Anda di halaman 1dari 19

MODEL PEMBELAJARAN MASTER DAN

BAHAN BELAJAR MODEL PEMBELAJARAN MANDIRI

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Inovasi Pendidikan

Dosen Pengampu:
Dr. Ristiana Dyah Purwandari, S.Si., M.Si

Disusun Oleh:
Desi Putrianasari NIM. 2220110088

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER PENDIDIKAN DASAR


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
MODEL PEMBELAJARAN MASTER DAN BAHAN BELAJAR MODEL
PEMBELAJARAN MANDIRI tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti
dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada ibu Dr. Ristiana Dyah
Purwandari, S.Si., M.Si sebagai dosen pengampu mata kuliah Inovasi
Pendidikan yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam
penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kekurangan karena keterbatasan. Maka dari itu penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga
isi makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Banjarnegara, November 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………..……...... i


KATA PENGANTAR ……………………………………………………. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………...… 1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………….. 2
1.4 Tujuan Penulisan …………………………………………………........ 2
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Definisi Pembelajaran Mandiri …....................................................... 3
2.2 Model-model Pembelajaran Mandiri ..............……………………..... 3
2.3 Model Pembelajaran Master ...................……….................................. 4
2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran MASTER ……............................. 4
2.3.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran MASTER .......................... 5
2.3.3 Prinsip-prinsip Model Pembelajaran MASTER …………….......... 9
2.3.4 Kelebihan & Kelemahan Model Pembelajaran MASTER................. 12
2.4 Bahan Belajar Model Pembelajaran Mandiri ………………………. 13
2.4.1 Bahan Belajar Mandiri ……………………………………………... 13
2.4.2 Jenis-jenis Bahan Belajar Mandiri …………………………………. 13
BAB III: PENUTUP
3.1 Simpulan………………………………………………………………... 14
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………..……. 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dunia pendidikan tak lepas dengan kegiatan pembelajaran. Pembelajaran
dalam hal ini dapat diartikan sebagai suatu upaya menciptakan kondisi yang
memungkinkan siswa dapat belajar secara efektif. Paradigma siswa yang semula
hanya menerima apa yang diberikan oleh guru dalam pembelajaran konvensional
perlu diubah menjadi siswa sebagai penentu arah pembelajaran agar terjadi
peningkatan kemandirian dan prestasi belajar  siswa. Peran siswa yang semula
pasif menerima informasi dari gurunya harus diubah menjadi lebih aktif dalam
belajarnya. Siswa harus dilibatkan dalam pengelolaan belajarnya di samping
melatih kemandirian siswa juga menjadikan siswa itu menjadi lebih bertanggung
jawab terhadap belajarnya sendiri. Dalam hal ini perlu diterapkan suatu model
pembelajaran yang dapat mendorong siswa agar aktif dan terlibat dalam setiap
kegiatan pembelajaran sehingga mampu meningkatkan kemandirian belajar dan
prestasi belajar siswa. Model pembelajaran merupakan cara yang digunakan oleh
seorang guru untuk menunjang proses belajar siswa dengan pola dan kegiatan
bertahap.
Salah satu model yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemandirian
dan prestasi belajar yaitu penerapan model pembelajaran mandiri. Model
pembelajaran mandiri menyebabkan siswa memiliki inisiatif, dengan atau tanpa
bantuan orang lain, untuk menganalisis kebutuhan belajarnya sendiri,
merumuskan tujuan belajarnya sendiri, mengidentifikasi sumber-sumber belajar,
memilih dan melaksanakan strategi belajar yang sesuai serta mengevaluasi
prestasi belajarnya sendiri.
Model pembelajaran mandiri lebih menekankan pada keterampilan, proses
dan sistem dibandingkan pemenuhan isi dan tes. Melalui penerapan pembelajaran
mandiri, siswa diberikan otonomi dalam mengelola belajarnya yang nantinya
mengarah pada kemandirian belajar. Kemandirian belajar (self-direction in
learning) dapat diartikan sebagai sifat dan sikap serta kemampuan yang dimiliki
siswa untuk melakukan kegiatan belajar secara sendirian maupun dengan bantuan
orang lain berdasarkan motivasinya sendiri untuk menguasai suatu  kompetensi
1
tertentu sehingga dapat digunakannya untuk memecahkan masalah yang
dijumpainya di dunia nyata.
Model pembelajaran mandiri akan memberdayakan siswa bahwa belajar
adalah tanggung jawab mereka sendiri dan guru hanya berperan sebagai fasilitator
dalam kegiatan pembelajaran sehingga proses belajar yang dilakukan juga optimal
yang berimbas pada peningkatan kemandirian belajar dan prestasi belajar siswa.
Saat ini muncul satu konsep belajar yang menawarkan model belajar yang
lebih efektif, yang dikenal dengan konsep “MASTER”, model pembelajaran baru
ini diharapkan bisa membantu siswa belajar lebih cepat dari sebelumnya dan
siswa didik dapat mengingat materi yang disampaikan oleh pendidik dengan lebih
efektif. Model pembelajaran mandiri tipe MASTER memiliki enam tahapan,
yaitu Mind, Acquire, Search Out, Trigger, Exhibit, Reflect. Dalam penerapan
model pembelajaran mandiri, guru juga harus memperhatikan pemilihan bahan
belajar mandiri, yang dapat memenuhi kebutuhan belajar siswa, utamanya dalam
memenuhi profil belajarnya, dalam hal ini adalah gaya belajar (auditori, visual,
atau kinestetik).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan model MASTER?
2. Bagaimana penerapan model MASTER dalam pembelajaran mandiri?
3. Apa saja bahan belajar model pembelajaran mandiri?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulis menuliskan tujuan
penulisan adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tentang model MASTER.
2. Untuk mengetahui penerapan model MASTER dalam pembelajaran mandiri.
3. Untuk mengetahui tentang bahan belajar model pembelajaran mandiri.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pembelajaran Mandiri


Pengertian belajar mandiri menurut  Dr. Rusman, M.Pd. yang dikutip dari
beberapa akhli seperti Wedemeyer adalah siswa yang belajar secara mandiri
mempunyai kebebasan unuk belajar tanpa harus menghadiri  pembelajaran yang
diberikan oleh pendidik di kelas. Menurut Kozma, Belle, Williams (1978) dalam
Panen dan Sekarwinahyu (1997) yang dikutip oleh Rusman dalam Model-Model
Pembelajaran  mendefinisikan belajar mandiri adalah sebagai usaha individu
siswa yang bersifat otomatis untuk mencapai kompetensi akademis tertentu.
Menurut Haris Mujiman, belajar mandiri adalah kegiatan belajar yang diawali
dengan kesadaran adanya masalah, disusul dengan timbulnya niat melakukan
kegiatan belajar secara sengaja untuk menguasai sesuatu kompetensi yang
diperlukan guna mengatasi masalah
Dari pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar mandiri adalah
kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai sesuatu
kompetensi guna mengatasi sesuatu masalah, dan dibangun dengan betul
pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki. Pembelajaran mandiri adalah
suatu proses belajar yang mengajak siswa melakukan tindakan mandiri yang
melibatkan terkadang satu orang, biasanya satu kelompok. Tindakan mandiri ini
dirancang untuk menghubungkan pengetahuan akademik dengan kehidupan
sehari-hari secara sedemikian rupa untuk mencapai tujuan yang bermakna.

2.2 Model-model Pembelajaran Mandiri


Beberapa model pembelajaran mandiri yaitu:
1. Model Pembelajaran SAVI
Dave Meier menyajikan suatu sistem lengkap untuk melibatkan kelima indera
dan emosi dalam proses belajar yang dikenal dengan model SAVI, yaitu:
Somatis   belajar dengan bergerak dan berbuat
Auditori  belajar dengan berbicara dan mendengar
Visual  belajar dengan mengamati dan menggambarkan

3
Intelektual  belajar dengan memecahkan masalah dan menerangkan.
2. Model Pembelajaran MASTER
Rose dan Nicholl memperkenalkan satu model belajar yang dikenalkan
dengan M-A-S-T-E-R, yaitu:
Mind  mendapatkan keadaan pikiran yang benar
Acquire  memperoleh informasi yang terdiri dari gagasan inti
Search Out  mencari makna melalui pembimbing mereka
Trigger  memicu memori
Exhibit  memamerkan apa yang diketahui
Reflect  merefleksikan cara belajar

2.3 Model Pembelajaran MASTER


2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran MASTER
Pembelajaran merupakan proses dimana individu berusaha untuk berubah
pada tingkat perilaku yang baru, sebagai hasil dari pengalaman individu dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Fakta bahwa proses pembelajaran melibatkan
pengorganisasian, pengelolaan dan trasformasi informasi yang dilakukan oleh
pendidik dan peserta didik. Hadirnya pembelajaran diharapkan dapat mengubah
perilaku dan cara berpikir menjadi lebih baik lagi. Model pembelajaran
merupakan pola yang digunakan untuk memandu perencanaan kegiatan
pembelajaran dikelas. Model Pembelajaran merujuk pada pendekatan
pembelajaran termasuk tujuan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan
pengelolaan kelas. Model pembelajaran the Accelerated Learning merupakan
terobosan baru yang berupaya menemukan cara pengajaran terbaik. Prinsip dari
model ini ada enam langkah yaitu: Motivating your Mind, Acquiring the
Information, Searching out the Meaning, Tringgering The Memory, Exhibiting
what you know, and Reflecthingon how you‘ve learn yang di singkat MASTER.
Model pembelajaran Acclerated learning sebagai salah satu model yang
menginginkan peserta didik merasa gembira dalam belajar. Gembira yang
dimaksud adalah bangkitnya minat peserta didik untuk belajar, keterlibatan
peserta didik dalam belajar dan menjadikan pembelajaran yang dilaksanakan
bermakna. Model pembelajaran MASTER menurut Meier yaitu pendekatan
pembelajaran yang memiliki karakteristik fleksibelitas, kegembiraan, keegoisan,
4
kooperatif, manusiawi, multisensori, karakter melestarikan, menghargai aktivitas,
juga melibatkan mental dan fisik mental.
Berdasarkan pengertian diatas dapat diartikan bahwa model pembelajaran
MASTER adalah suatu model pembelajaran yang terdiri dari enam langkah yang
kesemuanya membantu siswa memahami materi dengan cepat dan
menyenangkan. Model pembelajaran MASTER membantu peserta didik berhasil
dalam belajar dan menyenangkan, yaitu:
1. Lingkungan tanpa stress, yaitu menciptakan lingkungan belajar yang nyaman,
sehingga peserta didik tidak kesulitan dalam belajar.
2. Subjek pembelajaran adalah relevan yaitu sebelum peserta didik belajar,
melihat manfaat dan tujuan dari pembelajaran tersebut.
3. Belajar secara emosional adalah positif yang berarti belajar untuk dilakukan
bersama, dengan dorongan, waktu istirahat teratur dan dukungan yang
antusias.
4. Dalam belajar melibatkan semua indra termasuk otak kiri dan otak kanan.
5. Memicu kemampuan berpikir sebagai stimulus untuk memahami apa yang
sedang dipelajari.
6. Baca kembali materi yang telah anda pelajari dengan melihat kembali
keadaan rileks anda.
2.3.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran MASTER
Colin Rose telah menyimpulkan bahwa pembelajaran efektif melibatkan
enam tahap. Enam tahap tersebut dapat disimpulkan oleh akronim MASTER.
Adapun tahapan tersebut adalah:
1. Motivating your mind (memotivasi pikiran)
Dalam belajar, siswa harus berada dalam keadaan pikiran yang “kaya akal”
yaitu dengan rileks, percaya diri, dan termotivasi, jika siswa stres dan kurang
percaya diri, maka siswa tersebut tidak dapat belajar dengan baik (Rose, Nicholl,
2009). Memiliki sikap yang benar dalam mempelajari sesuatu adalah prasyarat
mutlak. Sikap yang benar terhadap belajar di sini adalah siswa harus memiliki
keinginan untuk memperoleh keterampilan atau pengetahuan baru, siswa harus
percaya diri bahwa siswa betul-betul mampu belajar dan informasi yang siswa
dapatkan akan mempunyai dampak bermakna bagi kehidupan siswa.

5
Cara agar menghasilkan pembelajaran penuh motivasi, guru dapat
melaksanakan beberapa cara diantaranya mengajak siswa melihat relevansi dari
apa yang dipelajarinya, menciptakan lingkungan yang kondusif untuk
bekerjasama, yaitu dengan memposisikan mereka duduk berkelompok, mengajak
siswa menanamkan hal-hal positif yang dapat meningkatkan kepercayaan dirinya,
menjadikan siswa untuk tidak takut melakukan kesalahan, yaitu dengan
menjadikan kesalahan yang dilakukan siswa dipandang sebagai umpan balik.
2. Acquiring the informatioan (memperoleh informasi)
Guru harus memberikan perhatian secara khusus ketika menyampaikan
informasi baru kepada siswa, dengan demikian secara alamiah siswa mulai
memproses informasi tersebut dalam diri siswa sendiri (Rose, Nicholl, 2009).
Dalam langkah memperoleh informasi ini ada beberapa cara yang dapat
dilakukan, yaitu langkah pertama adalah memperoleh informasi dengan
memberikan tekanan pada pemahaman gagasan inti dari subjek. Ketika
menyampaikan suatu konsep, guru harus memegang atau mengetahui apa gagasan
inti dari materi tersebut sehingga dapat diberikan penekanan pada hal itu (Rose,
2003).
Cara menyampaikan gagasan inti dan siswa terlibat dalam pemerolehan
gagasan ini ada beberapa cara yang dapat dilakukan guru. Dalam hal ini
menyinggung modalitas visual, auditori, dan kinestetis (VAK). Untuk siswa
dengan modalitas visual, pemerolehan atau pemahaman gagasan inti dari suatu
konsep yang dapat dilakukan dengan membuat peta konsep, peta pikiran, poster
dinding, grafik, diagram, atau gambar yang diberi warna. Untuk siswa dengan
modalitas auditori dapat dilakukan dengan mengadakan diskusi antar siswa baik
secara berpasangan maupun dalam kelompok kecil. Hal ini memungkinkan
mereka membuat rangkuman bersama tentang apa yang sudah mereka pelajari.
Sedangkan untuk siswa dengan modalitas kinestetis dapat dilakukan dengan
cara memberikan contoh dan analogi konkret serta memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bermain peran, untuk pelaksanaannya guru dapat
mengkolaborasikan beberapa cara tersebut agar siswa tersentuh dan menerima
cara penyampaiannya. Langkah kedua salah satu keterampilan yang bernilai
dalam hidup adalah kemampuan untuk bekerja secara efektif dalam tim informal
(Rose, Nicholl, 2009). Pada langkah ini siswa belajar dalam kelompok.
6
3. Searching out the meaning (menyelidiki makna)
Setelah mendapatkan informasi maka langkah selanjutnya adalah
membimbing siswa agar menyelidiki makna untuk pemahaman yang lebih
mendalam. Tujuannya bukan hanya menggali pengetahuan kepada para siswa
tersebut, tetapi agar mereka bisa membuat makna bagi diri mereka sendiri untuk
benar-benar memahami subjek itu. Ada beberapa langkah atau cara yang dapat
ditempuh untuk menyelidiki makna diantaranya, membimbing siswa mencari
analogi dengan cara membandingkan materi yang baru bagi siswa dengan konsep-
konsep yang telah dikenal siswa. Mengadakan belajar dengan pertanyaan
menantang, yaitu siswa diberikan pertanyaan yang menantang atau sulit dan siswa
menyelesaikannya dengan teman sekelompoknya.
4. Triggering the memory (memicu memori)
Siklus pengulangan materi sangat penting dalam belajar karena salah
satunya adalah kita ingin tentunya apa yang baru didapat, dapat disimpan dalam
memori jangka panjang. Beberapa cara yang dapat diterapkan yaitu, yang pertama
ajak para siswa mengulang materi utama dengan cepat pada akhir setiap pelajaran.
Kedua minta siswa mengulang materi utama setiap malam di rumah. Ketiga
ulangi kata kunci dengan cepat pada awal sesi pelajaran berikutnya. Keempat
ulangi setiap kata kunci dari pelajaran selama satu minggu.
Di kelas langkah ini akan dilakukan dengan merangkum materi bersama
siswa di akhir pelajaran. Dalam hal ini, guru bersama siswa dapat mengulang
materi utama yang telah dipelajari. Pada pertemuan selanjutnya juga dilakukan
pengulangan materi utama pelajaran yang telah diberikan pada pertemuan
sebelumnya, baik dalam bentuk pengulangan maupun pertanyaan dari guru.
5. Exhibiting what you know (memamerkan apa yang anda ketahui)
Guru dapat mengetahui apakah siswa telah paham dengan apa yang mereka
pelajari yaitu dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuktikan
bahwa mereka betul-betul paham (mempunyai pengetahuan mendalam) terhadap
konsep yang diberikan. Jika guru bisa mengajarkan siswa dengan baik, maka guru
betul-betul menunjukkan bahwa guru telah paham. guru tidak hanya
mengetahuinya, tetapi guru juga memilikinya (Rose, Nicholl, 2009).
Cara yang dapat dilakukan guru untuk membantu anak agar mereka dapat
menampilkan apa yang telah mereka ketahui adalah dengan menantang persaingan
7
yaitu setiap kelompok memilih soal yang telah disediakan oleh guru untuk
dikerjakan oleh kelompok lain, kemudian soal ini ditukarkan dengan kelompok
lainnya untuk dijawab. Membagikan nilai yang telah diperoleh siswa kepada
siswa bersangkutan. Selain itu memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas.
6. Reflecting how you have learned (merefleksikan bagaimana anda belajar)
Siswa harus berpikir apa usaha terbaik untuk memperoleh hasil yang terbaik
pula. Hal ini dapat dilakukan dengan selalu mengevaluasi cara belajar setiap hari.
Dengan kata lain, siswa dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan diri dalam
belajar lebih mendalam terhadap proses belajar. Dapat dilakukan dengan cara
mengerjakan soal ataupun membuat yang terkait dengan pembelajaran tersebut.
Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran MASTER
No. Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1. Guru memberikan motivasi kepada Siswa menonton video motivasi
siswa dan membimbing siswa untuk yang diberikan oleh guru dan
memperoleh keadaan pikiran yang memperoleh keadaan pikiran yang
positif. Motivasi tersebut dengan positif.
cara menayangkan video motivasi
dengan berdurasi 3 menit.
2. Guru menyampaikan konsep Siswa memperhatikan dengan
pembelajaran hari tersebut dengan seksama dan menerima informasi
cara memberikan tekanan pada dari guru dengan memahami
pemahaman gagasan inti gagasan inti serta segera
pembelajaran dan membagi siswa membentuk kelompok sesuai gaya
menjadi beberapa kelompok belajarnya.
berdasarkan gaya belajarnya (Visual,
Auditori, Kinestetik)
3. Guru membagikan lembar kerja Siswa mengikuti guru untuk
kelompok. Sehingga siswa dapat mengerjakan lembar kerja secara
mencari makna dari pembelajaran berkelompok dalam waktu 30
tersebut. Siswa bekerja sama selama menit.
kurang lebih 30 menit untuk

8
membahas lembar kerja siswa
tersebut dengan dibimbing oleh guru.
Dalam lembar kerja siswa terdapat
permasalahan yang akan memicu
memori siswa untuk mengingat
pelajaran sebelumnya.
4. Guru melakukan penilaian dengan Siswa melaksanakan dengan
menugaskan siswa membuat satu membuat soal tentang topik hari
buah soal, kemudian kertas berisi ini dan menukarnya dengan teman
soal tadi ditukar kepada teman sebelah satu kelompok, kemudian
sebelah dalam satu kelompok untuk menjawab soal tersebut dengan
dijawab, selain guru dapat penilaian tepat.
siswa, guru juga dapat mengerti cara
siswanya merefleksikan belajarnya.
5. Guru mempersilahkan perwakilan Siswa presentasi ke depan kelas
setiap kelompok untuk dengan berani dan berbagi materi
mempresentasikan hasil diskusinya. yang telah dipelajari serta saling
Dalam kegiatan ini juga diadakan bertukar pikiran dengan kelompok
diskusi kelas. Sehingga guru dapat lain.
mengetahui apa saja yang didapat
siswa saat pembelajaran.
6. Guru menanyakan apakah ada Siswa menjawab pertanyaan guru
konsep yang meragukan atau belum dengan jujur kemudian berusaha
dipahami, kemudian untuk meyimpulkan materi yang
menyimpulkannya dan melakukan sudah dipelajari. Siswa
evaluasi. memasukkan hasil refleksinya ke
dalam kantong refleksi.
Adaptasi: (Wena, 2012)

2.3.3 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Model MASTER


Pembelajaran model MASTER dalam penerapan didasarkan pada prinsip-
prinsip berikut:

9
1. Belajar bagaimana belajar (Learning how to learn) dan belajar bagaimana
berpikir (Learning how to think). Prioritas utama bagi sebuah lembaga
pendidikan pada masa yang berubah sangat cepat seperti sekarang ini adalah
mengajarkan kepada siswa bagaimana cara belajar dan bagaimana cara
berpikir. Belajar bagaimana belajar menjadi begitu penting, karena ketika
seseorang mempelajari cara belajar, maka orang tersebut tidak hanya bisa
menghadapi teknologi baru dan perubahan, akan tetapi juga dapat menyambut
baik kedatangannya. Selain itu, belajar bagaimana berpikir secara logis dan
kreatif adalah satu hal yang sangat penting jika ingin dapat memecahkan
masalah sosial dan personal secara efektif.
2. Belajar harus menyenangkan dan membangun rasa percaya diri. Menjadikan
proses belajar menjadi sesuatu yang menyenangkan adalah penting, karena
belajar yang menyenangkan merupakan kunci utama bagi individu untuk
memaksimalkan hasil yang akan diperoleh dalam proses belajar. Dalam
bukunya Quantum Learning, Bobbi de Porter dan MikeHernacki mengangkat
hal tersebut sebagai falsafah dasar yang harus dikembangkan dalam
kurikulum. Agar bisa efektif, belajar dapat dan harus menyenangkan. Belajar
adalah kegiatan seumur hidup yang dapat dilakukan dengan menyenangkan
dan berhasil.Senada dengan falsafah yang diangkat oleh Bobbi de Porter dan
Mike Hermacki dalam Quantum learning, maka dalam Khasanah pendidikan
Islam juga ditemukan pemikiran yang serupa. Prof. Dr. Omar Mohammad al-
Toumy alSyaibany, misalnya memandang sangat penting membuat, proses
pendidikan menjadi suatu proses pendidikan yang menggembirakan dan
menciptakan kesan baik pada diri pelajar.Tidak jauh berbeda dengan falsafah
yang diangkat dalam quantum learning serta pendapat Syaibany tersebut,
maka Colin Rose juga mengangkat hal ini sebagai salah satu filosofi model
KUASAI. Syarat bagi pembelajaran yang efektif adalahPeneguhan adalah
pernyataan positif yang mengungkapkan apa yang telah dipilih untuk dicapai.
Contoh : saya pembelajar yang dengan menghadirkan lingkungan "Seperti
masa kanak-kanak, yang mendukung dan menggembirakan (bermain).
3. Pengetahuan harus disampaikan dengan pendekatan multi-sensori dan multi-
model dengan menggunakan berbagai bentuk kecerdasan. Dalam proses
belajar mengajar di kelas, guru berhadapan dengan siswa yang berbeda-beda
10
jenis kecerdasannya. Ada sebagian siswa yang membutuhkan penggambaran
visual dan fisik dari konsep-konsep yang diajarkan, sebagian lainnya
memerlukan gagasan-gagasan yang diungkapkan secara verbal. Demikian
guru harus siap melibatkan berbagai jenis kecerdasan yang dibawa siswa ke
dalam kelas Colin Rose membagi gaya belajar menjadi tiga, yaitu visual,
auditori, dan kinestetik. Cara yang efektif dalam belajar yaitu menggunakan
sebanyak mungkin kecerdasan secara praktis. Dengan cara inilah seseorang
akan mengalami dan menghayati apa yang tengah dipelajari secara utuh. Guru
tidak perlu untuk mengidentifikasi gaya belajar tiap siswa. Namun, guru
mampu merancang berbagai macam aktivitas yang menggabungkan sebanyak
mungkin jenis kecerdasan, dengan begitu guru membantu siswa secara
otomatis mendapatkan lebih banyak dan rangsangan otak dalam proses
belajarnya, sekaligus memberinya lebih banyak variasi dan kesenangan, serta
mengembangkan dan memperkuat kecerdasan mereka.
4. Orang tua khususnya dan masyarakat umumnya harus terlibat sepenuhnya
dalam pendidikan. Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara
keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Sekolah hanyalah membantu
kelanjutan pendidikan dalam keluarga, sebab pendidikan yang pertama dan
utama diperoleh anak dalam keluarga, maka memerlukan kerjasama yang
baik antara keluarga dan sekolah (pendidik). Menurut Abdullah Nasih Ulwan
harus ada kerjasama antara rumah, masjid dan sekolah untuk membentuk
kepribadian anak yang meliputi aspek rohani, jasmani, akal dan
jiwanya.Kerjasama ini tidak akan berjalan dengan sempurna kecuali dengan
adanya dua syarat pokok, yaitu:
a. Garahan di rumah dan di sekolah hendaknya tidak bertentangan.
b. Hendaknya saling membantu dan kerjasama itu bertujuan untuk
menegakkan penyempurnaan dan keseimbangan dalam upaya membina
pribadi yang islami.
Colin Rose juga berpendapat tentang pentingnya peranan orang tuadan
masyarakat dalam pendidikan anak-anak. Orang tua adalah orang yang paling
mengetahui anak-anaknya. Merekalah orang yang paling tahu riwayat hidup
seorang anak dan cara khasnya mendekati dunia sekitar. Setiap orang tua
harus membuat para guru sadar akan bakat "terpendam" yang dimiliki anak-
11
anak mereka. Oleh karena itu rumah menjadi lembagapendidikan terpenting
dan orang tualah yang berperan sebagai pendidik pertama dan utama.
5. Sekolah harus menjadi ajang persiapan yang sebenarnya bagi kehidupan
dunia nyata. Dilihat dari segi fungsi sosialnya, maka sekolah mempunyai
beberapa fungsi yang harus diperankannya. Fungsi sekolah tersebut antara
lain:
a. Mempersiapkan keterampilan dasar
b. Memberikan keterampilan dasar
c. Membuka kesempatan memperbaiki nasib
d. Sekolah menyediakan tenaga pembangunan.
Menurut Colin Rose. Sekolah memegang peranan penting untuk
mempersiapkan para siswanya dalam menghadapi kehidupan yang akan
dijalani. Masa-masa sekolah harus mempersiapkan siswanya untuk tantangan-
tantangan yang pasti akan mereka hadapi ketika keluar dari sekolah.
2.3.4 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran MASTER
1. Kelebihan Pembelajaran MASTER
Adapun kelebihan dari model pembelajaran MASTER antara lain:
a. Partisipasi aktif di dalam kelas
b. Tingkat pemahaman peserta didik lebih baik
c. Peserta didik terbiasa menganalisa permasalahan
d. Peserta didik lebih percaya diri karena diberi motivasi secara terus-
menerus
e. Peserta didik terbiasa untuk menunjukkan bahwa dia telah paham
(Exhibiting What You Know)
f. Peserta didik terbiasa mengevaluasi hasil kerjanya melalui tahap
Reflecting How You’ve Learn.
2. Kelemahan model pembelajaran MASTER
Adapun kelemahan model pembelajaran MASTER yaitu:
a. Pendidik harus kreatif supaya memperoleh hasil yang maksimal
b. Pendidik harus mampu memahami kebutuhan belajar siswanya
c. Peserta didik harus memiliki motivasi diri yang kuat, jika tidak,
pembelajaran MASTER tidak akan maksimal

12
d. Kurangnya fasilitas yang mendukung dapat mempengaruhi kegiatan
belajar mengajar
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam proses belajar
mengajar pemilihan model yang sesuai dengan karakter peserta didik
sangatlah penting. Model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta
didik akan memicu proses belajar mengajar yang lebih efektif dan efisien
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal.

2.4 Bahan Belajar Model Pembelajaran Mandiri


2.4.1 Bahan Belajar Mandiri
Sesuai dengan pengertian belajar mandiri, bahan belajar mandiri adalah bahan
belajar yang disusun sedemikian rupa sehingga relatif mudah dipelajari siswa
tanpa bantuan dari orang lain. Karena itu, siswa yang belajar menggunakan bahan
belajar jenis ini diharapkan dapat belajar secara mandiri. Semua informasi yang
diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran telah tersedia di bahan belajar
mandiri (self-contain atau self-explanatory). Dengan demikian siswa tidak perlu
mencari informasi di lain tempat.
Bahan belajar mandiri termasuk bahan belajar terstruktur. Karena itu, siswa
tidak dapat berperan serta dalam menentukan tujuan dan isi pelajaran bahan
belajar tersebut. Bahan belajar yang terstruktur pada dasarnya tidak dapat
menampung atau menyesuaikan diri dengan aspirasi atau kebutuhan belajar siswa.
Untuk mengurangi kelemahan ini dan supaya bahan belajar tersebut dapat berguna
bagi siswa, penulis bahan belajar mandiri seyogyanya menjajagi kebutuhan
belajar siswa yang menjadi sasaran bahan belajarnya (target audience-nya).

2.4.2 Jenis-jenis Bahan Belajar Mandiri


Jenis bahan belajar atau bahan ajar dibedakan atas beberapa kriteria
pengelompokan. Menurut Koesnandar (2008), jenis bahan ajar berdasarkan
subjeknya terdiri dari dua jenis antara lain: (a) bahan ajar yang sengaja dirancang
untuk belajar, seperti buku, handouts, LKS dan modul; (b) bahan ajar yang tidak
dirancang namun dapat dimanfaatkan untuk belajar, misalnya kliping, koran, film,
iklan atau berita. Koesnandar juga menyatakan bahwa jika ditinjau dari fungsinya,

13
maka bahan ajar yang dirancang terdiri atas tiga kelompok yaitu bahan presentasi,
bahan referensi, dan bahan belajar mandiri.
Berdasarkan teknologi yang digunakan, Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Atas (2008: 11) mengelompokkan bahan ajar menjadi empat kategori,
yaitu:
1. Bahan ajar cetak (printed) antara lain handout, buku, modul, lembar kegiatan
siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, dan model/maket.
2. Bahan ajar dengar (audio) antara lain kaset, radio, piringan hitam, dan compact
disk audio.
3. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, dan film.
4. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI
(Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajaran
interaktif dan bahan ajar berbasis web (web based learning material).

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Belajar mandiri bukan dalam artian sebatas belajar “sendiri” tanpa
bimbingan. Belajar mandiri dapat dilakukan secara sendiri di rumah, maupun
berkelompok di sekolah. Hal yang lebih essensial dari belajar
mandiri adalah siswa dalam melakukan pembelajaran atas kehendak dan dengan
kemauan serta motivasi dari dirinya sendiri. Belajar dilakukan karena dorongan
individu yang berkehendak dan termotivasi untuk belajar. Dari proses belajar
mandiri tersebut diperoleh peran guru atau instruktur diubah menjadi fasilisator,
atau perancang proses belajar. Sebagai fasilisator, seorang guru atau instruktur
membantu peserta didik mengatasi kesulitan belajar, atau ia dapat menjadi mitra
belajar untuk materi tertentu pada program tutorial.
Salah satu model pembelajaran mandiri adalah tipe MASTER, yaitu
pendekatan pembelajaran mandiri yang memiliki karakteristik fleksibelitas,
kegembiraan, keegoisan, kooperatif, manusiawi, multisensori, karakter
melestarikan, menghargai aktivitas, juga melibatkan mental dan fisik mental.
Model pembelajaran MASTER ini terdiri dari enam langkah yang kesemuanya
membantu siswa memahami materi dengan cepat dan menyenangkan. Keenam
langkah tersebut antara lain: Motivating your Mind, Acquiring the Information,
Searching out the Meaning, Tringgering The Memory, Exhibiting what you know,
and Reflecthingon how you‘ve learn. Dalam penerapannya di kelas, pembelajaran
mandiri tipe MASTER ini dapat mengajak siswa untuk membangun
pengetahuannya sendiri sesuai dangan pengalaman yang didapatkan sehingga
proses pembelajaran terasa menyenangkan. Model pembelajaran Master
menekankan keterlibatan secara aktif siswa dalam pembelajaran. Siswa adalah
subjek pembelajaran. Artinya, pembelajaran berpusat pada siswa (student
centered). Interaksi terjadi multi arah antara guru dan siswa, siswa dan siswa,
serta siswa dan lingkungan belajar.
Pelaksanaan belajar mandiri memerlukan bahan belajar yang dapat
membantu siswa dalam melaksanakan kegiatan belajarnya. Bahan belajar mandiri
yang disusun oleh guru hendaknya memperhatikan kebutuhan belajar siswa, yang
dapat mendukung gaya belajarnya.
15
DAFTAR PUSTAKA

Arsyam. Syukrianto. 2012. Efektifitas Penerapan Model Master atau Kuasai


Terhadap Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas X SMAN 1 Sinjai
Timur Kab. Sinjai. http://repositori.uin-alauddin.ac.id/11336/1/sukrianto
%20arsyam.pdf

Haryono, Anung. Belajar Mandiri: Konsep dan Penerapannya dalam Sistem


Pendidikan dan Pelatihan Terbuka/Jarak Jauh. Diakses melalui:
http://simpen.lppm.ut.ac.id/ptjj/PTJJ%20Vol%202.2%20september
%202001/22anung.htm#:~:text=Sesuai%20dengan%20pengertian
%20belajar%20mandiri,diharapkan%20dapat%20belajar%20secara
%20mandiri.

Landasan teori Model Pembelajaran MASTER. Diakses melalui


https://eprints.umm.ac.id/43135/3/BAB%20II.pdf

Widyaningtyas, Reviandari dan Rika Widya Sukmana. Jenis-jenis Bahan Ajar.


Diakses melalui
http://elearning.unla.ac.id/pluginfile.php/27669/mod_resource/content/1/
Modul_Topik%202%20Jenis-jenis%20Bahan%20Ajar.pdf

Suparti. 2021. Pengaruh Model Pembelajaran Master (Motivating, Acquiring,


Searching, Triggering, Exhibiting, Reflecting) Berbasis Edutaiment
Terhadap Kemampuan Koneksi Matematis Ditinjau Dari Motivasibelajar
Peserta Didik. Diakses melalui
http://repository.radenintan.ac.id/18385/1/CVR%20BAB%201%20BAB
%202%20DAPUS.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai