Disusun oleh :
Yudha Restu Pranata
Agustino arpendo
m.wabil haykal
T/A 2019/2020
Latar Belakang
Akhlak mempunyai kedudukan yang tinggi dan istimewa dalam islam. Rasullah s.a.w.
menempatkan penyempurnaan akhlak yang mulia sebagai misi pokok ajaran islam . Akhlak
merupakan perangai atau prilaku yang diwujudkan dengan tuntutan atau dorongam dari hati
(Ismail, 2014:155). Meskipun akhlak sudah dimiliki setiap manusia dari lahir,akan tetapi akhlak
juga harus dibentuk. Lingkungan akan sangat mempengaruhi akhlak seseorang, ketika seseorang
tidak memiliki keinginan yang kuat dari dalam hatinya untuk berakhlak baik, maka akan mudah
sekali tergoyahkan oleh hal-hal yang disekitarnya. Banyak sekali orang yang mempunyai
pengetahuan yang luas, akan tetapi penanaman akhlak dalam dirinya sangat kurang.
Manusia adalah makhluk yang diciptakan Tuhan paling sempurna dari pada makhlu-
makhluk lainnya didunia ini. Manusia memiliki akal dan berpikir untuk berinovasi hidupnya
dengan membangun semua unsur hidupnya mulai dari yang kecil sampai terbesar sekalipun
dimana manusia memiliki kemampuan,salah satunya adalah membangun dirinya sendiri menuju
manusia seutuhnya.
Akhlak merupakan norma-norma yang mengatur hubungan manusia baik hubungan
dengan Allah swt, maupun sesame manusia dan limgkungan alam sekitar. Dengan demikian,
akhlak juga menentukan derajat manusia baik di hadapan Allah sebagai pencipta dan dimata
manusia dalam kehidupan bermasyarakat.
Rumusan masalah :
Tujuan masalah :
Yang dimaksud dengan akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri pribadinya baik
itu jasmani sifatnya atau ruhani. Kita harus adil dalam memperlakukan diri kita, dan jangan pernah memaksa diri
kita untuk melakukan sesuatu yang tidak baik atau bahkan membahayakan jiwa.Sesuatu yang membahayakan jiwa
bisa bersifat fisik atau psikis. Misalnya kita melakukan hal-hal yang bisa membuat tubuh kita menderita. Seperti;
terlalu banyak bergadang, sehingga daya tahan tubuh berkurang, merokok, yang dapat menyebabkan paru-paru
kita rusak, mengkonsumsi obat terlarang dan minuman keras yang dapat membahyakan jantung dan otak kita.
Untuk itu kita harus bisa bersikap atau beraklak baik terhadap tubuh kita. Selain itu sesuatu yang dapat
membahayakan diri kita itu bisa bersifat psikis. Misalkan iri, dengki , munafik dan lain sebagainya. Hal itu semua
dapat membahayakan jiwa kita, semua itu merupakan penyakit hati yang harus kita hindari. Hati yang berpenyakit
seperti iri dengki munafiq dan lain sebagainya akan sulit sekali menerima kebenaran, karena hati tidak hanya
menjadi tempat kebenaran, dan iman, tetapi hati juga bisa berubah menjadi tempat kejahatan dan
kekufuran.Untuk menghindari hal tersebut di atas maka kita dituntut untuk mengenali berbagai macam penyakit
hati yang dapat merubah hati kita, yang tadinya merupakan tempat kebaikan dan keimanan menjadi tempat
keburukan dan kekufuran. Seperti yang telah dikatakan bahwa diantara penyakit hati adalah iri dengki dan
munafik.
d. Rupa diri
Seorang muslim mestilah mempunyai rupa diri yang baik. Islam tidak pernah mengizinkan budaya
tidak senonoh, compang-camping, kusut, dan seumpamanya. Islam adalah agama yang mempunyai
rupa diri dan tidak mengharamkan yang baik. Sesetengah orang yang menghiraukan rupa diri
memberikan alasan tindakannya sebagai zuhud dan tawadhuk. Ini tidak dapat diterima karena
Rasulullah yang bersifat zuhud dan tawadhuk tidak melakukan begitu. Islam tidak melarang umatnya
menggunakan nikmat Allah kepadanya asalkan tidak melampau dan takabbur.
Adapun akhlak anak terhadap orang tua adalah sebagai berikut : Sayangilah, cintailah,
hormatilah, patuhlah kepadanya rendahkan dirimu, sopanlah kepadanya. Ketahuilah bahwa kita
hidup bersama orang tua merupakan nikmat yang luar biasa, kalau orang tua kita meninggal alangkah
sedihnya hati kita karena tidak ada yang dipandang lagi. Dalam hal ini rasulullah bersabda : Tidaklah
seseorang melihat kepada orang tuanya dengan pandangan kasih sayang melainkan Allah
menetapkan baginya akibat pandanagannya itu adalah haji yang diterima dan mabrur.
Dalam sebuah riwayat disebutkan : janganlah kamu durhaka kepada orang tua kamu karena bau
surge itu tercium dari jarak seribu tahun. Demi Allah seseorang yang durhaka maupun yang
memutuskan hubungan kekeluargaan tidaklah merasakan bau surge itu.
Maka janganlah berbuat durhaka kepada orang tua dan jangan memutuskan hubungan dengan
keluarga karena sesuatu masalah. Rasulullah mengancam orang-orang yang berbuat durhaka dengan
sabdanya : semua dosa ditangguhkan Allah hukumannya sekehendakNya hingga hari kiamat kecuali
dosa durhaka kepada orang tua karena Allah menyegerakannya bagi pelakunya di masa hidup
sebelum mati. Maka kalau kita berbuat kesalahan mohonlah ampun kepadanya selama mereka
hidup. Dan berbuatlah supaya mereka senang hatinya.
Guru adalah orang tua kedua, yaitu orang yang mendidik murid-muridnya untuk menjadi lebih baik
sebagaimana yang diridhoi Alloh ‘azza wa jalla. Sebagaimana wajib hukumnya mematuhi kedua
orang tua, maka wajib pula mematuhi perintah para guru selama perintah tersebut tidak
bertentangan dengan syari’at agama.
Ingatlah,bahwasannya guru ketika mendidik kamu sangat sulit diantaranya : Mendidik akhlak kalian,
mengajarkan ilmu yang bermanfaat dan memberikan nasihat yang baik, kesemuanya itu agar kamu
bahagia seperti orang tua membahagiakan anaknya dan mengharapkan masa depan kalian
berpendidikan.
Murid adalah orang yang sedang belajar dan menuntut ilmu kepada seorang guru. Demi untuk
keberkahan dan kemudahan dalam meraih dan mengamalkan ilmu atau pengetahuan yang telah
diperoleh dari seorang guru, maka seorang murid haruslah memiliki akhlak atau etika yang benar
terhadap gurunya.
Beberapa contoh etika murid terhadap guru (Mu’allim), diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Seorang murid hendaklah hormat kepada guru, mengikuti pendapat dan petunjuknya.
2. Seorang murid hendaklah memberi salam terlebih dahulu kepada guru apabila menghadap atau
berjumpa dengan beliau.
3. Seorang murid hendaklah memandang gurunya dengan keagungan dan meyakini bahwa
gurunya itu memiliki derajat kesempurnaan, sebab hal itu lebih memudahkan untuk mengambil
manfaat dari beliau.
4. Seorang murid hendaklah mengetahui dan memahami hak-hak yang harus diberikan gurunya
dan tidak melupakan jasanya.
5. Seorang murid hendaklah bersikap sabar jika menghadapi seorang guru yang memiliki perangai
kasar dan keras.
Akhlak Kepada Tetangga
Dalam kehidupan sosial, tetangga merupakan orang yang yang secara fisik paling dekat jaraknya
dengan tempat tinggal kita. Dalam tatanan hidup bermasyarakat, tetangga merupakan lingkaran
kedua setelah rumah tangga, sehingga corak sosial suatu lingkungan masyarakat sangat
diwarnai oleh kehidupan pertetanggaan. Pada masyarakat pedesaan, hubungan antar tetangga
sangat kuat hingga melahirkan norma sosial. Demikian juga pada lapisan masyarakat menengah
kebawah dari masyarakat perkotaan, hubungan pertetanggaan masih sekuat masyarakat pedesaan.
Hanya pada lapisan menengah keatas, hubungan pertetanggaan agak longgar karena pada umumnya
mereka sangat individualistik.
Tradisi ke Islaman memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pembentukan norma-norma sosial
hidup bertetangga. Adanya lembaga salat berjamaah di masjid atau mushalla, baik harian lima
waktu, mingguan Jum''atan maupun tahunan Idul Fitri dan Idul Adha cukup efektip dalam
membentuk jaringan pertetanggan. Demikian juga tradisi sosial keagamaan, seperti tahlilan, ratiban,
akikah, syukuran, lebaran dan sebagainya sangat efektip dalam mempertemukan
antar tetangga.Tentang betapa besarnya makna tetangga dalam membangun komunitas tergambar
pada hadis Nabi yang memberi petunjuk agar sebelum memilih tempat tinggal hendaknya lebih
dahulu mempertimbangkan siapa yang akan menjadi tetangganya, al jaru qablad dar, bahwa faktor
tetanga itu harus didahulukan sebelum memilih tempat tinggal.Selanjutnya akhlak bertetangga
diajarkan sebagai berikut :
a) Melindungi rasa aman tetangga. Kata Nabi, ciri karakteristik seorang muslim adalah, orang lain
(tetangga) terbebas dari gangguannya, baik gangguan dari kata-kata maupun dari perbuatan fisik.
b) Menempatkan tetangga (yang miskin) dalam skala prioritas pembagian zakat.
c) Memberi salam jika berjumpa.
d) Menghadiri undangannya.
e) Menjenguk tetanggga yang sakit.
f) Melayat atau mengantar jenazah tetangga yang meninggal dunia.
g) Berempati kepada tetangga.
Yang paling penting dari Iman adalah pembuktian secara perilaku (bijawarih). Karena manusia tidak
dianjurkan untuk menilai hati seseorang yang bersifat abstrak, tetapi menilai dari sisi lahirnya saja.
Kalau seandainya ucapan dan perbuatan diri kita masih menyakiti tetangga, maka kita tak boleh
berharap banyak untuk masuk sorga, karena menyakiti tetangga sama halnya dengan menyakiti Allah
dan Rasulullah, sebagaimana Hadist Nabi menerangkan:
“Barangsiapa menyakiti tetangganya, maka ia juga menyakiti aku, barangsiapa menyakiti aku, maka ia
juga menyakiti Allah. Barangsiapa menyerang tetangganya, maka sesungguhnya ia sama juga
menyerang aku, dan barangsiapa menyerang aku, maka sesunggunya ia telah menyerang Allah Azza,
Wajall”.
4. Persaudaraan yang kuat, seperti kuatnya satu tubuh atau satu bangunan.
Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-kasih dan sayang, bagaikan satu badan. Apabila salah
satu anggota badan menderita sakit, maka menjalarlah penderitaan itu ke seluruh tubuh hingga tidak
dapat tidur dan demam. (HR. Bukhari dan Muslim)
Seorang muslim bersaudara dengan sesama Muslim lainnya, tidak boleh menganiaya dan tidak boleh
dibiarkan dianiaya orang lain. Dan barangsiapa yang menyampaikan hajat saudaranya niscaya Allah
menyampaikan hajatnya. Dan barangsiapa membebaskan kesukaran seorang muslim di dunia,
niscaya Allah membebaskan kesukarannya di hari kiamat. Dan barangsiapa yang menutup aurat
kejelekan seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi kejelekannya di hari kiamat. ( HR. Bukhari
Muslim)
7. Shodaqoh
“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang
yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.” (Al-
Isra’: 26)
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan
Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus
biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui (261). Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah,
kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut
pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi
Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati (262).
Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang
menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” (Al-Baqarah : 261-262)
ي َواَل ْالقَاَل ِئ َد َواَل آ ِّمينَ ْالبَيْتَ ْال َح َرا َم يَ ْبتَ ُغونَ فَضْ اًل ِم ْن َربِّ ِه ْم َ يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اَل تُ ِحلُّوا َش َعاِئ َر هَّللا ِ َواَل ال َّشه َْر ْال َح َرا َم َواَل ْالهَ ْد
ْ ْ
َواَل ۖ اونُوا َعلَى البِرِّ َوالتَّق َو ٰى َأ
َ َوتَ َع ۘ ْج ِد ال َح َر ِام ْن تَ ْعتَدُوا ْ ْ َ َواَل يَجْ ِر َمنَّ ُك ْم َشنَآنُ قَوْ ٍم َأ ْن ۚ َوِإ َذا َحلَ ْلتُ ْم فَاصْ طَادُوا ۚ َو ِرضْ َوانًا
ِ صدُّو ُك ْم ع َِن ال َمس
]٥:٢[ ب ِ ِإنَّ هَّللا َ َش ِدي ُد ْال ِعقَا ۖ َ َواتَّقُوا هَّللا ۚ ان
ِ اونُوا َعلَى اِإْل ْث ِم َو ْال ُع ْد َو
َ تَ َع
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan
melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan
binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah
sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan
ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum
karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidil haram, mendorongmu berbuat aniaya
(kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (Al-Maidah : 2)
1. Mewujudkan kasih sayang kepada seluruh alam (termasuk kepada orang luar islam)
Dan tiadalah kami mengutus kamu melainkan menjadi rahmat bagi sesama alam. (QS. Al-Anbiya’)
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalanNya, dan Dialah yang
lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. An- Nahl [16]: 125)
6. Tidak menjadikan Non Muslim Teman Akrab Jika Menghalangi Kemajuan Islam
Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang
memerangi kamu karena agama dan orang yang mengusir kamu dari negerimu dan
membantu(orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan,
maka mereka itulah orang- orang yang dzalim. (QS. Al-Mumtahanah [60]:9)
11. Tidak Menjadikan Non Muslim Sebagai Wali (Pemimpin, Pelindung/ wilayah dan bitbonab)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang
yang di luar kalanganmu karena mereka tidak henti-hentinya menimbulkan kemadharatan bagimu.
Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka dan apa
yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh Kami terangkan kepadamu, ayat-
ayat (kami) jika kamu memahaminya. (QS. Ali ‘Imran [3]:118)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan
meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan nyata bagi Allah (untuk
menyiksamu). (QS. An-Nisa [4]:144)
12. MELAYAT JENAZAH NON MUSLIM
Dalam masalah ini, Syekh Muhammad Kamil Uwaidah dalam kitabnya Al- Jami’ fi Fiqh al-Nisaa’
menjelaskan, hukum melayat (bertakziyah) untuk jenazah non-Muslim dibolehkan. Demi kian pula
kalau orang non-Muslim itu sakit,kita dianjurkan untuk menjenguknya.
Anas bin Malik RA meriwayatkan, “Ada anak seorang Yahudi yang meng abdi kepada Nabi SAW. Suatu
hari, dia jatuh sakit dan kemudian Rasul menje nguknya.” Hal yang sama juga dilakukan Nabi
Muhammad SAW ketika pamannya, Abu Thalib, meninggal du nia. Pendapat senada tentang kebo
lehan umat Islam untuk mengunjungi saudara non-Muslim yang sedang sakit, telah diputuskan oleh
Majelis Tarjih Muhammadiyah. Dalam buku Tanya Jawab Agama (1), dijelaskan, tidak ada larangan
bagi umat Islam untuk melayat jenazah orang non- Muslim. Yang ada larangannya ialah menyalatkan
dan mendoakannya.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat saya ambil dari materi akhlak kepada manusia menandakan
bahwasannya islam adalah agama yang memiliki toleransi yang tinggi, toleransi ini berlaku terhadap bagi
semua kalangan mulai dari diri sendiri,orang tua,guru / dosen,tetangga dan juga terhadap muslom dan
non muslim