Hasil suatu karya seni sesungguhnya sangat dipengaruhi dan bahkan ditentukan oleh
pelaku seni itu sendiri. Secara umum dapat dikatakan bahwa karya seni anak bersifat ekspresif
karena karya rupa mereka umumnya merupakan suatu ungkapan yang kuat, jujur, langsung
berangkat dari hati dan dari dalam dirinya. Bersifat dinamis yaitu artinya karya mereka
umumnya mengesankan sesuatu yang bergerak terus. Pada pemilihan warna misalnya anak lebuh
suka pada warna kontras, tajam atau mencolok.
A. TIPOLOGI
Tipologi seni rupa anak terdiri atas 3 tipe. Yakni tipe visual, tipe haptik dan tipe campuran
(visual – haptik). Sebenarnya pada kenyataannya jarang tipe-tipe ini muncul secara
murni ,umumnya tipe-tipe tersebut bergerak dan cenderung bercampur .
1. Tipe visual
Lebih menonjol daya tangkap indrawinya
Mengutamakan kesamaan hasil rekaman objek nyata
Memperhatikan proporsi dan perbandingan rekaman objek nyata
Menonjolkan sentuhan perspektif
2. Tipe haptik
Tidak berorientasi pada kenyataan
Lebih mengutamakan suasana hati atau emosi
Bersifat sangat individual
B. KARAKTERISTIK GAMBAR ANAK
1. Gambar X-Ray : Anak mewujudkan dan menggambarkan benda-benda yang dipikirkan
tampak tembus pandang .
2. Gambar rebahan : Karya seni yang sejalan dengan analisis anak terhadap benda-benda
disekitarnya. Ia berpandapat bahwa semua benda teletak tegak lurus pada latarnya.
3. Perspektif burung : Anak berkarya seni dengan menunjukan seluruh objek terkait dengan
objek yang menjadi sasaran pandang, tetapi dalam bentuk kecil-kecil. Jadi seperti kita melihat
sesuatu dari ketinggian (burung terbang)
4. Gambar realistis : Anak tahu dan mengerti kenyataan dia tidak lagi bersifat naif tidak
hanya berpanut pada emosinya tetapi juga dasar rasionya
5. Gambar tumpang tindih : Anak menggambar objek dengan cara tumpang tindih antara objek
yang satu dengan objek yang lain, yakni mulai timbul kesadaran ruang.
C. PERIODESASI SENI RUPA ANAK
1. Lowenfeld dan Brittain membagi masa perkembangan karya seni rupa anak sebagai berikut.
Masa coreng moreng : 2 - 4 tahun
Masa pra bagan : 4 - 7 tahun
Masa bagan : 7 - 9 tahun
Masa awal realisme : 9 - 12 tahun
Masa naturalisme semu : 12 - 14 tahun (Pseudo Naturalislic)
Masa dewasa : 14 - 17tahun (adaleccent Art,the periode of Deccision)
2. Viktor Lowenfeld membuat tahapan sebagai berikut :
Masa meencoreng ( umur 2-4 tahun)
Aktifitas motorik yang terwujud dalam goresan tebal tipis dengan arah yang belum terkendali
dan warna tidak begitu penting. Coreng mencoreng yang dibuat mula-mula merupakan goresan
yang tidak menentu, tebel tipis terganting pribadi anak. Lama kelamaan anak menyadari adanya
hubungan yang dibuatnya antara gerkan tangannya dengan hasil yang diperolehnya. Karenanya
berahlah goresannya menjadi panjang, bolak-balik kemudian bulat-bulat.
Masa prabagan (umur 4 hingga 7 tahun)
Anak mulai menggambar bentuk-bentuk yang berhubungan dengan dunia sekiternya. Pada
mulanya bentuk sulit untuk dikenali, semakin lama bisa dikenali, misalnya manusia, rumah, dan
pohon, perhatian lebih tertuju pada hubungan antara gambar dengan objek dari pada warna dan
objek. Obyek yang digambar tidak ada hubungannya dengan objek yang lain.Gerakan yang
dilakukan oleh anak usia ini sudah terkendali. Ia sudah bisa mengkoordinasikan pikiran dengan
emosi dan kemampuan motoriknya.
Masa Bagan ( umur 7 hingga 9 tahun)
Bagan adalah konsep tentang bentuk dasar dari suatu objek visual. Semakin kaya akan konsep
semakin besar pula kemungkinan untuk berekspresi. Pengamatan anak pada usia ini sudah
semakin teliti dan sedah mengetahui bagaimana hubungan dirinya dengan lingkungan
disekitarnya.
Pada dasarnya anak menggambar terdorong oleh kebutuhannya berekspresi.
Masa Permulaan Realisme ( umur 9 hingga 11 tahun )
Pada masa ini anak sudah lebih cermat dalam mengamati alam sekitarnya. Konsep bagan yang
sudah ada pada masa sebelumnya sedah lebih mendetail lagi. Konsep gambarnya adalah bidang,
bukan garis. Mereka menggambar figur-figur di seluruh bidang gambar. Untuk objek yang lebih
jauh digambar di bagian atas kertasnya. Ukurannya sama dengan objek yang paling dekat. Gejala
tersebut merupakan gejala yang mendekat kepada realisme meskipun warna-warna yang
digunakan masih cenderung subjektif sesuai dengan kesukaannya sendiri.
Masa Realisme Semu ( umur 11 hingga 13 tahun )
Dalam masa ini intelegensi sudah makin berkembang. Ada pendekatan realitis terhadap alam
sekitarnya meskipun belum sadar sepenuhnya, apalagi sebaik orang dewasa. Tingkah laku
mereka tampak makin kompleks, banyak bergerak dan banyak yang ingin diketahui serta mulai
sadar akan kebutuhannya bekerja sama. Gejala terpenting dari masa ini adalah adanya
kkecendrungan dua macam tipe gambar, yaitu tipe visual dan non visual (haptic).
Gambar tanpa makna, karena anak melakukannya hanyalah meniru orang lain, belum dapat
membuat coretan berupa lingkaran, karena hanya merupakan latihan gerak motorik antara mata
dengan gerak tangan, bentuk garis sembarangan, bersemangat tanpa melihat ke kertas,
merupakan fase yang paling awal dalam tahap perkembangan menggambar anak.
b.
Goresan Terkendali
Berupa goresan-goresan tegak, mendatar, lengkung
bahkan lingkaran, coretan dilakukan berulang-ulang.
Nampak anak mulai memerlukan kendali visual terhadap
coretan yang dibuatnya, disini koordinasi antara
perkembangan visual (gerak mata) dengan gerak motorik
(tangan) semakin lengkap. Goresan dibuat dengan penuh semangat.
c.
Goresan Bermakna
Pengalaman anak dalam membuat goresan semakin lengkap, gambar anak mulai terwujud
menjadi satu kesatuan, bentuk yang semakin bervariasi, anak mulai memberi nama pada hasil
coretannya dan mulai menggunakan warna. Dalam menggambar, anak belum mempunyai tujuan
untuk
menggambar sesuatu, karena fase ini lebih didasari oleh perkembangan fisik dan jiwa anak.
Anak yang normal pasti suka meggambar.
baru, mengenal sekolah, teman sebaya, guru, dan lingkungan baru. Sehingga gambar yang dibuat
oleh anak mulai menggambar bentuk-bentuk yang berhubungan dengan dunia sekitar mereka.
Rumah, manusia pohon dan lingkungan sekitarnya menjadi obyek yang menarik perhatian anak.
Unsur warna kurang diperhatikan, anak lebih tertuju pada hubungan antara gambar dan obyek
gambar. Warna menjadi subyektif karena tidak mempunyai hubungan dengan obyek.
3. Periode Bagan (Schematic Stage)
Periode ini berlaku bagi anak berusia 7 sampai 9 tahun. Sejalan dengan tahap perkembangan
anak, pada akhir tahap ini perkembangan akal sudah mulai mempengaruhi gambar anak. Anak
sudah mulai menggambar obyek dalam suatu hubungan yang logis dengan gambar lain. Konsep
ruang mulai nampak dengan adanya pengaturan antara hubungan obyek dengan ruang, gambar
mulai realistis, mulai mengarah ke bentuk-bentuk yang mendekati kenyataan. Ciri utama gambar
anak pada fase ini adalah adanya garis dasar yang merupakan tempat obyek atau benda-benda
berdiri, merupakan suatu perkembangan yang wajar. Muncul gejala yang disebut “folding over”,
yakni cara menggambar obyek tegak lurus pada garis dasar, meskipun obyek akan nampak
terbalik. Ciri lainnya, adanya gambar yang disebut “sinar X” (X-ray), yakni gambar yang berisi
benda atau obyek lain dalam suatu ruang yang sebenarnya tidak kelihatan. Gambar dibuat
berdasarkan ide anak itu sendiri, misalnya gambar rumah yang kelihatan bagian dalamnya
seolah-olah rumah tersebut terbuat dari kaca bening. Warna mulai obyektif, artinya anak
menyadari adanya hubungan antara warna dengan obyek. Ciri lain yang kurang menguntungkan,
gambar nampak lebih kaku. Anak cenderung mencontoh gambar orang lain, hal ini karena
berkembangnya sifat kooperatif di antara mereka.
4.
Periode Awal Realisme (Early Realism Stage)
Periode ini berlaku bagi anak berusia 9 sampai 12 tahun (kelas IV SD-VI SD) disebut pula “usia
pembentuk kelompok”. Masa ini ditandai oleh besarnya perhatian anak terhadap obyek gambar
yang dibuatnya. Bentuk-bentk gambar mulai mengarah ke bentuk realistis, tetapi nampak lebih
kaku, hal ini sebagai
akibat perkembangan sosial yang meningkat, mereka lebih memikirkan bentuk gambar yang
dapat diterima oleh lingkungannya, akibatnya spontanitas berkurang. Anak mulai
mengekspresikan obyek gambar dengan karakter tertentu, lelaki atau wanita secara jelas.
Karakteristik warna mulai mendapat perhatian, walaupun belun adanya penampilan dalam hal
perubahan efek warna dalam terang dan bayang-bayang. Dalam gambar adanya penemuan
penggambaran bidang dasar sebagi tempat pijakan (ground) benda dan obyek gambar. Adanya
garis horizon, walaupun fungsinya belum dimengerti, sehingga kesan perspektif akan kelihatan
janggal. Terlihat adanya menghias (mendekorasi ) obyek gambar.
5. Periode Naturalistik Semu (Pseudo Naturalistic Stage)
Periode ini berlaku bagi anak berusia 12 sampai 14 tahun. Masa pra puber. Gambar yang dibuat
sesuai dengan obyek yang dilihatnya, sehingga timbul minat terhadap naturalisme, terutama pada
anak yang bertipe visual. Anak menjadi kritis terhadap karyanya sendiri. Ia mulai
memperhitungkan kualitas tiga dimensi (perspektif).
Mereka mampu menyerap apa yang mereka lihat, baik secara langsung maupun tidak langsung,
seperti dari buku-buku komik, kalender, bahkan dari media visual lainnya (televisi, majalah,
Koran dan lain-lain). Oleh karenanya, alangkah lebih baiknya apabila sebagai orang tua kita mau
mengambil langkah pertama, membuat suatu perubahan dalam membebaskan kreatifitas anak
“Membebaskan” anak menggambar sama dengan membebaskan anak dalam menuangkan
imajinasi dan mengungkapkan dirinya melalui gambar. Melalui menggambar, secara tanpa
disadari anak dapat belajar memecahkan persoalan yang dihadapi. Dengan menggambar anak
dapat bermain dan berekspresi dengan sepuas-puasnya. Jadi, tugas guru dan orang tua sebaiknya
tidak mengajarkan konsep pendidikan seperti di masa lalu, dimana anak dianggap sebagai
mahluk yang lemah, serba tidak tahu. Tugas orang dewasa hanyalah mengembangkannya secara
alami.