Anda di halaman 1dari 21

MODUL 10

APRESIASI SENI RUPA ANAK


Oleh:
Eri Yulianti (857752251)
Siti Faiqotun Nikmah (857752269)
PETA KONSEP

KB 1
KB 2 KB 3
Manfaat Belajar
Karakteristik Seni Periodisasi Gambar
Seni bagi Anak Usia
Rupa Anak Anak
SD
KB 1
Manfaat Belajar Seni bagi Anak Usia SD
Seni Rupa sebagai Bahasa Visual
Berseni merupakan kebutuhan anak dalam: Mengutarakan pendapat, Berkhayal-
berimajinasi, Bermain, Belajar, Memahami bentuk yang ada disekitar anak,
Merasakan: Kegembiraan, Kesedihan, dan Rasa Keagamaan. Kecerdasan visual yang
ada dalam pelajaran seni rupa sebenarnya dibutuhkan oleh anak dalam menanggapi
lingkungan. Berarti pelajaran seni adalah upaya untuk memahami sekeliling melalui
latihan daya ingat sebagai bahasa visual.
Seni Membantu Pertumbuhan Mental
Pada dasarnya perkembangan emosi anak usia dini ditandai oleh perkembangan
keseniannya. Dari hasil karya seni seorang anak kita mampu melihat pertumbuhan
mentalnya secara abstrak.
Sekitar usia 7-8 tahun merupakan usia perkembangan penalaran anak, maka pikiran dan
perasaan anak pun mulai berkembang memisah. Biasanya tipe anak yang kuat
penalarannya cenderung menggambar dengan nuansa garis lebih dominan. Sedangkan,
anak bertipe perasaan (emosional), ditunjukkan dalam gambar berupa blok-blok
warna yang kuat, dimana terdapat satu figur yang diberi warna lebih menyolok dari pada
yang lain.
Seni Rupa Membantu Belajar Bidang Yang lain
Kemampuan anak dalam mengaktualisasikan apa yang dilihat menjadi sebuah karya seni,
akan membantu pertumbuhan dan perkembangan anak pada bidang yang lain.
Dalam mendidik dan membimbing anak diperlukan pengembangan kecerdasan, yang
berupa: linguistik (bahasa), matematika, visual/spasial, kinestetik/perasa, musikal,
interpersonal, intrapersonal maupun intuisi. Kemampuan seni rupa yang dimiliki
seorang anak akan membantu melatih bidang-bidang yang lain.
Seni Sebagai Media Bermain
Seni bagi seorang anak merupakan media belajar dan bermain, dan jika diterapkan
dalam struktur tingkatan belajar di Sekolah Dasar dapat dirangkum dalam skema
perkembangan strategi belajar.
Siswa kelas 1 cenderung bermain lebih dominan daripada belajar; atau belajar lebih
banyak dikemas dalam bentuk permainan. Siswa kelas 1 pada hakikatnya masih dalam
taraf bermain ide, gagasan, fisik maupun imajinasi, oleh karenanya jika belajar
apapun dikemas dalam bentuk permainan akan menarik siswa.
KB 2:
Karakteristik Seni Rupa Anak
Istilah Menggambar dan Melukis
Menggambar ialah kegiatan menggores sehingga membentuk bidang gambar.
Melukis ialah mengecat atau membuat blok dengan warna.
Melukis merupakan kegiatan membayangkan atau berandai atau berimajinasi, bisa
imajinasi masa lalu, atau imajinasi masa depan.
Kegiatan anak menggambar merupakan perilaku naluriah, seperti halnya makan, minum
dan juga bermain. Disamping mencipta menggores dan mengecat kertas sebenarnya juga
merupakan proses berimajinasi. Ketika proses berkarya sedang berlangsung, tangan dan
pikirannya secara spontan saling mengontrol.
Tema Karya Seni Rupa Anak
Tema merupakan ide pokok atau makna yang terkandung dalam sebuah cerita.
Tema merupakan suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis lewat
karangan atau pun karya sastranya.
Ciri Umum Lukisan Anak
GAYA WIRACERITA (HEROISME)
Yaitu lukisan yang menggambarkan cerita kepahlawanan, kepatriotan. Pada kesempatan ini
anak akan mengungkapkan jiwa patriot misalnya: penokohan seseorang yang ditandai dengan
tema perkelahian.

GAYA DEKORATIF
Yaitu lukisan yang ditandai dengan munculnya bentuk-bentuk konstruktif (berupa garis) dan
jka warna yang dipilih berupa blok warna dengan sedikit nuansa (teknik menguraikan warna).

GAYA KOMIK
Gaya komik merupakan gaya lukisan anak dengan memanfaatkan cerita lebih dahulu, oleh
karenanya gaya ini mirip dengan cerita bergambar (cergam).

GAYA POTRET
Gaya potret adalah ciri lukisan yang menggambarkan wajah seseorang, baik tokoh idola
maupun tokoh yang sering bergaul dalam kehidupan sehari-hari. Gaya potret mengangkat
objek dalam posisi bentuk wajah ¾ badan, kepala saja, dan utuh seluruh tubuh.
Posisi tumpang tindih
Komposisi Karya Seni
Dalam menggambar anak meletakkan posisi objek yang jauh
Rupa Anak berada di atas. Persepsi ini, dimana objek yang berada di posisi
jauh terlihat di atas.

Stereo type
Komposisi Stereo type adalah susunan elemen Bertumpu pada garis dasar
bentuk yang diulang-ulang. Karakteristik lukisan berkomposisi berdiri di atas garis dasar
ini merupakan kebiasaan anak.

X-Ray atau transparent


Rebahan
X-Ray (transparan) atau tembus pandang. Bentuk
tembus pandang memperlihatkan figur yang Komposisi rebahan dimaksudkan adalah penggambaran
seharusnya tidak tampak. objek secara rebahan atau tidur.
Tipe gambar anak
Haptic
Tipe Haptic adalah jenis karya gambar anak yang lebih cenderung mengungkapkan rasa dari pada pikiran.

Non-haptic
Tipe Non-haptic adalah jenis karya yang mengandalkan dorongan pikiran.

Willing type
Tipe harapan (willing type) dalam gambar anak ditunjukkan oleh tema yang diangkat dalam materi pokok gambar
berupa ungkapan harapan anak terhadap keinginan, cita-cita ataupun yang lain.
KEGIATAN BELAJAR 3
Periodisasi Gambar Anak
Periode gambar anak berdasarkan usia
 Masa coreng moreng (usia 1-4 tahun)
Masa coreng moreng ditandai dengan gambar yang masih belum stabil. Anak memberi judul belum
tetap dan kadangkala gambarnya pun masih berupa manusia tulang.
Periode coreng moreng terbagi ke dalam tiga tahap, yaitu:

1) Corengan Tak Beraturan, Ciri gambar yang dihasilkan anak pada tahap corengan tak beraturan
adalah bentuk gambar yang sembarang, mencoreng tanpa melihat ke kertas, belum dapat membuat
corengan berupa lingkaran dan memiliki semangat yang tinggi.
2) Corengan Terkendali. Corengan terkendali ditandai dengan kemampuan anak menemukan kendali
visualnya terhadap coretan yang dibuatnya.
3) Corengan Bernama. Corengan bernama merupakan tahap akhir masa coreng moreng. Biasanya
terjadi menjelang usia 3-4 tahun, sejalan dengan perkembangan bahasanya anak mulai
mengontrol goresannya bahkan telah memberinya nama, misalnya: “rumah”, “mobil”, “kuda”.
Masa prabagan (preschematik) usia 4-7 tahun
Masa prabagan ini masih melanjutkan manusia tulang, namun sebagian sudah
memberi pakaian dan menandainya dengan bentuk rambut, pakaian serta properti.
Masa bagan (schematic) usia 7-9 tahun

Pada masa bagan ini anak sudah mampu membedakan dengan jelas jenis kelamin
dalam gambarnya. Namun, belum menunjukkan konsep yang matang tentang
judul terhadap bentuk gambar. Pada usia tertentu anak masih bersifat stereotype
(berulang-ulang).
Masa realisme awal (drawing realism) usia 9-11 tahun
Pada masa realisme awal ini, anak mampu mengungkapkan perspektif, namun belum
sempurna. Hal ini disebabkan masa egoisme masih kuat sehingga komposisi gambar
berupa juxta (posisi tumpang tindih) dan rabatnment (rebahan).
Masa realisme semu (pseudo Realism) usia 11-14 tahun
Pada masa realisme semu ini anak mampu mengemukakan detail gambar sesuia dengan posisi;
gambar potret dan gambar manusia mulai dilakukan dengan mengidentifikasi karakter jenis
kelamin, namun anak kesulitan menggambar perspektif.
TERIMA KASIH
See you next time 

Anda mungkin juga menyukai