitas dan kuantitas konflik yang

lain yang dihormatinya, sedang minim.

makan, sedang akan istirahat, sedang


Faktor lain yang tidak kalah
belajar menghadapi setumpuk tugas
pentingnya dalam menciptakan
sekolah atau PR, atau mungkin jika
keharmonisan keluarga adalah
anak sedang tergesa-gesa akan
kualitas dan kuantitas konflik yang
berangkat ke sekolah, dan
minim, jika dalam keluarga sering
sebagainya. Dalam kondisi yang
terjadi perselisihan dan pertengkaran
demikian biasanya hasil komunikasi
maka suasana dalam keluarga tidak
yang dilakukan kurang mampu
lagi menyenangkan. Dalam keluarga
memberikan hasil yang memuaskan
harmonis setiap anggota keluarga
semua pihak.
berusaha menyelesaikan masalah

4) Saling menghargai antar sesama dengan kepala dingin dan mencari

anggota keluarga penyelesaian terbaik dari setiap

permasalahan.
Keluarga yang harmonis adalah

keluarga yang memberikan tempat 6) Adanya hubungan atau ikatan yang

bagi setiap anggota keluarga erat antar anggota keluarga.

menghargai perubahan yang terjadi


Hubungan yang erat antar anggota
dan mengajarkan ketrampilan
keluarga juga menentukan
berinteraksi sedini mungkin pada anak
harmonisnya sebuah keluarga, apabila
dengan lingkungan yang lebih luas.
dalam suatu keluarga tidak memiliki beragama
 Penanama
n
hubungan yang erat maka antar komitmen
berdasarka
n nilai-
anggota keluarga tidak ada lagi rasa nilai
agama
2 Mempunyai waktu 6,20, 4,19, 5,21, 9
saling memiliki dan rasa . bersama keluarga. 27 25 26
 Menyediak
an waktu
kebersamaan akan kurang. untuk
bersama
keluarga
Hubungan yang erat antar anggota  Berkumpul
, makan
bersama,
keluarga ini dapat diwujudkan menemani
anak
bermain
dengan adanya kebersamaan, dan
mendengar
kan
komunikasi yang baik antar anggota masalah
serta
keluhan-
keluarga dan saling menghargai. keluhan
anak
3 Mempunyai 12,1 10,1 11,1 9
Jumlah aitem dalam skala ini . komunikasi yang baik 8,24 6,22 7,23
antar keluarga.
 Berkomuni
sebanyak 54 butir, yang terdiri atas kasi
dengan
baik antar
18 untuk tiap aspeknya. Distribusi anggota
keluarga
 Terbuka
aitem Skala Persepsi Terhadap atas segala
hal yang
terjadi
Keharmonisan Keluarga sebelum uji dalam
keluarga
 Saling
coba dapat dilihat pada Tabel 1. berdiskusi
dan
bertukar
pikiran
Tabel 1 Blueprint Skala Persepsi 4 Saling menghargai 30,3 28,3 29,3 9
. antar 6,42 4,41 5,40
sesama anggota
Terhadap Keharmonisan Keluarga keluarga
 Mengharg
ai
perbedaan
N Aspek Peryataan To
pendapat
o Afek Kog Kona tal
yang
tif uitif tif terjadi
1 Menciptakan 2,8,1 3,9,1 1,7,1 9  Mengajark
. kehidupan beragama 4 5 3 an
dalam keluarga. keterampil
 Tercipta an
kehidupan
berinteraks 5 Hubungan, ikatan 33,4 32,4 31,4 9
i sedini . yang 6,54 7,52 8,53
mungkin erat antar anggota
pada anak keluarga
 Terciptany
a
keharmoni
san
keluarga

 Merasa
betah
berada di
dalam
rumah

 Antar
anggota
keluarga
saling
mendukun
g dan
membantu
satu sama
lain
6 Kuantitas dan kualitas 38,4 39,4 37,4 9 responden pada skala secara
. konflik yang minim 4,50 5,51 3,49
 Sabar dan
tenang keseluruhan diperoleh dengan
dalam
menghada
pi masalah cara menjumlahkan skor pada
 Jarang
terjadi
pertengkar masing-masing ontinum
an
 Anak
menuruti (Azwar, 2005). Nilai skala
perintah
orang tua
pada Skala Persepsi terhadap
Total 18 18 18 54
Keharmonisan Keluarga

dibagi atas tujuh bagian yang


Model skala yang
diberi nilai satu sampai
digunakan pada Skala
dengan tujuh. Skala Persepsi
Persepsi terhadap
terhadap Keharmonisan
Keharmonisan Keluarga
Keluarga dalam penelitian
merupakan Skala Diferensi
ini mengandung kontinum
Semantik, sebagai salah
favorable (mendukung) dan
satu sarana pengukuran
unfavorable (tidak
psikologis dalam berbagai
mendukung). Pemberian skor
aspek kontinum (Azwar,
untuk kontinum favorable
2005). Skala Persepsi terhadap
bergerak dari tujuh sampai
Keharmonisan Keluarga terdiri
satu, sedangkan skor untuk
atas beberapa aitem yang
kontinum unfavorable bergerak
diikuti beberapa kontinum
dari satu sampai tujuh.
kata sifat yang berbeda. Skor
c. Skala Konformitas Teman satu terhadap anggota yang

Sebaya lain, dan semakin besar

harapan untuk memperoleh


Skala Konformitas Teman
manfaat dari keanggotaan
Sebaya yang disusun sendiri
kelompok serta semakin besar
oleh peneliti berdasarkan aspek-
kesetiaan mereka, maka akan
aspek konformitas yang
semakin kompak kelompok
dikemukakan Sears, dkk (1994)
tersebut.
meliputi:
2) Kesepakatan
1) Kekompakan
Pendapat kelompok acuan yang
Kekuatan yang dimiliki
sudah dibuat memiliki tekanan
kelompok acuan
kuat sehingga remaja harus
menyebabkan remaja tertarik
loyal dan menyesuaikan
dan ingin tetap menjadi
pendapatnya dengan pendapat
anggota kelompok. Eratnya
kelompok.
hubungan remaja dengan
3) Ketaatan
kelompok acuan disebabkan
Tekanan atau tuntutan
perasaan suka antara anggota
kelompok acuan pada
kelompok serta harapan
remaja membuatnya rela
memperoleh manfaat dari
melakukan tindakan walaupun
keanggotaannya. Semakin
remaja tidak
besar rasa suka anggota yang
menginginkannya. Bila
ketaatannya tinggi maka teman

2. Kesep Setuju 2,7,16,3 5,17,28,29,3 12


konformitasnya akan tinggi akatan dengan 2,35,3 3
pendapat 6 ,34
kelompo
juga. k
Berperila
ku
sesuai
Jumlah aitem dalam dengan
identitas
kelompo
skala ini sebanyak 36 butir, k

3. Ketaat Berperila 3,8,18,2 6,19,23,24,2 12


yang terdiri atas 18 aitem an ku atas 0,21,2 5
pengaruh 2 ,27
kelompo
favorable dan 18 aitem k
Berperila
ku atas
unfavorable. Distribusi aitem persetuju
an
kelompo
Skala Konformitas Teman k

Sebaya sebelum uji coba dapat . Total 18 18 36

dilihat pada Tabel 2.


Skala Konformitas Teman Sebaya
Tabel 2
merupakan Model Likert yaitu merupakan

Blueprint metode penskalaan pernyataan sikap

yang menggunakan distribusi respons


Skala Konformitas Teman Sebaya
sebagai dasar penentuan nilai
No. Aspek Indikator Favora Unfavorable Tot
ble al skalanya yang telah dimodifikasi
1. Keko Berpartisi 4,10,11, 1,9,12,30,31, 12
mpaka pasi 13,14, 33
n dalam 15 menjadi empat kategori jawaban
kegiatan
kelompo
k yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai
Menguta
makan
kegiatan (S), Ragu-ragu (R), Tidak Sesuai
bersama
kelompo
k (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS).
Meniru
perilaku
Skala Konformitas dalam penelitian ini karena bertentangan dengan

mengandung aitem favorable nilai-nilai dan norma-norma

(mendukung) dan unfavorable (tidak masyarakat contoh : berkata

mendukung). Pemberian skor untuk kasar kepada guru dan orang

aitem favorable bergerak dari lima tua dll.

sampai satu untuk SS, S, R, TS dan 2) Tindakan pelanggaran ringan

STS, sedangkan skor untuk aitem seperti membolos sekolah,

unfavorable bergerak dari satu sampai kabur pada jam mata

lima untuk SS, S, R, TS dan STS. pelajaran tertentu dll.

3) Tindakan pelanggaran berat


c. Kuesioner Kenakalan Remaja
yang merujuk pada semua
Kuesioner yang digunakan
tindakan kriminal yang
untuk mengungkap kenakalan
dilakukan oleh remaja seperti :
remaja disusun sendiri oleh
mencuri, seks pranikah,
peneliti berdasarkan
menggunakan obat-obatan
bentuk-bentuk kenakalan
terlarang dll.
remaja yang dikemukakan
Jumlah aitem dalam skala ini
oleh Santrock (2003) yang
sebanyak 46 butir, yang terdiri
meliputi:
atas perilaku dalam kehidupan
1) Tindakan yang tidak dapat
sehari-hari. Distribusi aitem
diterima oleh lingkungan sosial
Kuesioner Kenakalan Remaja
sebelum uji coba dapat dilihat pada Total 46

Tabel 3.
Kuesioner Kenakalan
Tabel 3 Blueprint Kuesioner
Remaja dalam penelitian ini
Kenakalan Remaja
mengandung pernyataan-
No Aspek Indikator No Item Jumla
. Pernyataan h pernyataan kenakalan remaja.
1. Tinda Berkata 14,16,17,21,24 12
kan kasar ,25,23,
yang kepada 32,33,41,43,45 Pemberian skor untuk setiap
tidak orang
dapat tua dan
diteri guru aitem berdasarkan frekuensi
ma Berboho
lingku ng
ngan dengan dilakukannya bergerak dari
sosial. orang
tua
Tidak satu sampai nol untuk Pernah
mendeng
arkan
nasehat (P) dan Tidak Pernah (TP).
orang
tua

2. Tinda Melarika 1,2,3,5,6,7,8,1 23


kan n diri 0,12,13,
pelang dari 18,19,20,22,27 D. Hasil Penelitian
garan rumah ,29,30,
ringan 44,34,35,36,42
. Membolo ,46
s Berdasarkan hasil
sekolah

Kabur perhitungan dengan korelasi


pada jam
mata
pelajaran Product Momen (Pearson)
tertentu
diperoleh koefisien korelasi
3. Tinda Menggun 4,9,11,15,26,2 11
kan akan 8,31,37,
pelang obat- 38,39,40 sebesar -0.489 dengan p value
garan obatan
berat. terlarang
< 0,05 (α) maka hipotesis
Mabuk-
mabukan
yang diajukan dapat diterima,
Seks
pranikah
sehingga dapat dinyatakan
ada hubungan negatif antara Hasil penelitian ini

persepsi terhadap diperkuat dengan penelitian

keharmonisan keluarga yang dilakukan Marina

dengan kenakalan remaja. (2000), menemukan bahwa

Koefisien korelasi bertanda remaja yang terpenuhi

negatif artinya semakin kebutuhannya secara psikologis

tinggi persepsi terhadap lebih kecil kecenderungan

keharmonisan keluarga maka untuk berperilaku delinkuen.

semakin rendah kenakalan Kebutuhan psikologis ini akan

remaja, begitu sebaliknya. Ini didapatkan remaja dari

berarti ada persepsi positif keluarga yang harmonis dan

terhadap keharmonisan sehat. Menurut Dodson (dalam

keluarga yang diwujudkan Fuhrman, 1990) keluarga

dalam hubungan keluarga yang sehat adalah keluarga

yang baik dan suasana yang memberikan tempat

rumah yang menyokong bagi setiap individu

perkembangan remaja, menghargai perubahan

sehingga remaja menjadi yang terjadi akibat

orang dewasa yang perkembangan kedewasaan

bertanggung jawab dan dan mengajarkan kemampuan

terhindar dari perbuatan anti berinteraksi kepada anggota

sosial/ amoral. keluarga terutama remaja.


Hasil penelitian ini anggota menggunakan seluruh

menggambarkan siswa SMA potensinya.

Utama 2 Bandar Lampung


Selanjutnya Gunarsa (2004)
memiliki persepsi
mengatakan latar belakang
keharmonisan keluarga secara
keluarga remaja dapat
umum termasuk kategori
mempengaruhi kemungkinan
tinggi berdasarkan rerata
remaja menjadi delinkuen atau
empirik sebesar 202,4125. Ini
tidak. Keluarga yang kurang
berarti siswa SMA Utama 2
memiliki kohesivitas
Bandar Lampung
(kekurangdekatan hubungan
mempersepsikan hidup di
antar anggota keluarga),
dalam keluarga harmonis,
hubungan yang tidak
yang di dalamnya seluruh
harmonis dalam keluarga,
anggota keluarga merasa
merupakan suatu prediktor
dicintai, dan mencintai,
akan kemungkinan timbulnya
merasa terpenuhi kebutuhan
delinkuensi.
biologis dan psikologisnya,
Keluarga juga mempunyai
saling menghargai dan
peranan dalam membentuk
mengembangkan sistem
kepribadian seorang remaja.
interaksi yang
Keluarga yang sehat dan
memungkinkan setiap
harmonis, anak akan
mendapatkan latihan-latihan terhadap munculnya kenakalan

dasar dalam mengembangkan pada remaja, karena remaja

sikap sosial yang baik dan yang dibesarkan oleh

perilaku yang terkontrol. keluarga yang tidak harmonis

Selain itu anak juga akan mempersepsi rumahnya

memperoleh pengertian sebagai tempat yang tidak

tentang hak, kewajiban, menyenangkan dan melakukan

tanggung jawab serta belajar hal-hal yang melanggar

bekerja sama dan berbagi norma di masyarakat sebagai

dengan orang lain. Dengan kata salah satu cara untuk

lain seorang anak dalam menyatakan protes pada

keluarga yang diwarnai orangtua.

dengan kehangatan dan


Hasil penelitian ini
keakraban (keluarga
memperkuat penelitian yang
harmonis) akan terbentuk
dilakukan oleh Hawari
asas hidup kelompok yang
(1997), yang meneliti tiga
baik sebagai landasan
kondisi keluarga yang
hidupnya di masyarakat
berbeda yaitu; keluarga
nantinya. Lingkungan
berantakan (tidak harmonis),
keluarga yang kurang
keluarga yang biasa-biasa
harmonis sering kali dianggap
saja, dan keluarga yang
memberikan kontribusi
harmonis. Penelitiannya berbagai penyimpangan perilaku

menemukan bahwa remaja dan perbuatan-perbuatan negatif yang

yang dibesarkan dalam melanggar aturan dan norma yang ada

keluarga yang tidak harmonis di masyarakat.

mempunyai risiko lebih besar


Untuk uji hipotesis ke dua
untuk terganggu jiwanya, yang
dengan tehnik analisis Chi Square
selanjutnya mempunyai
diperoleh koefisien korelasi sebesar
kecenderungan besar untuk
0,966 dengan p value < 0,05 (α)
menjadi remaja nakal dengan
maka hipotesis yang diajukan dapat
melakukan tindakan-tindakan
diterima, sehingga dapat dinyatakan
anti sosial.
ada hubungan positif antara

Selanjutnya Hurlock (1999) konformitas teman sebaya dengan

menambahkan remaja yang hubungan kenakalan remaja. Koefisien korelasi

keluarganya kurang baik juga dapat bertanda positif artinya semakin

mengembangkan hubungan yang tinggi konformitas teman sebaya

buruk dengan orang-orang di luar maka semakin tinggi kenakalan

rumah, melihat kondisi tersebut remaja dan semakin rendah

apabila didukung oleh lingkungan konformitas teman sebaya maka

yang kurang kondusif dan sifat semakin rendah pula kenakalan

kepribadian yang kurang baik akan remaja. Hubungan ini besifat negatif

menjadi pemicu timbulnya karena mengacu pada konformitas


teman sebaya yang negatif sehingga dirinya, maka konformitas yang

meningkatkan resiko remaja menjadi timbul bersifat negatif.

pelaku kenakalan. Selanjutnya


Santrock (2007) menambahkan
Rakhmat (2005) menambahkan
konformitas terhadap tekanan sebaya
bahwa bila sejumlah orang dalam
pada masa remaja dapat bersifat positif
kelompok mengatakan atau
atau negatif. Remaja terlibat dalam
melakukan sesuatu, ada
segala jenis perilaku konformitas
kecenderungan para anggota untuk
yang negatif sebagai contoh : remaja
mengatakan dan melakukan hal
menggunakan bahasa gaul, mencuri,
yang sama. Jika remaja memandang
merusak dan mempermainkan orang
kelompoknya sebagai tempat
tua dengan guru, sedangkan
memperoleh informasi yang tidak
konformitas yang positif seperti :
remaja dapatkan dari keluarga, dan
mengikuti tren rambut dan menolong
memberikan masukan (koreksi)
sesama.
terhadap kekurangan yang
Bentuk-bentuk
dimilikinya maka konformitas yang
konformitas negatif
tercipta bersifat positif. Sebaliknya,
terhadap tekanan sebaya
jika remaja memandang kelompok
yang digambarkan dalam
sebagai tempat bersenang-senang,
hasil penelitian ini, seperti :
melakukan perbuatan menyimpang
membolos, tidak mengerjakan
bersama sebagai ajang balas dendam
pekerjaan rumah, bekerja
terhadap lingkungan yang menolak
sama pada saat ujian tinggi pada fase remaja awal

berlangsung dan kumpul karena pada fase tersebut

dengan teman hingga larut remaja lebih mudah

malam. Remaja yang memiliki terpengaruh pada penilaian

teman sebaya yang melakukan orang lain. Konformitas

kenakalan meningkatkan resiko cenderung stabil pada usia

untuk menjadi pelaku remaja tengah dan kemudian

kenakalan. Pada umumnya akan menurun pada usia remaja

remaja mementingkan akhir.

konformitas dan penerimaan


Hasil penelitian ini
kelompok, apapun akan
mendukung hasil penelitian
dilakukan asalkan diterima
Ratmawati (2009) yang
oleh kelompok akan
mengemukakan ada hubungan positif
diutamakan dan ditaati.
yang signifikan antara pergaulan
Teman atau kelompok yang
kelompok sebaya dengan kenakalan
dipilih akan sangat
remaja dengan sumbangan relatif
menentukan arah remaja
sebesar 74,655%.
yang bersangkutan untuk
Selama masa remaja, khususnya awal
berbuat. Costanzo dan
masa remaja, individu lebih mengikuti
Coleman (dalam Fuhrmann,
standar-standar teman sebaya
1990) yang menemukan
daripada yang individu lakukan pada
bahwa konformitas cenderung
masa anak-anak (Santrock, 1995). jawab dan terhindar dari

Konformitas muncul ketika individu perbuatan anti sosial/ amoral.

meniru sikap atau tingkah laku Selain bersosialisasi di

orang lain dikarenakan oleh tekanan lingkungan keluarga, remaja

yang nyata maupun yang melakukan salah satu bentuk

dibayangkan oleh individu. Tekanan sosialisasi yang sangat

untuk mengikuti teman sebaya dikenal dalam masa remaja

menjadi sangat kuat pada masa adalah konformitas kelompok

remaja (Santrock, 2003). Melihat remaja. Remaja yang

kondisi ini konformitas berpengaruh memiliki teman sebaya yang

pada bentuk-bentuk perilaku remaja. melakukan kenakalan

meningkatkan resiko untuk


Temuan ini
menjadi pelaku kenakalan.
menunjukan bahwa adanya

persepsi positif terhadap E. Kesimpulan

keharmonisan keluarga yang


Berdasarkan hasil penelitian yang
diwujudkan dalam hubungan
diperoleh dapat ditarik beberapa
keluarga yang baik dan suasana
kesimpulan sebagai berikut:
rumah yang menyokong
1. Ada hubungan negatif antara
perkembangan remaja,
persepsi remaja terhadap
sehingga remaja menjadi orang
keharmonisan keluarga dengan
dewasa yang bertanggung
kenakalan remaja, dengan

koefisien korelasi sebesar - F. Daftar Pustaka

0.489 dengan p value < 0,05 https://docplayer.info/

(α). 32341649-Kenakalan-remaja-

2. Ada hubungan positif antara ditinjau-dari-persepsi-remaja-

konformitas teman sebaya terhadap-keharmonisan-

dengan kenakalan remaja, keluarga-dan-konformitas-

dengan koefisien korelasi teman-sebaya.html diakses

sebesar 0,966 dengan p value < pada 16 Mei 2020

0,05 (α).

Anda mungkin juga menyukai