Anda di halaman 1dari 5

Narasumber : Ust. Rahmat Ibnu Usin S.Pd.

I
Waktu : Senin, 08 Maret 2021 (jam)
Tempat : Mu’allimin Pesantren Persatuan Islam 03 Pameungpeuk
Status : Kurikulum Pesantren Persatuan Islam 03 Pameungpeuk, sekaligus guru mata
pelajaran Fiqih dan Ushul Fiqih Mu’allimin 03 Pameugpeuk
Tema : “Perspektif Islam Tentang Hukum Warits Khuntsa Musykil”

Pertanyaan :
1. Bagaimana kedudukan dan hukum secara fikih syariat islam tentang Khuntsa Musykil ?
Khuntsa adalah nama istilah bagi seseorang yang dia itu sebetulnya punya jenis
kelamin yang jelas, namun berpenampilan layaknya seperti banci maupun waria. Punya
jenis kelamin laki-laki tapi berpenampilan seperti perempuan.
Pertama, masalahnya ada yang memang dibuat-buat karena terkait dengan usaha,
itu ada. Ada orang yang dia itu laki-laki, berbicara segala macamnya laki-laki dan bahkan
istilahnya punya istri atau pernah punya istri. Tapi karena memang istilahnya tuntutan
yakni di dorong oleh suatu pergaulan lingkup yang lain seperti itu, maka bisa
diperkirakan untuk memilih yang mudah. Dia itu seolah-olah merubah penampilan,
dengan berpakaian, dengan bergaya termasuk merubah suaranya. Karna memang sudah
tebiasa dengan tututan seperti itu seolah-olah menjadi kebiasaan, sehingga dalam jarak
waktu yang cukup lama maka seolah-olah penampilannya sudah berubah menjadi
perempuan, padahal tetap dia itu seorang laki-laki.
Kedua, masalahnya ada orang yang memang di itu punya kelainan secara gen. Hal
seperti ini disebut dengan Rojulun Annis yaitu laki-laki kewanitaan yang bahkan bisa
nampak dari sejak kecil. Seperti dalam hal memilih teman bergaul, dia lebih suka
bermain dengan perempuan dibanding dengan laki-laki yakni lebih tertarik barang-barang
perempuan. Kemudian dari cara berbicaranya, intonasi suara ataupun bahasa dia meniru
perempuan dari sejak kecil. Sehingga sudah merasa dekat dengan perempuan, suatu saat
ada yang muncul rasa sukanya kepada laki-laki karena memang pengaruh lingkungan
yang kuat dari sejak kecil. Ketika sudah dewasapun, karena terus menjadi teman dari
sejak kecil sehingga ketika teman perempuannya punya pacar, dia pun ingin punya pacar
seorang laki-laki. Apalagi jika orang itu bertemu dengan orang yang sama, nah maka dari
itu sudah bisa disebut dengan LGBT.
2. Berdasarkan pencarian di internet, ternyata Khuntsa Musykil itu dibedakan menjadi dua.
Ada yang disebut Khuntsa Musykil, ada pula yang disebut Khuntsa Ghoir Musykil.
Secara singkat dapat dibedakan bahwa Khuntsa Musykil itu seperti adanya kelainan dari
alat kelaminnya, sedangkan Khuntsa Ghoir Musykil itu adanya kelainan yang hanya dari
sifatnya seperti wanita menyerupai laki-laki, laki laki menyerupai wanita. Seperti halnya
Khuntsa Musykil itu ada yang secara lahirnya memang sudah ditetapkan sebagai seorang
perempuan, namun pada saat masa puber dia bisa berubah menjadi seorang laki-laki.
Bagaimana pendapat Ustadz mengenai hal seperti itu ?
Hal seperti itu sebetulnya terkait dengan adanya faktor-faktor lain. Kalau
misalnya normal, ini sudah jelas lahir seorang anak laki-laki, maka orang tua dan
lingkungan harus membentuk dia itu sebagai karakter seorang laki-laki. Lahir
perempuan, maka orang tua dan lingkungan harus membentuk sebagai karakter seorang
perempuan. Jika salah memperlakukan serta mensikapi. Misalnya seperti masalah yang
kedua tadi, dia ini lahir sebagai seorang anak laki-laki tapi dibiarkan oleh orang tuanya
ketika seorang anak yang belum bisa membedakan antara laki-laki dan perempuan,
karena semua bergaul dalam lingkup yang sama. Hal seperti itu seharusnya jangan telalu
bebas dibiarkan begitu saja oleh orang tua, berilah pemahaman juga pengertian terhadap
anak itu. Jika dibiarkan seperti itu tidak diberi pengertian, tidak diarahkan, ini gender
laki-laki, ini gender perempuan, maka itu akan tejadi seperti tadi, bahwa pengaruh
lingkungan menjadi salah satu faktor yang kuat. Disebutkan dalam hadits Rosululloh
SAW. bersabda di riwayat Bukhori : “Kullu mauludin yuladu alal fitroh. fa abawahu
yuhawwidanihi au yunassironihi au yumajjisanihi...” yang artinya : “Setiap anak
dilahirkan dalam keadaan suci. Maka kedua orangtuanya lah yang menjadikan mereka
menjadi orang yahudi,nasrani atau majusi...”. Maka jelas dari hadits itu menyatakan
bahwa pengaruh lingkungan memang kuat.
Pertama secara hukum, memang jelas bahwa Allah melaknat laki-laki yang
menyerupai perempuan, sebaliknya Allah juga melaknat perempuan yang menyerupai
laki-laki, seperti itu. Ini kewajibannya sejak dini kepada kedua orang tuanya, perhatikan
lalu sampaikan, bisa jadi anak yang telaknat itu karena dibiarkan bergaul sama jenisnya
dari sejak kecil, itukan jelas secara hukum, haram.
Kedua secara fikih, bagaimana jika orang seperti tadi yang kaitannya dengan
kewajiban-kewajiban seperti halnya kewajiban melaksanakan sholat. Dari sejak usia 7
tahun, ajarkan kepada mereka tentang sholat dengan terus dibimbing hingga 10 tahun
masih sulit juga, maka pukullah kakinya. Jauhi memukul bagian kepala si anak. Ini
menunjukan untuk membedakan mana perempuan mana laki-laki. Dari belajar sholat,
jika anak itu perempuan maka beri dia mukena, beri dia jilbab yang menutup aurat secara
keseluruhan kecuali telapak tangan dan wajah. Beri dia pemahaman tentang sholat sesuai
dengan ketentuan yang telah disyari’atkan.
Jika dia si anak perempuan bergaul dengan temannya yang laki-laki ataupun si
anak laki-laki bergaul dengan temannya yang perempuan, maka itu jika diajari tentang
solat dekatkan dengan syariat. Pastikan dari hal itu terdapat perbedaan. Jika dibiarkan
seperti itu dengan alasan karena orangtuanya pun jarang melaksanakan sholat, ada
kemungkinan besar bisa terjadi seperti itu bisa muskyil maupun ghoir muskyil itu sama-
sama saja. Karena pengaruh orang tua dan lingkungan yang tadi tidak mengarahkan
kepada syariat. Lalu di zaman rosul pernah ada bahwa yang Rojulun Annis itu waria.
Bagaimana menghukuminya dalam hukum islam seperti sholat, bab warits, masalah
menikah, lalu khitan. Nah itu bagaimana? Rosul menjawabnya dengan “lihat saja
perhatikan, dia kencingnya dari mana”. Walaupun punya sifat dan watak keperempuanan,
yaitu laki-laki kewanitaan. Ketika dia kencing keluar dari mana? Maka hukumi laki-laki
jika dia kencing dari itu, kelamin laki-laki. Walaupun dia punya kebiasaan dan watak
seperti perempuan atau sebaliknya ketika perempuan yang rambutnya di potong seperti
laki-laki, berpakain, berpenampilan menyerupai seperti laki-laki. Maka lihat perhatikan
ketika kencing, apa seperti laki-laki dengan berdiri?. Nah itu hukum fikih dengan melihat
dan perhatikan dari mana ia keluar kencingnya. Maka hukumi dengan itu diantaranya.
Baik yang khuntsa musykil maupun ghoir musykil, sebab istilah itu dibedakan
dengan adanya faktor-faktor yang memang seperti tadi ada yang usaha, karena
membiasakan jadi punya watak seperti itu dengan kebiasaan. Ada yang memang dari
sejak kecil karena salah gaul, tidak ada teguran, tidak ada pemahaman/pengertian, tidak
ada klarifikasi bergaul. Harusnya ini diklarifikasikan, anak laki-laki dengan anak laki-
laki lagi. Perempuan dengan perempuan lagi. Maka ini menyangkut dengan pendidikan
dari orang tua juga, kewajiban orang tua. Ketika anak laki-laki sering di rumah tidak
boleh keluar rumah, nah itu lebih rentan sekali memiliki sifat kewanitaan pada seorang
anak laki-laki. Kenapa seperti itu? Karena yang di rumah banyak disaksikan orangtua
seperti ibu dan kakaknya yang perempuan. Padahal pada umumnya anak laki-laki itu
seringnya main keluar rumah atau di luar rumah. Nah biarkan seperti itu, tapi jika anak
laki-laki sering dikurung di rumah maka akan lebih besar kemungkinan untuk bisa
memiliki watak seperti itu. Biarkanlah anak laki-laki gaul dan berteman dengan anak
laki-laki lagi, jika anak laki-laki kebanyakan dikurung di rumah lalu dilarang untuk gaul
dan bermain dengan anak laki-laki lagi yang sebaya dengannya, nah hal itu pendidikan
yang salah jika seperti itu. Dari hal demikian, kemungkinan besar pengaruhnya untuk
menjadikan kepribadian watak sifat waria dan lain sebagianya.
3. Faktor utama dari khuntsa musykil itu dikarenakan lingkungan hidupnya. Maka ketetapan
hukum warisnya, tetap mengikuti dia terlahir sebagai laki-laki atau perempuan. Atau
bagaimana ?
Iya lingkungannya, pendidikan orang tua. Ketetapan hukum warisnya tetap, walaupun
misalkan sulit untuk dirubah. Inikan merupakan sebuah ujian dan musibah bagi orang tua.
Tetap hukum warisnya, dalam hukum fikih yakni perhatikan dimana ia keluar saluran
kencingnya itu. Maka berlaku hukum waritsnya seperti itu. Menolak ataupun tidak itu
artinya telah melakukan pelanggaran ini kewajiban orang tua, ketegasan orang tua.
4. Jika dia terlahir sebagai laki-laki, namun disaat beranjak dewasa dia ingin operasi
menjadi kelamin perempuan. Maka hukum warits yang harus diambil yang mana?
Tetap hukum warits itu hukum awal. Kalaupun memang bisa, apakah ada yang
membuktikan tidak? Jika asalnya laki-laki bisa atau tidak di operasi kelamin jadi
perempuan dan berpotensi untuk hamil? Tidak akan pernah karena tidak ada rahimnya.
Misalkan dibuang alat kelamin laki-lakinya, apa bisa diganti secara otomatis menjadi alat
kelamin perempuan? Tidak akan bisa. Jika dia menikah lalu punya suami pasti dia
melakukan banyak pelanggaran lagi, seperti berhubungan dengan suami bukan di jalan
yang biasa pada umumnya, tapi di jalan duburnya itu. Jadi, banyak sekali pelanggaran-
pelanggaran yang dilakukan. Ada gak yang membuktikan hal seperti itu bisa terjadi? “oh
ya betul saya liat alat kelaminnya” misalkan kata dokter perempuan di bedah dalam arti
dibuang alat kelaminnya diangkat, hal seperti itu resikonya tinggi, jika dibuang alat
kelaminnya. Dan jika perempuan tidak akan bisa di ganti menjadi alat kelamin laki-laki.
Nah itu sudah jelas. Jikalau memang bisa, orang yang di operasi dan dokter yang
melakukannya berdosa besar. Menghilangkan alat kelamin laki-laki dan itu tidak akan
menjadi alat kelamin perempuan, tidak akan bisa. Hanya akan ada saluran kencing saja.
Jika teknologi sekarang memang bisa mampu sampai seperti itu, maka dia menunjukan
sudah melawan kodrat Allah SWT., jika bisa menghilangkan alat kelamin laki-laki dan
menggatinya dengan alat kelamin perempuan, maka harus bisa menghilangkan alat
kelamin perempuan dan menggantinya dengan alat kelamin laki-laki. Bisa tidak? Tidak
akan bisa, mustahil jika secara logika. Mustahil kalaupun mampu melawan kodrat, harus
dua sisi ini bisa dilakukan. Laki-laki dirubah jadi punya alat kelamin perempuan.
Perempuan dirubah jadi punya alat kelamin laki-laki, itu mustahil.
Kalaupun misalnya bagian payudara bisa membesar seperti perempuan, mungkin itu bisa
terjadi karena obat. Atau misalkan payudara perempuan bisa hilang seperti laki-laki,
mungkin itu bisa karena obat. Tapi, sudah berapa banyak dia melakukan kedzoliman pada
dirinya sendiri. Dari masalah itu, sudah melawan kodrat, tetap saja tidak bisa. Jika dia
tidak bertaubat kembali lagi, bagaimana? Tetap saja dia itu dari sejak pertama dia
merubah kodrat sampai mati dilaknat oleh Allah. Dari mulai bicara sudah berubah, itu
bisa diubah dengan operasi pita suara. Tapi, sudah berapa besarkah berapa banyak jika itu
menjadi legalitas seperti itu. Berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan. Atau misalkan
laki-laki yang berubah menjadi perempuan yang menghilangkan jakunnya. Atau misalkan
perempuan berubah menjadi laki-laki dengan mengadakan jakun seperti laki-laki pada
umumnya. Ini tidak akan bisa, mustahil.
Jadi jelas hukum warits pun kembali kepada hukum awal. Jika orang yang mengetahui
fikih warits dengan menentukan hukum warits bagi waria, bagi khuntsa baik musykil
maupun ghoir musykil dengan menyalahi hukum awal, maka orang yang membagikan
hukum warits itu dia akan berdosa. Orang yang mengetahui fikih mawarits itu pasti dia
akan mengembalikan. Makanya keluarga pun harus jujur dan hanya keluarga muslim
yang taat yang akan bisa menerima hukum warits islam. Jika keluarga yang banyak
khuntsanya dan bukan keluarga muslim yang taat pasti tidak akan memakai hukum warits
islam, tidak akan bisa. Kalaupun memang ada seperti itu, tetap fikih mawaritsnya harus
ditetapkan kepada hukum awal.
Karena misalkan kalaupun menerima, jika dilahirkan sebagai laki-laki, lalu berubah jadi
perempuan. Hukum waritsnya untuk bagian perempuan atau sebaliknya, jika dilahirkan
sebagai perempuan karena dia telah berubah jadi laki-laki. Dan tidak bisa dibuktikan
secara utuh bahwa dia itu laki-laki, hanya suara bisa dibuktikan seperti laki-laki. Dan
diluar sana banyak perempuan yang suaranya seperti suara laki-laki. Dan ada perempuan
yang berjanggut lalu yang berkumispun ada. Apa dia bisa dikatakan laki-laki? Tidak,
tetap saja seperti itu. Nah itu sudah jelas dapat dijatuhi hukum waritsnya. Jika Allah
menetapkan lahirnya sebagai laki-laki, ya maka hukum waritsnya yang laki-laki. Allah
menetapkan jenisnya perempuan ya perempuan. Walaupun dengan berbagai macam
alasan dia yang terlahir laki-laki memilik watak, sifat, dengan suara bahkan wajahnya
pun mirip seperti perempuan, bahkan lebih tampan dari pada laki-laki yang di bawah
standar. Ada yang seperti itu.
5. Ada kasus yang terjadi pada seorang pria yang terlahir dengan berkelamin ganda dan ia
bingung harus hidup sebagai laki-laki atau perempuan. Maka ia memilih untuk
melakukan operasi. Bagaimana pendapat Ustadz?
Jikalau memang ada, maka itu dilihat dari dominan watak sifatnya kemana. Ketika
misalkan mulai muncul pubertas, pada saat kedewasaan. Nah, itu lebih dominannya
kemana? Misalkan, dominannya alat kelamin mana yang lebih berfungsi. Jelas, dia laki-
laki misalkan di operasi maka itu boleh. Atau misalkan dominannya fungsi perempuan,
maka boleh seperti itu di operasi. Itupun dengan resiko yang tinggi. Hal seperti ini,
berkelamin ganda maka otomatis bisa salah satu dari keduanya dinonaktifkan atau
dibuang. Tidak difungsikan. Jika dibiarkan, nanti khawatirnya akan menggangu ketika
sudah berumah tangga. Jika dia mau jadi laki-laki, punya alat kelamin laki-laki maka
dihilangkan alat kelamin perempuannya dan dominan punya sifat kelelakian. Jika dia
misalkan mau jadi perempuan, punya alat kelamin perempuan maka dihilangkan alat
kelamin laki-lakinya, karena punya dominan sifat keperempuanan. Jika hal seperti itu
terjadi, maka boleh dilakukan.
6. Jika dari sejak kecilnya sudah ditanamkan kebiasaan perempuan, tapi ketika umur 16
tahun baru muncul pubertas kedewasaan laki-laki.
Itu muncul karena pubertasnya. Itu istilahnya hanya menebak-nebak sebab di lingkungan
kita, belum ada atau di negara islam belum ada kasusnya. Bagaimana jika itu terjadi di
negara orang-orang kafir. “Bagaimana kalau” itu hanya tebak-tebakan saja. Sebab kasus
seperti itu dikalangan umat islam belum muncul, belum terjadi. Jika hal itu terjadi, pasti
ramai di perbincangkan dalam kitab pun ada. Bahkan pasti para ulama membahasnya.
Hanya bisa memprediksi jika muncul hal seperti itu dikalangan umat islam, bagaimana
cara mensikapinya. Para ulama sekarang harus bisa berijtihad menyikapi hal seperti itu.

7. Tentang kejelasan hadits dari Ad-Darimi.


Jika seperti itu, ini punya alat kelaminnya dua. Apakah kedua-duanya berfungsi atau
tidak? Tidak. Hanya satu. Mungkin ada yang menganggap sebagian dokter ini seperti alat
kelamin perempuan dari yang satuny, tapi tidak keluar air kencing dari sana. Maka itu
bukan perempuan dan tidak disebutkan ini bukan perempuan tapi ada bagian yang disebut
menyerupai. Kalau misalkan dua-duanya lengkap atau giliran air kencing keluar dari
keduanya, tidak bisa seperti itu. Sebab setiap orang itu syahwatnya hanya satu. Nafsun itu
adalah jiwa nafsu yang disebut dengan syahwat. Walaupun kelaminnya dua tapi
syahwatnya satu. Maka nanti akan mempengaruhi keluarnya kencing itu.

8. Hadits riwayat baihaqi apakah sudah bisa jadi patokan pegangan?


Ya, sudah bisa dijadikan pegangan. Kembali pada syahwatnya bahwa setiap manusia
syahwatnya hanya satu, jika manusia syahwatnya 2 itu bahaya. Diantaranya, jika ada
kasus seperti ini segera konsultasi pada dokter. Hadits itu jelas, karena belum jamannya
kedokteran tapi hadits sudah ada dan mendahului, kan wahyu.

Anda mungkin juga menyukai