Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KELOMPOK 7 AL ISLAM

AKHLAK KEPADA MANUSIA

Disusun oleh :
Yudha Restu Pranata

Agustino arpendo

m.wabil haykal

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

T/A 2019/2020
Latar Belakang

Akhlak mempunyai kedudukan yang tinggi dan istimewa dalam islam. Rasullah s.a.w.
menempatkan penyempurnaan akhlak yang mulia sebagai misi pokok ajaran islam . Akhlak
merupakan perangai atau prilaku yang diwujudkan dengan tuntutan atau dorongam dari hati
(Ismail, 2014:155). Meskipun akhlak sudah dimiliki setiap manusia dari lahir,akan tetapi akhlak
juga harus dibentuk. Lingkungan akan sangat mempengaruhi akhlak seseorang, ketika seseorang
tidak memiliki keinginan yang kuat dari dalam hatinya untuk berakhlak baik, maka akan mudah
sekali tergoyahkan oleh hal-hal yang disekitarnya. Banyak sekali orang yang mempunyai
pengetahuan yang luas, akan tetapi penanaman akhlak dalam dirinya sangat kurang.
Manusia adalah makhluk yang diciptakan Tuhan paling sempurna dari pada makhlu-
makhluk lainnya didunia ini. Manusia memiliki akal dan berpikir untuk berinovasi hidupnya
dengan membangun semua unsur hidupnya mulai dari yang kecil sampai terbesar sekalipun
dimana manusia memiliki kemampuan,salah satunya adalah membangun dirinya sendiri menuju
manusia seutuhnya.
Akhlak merupakan norma-norma yang mengatur hubungan manusia baik hubungan
dengan Allah swt, maupun sesame manusia dan limgkungan alam sekitar. Dengan demikian,
akhlak juga menentukan derajat manusia baik di hadapan Allah sebagai pencipta dan dimata
manusia dalam kehidupan bermasyarakat.

Rumusan masalah :

1. Apa itu akhlak terhadap diri sendiri?


2. Bagaimana menanamkan akhlak terhadap orang tua ?
3. Mengapa kita harus mengetahui akhlak terhadap guru dan dosen?
4. Bagaimana membangun akhlak terhadap tetangga?
5. Apa yang menjadikan kita harus mengetahui akhlak kepada muslim dan non muslim?

Tujuan masalah :

1. Untuk pembaca lebih mengetahui akhlak terhadap diri sendiri


2. Agar pembaca mengetahui pentingnya menanamkan akhlak terhadap orang tua
3. Menjadikan pembaca lebih menghargai betapa pentingnya akhlak terhadap guru dan dosen
4. Agar pembaca bahwa akhlak terhadap tetangga penting untuk diketahui
5. Agar pembaca lebih menghargai perbedaan antara muslim dan non muslim
Pembahasan
Akhlak terhadap diri sendiri

Yang dimaksud dengan akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri pribadinya baik
itu jasmani sifatnya atau ruhani. Kita harus adil dalam memperlakukan diri kita, dan jangan pernah memaksa diri
kita untuk melakukan sesuatu yang tidak baik atau bahkan membahayakan jiwa.Sesuatu yang membahayakan jiwa
bisa bersifat fisik atau psikis. Misalnya kita melakukan hal-hal yang bisa membuat tubuh kita menderita. Seperti;
terlalu banyak bergadang, sehingga daya tahan tubuh berkurang, merokok, yang dapat menyebabkan paru-paru
kita rusak, mengkonsumsi obat terlarang dan minuman keras yang dapat membahyakan jantung dan otak kita.
Untuk itu kita harus bisa bersikap atau beraklak baik terhadap tubuh kita. Selain itu sesuatu yang dapat
membahayakan diri kita itu bisa bersifat psikis. Misalkan iri, dengki , munafik dan lain sebagainya. Hal itu semua
dapat membahayakan jiwa kita, semua itu merupakan penyakit hati yang harus kita hindari. Hati yang berpenyakit
seperti iri dengki munafiq dan lain sebagainya akan sulit sekali menerima kebenaran, karena hati tidak hanya
menjadi tempat kebenaran, dan iman, tetapi hati juga bisa berubah menjadi tempat kejahatan dan
kekufuran.Untuk menghindari hal tersebut di atas maka kita dituntut untuk mengenali berbagai macam penyakit
hati yang dapat merubah hati kita, yang tadinya merupakan tempat kebaikan dan keimanan menjadi tempat
keburukan dan kekufuran. Seperti yang telah dikatakan bahwa diantara penyakit hati adalah iri dengki dan
munafik.

Macam – macam akhlak terhadap diri sendiri

1. Berakhlak terhadap jasmani.

a. Menjaga kebersihan dirinya


Islam menjadikan kebersihan sebagian dari Iman. Ia menekankan kebersihan secara menyeluruh
meliputi pakaian dan juga tubuh badan. Rasulullah memerintahkan sahabat-sahabatnya supaya
memakai pakaian yang bersih, baik dan rapi terutamanya pada hari Jum’at, memakai wewangian dan
selalu bersugi.

b. Menjaga makan minumnya.


Bersederhanalah dalam makan minum, berlebihan atau melampau di tegah dalam Islam. Sebaiknya
sepertiga dari perut dikhaskan untuk makanan, satu pertiga untuk minuman, dan satu pertiga untuk
bernafas.

c. Tidak mengabaikan latihan jasmaninya


Riyadhah atau latihan jasmani amat penting dalam penjagaan kesehatan, walau bagaimnapun ia
dilakukan menurut etika yang ditetapkan oleh Islam tanpa mengabaikan hak-hak Allah, diri, keluarga,
masyarakat dan sebagainya, dalam artikata ia tidak mengabaikan kewajiban sembahyang, sesuai
kemampuan diri, menjaga muruah, adat bermasyarakat dan seumpamanya.

d. Rupa diri
Seorang muslim mestilah mempunyai rupa diri yang baik. Islam tidak pernah mengizinkan budaya
tidak senonoh, compang-camping, kusut, dan seumpamanya. Islam adalah agama yang mempunyai
rupa diri dan tidak mengharamkan yang baik. Sesetengah orang yang menghiraukan rupa diri
memberikan alasan tindakannya sebagai zuhud dan tawadhuk. Ini tidak dapat diterima karena
Rasulullah yang bersifat zuhud dan tawadhuk tidak melakukan begitu. Islam tidak melarang umatnya
menggunakan nikmat Allah kepadanya asalkan tidak melampau dan takabbur.

Akhlak terhadap orang tua

Adapun akhlak anak terhadap orang tua adalah sebagai berikut : Sayangilah, cintailah,
hormatilah, patuhlah kepadanya rendahkan dirimu, sopanlah kepadanya. Ketahuilah bahwa kita
hidup bersama orang tua merupakan nikmat yang luar biasa, kalau orang tua kita meninggal alangkah
sedihnya hati kita karena tidak ada yang dipandang lagi. Dalam hal ini rasulullah bersabda : Tidaklah
seseorang melihat kepada orang tuanya dengan pandangan kasih sayang melainkan Allah
menetapkan baginya akibat pandanagannya itu adalah haji yang diterima dan mabrur.
Dalam sebuah riwayat disebutkan : janganlah kamu durhaka kepada orang tua kamu karena bau
surge itu tercium dari jarak seribu tahun. Demi Allah seseorang yang durhaka maupun yang
memutuskan hubungan kekeluargaan tidaklah merasakan bau surge itu.
Maka janganlah berbuat durhaka kepada orang tua dan jangan memutuskan hubungan dengan
keluarga karena sesuatu masalah. Rasulullah mengancam orang-orang yang berbuat durhaka dengan
sabdanya : semua dosa ditangguhkan Allah hukumannya sekehendakNya hingga hari kiamat kecuali
dosa durhaka kepada orang tua karena Allah menyegerakannya bagi pelakunya di masa hidup
sebelum mati. Maka kalau kita berbuat kesalahan mohonlah ampun kepadanya selama mereka
hidup. Dan berbuatlah supaya mereka senang hatinya.

Hak-Hak yang Wajib Dilaksanakan Semasa Hidup Orang Tua.

 Menaati mereka selama tidak mendurhakai Allah Ta’ala.


Menaati kedua orang tua hukumnya wajib atas setiap muslim, sedang mendurhakai keduanya
merupakan perbuatan yang diharamkan , kecuali jika mereka menyuruh untuk menyekutukan
Allah Ta’ala (berbuat syirik) atau bermaksiat kepadaNya. Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Dan jika
keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu
tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan
baik, ….” (QS.Luqman:15)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidak ada ketaatan untuk mendurhakai Allah.
Sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam melakukan kebaikan”. (HR. Al-Bukhari)
 Berbakti dan merendahkan diri di hadapan kedua orang tua
Allah Ta’ala berfirman, artinya, “…dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut
dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan
«ah» dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah, ‘Wahai Rabbku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah
mendidik aku waktu kecil’.” (QS. Al-Israa’: 23-24)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sungguh merugi, sungguh merugi, dan sungguh
merugi orang yang mendapatkan kedua orang tuanya yang sudah renta atau salah seorang dari
mereka kemudian hal itu tidak dapat memasukkannya ke dalam surga.” (HR.Muslim)
Di antara bakti terhadap kedua orang tua adalah menjauhkan ucapan dan perbuatan yang dapat
menyakiti mereka, walaupun berupa isyarat atau dengan ucapan ‘ah’, tidak mengeraskan suara
melebihi suara mereka. Rendahkanlah diri dihadapan keduanya dengan cara mendahulukan segala
urusan mereka.
  Berbicara dengan lemah lembut di hadapan mereka
 Menyediakan makanan untuk mereka
Hal ini juga termasuk bentuk bakti kepada kedua orang tua, terutama jika hal tersebut merupakan
hasil jerih payah sendiri. Lebih-lebih jika kondisi keduanya sudah renta. Sudah seyogyanya, mereka
disediakan makanan dan minuman yang terbaik dan lebih mendahulukan mereka berdua dari pada
dirinya, anaknya dan istrinya.
  Meminta izin kepada mereka sebelum berjihad dan pergi untuk urusan lainnya
Izin kepada orang tua diperlukan untuk jihad yang belum ditentukan (kewajibannya untuk dirinya-
pent). Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan bertanya, “Wahai
Rasulullah apakah aku boleh ikut berjihad?” Beliau balik bertanya, ‘Apakah kamu masih mempunyai
kedua orang tua?’ Laki-laki tersebut menjawab, ‘Masih’. Beliau bersabda, ‘Berjihadlah (dengan cara
berbakti) kepada keduanya’.” (HR. al-Bukhari dan Muslim), dan masih banyak hadits yang semakna
dengan hadits tersebut.
  Memberikan harta kepada orang tua sebesar yang mereka inginkan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda kepada seorang laki-laki ketika ia berkata,
“Ayahku ingin mengambil hartaku”. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Kamu dan hartamu
adalah milik ayahmu.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).
Oleh sebab itu, hendaknya seseorang jangan bersikap bakhil (kikir) terhadap orang yang
menyebabkan keberadaan dirinya, memeliharanya ketika kecil, serta telah berbuat baik kepadanya.
  Membuat keduanya ridha dengan berbuat baik kepada orang-orang yang dicintainya.
Hendaknya seseorang membuat kedua orang tuanya ridha dengan berbuat baik kepada orang-orang
yang mereka cintai. Yaitu dengan memuliakan mereka, menyambung tali silaturrahim dengan
mereka, menunaikan janji-janji (orang tua) kepada mereka, dan lain sebagainya.
 Memenuhi sumpah / Nazar kedua orang tua
Jika kedua orang tua bersumpah untuk suatu perkara tertentu yang di dalamnya tidak terdapat
perbuatan maksiat, maka wajib bagi seorang anak untuk memenuhi sumpah keduanya karena hal itu
termasuk hak mereka.
 Tidak Mencaci maki kedua orang tua.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Termasuk dosa besar adalah seseorang mencaci
maki orang tuanya.” Para sahabat bertanya, ‘Ya Rasulullah, apa ada orang yang mencaci maki orang
tuanya?’ Beliau menjawab, “ Ada. ia mencaci maki ayah orang lain kemudian orang tersebut
membalas mencaci maki orang tuanya. Ia mencaci maki ibu orang lain lalu orang itu membalas
mencaci maki ibunya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Terkadang perbuatan tersebut tidak dirasakan oleh seorang anak, dan dilakukan dengan bergurau
padahal hal ini merupakan perbuatan dosa besar.
 Mendahulukan berbakti kepada ibu daripada ayah
Seorang lelaki pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Siapa yang paling
berhak mendapatkan perlakuan baik dariku?” beliau menjawab, “Ibumu.” Lelaki itu bertanya lagi,
‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau kembali menjawab, “Ibumu”. Lelaki itu kembali bertanya, “Kemudian
siapa lagi?” Beliau menjawab, “Ibumu”. Lalu siapa lagi? Tanyanya. “Ayahmu,” jawab beliau.” (HR. al-
Bukhari dan Muslim)
Hadits di atas tidak bermakna lebih menaati ibu daripada ayah. Sebab, menaati ayah lebih
didahulukan jika keduanya menyuruh pada waktu yang sama dan dalam hal yang dibolehkan syari’at.
Alasannya, ibu sendiri diwajibkan taat kepada suaminya.
Maksud ‘lebih mendahulukan berbuat baik kepada ibu’ dalam hadits tersebut adalah bersikap lebih
halus dan lembut kepada ibu daripada ayah. Sebagian Ulama salaf berkata, “Hak ayah lebih besar dan
hak ibu patut untuk dipenuhi.”
 Mendahulukan berbakti kepada kedua orang tua daripada berbuat baik kepada istri.
Di antara hadits yang menunjukkan hal tersebut adalah kisah tiga orang yang terjebak di dalam gua
lalu mereka tidak bisa keluar kemudian mereka bertawasul dengan amal baik mereka, di antara amal
mereka, ‘ada yang mendahulukan memberi susu untuk kedua orang tuanya, walaupun anak dan
istrinya membutuhkan’.

Hak-Hak Orang Tua Setelah Mereka Meninggal Dunia


  Mengurus jenazahnya dan banyak mendoakan keduanya, karena hal ini merupakan bakti seorang anak
kepada kedua orang tuanya.
  Beristighfar (memohonkan ampun kepada Allah Ta’ala) untuk mereka berdua, karena merekalah orang
yang paling utama untuk didoakan agar Allah Ta’ala mengampuni dosa-dosa mereka dan menerima amal
baik mereka.
 Menunaikan janji dan wasiat kedua orang tua yang belum terpenuhi semasa hidup mereka, dan
melanjutkan amal-amal baik yang pernah mereka kerjakan selama hidup mereka. Sebab, pahala akan
terus mengalir kepada mereka berdua apabila amal baik tersebut dilanjutkan.
 Memuliakan teman atau sahabat dekat kedua orang tua, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah
bersabda, “Sesungguhnya bakti anak yang terbaik adalah seorang anak yang menyambung tali
persahabatan dengan keluarga teman ayahnya setelah ayahnya meninggal”. (HR. Muslim)
  Menyambung tali silaturrahim dengan kerabat Ibu dan Ayah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda, “Barang siapa yang ingin menyambung silaturrahim ayahnya yang ada dikuburannya, maka
sambunglah tali silaturrahim dengan saudara-saudara ayahnya setelah ia meninggal”. (HR. Ibnu Hibban).

Akhlak Kepada Guru atau dosen

Guru adalah orang tua kedua, yaitu orang yang mendidik murid-muridnya untuk menjadi lebih baik
sebagaimana yang diridhoi Alloh ‘azza wa jalla. Sebagaimana wajib hukumnya mematuhi kedua
orang tua, maka wajib pula mematuhi perintah para guru selama perintah tersebut tidak
bertentangan dengan syari’at agama.

Ingatlah,bahwasannya guru ketika mendidik kamu sangat sulit diantaranya : Mendidik akhlak kalian,
mengajarkan ilmu yang bermanfaat dan memberikan nasihat yang baik, kesemuanya itu agar kamu
bahagia seperti orang tua membahagiakan anaknya dan mengharapkan masa depan kalian
berpendidikan.

Murid adalah orang yang sedang belajar dan menuntut ilmu kepada seorang guru. Demi untuk
keberkahan dan kemudahan dalam meraih dan mengamalkan ilmu atau pengetahuan yang telah
diperoleh dari seorang guru, maka seorang murid haruslah memiliki akhlak atau etika yang benar
terhadap gurunya.
Beberapa contoh etika murid terhadap guru (Mu’allim), diantaranya adalah sebagai berikut :
1.      Seorang murid hendaklah hormat kepada guru, mengikuti pendapat dan petunjuknya.
2.      Seorang murid hendaklah memberi salam terlebih dahulu kepada guru apabila menghadap atau
berjumpa dengan beliau.
3.      Seorang murid hendaklah memandang gurunya dengan keagungan dan meyakini bahwa
gurunya itu memiliki derajat kesempurnaan, sebab hal itu lebih memudahkan untuk mengambil
manfaat dari beliau.
4.      Seorang murid hendaklah mengetahui dan memahami hak-hak yang harus diberikan gurunya
dan tidak melupakan jasanya.
5.      Seorang murid hendaklah bersikap sabar jika menghadapi seorang guru yang memiliki perangai
kasar dan keras.

Akhlak Kepada Tetangga
Dalam kehidupan sosial, tetangga merupakan orang yang yang secara fisik paling dekat jaraknya
dengan tempat tinggal kita. Dalam tatanan hidup bermasyarakat, tetangga merupakan lingkaran
kedua setelah rumah tangga, sehingga corak sosial suatu lingkungan masyarakat sangat
diwarnai oleh kehidupan pertetanggaan. Pada masyarakat pedesaan, hubungan antar tetangga
sangat kuat hingga melahirkan norma sosial. Demikian juga pada lapisan masyarakat menengah
kebawah dari masyarakat perkotaan, hubungan pertetanggaan masih sekuat masyarakat pedesaan.
Hanya pada lapisan menengah keatas, hubungan pertetanggaan agak longgar karena pada umumnya
mereka sangat individualistik.
Tradisi ke Islaman memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pembentukan norma-norma sosial
hidup bertetangga. Adanya lembaga salat berjamaah di masjid atau mushalla, baik harian lima
waktu, mingguan Jum''atan maupun tahunan Idul Fitri dan Idul Adha cukup efektip dalam
membentuk jaringan pertetanggan. Demikian juga tradisi sosial keagamaan, seperti tahlilan, ratiban,
akikah, syukuran, lebaran dan sebagainya sangat efektip dalam mempertemukan
antar tetangga.Tentang betapa besarnya makna tetangga dalam membangun komunitas tergambar
pada hadis Nabi yang memberi petunjuk agar sebelum memilih tempat tinggal hendaknya lebih
dahulu mempertimbangkan siapa yang akan menjadi tetangganya, al jaru qablad dar, bahwa faktor
tetanga itu harus didahulukan sebelum memilih tempat tinggal.Selanjutnya akhlak bertetangga
diajarkan sebagai berikut :
a)   Melindungi rasa aman tetangga. Kata Nabi, ciri karakteristik seorang muslim adalah, orang lain
(tetangga) terbebas dari gangguannya, baik gangguan dari kata-kata maupun dari perbuatan fisik.
b)      Menempatkan tetangga (yang miskin) dalam skala prioritas pembagian zakat.
c)      Memberi salam jika berjumpa.
d)     Menghadiri undangannya.
e)      Menjenguk tetanggga yang sakit.
f)       Melayat atau mengantar jenazah tetangga yang meninggal dunia.
g)      Berempati kepada tetangga.
Yang paling penting dari Iman adalah pembuktian secara perilaku (bijawarih). Karena manusia tidak
dianjurkan untuk menilai hati seseorang yang bersifat abstrak, tetapi menilai dari sisi lahirnya saja.
Kalau seandainya ucapan dan perbuatan diri kita masih menyakiti tetangga, maka kita tak boleh
berharap banyak untuk masuk sorga, karena menyakiti tetangga sama halnya dengan menyakiti Allah
dan Rasulullah, sebagaimana Hadist Nabi menerangkan:
“Barangsiapa menyakiti tetangganya, maka ia juga menyakiti aku, barangsiapa menyakiti aku, maka ia
juga menyakiti Allah. Barangsiapa menyerang tetangganya, maka sesungguhnya ia sama juga
menyerang aku, dan barangsiapa menyerang aku, maka sesunggunya ia telah menyerang Allah Azza,
Wajall”.

Akhlak Terhadap Sesama Muslim Menurut Agama


1.    Memberdayakan salam
“Hak seorang muslim terhadap muslim lainnya ada lima yaitu: Apabila bertemu berilah salam
kepadanya, mengunjungi apabila orang (muslim) sakit, mengantarkan jenazahnya apabila orang
(muslim) meninggal dunia, memenuhi undanganya apabila mengundang, dan mendoakannya apabila
orang (muslim) bersin.” (HR. Bukhari dan Muslim).
“Kebajikan yang paling cepat pahalanya ialah berbakti dan mengokohkan silaturahmi. Dan kejahatan
yang paling cepat siksanya ialah kezhaliman dan memutuskan tali kekerabatan.” (Hr. Ibnu Majah).

2.      Bila Bertamu Bermuhasafah


Anas ra. berkata : “Ketika orang-orang dari negeri Yaman datang, maka Rosulullah SAW.
bersabda: “Kini telah datang penduduk kota yaman, dan mereka yang pertama-tama mengadakan
peraturan berjabat tangan”.
Tiada dua orang muslim yang bertemu, lalu berjabat tangan, melainkan diampuni dosa keduanya
sebelum berpisah.
Anas ra. Berkata: “Seseorang bertanya kepada Nabi, “Ya Rasulullah saw., seseorang jika bertemu
dengan kawan, apakah menundukkan diri?” jawab Nabi:”Tidak”. “Apakah menyambutnya dengan
berjabat tangan? Jawab Nabi: “Ya”.” (Hr.  At-Tirmidzi)

3.    Saling Menghormati dan Berkasih Sayang


Muhammad itu adalah utusan Allah SWT dan orang-orang yang bersama dia, adalah keras terhadap
orang-orang kafir, tetapi berkasih-sayang diantara sesama mereka, kamu lihat mereka ruku’ dan
sujud mencari karunia Allah Saw dan keridhaanNya. (Qs. Al-Fath, 48:29)

4.    Persaudaraan yang kuat, seperti kuatnya satu tubuh atau satu bangunan.
Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-kasih dan sayang, bagaikan satu badan. Apabila salah
satu anggota badan menderita sakit, maka menjalarlah penderitaan itu ke seluruh tubuh hingga tidak
dapat tidur dan demam. (HR. Bukhari dan Muslim)
Seorang muslim bersaudara dengan sesama Muslim lainnya, tidak boleh menganiaya dan tidak boleh
dibiarkan dianiaya orang lain. Dan barangsiapa yang menyampaikan hajat saudaranya niscaya Allah
menyampaikan hajatnya. Dan barangsiapa membebaskan kesukaran seorang muslim di dunia,
niscaya Allah membebaskan kesukarannya di hari kiamat. Dan barangsiapa yang menutup aurat
kejelekan seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi kejelekannya di hari kiamat. ( HR. Bukhari
Muslim)

5.    Tidak Menghina Sesama Muslim


Seorang muslim adalah saudara kepada sesama muslim lainnya, tidak boleh dikhianati, tidak boleh
didustai dan tidak boleh dibiarkan dihina orang. Semua hak seorang muslim kepada sesama muslim
lainnya, haram kehormatanya, harta kekayaan dan darahnya. Taqwa adalah di sini (Rasulullah saw
sambil menunjuk dada) cukup bagi seseorang termasuk dalam suatu kejahatan, kalau ia menghina
saudaranya sesama Muslim. (HR. Tirmidzi)

6.    Mencintai sesama muslim, hendaknya seperti mencintai dirinya sendiri.


Tidak  sempurna iman seseorang, sebelum ia mencintai saudara seperti mencintai dirinya sendiri. (HR.
Bukhari-Muslim).

7.    Shodaqoh

ِ ‫ت َذا ْالقُرْ بَ ٰى َحقَّهُ َو ْال ِم ْس ِكينَ َوابْنَ ال َّس ِب‬


]١٧:٢٦[ ‫يل َواَل تُبَ ِّذرْ تَ ْب ِذيرً ا‬ ِ ‫َوآ‬

“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang
yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.” (Al-
Isra’: 26)

ِ ‫ َوهَّللا ُ َو‬  ۗ ‫اعفُ ِل َم ْن يَشَا ُء‬


[ ‫اس ٌع َع ِلي ٌم‬ 1ْ ‫يل هَّللا ِ َك َمثَ ِل َحبَّ ٍة َأ ْنبَت‬
َ ‫ َوهَّللا ُ ي‬  ۗ ‫َت َس ْب َع َسنَا ِب َل ِفي ُكلِّ ُس ْنبُلَ ٍة ِماَئةُ َحبَّ ٍة‬
ِ ‫ُض‬ ِ ‫َمثَ ُل الَّ ِذينَ يُ ْن ِفقُونَ َأ ْم َوالَهُ ْم ِفي َس ِب‬
‫َأ‬ ً ‫َأ‬ ً ‫َأ‬
[ َ‫لَهُ ْم جْ ُرهُ ْم ِع ْن َد َربِّ ِه ْم َواَل خَ وْ فٌ َعلَ ْي ِه ْم َواَل هُ ْم يَحْ زَ نُون‬  ۙ ‫يل ِ ث َّم اَل يُ ْتبِعُونَ َما ْنفَقُوا َمنّا َواَل ذى‬ ُ ‫هَّللا‬ ِ ِ‫]الَّ ِذينَ يُ ْنفِقُونَ َأ ْم َوالَهُ ْم فِي َسب‬٢:٢٦١
]٢:٢٦٣[ ‫ َوهَّللا ُ َغ ِن ٌّي َح ِلي ٌم‬  ۗ ‫ص َدقَ ٍة يَ ْتبَ ُعهَا َأ ًذى‬
َ ‫]قَوْ ٌل َم ْع ُروفٌ َو َم ْغ ِف َرةٌ خَ ْي ٌر ِم ْن‬٢:٢٦٢

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan
Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus
biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui (261). Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah,
kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut
pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi
Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati (262).
Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang
menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” (Al-Baqarah : 261-262)

8.    Tolong Menolong Dalam Kebaikan

‫ي َواَل ْالقَاَل ِئ َد َواَل آ ِّمينَ ْالبَيْتَ ْال َح َرا َم يَ ْبتَ ُغونَ فَضْ اًل ِم ْن َربِّ ِه ْم‬ َ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اَل تُ ِحلُّوا َش َعاِئ َر هَّللا ِ َواَل ال َّشه َْر ْال َح َرا َم َواَل ْالهَ ْد‬
ْ ْ
‫ َواَل‬  ۖ ‫اونُوا َعلَى البِرِّ َوالتَّق َو ٰى‬ ‫َأ‬
َ ‫ َوتَ َع‬  ۘ ‫ْج ِد ال َح َر ِام ْن تَ ْعتَدُوا‬ ْ ْ َ ‫ َواَل يَجْ ِر َمنَّ ُك ْم َشنَآنُ قَوْ ٍم َأ ْن‬  ۚ ‫ َوِإ َذا َحلَ ْلتُ ْم فَاصْ طَادُوا‬  ۚ ‫َو ِرضْ َوانًا‬
ِ ‫صدُّو ُك ْم ع َِن ال َمس‬
]٥:٢[ ‫ب‬ ِ ‫ِإنَّ هَّللا َ َش ِدي ُد ْال ِعقَا‬  ۖ َ ‫ َواتَّقُوا هَّللا‬  ۚ ‫ان‬
ِ ‫اونُوا َعلَى اِإْل ْث ِم َو ْال ُع ْد َو‬
َ ‫تَ َع‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan
melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan
binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah
sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan
ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum
karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidil haram, mendorongmu berbuat aniaya
(kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (Al-Maidah : 2)

Akhlak Seorang Muslim Terhadap Non Muslim

1.        Mewujudkan kasih sayang kepada seluruh alam (termasuk kepada orang luar islam)
Dan tiadalah kami mengutus kamu melainkan menjadi rahmat bagi sesama alam. (QS. Al-Anbiya’)
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalanNya, dan Dialah yang
lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. An- Nahl [16]: 125)

2.        Tidak boleh menghina sesembahan mereka


Dan janganlah kamu memaki, sesembahan-sesembahan yang mereka sembah selain Allah dengan
melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik
pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembalinya mereka, lalu Dia memberitakan
kepada apa yang dahulu mereka kerjakan. (QS al An’am 6:108)

3.        Memaafkan mereka dan Adil


Sebagian besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran,
setelah kamu beriman, karena dengki yang timbul dari dirinya sendiri, setelah nyata begi mereka
kebenaran. Maka ma’afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintahNya.
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-Baqoroh [2]:109).

4.        Menepati janji dengan mereka, sepanjang mereka menepati janji


Dan ingatlah ketika Kami mengambil janji dari kamu (yaitu), kamu tidak akan menumpahkan darah,
membunuh orang, dan kamu tidak mengusir dirimu (saudaramu sebangsa) dari kampung halamnmu,
kemudian kamu berikrar (akan memenuhinya) sedang kamu mempersaksikannya. (QS. Al-Baqoroh
[2]:84)
Mudah-mudahan Allah, menimbulkan kasih sayang antaramu dengan orang-orang yang kamu
musuhi diantara mereka. Dan Allah adalah Maha Kuasa. Dan Allah Maha pengampun lagi maha
Penyayang. (QS. Al-Mumtahanah [60]:7)

5.        Senantiasa Berbuat Adil


Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap oarang-orang yang tidak
memerangimu karena agama dan tidak(pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berlaku adil. (QS. Al-Mumtahanah [60]:8)

6.        Tidak menjadikan Non Muslim Teman Akrab Jika Menghalangi Kemajuan Islam
Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang
memerangi kamu karena agama dan orang yang mengusir kamu dari negerimu dan
membantu(orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan,
maka mereka itulah orang- orang yang dzalim. (QS. Al-Mumtahanah [60]:9)

7.        Tidak Membalas Salamnya, dengan Salam Seperti kepada Muslim


Janganlah mendahului orang yahudi atau kristen dengan salam dan apabila kamu berpapasan di
jalan, maka paksakan mereka ke tempat yang sempit (paksakan mereka yang halus ke tepi).  (HR.
Muslim)

8.        Tidak Menyakiti Kafir Zimmi


Barangsiapa yang menyakiti orang kafir zimmi maka Allah menjadi musuhnya, dan barangsiapa yang
menjadi musuhKu, maka Aku akan memusuhinya pada hari kiamat. (Hr. Al-Khatib)
9.        Tidak Nikah dengan Non Muslim, Kecuali Pria Muslim dengan Wanita Ahlul Kitab
Janganlah kamu menikahkan oarang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mu’min) sebelum mereka
beriman, sesungguhnya budak yang Mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik
hatimu. (Qs. Al-Baqarah [2]:221)

10.    Tidak memberikan warisan


Tidak saling mewarisi antara dua pemeluk agama berbeda.( HR. Ahmad dan Tirmizi)
Orang Islam tidak menerima waris dari orang yang bukan islam, dan orang yang bukan islam tidak
menerima waris dari orang islam. (HR. Bukhari dan Muslim)

11.    Tidak Menjadikan Non Muslim Sebagai Wali (Pemimpin, Pelindung/ wilayah dan bitbonab)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang
yang di luar kalanganmu karena mereka tidak henti-hentinya menimbulkan kemadharatan bagimu.
Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka dan apa
yang disembunyikan oleh hati mereka  lebih besar lagi. Sungguh Kami terangkan kepadamu, ayat-
ayat (kami) jika kamu memahaminya. (QS. Ali ‘Imran [3]:118)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan
meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan nyata bagi Allah (untuk
menyiksamu). (QS. An-Nisa [4]:144)
12.    MELAYAT JENAZAH NON MUSLIM

Dalam masalah ini, Syekh Muhammad Kamil Uwaidah dalam kitabnya Al- Jami’ fi Fiqh al-Nisaa’
menjelaskan, hukum melayat (bertakziyah) untuk jenazah non-Muslim dibolehkan. Demi kian pula
kalau orang non-Muslim itu sakit,kita dianjurkan untuk menjenguknya.
Anas bin Malik RA meriwayatkan, “Ada anak seorang Yahudi yang meng abdi kepada Nabi SAW. Suatu
hari, dia jatuh sakit dan kemudian Rasul menje nguknya.” Hal yang sama juga dilakukan Nabi
Muhammad SAW ketika pamannya, Abu Thalib, meninggal du nia. Pendapat senada tentang kebo
lehan umat Islam untuk mengunjungi saudara non-Muslim yang sedang sakit, telah diputuskan oleh
Majelis Tarjih Muhammadiyah. Dalam buku Tanya Jawab Agama (1), dijelaskan, tidak ada larangan
bagi umat Islam untuk melayat jenazah orang non- Muslim. Yang ada larangannya ialah menyalatkan
dan mendoakannya.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat saya ambil dari materi akhlak kepada manusia menandakan
bahwasannya islam adalah agama yang memiliki toleransi yang tinggi, toleransi ini berlaku terhadap bagi
semua kalangan mulai dari diri sendiri,orang tua,guru / dosen,tetangga dan juga terhadap muslom dan
non muslim

Anda mungkin juga menyukai