“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik, bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) kiyamat dan dia
banyak menyebut Allah” QS. Al Ahzab:21
Pada tulisan ini hanya berupaya mengungkap salah satu substansi terpenting
dari peristiwa lahirnya seorang hamba Allah (kapanpun waktunya), yang kemudian
dipersiapkan untuk menjadi utusan dan penyampai Risalah Allah, dengan berbagai
gemblengan Ilahiyah, dari Nya. Hingga kemudian Risalah yang dipikulkan di atas
pundak Beliau atas Kehendak Nya benar-benar menjadi satu-satunya Risalah/Ad Dien
yang lengkap, sempurna dan diridhai.
“…pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan
kepadamu ni’mat Ku, dan telah Ku ridhai Islam itu menjadi agama bagimu…..” QS.Al
Maidah:3
“….maka tidak ada sesudah kebenaran itu melainkan kebatilan…..” QS. Yunus:32
“Barang siapa mengerjakan suatu amal yang tidak ada perintah atasnya maka tertolak” HSR.
Muslim.
Akan tetapi tragisnya, jejak keteladanan Beliau yang terlihat jelas terang
benderang serta pasti mengantarkan pada kebaikan di dunia dan di akhirat, tidak dititi
dengan baik oleh generasi-generasi berikutnya. Sosok-sosok teladan yang semestinya
bermunculan dari prilaku meneladani akhlaq Rasulullah jumlahnya sangat sedikit.
Akibatnya sunnah Beliau menjadi ‘barang langka’ dan asing, lantaran minimnya si
pengamal sunnah. Apakah lambat laun sunnah akan punah? Tidak sama sekali.
Assunnah tidak akan pernah punah. Bahkan ke-terang-benderang-annya tidak akan
pernah berkurang sedikit pun, karena ia berada di bawah pengawasan Allah
sebagaimana Al Quran. Yang mungkin punah adalah wujud sunnah yang teraplikasi
dalam akhlaq manusia. Sebuah hadits Rasulullah mengindikasikan masalah ini:
“Tali ikatan islam pasti akan terurai helai demi helai. Setiap kali ikatan itu longgar,
manusia membuka ikatan berikutnya. Ikatan yang mula-mula akan terurai adalah
sistem hukum, dan yang terakhir adalah shalat”. HR.Ahmad.
“Pada suatu hari aku berjalan bersama Rasulullah yang ketika itu mengenakan burdah
buatan Najran yang pinggirannya sangat kasar. Di tengah jalan tiba-tiba seorang Arab
Badui menyerobot burdah yang sedang Beliau pakai itu demikian keras, hingga aku
melihat pada pundak Beliau terdapat bekas gesekan pinggiran burdah yang kasar itu.
Sambil berbuat sekasar itu orang Badui tersebut menuntut: Perintahkan orang supaya
memberikan sebagian harta kekayaan Allah yang ada padamu! Kulihat Rasulullah
malah tertawa, kemudian memerintahkan orang supaya mengambilkan sesuatu dari
rumahnya untuk diberikan kepada orang badui itu” (HSR. Muslim dari Anas bin
Malik).
“Kelurga Nabi tidak pernah makan roti Sya’ir sampai kenyang dua hari
berturut-turut hingga Beliau wafat”
(HR.Muslim dari ‘Aisyah Radhiyallahu’anha)
Ibnu Rusli