Anda di halaman 1dari 40

Kelompok Pembelajaran:

1. Desi Liani Suryana (F1012211002)


2.Kiki Nopita (F1012211013)
3. Anti (F1011211006)

Mata Kuliah: Menulis Karya Ilmiah


Kelas: PPAPK 2021

Artikel 1 (Sinta)

Judul Pembelajaran Daring Untuk Mendukung Pelaksanaan


Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM)

Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan


perangkat pembelajaran bold pada mata kuliah Pengembangan
Model dan Realitas berupa Rencana Pembelajaran Semester (RPS),
media, dan bahan ajar. Sarana pembelajaran ini akan digunakan
oleh mahasiswa yang berkolaborasi dalam pertukaran mahasiswa
dalam rangka mendukung pelaksanaan Merdeka Belajar Kampus
Merdeka (MBKM) di perguruan tinggi Pengembangan ini
menggunakan model ADDIE (Analyze, Design, Develop,
Implement, and Evaluate). Hasil tes penggunaan perangkat
pembelajaran dinyatakan sangat baik oleh ahli materi (100%) dan
ahli media (91,67%). Begitu juga dengan hasil uji coba yang
dilakukan terhadap siswa sebagai sampel pengguna. Pengguna
mengatakan hasilnya sangat bagus (90%). Sementara itu,
keefektifan produk penelitian ini dapat dibuktikan dengan nilai tes
yang dicapai siswa kelas eksperimen. Hasil tes A mencapai 86,4%
siswa kelas eksperimen dan 57,2% siswa kelas kontrol.
Kesimpulannya, dapat dinyatakan bahwa produk ini menerapkan
prinsip-prinsip yang digunakan dan efektif digunakan untuk
pembelajaran yang berani. Mengingat produk yang dihasilkan
mudah diakses dan user friendly, maka akan dapat mendukung
pelaksanaan merdeka belajar kampus merdeka
Berdasarkan tahapan yang telah dilakukan mulai dari analisis, desain
dan pengembangan, hasilnya dinyatakan layak oleh para validator
Simpulan
(ahli material, ahli media, dan mahasiswa sebagai pengguna).
Validitas hasil uji dinyatakan baik sekali oleh ahli materi (100%) dan
demikian juga dengan ahli media (91,67%). Hasil penilaian kedua
ahli ini tidak jauh berbeda dengan hasil uji coba perseorangan dan
kelompok mahasiswa jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
(90%). Sedangkan keefektifan produk penelitian ini dapat dibuktikan
dengan nilai A yang diperoleh mahasiswa kelas eksperimen (86,4%)
dan mahasiswa kelas kontrol (57,2%).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa produk ini memenuhi


kaidah-kaidah kelayakan dan efektif digunakan untuk pembelajaran
berani. Mengingat produk ini mudah diakses dan user friendly maka
akan dapat mendukung implementasi program merdeka belajar
kampus merdeka bagi para dosen. Produk yang dihasilkan ini juga
dapat memfasilitasi pembelajaran berani mendukung guna
implementasi MBKM yang saat ini dilakukan lintas universitas
prodi sejenis.
Sitasi • Seperti diketahui bersama bahwa pendidikan tinggi
merupakan lembaga pendidikan yang bertujuan untuk
menghasilkan sumber daya manusia yang kompeten dalam
bidang Teknologi Pendidikan (Program et al., 2021).
• Sejak tahun 2020 hingga sekarang,kondisi dan situasi
pandemi yang masih berlangsung mengharuskan pembelajaran
dilakukan secara berani penuh (Puji lestari, 2020; Sulistyowati &
Amrullah, 2021).

Artikel 2 (Sinta)

Judul Mengembangkan instrumen “Profil Siswa Pancasila” untuk


penilaian diri

Abstrak Penilaian karakter sangat penting untuk memahami kemajuan siswa


dan menentukan kebijakan dan tindakan yang harus diambil untuk
mengarahkan dan memperkuat karakter positif. Penelitian ini
termasuk dalam kategori R&D. Penelitian ini bertujuan untuk
membuat angket penilaian diri karakter Pancasila bagi siswa.
Pendekatan menghasilkan instrumen yang efektif oleh Mardapi.
Sebagai hasil pengembangan, diperoleh 20 item instrumen yang valid
dan reliabel. Rumus Aiken dan exploratory factor analysis (EFA)
digunakan untuk membuktikan validitas isi dan validitas konstruk,
sedangkan rumus alpha Cronbach digunakan untuk mengestimasi
reliabilitas. Koefisien reliabilitas 0,71, dan indeks validitas instrumen
0,97. Instrumen ini akurat dan dapat diandalkan.

Exploratory factor analysis (EFA) menghasilkan tujuh komponen


yang menggambarkan citacita Pancasila: (1) etos kerja, (2)
keterbukaan, (3) inisiatif, (4) nilai dan budaya, (5) ketahanan, (6)
iman, perdamaian, dan kerja sama, dan (7) kepedulian. Ketujuh ciri
tersebut masuk dalam profil mahasiswa pancasila. Instrumen tersebut
digunakan untuk menilai karakter 153 siswa, dan hasilnya diketahui
bahwa sikap siswa secara keseluruhan sesuai dengan karakter yang
ditentukan Pancasila yaitu unggul dan baik. Namun, berbagai
tindakan harus dilakukan untuk memperkuat karakter Pancasila agar
siswa Pancasila pro berkas dapat terpenuhi.

Simpulan Instrumen penilaian “karakter Pancasila” dikembangkan dalam bentuk


angket penilaian diri siswa dengan menggunakan skala Guttman. Hasil
analisis expert assessment dan uji coba lapangan diperoleh 20 instrumen
penilaian karakter pancasila yang telah terbukti valid dan reliabel. Dalam
validitas konstruk (EFA) terbentuk tujuh faktor yang masing-masing diberi
nama: (1) etos kerja, (2) keterbukaan pikiran, (3) inisiatif, (4) nilai dan
budaya, (5) ketahanan, (6) keimanan. , perdamaian, dan kerjasama, dan (7)
peduli. Ketujuh faktor tersebut merupakan unsur-unsur yang terkandung
dalam “Profil Mahasiswa Pancasila”. Instrumen penilaian “Karakter
Pancasila” dapat digunakan untuk penilaian diri siswa.

Sitasi • Pendidikan karakter di menara dan mempersiapkan siswa untuk


berfungsi sebagai agen moral yang kompeten, atau untuk berbuat "baik"
di dunia (Berkowitz, 2011). Pendidikan karakter merupakan respon
yang layak terhadap isu-isu krisis moral (Ilma, 2015; Manullang, 2013).
• Nilai-nilai Pancasila menunjukkan pandangan yang konstruktif.
Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, baik hati, berakhlak, santun,
percaya diri, nasionalisme, dan kemanusiaan adalah contoh dari sikap
tersebut (Manullang, 2013; Rachmah, 2016). Lebih lanjut, Pasaribu dan
Simanjuntak (1982) menyatakan bahwa karakter yang diharapkan dari
pendidikan Pancasila adalah pengakuan terhadap pencipta,
kemanusiaan, semangat persatuan Indonesia, keteguhan, dan keadilan
• Instrumen penilaian karakter pancasila dibuat dengan merangkum teori-
teori tentang sifat-sifat pancasila. Berdasarkan teori-teori tersebut di
atas (Manullang, 2013; Pasaribu & Simanjuntak, 1982; Pusat Penguatan
Karakter Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, nd; Rachmah,
2016), dapat disimpulkan bahwa profil siswa Pancasila merupakan
gambaran karakter siswa yang menjunjung tinggi kemanusiaan. nilai-
nilai, berkepribadian dan berakhlak mulia, mengenal pencipta,
berpikiran terbuka dan memiliki toleransi, kemandirian, kreatif,
semangat persatuan, dan cinta tanah air dan bangsa.

Artikel 3 (Sinta)

Judul Implementasi Pembelajaran Berbasis Proyek Kolaboratif


Selama Wabah Covid-19

Abstrak Wabah Covid-19 telah membuat perubahan besar dalam dunia


pendidikan di seluruh dunia. Namun, perbaikan respon cepat
diperlukan untuk mengatasi kenyataan. Salah satu peningkatannya
adalah dengan menggunakan Project Based Learning (PBL) yang
memastikan siswa tetap aktif dan antusias selama pembelajaran jarak
jauh. Implementasi PBL dapat dilakukan dengan menggunakan
teknik kolaboratif, yang secara empiris terbukti memiliki hasil yang
lebih baik. Penelitian ini bertempat di Program Studi Sistem
Informasi Universitas Ma Chung Malang, pada mata kuliah yang
meliputi kegiatan laboratorium (dalam hal ini mata kuliah Bahasa
Pemrograman). Implementasi ini kemudian diukur dengan
menggunakan Focus Group Discussion (FGD), yang mengumpulkan
dan mewawancarai random sampling untuk mengevaluasi
efektivitasnya dan diadakan dua kali dalam satu semester, sehingga
dapat meninjau dan memperbaiki implementasi selama setengah
semester. Penelitian ini harus memberikan resep generik sebagai
hasilnya bagi dosen lain yang mengalami kesulitan dalam
meningkatkan proses pembelajaran jarak jauh selama wabah Covid-
19 atau pasca wabah.

Simpulan Hasil dari kedua FGD dengan jelas menyatakan bahwa dalam metode
PBL, kolaboratif pembelajaran jarak jauh, ada beberapa faktor
penting yang harus diperhatikan sebagai resep generik, yaitu: (1)
keterlibatan aktif dosen harus lebih intens karena kondisi
pembelajaran jarak jauh memberikan kesulitan dalam pemantauan
kemajuan proyek, (2) peran dosen sebagai fasilitator harus
ditingkatkan menjadi moderator karena sebagian besar mahasiswa
masih belum dapat mempercayai anggota kelompoknya sendiri untuk
menemukan solusi masalah (Srivastava, 2020), (3) pengembangan
profesional dapat diambil dari sampel kehidupan nyata (dalam hal ini
dengan mengundang alumni sebagai dosen tamu), sehingga dapat
meningkatkan motivasi mahasiswa.

Namun, ada beberapa hal penting yang harus dihindari dalam


penerapan PBL kolaboratif ini, yaitu: (1) pembentukan kelompok
kolaboratif tidak boleh dilakukan oleh mahasiswa sendiri, karena
dosen harus dilibatkan secara aktif untuk menghindari
miskomunikasi di antara mereka, (2 ) dosen tidak boleh membiarkan
mahasiswa dalam kelompok memulai komunikasi secara mandiri,
karena mereka harus difasilitasi terlebih dahulu untuk menumbuhkan
kepercayaan di antara mereka, dan (3) mahasiswa tidak dapat
mempresentasikan karyanya hanya pada semester akhir, karena harus
dipantau perkembangannya secara bertahap langkah untuk
menghindari plagiarisme atau sampel instan dari internet.

Sitasi • Ada beberapa opsi dalam meningkatkan proses pembelajaran


dalam situasi pembelajaran jarak jauh ini. Salah satu peningkatannya
adalah dengan menggunakan Project Based Learning (PBL) yang
memastikan siswa tetap aktif dan antusias selama pembelajaran jarak
jauh (Lasauskiene & Rauduvaite, 2015; Syakur & Musyarofah,
2019).
• PBL kolaboratif memungkinkan siswa memiliki makna yang
lebih jelas dalam proses diskusi dan memaksa mereka untuk
berinteraksi satu sama lain (Donnely & Fitzmaurice, 2005)
• Peran dosen ini membuat PBL kolaboratif menjadi lebih
menarik bagi mahasiswa karena menciptakan kondisi pembelajaran
yang berpusat pada mahasiswa (Chen & Yu, 2019).
• Peningkatan lain yang ditunjukkan adalah setelah
diadakannya dosen tamu dari alumni, rasa percaya diri mahasiswa
menjadi meningkat dan mereka menjadi lebih aktif dalam bertanya
serta menemukan solusi baru menggunakan internet (Van Rooij &
Zirkle, 2016).

Artikel 4 (Sinta)

Judul Pengaruh Efikasi Diri Dan Belajar Berbasis Di Smk Pendidikan


Kecerdasan Emosional Pada Proyek

Abstrak Pembelajaran berbasis proyek tidak hanya membutuhkan keterampilan


keras, tetapi membutuhkan keseimbangan soft skill dan pengembangan diri
siswa. Studi ini bertujuan untuk menganalisis seberapa besar pengaruh self-
efficacy dan kecerdasan emosional terhadap kualitas hasil produk dalam
pembelajaran berbasis proyek dan menganalisis faktor penentu. Sebanyak
228 siswa sekolah kejuruan terlibat dalam hal ini. Data dikumpulkan
melalui kuesioner yang mengukur self efficacy dan kecerdasan emosional,
dan lembar observasi evaluasi produk. Data dianalisis menggunakan
analisis regresi linier berganda dan analisis faktor konfirmasi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa selfefficacy dan kecerdasan emosional
memiliki efek yang signifikan pada kualitas produk siswa. Tingkat
pengalaman, keterampilan sosial, dan kualitas bahan adalah penentu dari
setiap variabel. Berbagai upaya pengembangan diri siswa untuk
menumbuhkan self-efficacy sangat penting dilakukan untuk meningkatkan
kualitas produk. Selain memperkuat kecerdasan emosional siswa, juga
sangat penting untuk meningkatkan kualitas hasil pembelajaran berbasis
proyek.

Simpulan Efikasi diri dan kecerdasan emosional merupakan aspek penting yang harus
diperhatikan dalam pembelajaran berbasis proyek di pendidikan kejuruan.
Self efficacy dan kecerdasan emosional berpengaruh signifikan terhadap
kualitas hasil belajar berbasis proyek. Semakin tinggi efikasi diri dan
kecerdasan emosional siswa maka semakin tinggi pula kualitas produk
yang dihasilkan dalam pembelajaran berbasis proyek. Dalam self-efficacy,
tingkat pengalaman merupakan indikator terpenting dengan loading factor
tertinggi. Kemudian keterampilan sosial memiliki loading factor tertinggi
dalam kecerdasan emosional. Sedangkan kualitas materi dari produk yang
dihasilkan dinilai sangat menentukan kualitas suatu produk yang dihasilkan
dalam pembelajaran berbasis proyek dengan menempatkan indikator pada
loading factor tertinggi. Berbagai penguatan soft skill terkait emosional
kecerdasan dan upaya peningkatan kualitas produk yang dihasilkan dalam
pembelajaran berbasis proyek. Selain itu, upaya pengembangan diri siswa
untuk menumbuhkan self efficacy juga sangat penting untuk menunjang
kualitas produk dalam proses pembelajaran.

Sitasi • Selain itu, berbagai model, media, dan sumber belajar juga telah
diterapkan dan dikembangkan untuk mendukung proses pembelajaran
berbasis abad 21 (Hussin et al., 2019).
• Selain itu, pembelajaran yang berorientasi pada penciptaan suatu karya
atau proyek dapat meningkatkan kreativitas dan kemampuan berpikir
kritis (Safaruddin et al., 2020; Setyarini & Jannah, 2020).
• Sementara itu, kecerdasan emosional berperan dalam membantu
membangun hubungan yang kuat, membuat keputusan yang baik, dan
menghadapi situasi sulit selama kegiatan pembelajaran (Tur-Porcar et
al., 2019).
Artikel 5 (Sinta)

Judul Penilaian berpikir kritis dalam pembelajaran menulis teks ilmiah


bahasa Indonesia di SMA

Abstrak Penilaian berpikir kritis dalam pengajaran bahasa Indonesia merupakan


bagian penting dari sintaks pengajaran karena sebagian besar guru bahasa
Indonesia SMA di Jambi masih menggunakan penilaian tes objektif atau
low order thinking skills (LOTS). Kenyataannya, masih banyak guru
Bahasa Indonesia SMA di Jambi yang belum melaksanakan penilaian
berbasis HOTS, sehingga proses belajar mengajar dan hasil belajar menulis
teks ilmiah berbasis HOTS masih rendah. Untuk mengatasi masalah
tersebut, perlu dilakukan kajian penilaian berpikir kritis dalam menulis teks
ilmiah bahasa Indonesia di SMA untuk menemukan desain penilaian yang
otentik dan kontekstual untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode
penelitian yang digunakan adalah mixed method of concurrent embedded
design. Data kualitatif dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan
dokumentasi, sedangkan data kuantitatif dikumpulkan dengan
menggunakan tes essai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru bahasa
Indonesia telah merancang penilaian berpikir kritis dalam menulis teks
ilmiah dengan melakukan analisis kompetensi dasar (BC), menganalisis
indikator pencapaian kompetensi (CAI) dengan mempertimbangkan kata
kerja tindakan (AV), membuat rangsangan, membuat kisi-kisi pertanyaan,
menyusun kriteria pertanyaan, dan penilaian dengan mempertimbangkan
aspek berpikir kritis, meliputi (1) fokus, (2) alasan pendukung, (3)
organisasi, (4) konvensi, dan (5) integrasi. Hasil belajar siswa dalam
menulis teks ilmiah menunjukkan kompetensi berpikir kritis yang baik
sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, guru bahasa Indonesia telah menyusun


instrumen penilaian berpikir kritis dalam menulis teks ilmiah dengan
melakukan analisis kompetensi dasar (BC) dan analisis indikator
pencapaian kompetensi (CAI) dengan mempertimbangkan kata kerja
tindakan (AO). ); membuat rangsangan; pembuatan kisi-kisi soal, kriteria
soal, dan rubrik penilaian dengan mempertimbangkan aspek berpikir kritis
(1) fokus, (2) alasan pendukung, (3) organisasi, (4) konvensi, dan (5)
integrasi. Hasil belajar siswa menggambarkan kompetensi berpikir kritis
siswa dalam menulis teks ilmiah dengan kualitas yang baik sesuai dengan
tujuan pengajaran bahasa Indonesia di sekolah menengah atas. Dengan
demikian, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir
kritis berhubungan dengan kemampuan menulis teks ilmiah. Berdasarkan
hasil kajian dan terkait dengan pemahaman dalam merancang penilaian
berpikir kritis dalam menulis teks ilmiah, disarankan agar guru Bahasa
Indonesia memperhatikan sintaks dalam membuat (a) konsep dan langkah-
langkah berpikir kritis, (b) indikator berpikir kritis, (c) komponen atau
struktur kurikulum, dan (e) analisis kompetensi. Dalam membuat kisi-kisi
soal, kriteria soal, dan penilaian guru harus mempertimbangkan aspek
berpikir kritis, yaitu aspek (1) fokus, (2) alasan pendukung, (3) organisasi,
(4) konvensi, dan (5) mengintegrasikan. tion.

Sitasi • Penguasaan berpikir kritis secara mendalam akan membentuk konsep


bernalar secara kritis, mengambil keputusan, berpikir kreatif, menarik
kesimpulan yang logis, dan mampu memecahkan masalah (Zakiah &
Lestari, 2019).
• Jenicek (2006) menjelaskan bahwa berpikir kritis dapat
mengidentifikasi masalah, mengajukan pertanyaan, memberikan
jawaban atau argumentasi, dan menemukan informasi lainnya.
• Berpikir kritis berarti proses mental yang efektif yang dapat digunakan
guru dan siswa dalam menguasai pengetahuan yang berkaitan dengan
kehidupan dunia nyata siswa (Kumar & James, 2015; Ordem, 2016;
Rustam et al., 2020).
Artikel 6 (Sinta)

Judul Perancangan Teori Beljara Untuk Mempromosikan Ruang


Kelas Pedagogi Untuk Pembelajaran Mandiri Moodle

Abstrak Institusi pendidikan tinggi di seluruh dunia telah mengubah metode


pengajaran dan pembelajaran mereka karena pandemi Covid19.
Mereka sekarang menggunakan sistem manajemen pembelajaran
yang berbeda seperti Moodle. Implikasi dari peralihan tiba-tiba ke
pembelajaran daring adalah bahwa siswa sekarang harus menjadi
lebih mandiri, dan mengarahkan diri sendiri dalam belajar. Oleh
karena

itu, tujuan dari makalah ini adalah untuk mengembangkan Teori


Pembelajaran Mandiri Moodle (Modular Object Oriented Dynamic
Learning Environment). Ini mengeksplorasi beberapa aspek
pembelajaran yang terkait dengan pengembangan siswa menuju
pembelajaran mandiri Moodle dan mengusulkan kerangka
keterampilan yang dapat digunakan dosen dan guru sebagai
panduan untuk meningkatkan tanggung jawab siswa. Studi ini
terletak dalam teori Instrumental Genesis (IG). Para peneliti
menggunakan metode penelitian berbasis desain ketika
mengembangkan teori pembelajaran ini. Proses pengembangan
kerangka pembelajaran ini melibatkan kajian literatur Moodle dan
teori-teori self-directed learning. Studi tentang teori pembelajaran
mengungkapkan berbagai perspektif Moodle dan self-directed yang
digunakan untuk mengembangkan teori pembelajaran ini. Hasil dari
penelitian ini adalah sebuah teori pembelajaran yang diharapkan
akan mendorong pembelajaran mandiri dalam konteks pengajaran
dan pembelajaran Moodle.

Simpulan Untuk dapat menjawab pertanyaan penelitian dan merancang teori


pembelajaran Moodle Self Directed, para peneliti melakukan
tinjauan literatur yang luas tentang Moodle dan self-directed
learning and

learning. Kajian ini menemukan elemen kunci dan karakteristik


berikut menjadi sangat penting untuk teori pembelajaran mandiri
Moodle:

pengetahuan awal siswa, atribut evaluasi kegunaan Moodle,


perspektif pembelajaran mandiri, teori belajar dan indikator
perilaku pembelajaran mandiri. Teori pendukung bahwa
implementasi Moodle yang berhasil menuju pembelajaran mandiri
diinformasikan oleh atribut evaluasi kegunaan Moodle yang akan
merangsang dan memicu pembelajaran mandiri. Pembelajaran
mandiri paling baik dicapai dalam proses pembelajaran yang kaya
melalui kerangka pengajaran TPACK atau UTAUT. Pembelajaran
mandiri akan memanifestasikan dirinya dalam indikator perilaku
SDL. Hasil dari proses pembelajaran tersebut adalah auto didacy

Struktur kerangka kerja ini dengan jelas menunjukkan bahwa


mengembangkan pembelajaran mandiri adalah proses yang panjang
dan oleh karena itu keberhasilan pelaksanaannya akan sangat
bergantung pada kegigihan dosen dalam membantu mahasiswa
memahami dinamika dan prinsip-prinsip pembelajaran mandiri

Sitasi • (Voskamp, Kuiper, & Volman, 2020) Suasana kelas


secara keseluruhan perlu menghargai dan mendorong refleksi dan
pandangan serta peran siswa sendiri dalam proses pembelajaran
• Asiri dan Shukri (2020) siswa yang memiliki self-directed tinggi
adalah pembelajar yang mandiri, yang percaya bahwa usahanya
sendiri dapat menyebabkan perubahan perilakunya, mirip dengan
pembelajar dengan locus of control internal tingkat tinggi. Mereka
lebih jauh berpendapat bahwa seorang siswa dengan locus of control
internal tingkat tinggi percaya bahwa dia memiliki kendali atas
peristiwa
Artikel 7 (Sinta)

Judul Smp Minat Baca Siswa Latar Belakang Faktor Ekonomi dan
Penndidikan Kluarga

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis minat baca siswa


berdasarkan latar belakang ekonomi dan pendidikan keluarga.
Populasi penelitian ini adalah 203 siswa SMP Negeri 3 Tarowang
Jeneponto Sulawesi Selatan. Data dikumpulkan melalui kuesioner
dan dokumentasi. Data dianalisis dengan statistik deskriptif dan
inferensial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) minat baca
siswa berdasarkan latar belakang ekonomi keluarga dan latar
belakang pendidikan keluarga berada pada kategori sedang, (2)
terdapat perbedaan yang signifikan minat baca siswa berdasarkan
latar belakang ekonomi keluarga, dan (3) terdapat perbedaan yang
signifikan dalam minat baca siswa. berdasarkan latar belakang
pendidikan keluarga. Temuan ini menunjukkan bahwa faktor
ekonomi dan latar belakang keluarga memiliki hubungan dengan
tingkat minat baca siswa.

Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa (1)


minat baca siswa berdasarkan latar belakang ekonomi keluarga
cenderung pada kategori sedang;

(2) minat baca berdasarkan latar belakang pendidikan keluarga


cenderung pada kategori sedang; (3) terdapat perbedaan minat baca
siswa berdasarkan latar belakang ekonomi keluarga dengan nilai
signifikansi 0,000 < 0,05 maka (Ha diterima); dan (4) terdapat
perbedaan minat baca berdasarkan latar belakang siswa pendidikan
keluarga dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 maka (Ha diterima).
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, diharapkan bagi
sekolah untuk memperbanyak buku di perpustakaan agar siswa
memiliki banyak pilihan bacaan. Bagi orang tua (keluarga)
diharapkan agar tercipta lingkungan keluarga yang gemar membaca
dengan menyediakan bahan bacaan di rumah. Penelitian ini terbatas
pada faktor latar belakang ekonomi dan pendidikan keluarga. Oleh
karena itu, penelitian selanjutnya disarankan meneliti minat baca
dari aspek lain.

Penelitian ini bertujuan unuk menganalisis minat baca

berdasarkan siswa latar belakang ekonomi dan pendidikan


keluarga. Populasi penelitian ini adalah 203 siswa SMP Negeri 3

Tarowang, Jeneponto, Sulawesi Selatan. Data dikumpulkan melalui


kuesioner dan dokumentasi. Data dianalisis dengan statistik
deskriptif dan inferensial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1)
minat baca siswa berdasarkan latar belakang ekonomi keluarga dan
latar belakang pendidikan keluarga berada pada kategori sedang,
(2) terdapat perbedaan signifikan minat baca siswa berdasarkan
latar belakang ekonomi keluarga, dan (3) terdapat perbedaan
signifikan minat baca siswa berdasarkan latar belakang pendidikan
keluarga. Temuan ini menunjukkan bahwa faktor ekonomi dan latar
belakang keluarga memiliki hubungan dengan tingkat minat baca
siswa.

Sitasi • Afriani, ED, Masfuah, S., & Roysa, M.


(2021). Analisis Minat Baca Siswa Kelas
V Sekolah Dasar dalam Pembelajaran
Daring. Jurnal Prasasti Ilmu, 1(3), 21–
27.
https://doi.org/10.24176/jpi.v1i3.6648

Artikel 8 (Sinta)

Judul Ketahanan Literasi Anak-anak di masa Pandemi melalui Aplikasi Ayo


Baca

Abstak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan


literasi digital anak. Data penelitian berupa hasil kegiatan membaca anak
dengan aplikasi. Data dikumpulkan dengan angket dan observasi serta
diperkuat dengan data hasil wawancara dengan anak. Data yang terkumpul
kemudian dianalisis dengan mengacu pada model aliran. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penggunaan aplikasi Let's Read dapat meningkatkan
literasi digital bagi anak-anak Kampung Wonopuro. Pemanfaatan waktu
luang dapat diisi dengan bermain sambil belajar membaca. Bahasa dalam
teks bacaan yang dibacakan tidak hanya bahasa Indonesia, tetapi bisa bahasa
daerah atau bahasa asing. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
peningkatan kemampuan literasi digital anak-anak. Data penelitian berupa
hasil

kegiatan membaca anak dengan aplikasi. Data dikumpulkan dengan sudut


dan dari observasi dan diperkuat dengan data dari wawancara dengan anak-
anak. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis dengan mengacu pada
model aslinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan aplikasi
Let's Read dapat meningkatkan literasi digital bagi anak-anak Kampung
Wonopuro. Pemanfaatan waktu senggang dapat diisi dengan bermain sambil
belajar membaca. Bahasa dalam teks bacaan yang dibaca juga tidak hanya
bahasa Indonesia, tetapi bisa bahasa daerah maupun

bahasa asing.

Simpulan Berdasarkan paparan dan analisis data dapat disimpulkan bahwa aplikasi
Let's Read dapat digunakan untuk meningkatkan ketahanan literasi bagi
anak-anak Kampung Wonopuro. Melalui aplikasi ini, keinginan dan
kebiasaan membaca yang dimiliki oleh anak-anak kembali tumbuh dan
meningkat. Selama ini, waktu senggang hanya digunakan untuk bermain.
Dengan menggunakan aplikasi ini, anak-anak dapat bermain sambil belajar
membaca. Teks yang tersedia bukan hanya berbahasa Indonesia, tetapi juga
berbahasa daerah dan asing. Oleh karena itu, anak-anak tidak hanya belajar
bahasa Indonesia, tetapi juga dapat belajar bahasa daerah dan bahasa asing.

Sitasi • Alatalo, T., & Westlund, B. (2021) Persepsi guru prasekolah tentang
Read Aloud sebagai Sarana untuk Mendukung Perkembangan
Literasi dan Bahasa Anak Dini. Jurnal Literasi Anak Usia Dini
Artikel 9 (Sinta)

Judul
Pola Dan Implikasi Sikap Partisan terhadap Estetika Trilogi Novel
“Kemi” Karya Adian Husaini

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk melihat pola partisan yang muncul dalam
trilogi novel Kemi karya Adian Husaini dan melihat
implikasinya terhadap estetika novel. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif dengan menggunakan teori estetika yang
digagas oleh Dewitt H. Parker. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sikap partisan dalam novel terlihat dari dua pola yaitu
kecenderungan menjelaskan alih-alihmenunjukkan dan
penokohan dan pelataran yang datar. Implikasi sikap partisan ini
adalah keseimbangan di dalam novel cenderung dibangun oleh
model pertentangan. Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai
materi dalam mata kuliah Kritik Sastra.
Simpulan Trilogi novel ini memiliki karakteristik partisan. Ide-ide yang disepakati
diusung oleh pengarang mendapatkan ruang penceritaan lebih banyak. Pada
dasarnya, hal ini tidak menjadi soal. Yang menjadi soal kemudian karena hal
tersebut berpengaruh terhadap estetika novel. Keseimbangan novel ini lebih
banyak dibangun oleh pertentangan secara mencolok antara ide yang
disepakati dan ide yang tidak disepakati oleh pengarang. Kemunculan
gagasan yang tidak disepakati oleh pengarang dikonfrontasi secara langsung
oleh ide-ide yang disepakati pengarang. Dampak lebih jauhnya, novel ini
lebih mirip teks khotbah alih-alih karya estetis.

Sitasi • Agustina, E. (2019). Soekarno, Nasakom, dan Buku di Bawah


Bendera Revolusi sebagai Materi Ajar Pelajaran Sejarah SMA.
HISTORIA: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah, 3, 1–10.
https://doi.org/10.17509/historia.v3i1.20908
• Erowati, R. (2018). Distribution of The Sensible Jacques Ranciere.
Jubindo: Jurnal Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 3(3),
109–117. https://doi.org/https://doi.org/10.32938/jbi.v3i3
Artikel 10 (Sinta)

Judul Multimodalitas sebagai Perspektif Baru Pembelajaran Pragmatik


Pendidikan: Persepsi Urgensi Inklusinya

Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan persepsi tentang


urgensi komponen multimodalitas sosio-semiotik untuk dimasukkan dalam
pembelajaran pragmatik pendidikan. Teori yang mendasari penelitian ini
adalah teori semiotik sosial MAK Halliday. Data berupa persepsi terhadap
aspek semiotik sosial multimodalitas dikumpulkan melalui kuesioner.

Data yang dikumpulkan diidentifikasi, diklasifikasikan, dan ditipekan.


Hasil penelitian menunjukkan pemahaman multimodalitas siswa dalam
perancangan model pembelajaran pragmatik pendidikan berbasis
multimodalitas: sebesar 72%, adanya aspek linguistik modalitas sebesar
52%, aspek inklusi visual sebesar 68%, aspek aural dalam menentukan
maksud tuturan. sebesar 100%, penyertaan aspek bunyi dalam menentukan
maksud tuturan 48%, penyertaan

aspek gestur 56%, aspek spasial yang diperlukan dalam perancangan model
pembelajaran 100%.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan persepsi urgensi


komponen-komponen multimodalitas sosial-semiotik yang dimasukkan
dalam pembelajaran pragmatik edukasional. Teori yang mendasari
penelitian ini adalah teori semiotika sosial MAK Halliday. Data berupa
persepsi aspek-aspek multimodalitas sosial-semiotik yang dikumpulkan
melalui kuesioner. Data yang dikumpulkan diidentifikasi, diklasifikasi, dan
ditipifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman mahasiswa
ihwal multimodalitas dalam desain model pembelajaran pragmatik
berbeadsuiskamsuioltnimalodalitas: 72%,

aspek eksistensi linguistik modalitas 52%, aspek inklusi visual 68%, aspek
aural dalam pemaknaan maksud tuturan 100%, aspek inklusi suara dalam
maksud tuturan 48% , aspek inklusi gestural 56%, aspek spasial yang
diperlukan dalam desain model pembelajaran 100%.

Simpulan Berdasarkan temuan-temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa inklusi


aspek aspek multimodalitas yang mencakup lima komponen, yakni
linguistik, visual, gestural, aural, dan spasial mendesak dilakukan.
Pengembangan model pembelajaran pragmatik edukasional ini mendesak
untuk segera dilakukan.

Namun demikian, penelitian ini masih memiliki keterbatasan, yakni baru


pada Program Magister Pendidikan Bahasa Indonesia. Tentu cakupan ini
perlu diperluas dari berbagai perguruan tinggi sehingga dapat
menggambarkan data persepsi yang lebih terpercaya. Penelitian ini dapat
digunakan sebagai langkah awal dalam melakukan penelitian lebih besar
dengan jangkauan yang lebih luas.

Dapat ditegaskan pula bahwa dengan hasil riset persepsi pemahaman


multimodalitas dalam desain model pembelajaran pragmatik edukasional
ini, pengembangan model pembelajaran pragmatik edukasional ini
mendesak untuk segera dilakukan.

Sitasi • Fajri, TA (2018). Pentingnya Penggunaan Pendekatan Multimodal


Dalam Pembelajaran.
Waskita: Jurnal Pendidikan Nilai dan Pembangun Karakter, 2(1), 1-
17. DOI: https://doi.org/10.21776/ub.waskita.2018.002.01.5
Bardovi-Harlig, K. &
• Su, Y. (2021). Pengaruh Lingkungan Belajar pada Pemilihan
Ekspresi Konvensional pada Aural Multiple-Choice DCT.
Jurnal Elektronik untuk Bahasa Inggris sebagai Bahasa Kedua,
25(1), 1-27.
Artikel 10 (Sinta)

Judul Pemeriksaan Pendapat Guru Prasekolah Tentang Kelompok Usia


Campuran Dalam Pendidikan

Abstrak Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pendapat guru
prasekolah tentang pendidikan pada kelompok usia campuran di pendidikan
prasekolah. Dalam penelitian ini digunakan metode studi kasus yang
merupakan salah satu metode penelitian kualitatif untuk mengkaji pendapat
guru secara detail. Kelompok studi penelitian terdiri dari 12 guru
prasekolah yang dipilih dengan metode sampling kriteria, salah satu metode
purposive sampling, bekerja di sekolah-sekolah yang berafiliasi dengan
Kementerian Pendidikan Nasional di Distrik Kirikhan Provinsi Hatay dan
mengajar di kelas kelompok

usia campuran. Data penelitian diperoleh dengan bentuk wawancara semi


terstruktur yang diterapkan pada guru PAUD. Sebagai hasil dari penelitian,
disimpulkan bahwa mengajar di kelas campuran usia memberi guru
perspektif yang berbeda tentang pengalaman dan peristiwa, dan bahwa guru
paling kesulitan dalam menyusun rencana pendidikan bersama yang sesuai
untuk semua tingkatan usia. Selanjutnya, dalam penelitian tersebut
disimpulkan bahwa menerima pendidikan dengan kelompok usia campuran
mendukung perkembangan siswa, memberikan tanggung jawab kepada
siswa yang lebihtua, memperkuat pengetahuan mereka, dan memberikan
perilaku teladan kepada siswa yang lebih

Simpulan Dalam penelitian tersebut telah ditetapkan bahwa mengajar pada kelompok
usia campuran pada pendidikan prasekolah memberikan manfaat bagi guru
dalam mempermudah proses pembelajaran, memberikan wawasan yang
kaya dan menambah pengalaman. Telah ditentukan bahwa guru mengalami
kesulitan dalam menyusun rencana pendidikan dan dalam proses persiapan
awal, dan bahwa mereka tidak dapat memberikan pendidikan yang layak
untuk semua tingkatan. Selain itu, telah ditentukan bahwa situasi ini
berdampak negatif terhadap kesehatan psikologis guru.

Dalam penelitian ini, disimpulkan bahwa siswa yang belajar di kelas


campuran usia didukung dalam semua bidang perkembangan dan
memperoleh tanggung jawab, kerja sama, dan kemampuan beradaptasi.
Hasil lainnya adalah siswa mengalami kurang percaya diri, rendah motivasi
dan kegagalan saat belajar di kelompok usia campuran. Juga terungkap
bahwa siswa sering terkena intimidasi teman sebaya. Akhirnya, dalam
penelitian tersebut disimpulkan bahwa lingkungan pendidikan pada
kelompok usia campuran harus memiliki desain yang luas, fungsional dan
asli.

Faktor usia perlu diperhatikan dalam memberikan pendidikan pada


kelompok usia campuran pada masa pra sekolah, dan pengajaran harus
dilakukan dengan memperhatikan karakteristik perkembangan anak. Untuk
tujuan ini, rencana pendidikan yang berbeda harus disiapkan bersama dan
spesifik usia sesuai dengan rentang usia anak-anak yang termasuk dalam
pendidikan, dan rencana ini harus digunakan secara bergantian dalam
lingkungan pendidikan yang dirancang sebagai produktif, fungsional dan
multi guna.

Dalam lingkungan pendidikan ini, materi taktil, auditori, dan visual dapat
dikembangkan dan digunakan. Dalam konteks ini, kegiatan tambahan yang
mendukung dan menghibur dapat disiapkan untuk kelompok usia yang
lebih tua dan lebih muda. Anak-anak dalam kelompok usia yang lebih tua
juga harus diberikan dukungan teman sebaya yang memadai. Saran yang
dapat diberikan bagi peneliti yang akan mengerjakan mata kuliah ini untuk
mengambil pendapat dari pihak-pihak terkait lainnya seperti pengurus
sekolah dan orang tua tentang kelas tersebut dan melakukan penelitian di
kelas tersebut melalui
“observasi dan tindakan”. Penelitian yang dilakukan pada jenjang
pendidikan prasekolah ini dapat memberikan kontribusi literatur apabila
dilakukan pada jenjang pendidikan lainnya.

Sitasi • SN Olimovna dan RSS Kizi, “Pembentukan representasi kuantitatif


dalam kelompok sekunder dalam organisasi pendidikan
prasekolah,”
International Journal of Research In Commerce, It, Engineering
And Social Sciences, vol. 16, tidak. 1, 2022.

Artikel 12 (Sinta)

Judul Belajar Sejarah Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek

Abstrak Di kelas abad ke-21, pembelajaran berbasis proyek (PBL) dapat menjadi
strategi kunci dalam membantu siswa menjadi pembelajar dan pemikir
yang mandiri. PBL memberikan pendekatan pedagogis yang menarik dan
dapat digunakan tidak hanya dalam mata pelajaran sejarah tetapi juga lintas
disiplin ilmu.

Penelitian ini mengkaji dampak pembelajaran berbasis proyek terhadap


pemahaman siswa terhadap pelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas
Brunei. Data dikumpulkan dari kelas sejarah Kelas 10 Sekolah Menengah
Atas di salah satu sekolah menengah di Brunei melalui metode penelitian
tindakan. Instrumen yang digunakan adalah observasi pembelajaran,
wawancara semi terstruktur dan tes awal dan akhir. Wawancara dilakukan
dengan delapan siswa sambil mengamati pengajaran guru mata pelajaran di
kelas. Tes awal dan akhir diberikan kepada siswa sebelum dan sesudah
intervensi PBL. Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa siswa
masih berkinerja buruk setelah intervensi PBL tetapi telah menunjukkan
potensi untuk perbaikan lebih lanjut dengan lebih banyak paparan
pembelajaran berbasis proyek.

Simpulan Temuan yang dihasilkan dari penelitian ini menyoroti beberapa poin
penting yang harus diperhatikan. Ditemukan bahwa penerapan PBL hanya
berhasil sejauh yang tercermin dalam sedikit peningkatan pemahaman
siswa serta kinerja secara keseluruhan terutama dalam hal perilaku mereka
terhadap pembelajaran sejarah. Namun, peneliti menemukan bahwa siswa
masih skeptis terhadap penggunaan PBL dan lebih menyukai penggunaan
pendekatan tradisional. Hal ini mungkin karena kurangnya pengalaman
guru dalam membuat PBL tampak lebih menarik bagi siswa, namun hal ini
dapat diperbaiki dengan lebih banyak praktik penggunaan PBL dalam
pembelajaran sejarah.

Studi ini menyarankan bahwa jika PBL diimplementasikan dengan baik


melalui penggunaan lebih banyak praktik, PBL dapat menjadi pedagogi
yang baik di kelas yang tidak hanya membuat belajar menjadi
menyenangkan bagi siswa tetapi juga membantu mereka dalam
pengembangan keterampilan abad ke-21. Dengan kata lain, karena sebagian
besar siswa Brunei baru untuk pendekatan PBL, implikasi dari temuan
menyarankan bahwa waktu yang cukup harus disisihkan untuk pengetahuan
siswa scaffolding karena mereka harus terbiasa dengan ide PBL. Ini untuk
mengatakan bahwa guru seharusnya tidak menerapkan PBL di kelas dan
mengharapkan siswa melakukan semua pekerjaan itu sendiri tanpa banyak
bimbingan. Oleh karena itu, disarankan agar lembar kerja yang akan
diberikan kepada siswa perlu diperiksa dan diuji secara menyeluruh
sebelum penerapan PBL di kelas. Hal ini untuk memastikan bahwa
kesalahan-kesalahan seperti yang dilakukan oleh peneliti akan dibenahi
terlebih dahulu sehingga proses belajar siswa tidak terpengaruh. Selain itu,
akan lebih bermanfaat bagi guru untuk menggunakan sedikit pendekatan
tradisional terutama ketika menjelaskan konsep utama kepada siswa untuk
memastikan bahwa siswa akan memahami ide tersebut terlebih dahulu
sebelum melakukan penelitian mereka sendiri. Perencanaan yang matang
harus dilakukan oleh guru sebelum menggunakan PBL di kelas untuk
memastikan bahwa PBL sesuai dengan skema kerja sekolah dan kurikulum.
Oleh karena itu, sebelum menerapkan PBL di kelas, disarankan agar guru
perlu memastikan bahwa akan ada sumber daya yang tersedia bagi siswa
untuk digunakan terutama jika menyangkut sumber daya tentang sejarah
Brunei.

Sebagai kesimpulan, temuan dari penelitian ini mengungkapkan bahwa


mayoritas siswa mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pemahaman
mereka tentang topik secara tertulis. Namun, hasil dari post-test serta
wawancara dengan siswa, telah menunjukkan bahwa memang ada sedikit
peningkatan, tidak hanya pemahaman siswa secara keseluruhan tentang
sejarah, tetapi juga pemahaman mereka tentang pertanyaan yang diajukan. .
Perlu diperhatikan bahwa karena ini adalah pertama kalinya siswa
dipaparkan dengan PBL, hasil yang diperoleh dari penelitian ini tidak akan
menunjukkan perubahan besar dalam penampilan siswa.

Sitasi • JR Malin dan GM Rind, “Membuat kasus untuk pembelajaran


berbasis proyek: Pemeriksaan terjemahan bukti penelitian dan
mobilisasi dalam pendidikan,”
• SK Ummah, A. In'am, dan RD Azmi, “Membuat
Manipulatif: Meningkatkan Kreativitas Siswa Melalui Pembelajaran
Berbasis Proyek,”

Artikel 13 (Sinta)

Judul Menafsirkan Ungkapan Pengulangan Dalam Penulisan Pidato


Trump Selama Pndemi Covid-19

Abstrak Munculnya pandemi Covid-19 telah mendorong terjadinya krisis


dunia yang menuntut para pemimpin dunia untuk merespon dengan
menyuarakan kebijakan dan solusinya. Alamat politik berfungsi
untuk menjadi jalan untuk tujuan ini. Hal ini menciptakan
kebutuhan akan strategi atau bentuk retoris yang

efektif yang digunakan oleh para pemimpin, khususnya presiden,


untuk mengatasi isu-isu terkini yang tidak umum terlihat. Studi ini
membagikan hasil penyelidikan tentang penggunaan pengulangan
dalam pidato Presiden Donald

Trump selama Pandemi Covid-19 di Amerika. Studi ini mencoba


untuk menafsirkan jenis pengulangan yang ditemukan dalam pidato
dan implikasi makna umum mereka. Sebagai studi tekstual,
penelitian ini memperoleh data dari tiga pidato Trump yang secara
khusus membahas masalah pandemi Covid-19 yang disampaikan
selama upayanya menangani kemunculan dan penyebaran virus
Corona di AS karena dalam literatur Amerika, alamat juga
dianggap Sebagai sebuah karya sastra, penelitian ini menggunakan
analisis bingkai Goffman yang juga dianggap sebagai hermeneutika
ganda untuk proses analisisnya.

Temuan itu kemudian menunjukkan bahwa Trump, dalam


pidatonya, menerapkan tujuh jenis pengulangan; dari anafora ke
pengulangan akar. Selanjutnya, penelitian ini menemukan bahwa
anafora berfungsi sebagai pengulangan yang paling banyak
digunakan, yang berarti instrumen retorika utama dalam pidato.
Dari segi implikasi makna, pengulangan-pengulangan itu rupanya
menyiratkan kebangkitan kembali struktur jeremiad dalam sapaan
dan penegasan rasa kebesaran dan peran Amerika di dunia. Temuan

dari penyelidikan ini diharapkan dapat menambah lebih banyak


konstruksi teoretis dan strategi teks retorika untuk konteks krisis
dan komunikasi sosial-politik. Kontribusi praktisnya mengarah
pada pendefinisian dan contoh ekspresi dan fungsi bahasa dalam
penulisan teks komunikatif.

Simpulan Penerapan analisis framing pada tiga alamat Trump, khususnya


dalam hal penggunaan repetisi, terungkap bahwa ekspresi pada
baris alamat menunjukkan inklusi anafora, epistrof/epifora, repetisi
akar,
epizeuxis, tautologi, dan Epanalepsis. Jenis pengulangan ini
berfungsi sebagai perangkat retoris dalam pidato Trump.

Mereka diterapkan untuk menyoroti, menekankan, dan merangkul


orang-orang dengan pesan dan cita-cita presiden yang diusulkan.
Dalam konteks Pandemi Covid-19, pengulangan tersebut
tampaknya dilakukan untuk membangkitkan kembali keyakinan
dan dukungan publik kepada pemerintah secara umum dan presiden
sebagai pemimpin bangsa. Hal ini tersirat dengan hadirnya struktur
jeremiad pada baris-baris yang membahas penegasan rasa
kebesaran Amerika dan penekanan peran terhadap dunia.
Identifikasi aspek-aspek jeremiad ini juga memberikan tantangan
bagi kajian-kajian selanjutnya apakah pola tersebut muncul secara
konsisten dalam pidato-pidato presiden atau semata-mata muncul
pada saat krisis dan apakah repetisi berhasil atau tidak untuk
penulisan teks retorika global.

Sitasi • (Munthe & Lestari, 2016) tentang repetisi dalam “Tagline


Wendys” yang mengungkapkan bahwa epanalepsis
merupakan salah satu repetisi dominan yang digunakan,
yang berpotensi “menunjukkan spontanitas emosional” dan
“meningkatkan” (P.

Artikel 14 (Sinta)

Judul Kerterlibatan Membaca Guru Bahasa Inggris Menengah


Indonesia Sebagai Indikator Keaksaraan Yang Dirasakan Atas
Sumber Bacaan Dan Kesenangan Membaca

Abstrak Mengasuh siswa agar menjadi pembaca yang terlibat untuk


pengembangan literasi mungkin membutuhkan guru yang dapat
berperan sebagai model pembaca yang jeli. Studi kuantitatif
deskriptif ini bertujuan untuk mengetahui profil keterlibatan
membaca guru bahasa Inggris Bahasa Indonesia dilihat dari sumber
bacaan dan kesenangan membaca. Penelitian ini menggunakan
kuesioner survei, meminta responden untuk merefleksikan koleksi
bacaan pribadi dan sekolah mereka serta kebiasaan mereka dalam
membaca untuk kesenangan.

Melalui teknik convenience sampling, respon sukarela diterima dari


183 guru EFL sekunder, sebagian besar dari Provinsi Jawa Timur.
Data ditabulasi secara deskriptif untuk menghasilkan frekuensi dan
persentase. Alat penelitian SPSS ver.24 digunakan untuk
menganalisis data mentah untuk rata-rata, korelasi, dan rata-rata
yang dibandingkan. Secara keseluruhan, penelitian ini menemukan
bahwa keterlibatan membaca di antara guru EFL sekunder
mencerminkan arah yang cukup positif. Analisis statistik
menunjukkan bahwa memiliki sumber bacaan pribadi dapat
menghasilkan dampak yang sedikit signifikan dalam meyakinkan
guru EFL untuk membaca untuk kesenangan namun lebih baik
daripada memiliki sumber bacaan sekolah. Juga telah dibuktikan
bahwa kedua jenis sumber bacaan tersebut berkorelasi lemah,
namun signifikan, dengan membaca untuk kesenangan. Artinya,
semakin banyak guru EFL yang memiliki akses ke sumber bacaan,
semakin banyak mereka akan membaca dan secara tidak langsung
meningkatkan diri mereka. Penelitian di masa depan dapat
mengungkap implikasi keterlibatan guru dalam membaca pada
desain pembelajaran membaca yang lebih responsif untuk
pengembangan budaya literasi di sekolah.

Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk profil keterlibatan membaca guru


EFL seperti yang dirasakan dari membaca sumber dan kesenangan
membaca. Temuan kami menunjukkan bahwa elemen keterlibatan
membaca yang terkait dengan skor keterampilan membaca jauh
lebih tinggi daripada yang terkait dengan kemauan membaca.
Selain itu, penelitian ini telah mengidentifikasi bahwa sumber
bacaan menjadi kontributor tambahan yang signifikan dalam
menentukan keterlibatan membaca guru. Data kami menunjukkan
arah yang sama antara sumber bacaan pribadi guru dan sumber
bacaan sekolah bahwa hanya sedikit guru yang memiliki koleksi
yang sangat baik, sebagian besar memiliki koleksi yang
memuaskan, dan banyak yang mengaku memiliki koleksi sumber
bacaan yang buruk. Hasil analisis statistik kami mengarahkan
penelitian untuk menyimpulkan bahwa memiliki sumber bacaan
pribadi dapat menghasilkan dampak yang sedikit signifikan dalam
meyakinkan guru EFL untuk membaca untuk kesenangan namun
lebih baik daripada memiliki sumber bacaan sekolah. Ini
menyiratkan bahwa guru EFL

mungkin perlu memiliki sumber bacaan pribadi yang sangat baik


dan memadai Dengan kemajuan teknologi, sangat penting untuk

memindahkan sumber bacaan pribadi ke adaptasi teks yang


ditingkatkan teknologi.

Memiliki keterlibatan membaca yang positif dapat

membantu guru EFL menjadi guru bahasa yang lebih baik yang
dapat menularkan kebiasaan serupa kepada

siswanya. Temuan kami mengungkapkan bahwa meskipun


jumlahnya kecil, masih ada guru EFL yang mengakui tidak
menikmati membaca. Guru-guru ini mungkin menampilkan
pembawa pesan yang sukses dalam memberi tahu siswa mereka
bahwa membaca memang penting tetapi tidak dapat meyakinkan
mereka bahwa membaca itu menyenangkan. Data tentang tidak
adanya kesenangan membaca dapat dikaitkan dengan data tentang
kebiasaan membaca keluarga maupun teman sejawat. Studi kami
telah membuktikan bahwa kedua jenis sumber bacaan tersebut
berkorelasi lemah, namun signifikan, dengan membaca untuk
kesenangan. Artinya, semakin banyak guru EFL yang memiliki
akses ke sumber bacaan, semakin
banyak mereka akan membaca dan secara tidak langsung
meningkatkan diri Secara keseluruhan, temuan kami tentang
keterlibatan

membaca di antara guru EFL sekunder mencerminkan arah yang


cukup positif. Namun, fokus saat ini pada keterlibatan membaca
guru dilihat dari sumber membaca dan membaca rekreasi diperoleh
dari kuesioner survei saja. Sumber data tunggal seperti itu mungkin
gagal

menunjukkan bukti yang lebih terlihat tentang guru sebagai


pembaca rekreasi yang rajin.

Karena sangat penting untuk menunjukkan kepada siswa bahwa


guru mereka memang pembaca yang terlibat, upaya sistematis
harus dilakukan untuk mengungkap pola

keterlibatan membaca guru, baik secara pribadi maupun

profesional, melalui kriteria penilaian yang lebih sensitif. Siswa,


serta komunitas sekolah, harus bisa

Sitasi • Sharif, TIST, Hanifiyah, L., & Nindya, MA (2023).


Keterlibatan membaca guru bahasa Inggris menengah
Indonesia sebagai indikator keaksaraan yang dirasakan atas
sumber bacaan dan kesenangan membaca. Jurnal Linguistik
Terapan Indonesia, 12(3), 828-839.
https://doi.org/10.17509/ijal.v12i3.45559

Artikel 15 (Sinta)

Judul Kesiapan, Penerimaan, Dan Kehadiran Sosial Dalam


Pembelajaran

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kesiapan dosen


dalam pembelajaran online terhadap penerimaan dosen dalam
aplikasi pembelajaran online, dan pengaruh penerimaan dosen
dalam aplikasi pembelajaran online terhadap persepsi dosen tentang
kehadiran sosial. Subyek penelitian ini adalah dosen Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Medan yang diambil dengan teknik
total sampling. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan
kuesioner elektronik untuk mengumpulkan data. Dari 113 dosen, 81
tanggapan kembali, dan ada dua kuesioner yang tidak lengkap.
Penelitian ini memiliki 79 tanggapan yang memenuhi persyaratan
analisis. Data dianalisis menggunakan SEM berbasis Varians. Hasil
analisis data menunjukkan bahwa perceived usefulness merupakan
variabel penting dalam mendapatkan social presence dalam
pembelajaran online. Sementara

itu, kesiapan dosen dalam pembelajaran daring merupakan


anteseden penting penerimaan penggunaan aplikasi

Simpulan Temuan penelitian menunjukkan bahwa kesiapan dosen untuk


pembelajaran daring memiliki peran penting dalam persepsi
manfaat dan kesenangan dalam menggunakan aplikasi
pembelajaran daring. Variabel kunci yang menghasilkan kehadiran
sosial yang dirasakan dosen adalah kegunaan yang dirasakan,
sedangkan kemudahan penggunaan yang dirasakan tidak berperan
dalam menciptakan kehadiran sosial yang dirasakan di kalangan
dosen. Oleh karena itu, perceived

usefulness merupakan variabel yang harus mendapat perhatian


khusus agar tercipta pembelajaran online yang berma Hasil
penelitian ini berimplikasi pada rancangan sistem informasi
pembelajaran yang harus

dikembangkan dengan cara-cara tertentu guna memudahkan


keberhasilan pelaksanaan berbagai program pembelajaran. Selain
itu, dosen harus memiliki kemampuan dan kompetensi pedagogik
yang berorientasi pada penggunaan platform online. Kompetensi ini
diperlukan untuk merangsang mahasiswa untuk berpartisipasi aktif
dalam kelas online agar dapat menimbulkan social presence yang
baik yang dirasakan baik oleh dosen maupun mahasiswa.
Kemampuan dan kompetensi seorang dosen mencerminkan
kesiapannya dalam melaksanakan pembelajaran daring.

Kajian ini merekomendasikan perguruan tinggi untuk


mengembangkan kemampuan dan kompetensi dosen dalam
mengelola berbagai aplikasi pembelajaran daring guna membangun
kesiapan mereka dalam menyampaikan pembelajaran di era digital,
khususnya pembelajaran daring penuh waktu yang menjadi
alternatif pembelajaran di masa pandemi Covid-19. -19 pandemi
dan/atau blended learning, yang dapat diterapkan pasca Covid-19.
Lebih lanjut, perguruan tinggi juga harus mengevaluasi desain
aplikasi pembelajaran dengan menekankan pada kebermanfaatan
dalam

pelaksanaan pembelajaran secara holistik yang memungkinkan


penggunaan berbagai fitur pembelajaran. Terakhir, penelitian
selanjutnya dapat mengembangkan desain pembelajaran online atau
pembelajaran terintegrasi teknologi yang dapat menghasilkan
interaksi sosial yang berkualitas sehingga siswa dapat mengalami
proses pembelajaran yang bermakna.

Sitasi • (Bonifacio, 2013; Dumford & Miller, 2018; Hamann,


Pollock, & Wilson, 2012; Hayashi, Garcia, & Maddawin,
2020; Mayende, Prinz, Isabwe, & Muyinda, 2017; Swan &
Shih, 2005). Rendahnya partisipasi dan keterlibatan diduga
dipengaruhi oleh rendahnya kehadiran sosial di kalangan
mahasiswa dan dosen dalam pembelajaran daring (Cobb,
2009; Nurharjanto & Widyantoro, 2020; Swan & Shih,
2005).
Artikel 11 (Science Direct)

Judul Nilai-nilai Pendidikan Profetik Dalam Buku Ajar Bahasa


Indonesia: Pilar Kesatuaan Positif Dan Pendidikan Karakter

Abstrak Penguatan pendidikan karakter dan kesantunan positif merupakan


pilar penting dalam pemilihan buku ajar dan bahan ajar di era
global. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan profetik dalam buku
pelajaran bahasa Indonesia kelas VII SMP dalam kaitannya dengan
kesantunan positif untuk membangun karakter siswa. Pertanyaan
penelitiannya adalah “bagaimana nilai- nilai pendidikan kenabian
sebagai pilar pendidikan kesantunan dan karakter dalam buku
pelajaran?”. Metode kualitatif deskriptif digunakan sebagai
pendekatan utama. Data dikumpulkan melalui dokumentasi dengan
menggunakan teknik read-marker dan catat, serta dianalisis dengan
menggunakan metode kesopanan ujung-ujung heuristik dan Grice.
Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan analisis isi dan
komparatif dokumen serta dipertajam dengan analisis kesantunan
pragmatis referensial. Hasil penelitian menunjukkan beberapa nilai
pendidikan profetik yang saling terkait dalam kaitannya dengan
pilar kesantunan positif dan pendidikan karakter. Nilai-nilai
tersebut membentuk kemandirian siswa dalam buku pelajaran
bahasa Indonesia kelas VII SMP. Mereka diwujudkan dalam
realitas yang berorientasi pada humanisasi, pembebasan, dan
transendensi.

Humanisasi diwujudkan melalui kehidupan bermasyarakat yang


dilandasi oleh nilai-nilai kedermawanan, kejujuran, toleransi, dan
kesopanan. Demikian pula, pembebasan diwujudkan melalui nilai-
nilai pendidikan, kesehatan, gotong royong, dan kerja keras. Selain
itu, kehidupan transenden diaktualisasikan sesuai dengan nilai-nilai
konsistensi (istiqamah) dalam beribadah kepada Allah SWT, rasa
syukur, dan kerendahan hati (tawadhu'). Kajian ini
merekomendasikan agar nilai-nilai profetik dapat dijadikan sebagai
pilar pengembangan kesantunan dan penguatan pendidikan karakter
di era global.

Simpulan Sebagaimana tersirat dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia kelas


VII SMP, nilai-nilai pendidikan profetik saling berkaitan dengan
pilar kesantunan positif. Mereka saling terkait berdasarkan
keakraban, solidaritas, persahabatan, dan harmoni (hubungan yang
baik antara pembicara dan pendengar). Selain itu, bidang
pendidikan kenabian, termasuk humanisasi, pembebasan, dan
transendensi, mengungkapkan hubungan positif dengan
kesantunan. Dalam kaitan ini, nilai-nilai pendidikan kenabian yang
termasuk dalam humanisasi adalah kerjasama, kedermawanan,
toleransi, kesantunan, dan kejujuran, yang saling terkait dengan
solidaritas, persahabatan, keakraban, dan kerukunan. Nilai-nilai
pembebasan meliputi pendidikan, kesehatan, gotong royong, dan
kerja keras, yang terkait dengan keintiman, persahabatan, dan
harmoni. Selanjutnya, nilai-nilai transenden adalah Istiqomah
dalam beribadah kepada Allah SWT, syukur, dan rendah hati
(tawadhu') yang saling terkait dengan keakraban, persahabatan, dan
kerukunan. Pengintegrasian nilai-nilai kenabian ke dalam
kesantunan positif menjadi pilar pembentukan karakter anak di era
komunikasi global.
Sitasi • (Tobing et al., 2013) menyatakan bahwa hal tersebut
merupakan pilar pembentukan karakter (Elmali et al., 2020;
Leone dan Fink, 2017). Selain itu, penelitian sebelumnya
tidak membahas keterkaitan antara nilai-nilai pendidikan
kenabian dan kesantunan positif. Sebaliknya, mereka
terutama mengkaji konsep dan penerapan positif dan
kesantunan berbahasa.
• (Santoso dan Khisbiyah, 2021). Pendidikan kenabian
menyarankan media pengembangan proses mental yang
akan memperkuat kemampuan manusia untuk mentransfer
pengetahuan ke situasi saat ini melalui pendekatan kreatif

Artikel 12(Science Direct)

Judul Pengaruh Inovasi Diri Guru Terhadap Akuntabilitas,


Selfefficacy Pembelajaran Jarak Jauh, Dan Praktik Mengajar

Abstrak Selama pandemi COVID-19 para guru tiba-tiba terpaksa mengubah


pengajaran mereka dan menggunakan praktik pembelajaran jarak
jauh, dan menjadi inovatif dalam cara mengajar mereka secara
daring. Dalam studi saat ini kami berusaha untuk memahami
apakah guru menganggap diri mereka inovatif dan bagaimana hal
ini memengaruhi self-efficacy pembelajaran jarak jauh,
akuntabilitas, dan praktik pengajaran pembelajaran jarak jauh
mereka. Dua ratus guru sekolah dasar dan menengah dari Israel
diminta untuk mengisi kuesioner yang terdiri dari empat komponen
tersebut di atas. Temuan menunjukkan bahwa inovasi diri gurulah
yang secara signifikan memengaruhi efikasi diri pembelajaran jarak
jauh, akuntabilitas, dan praktik pengajaran pembelajaran jarak jauh
mereka. Temuan menunjukkan bahwa pengalaman kerja

secara langsung memengaruhi inovasi diri, dan guru yang lebih tua
dan lebih berpengalaman menganggap diri mereka lebih inovatif
dalam mengadopsi dan menggunakan pembelajaran jarak jauh
dibandingkan dengan yang kurang berpengalaman. Temuan kedua
adalah bahwa pengembangan professional memengaruhi praktik
pengajaran pembelajaran jarak jauh tetapi tidak berpengaruh pada
inovasi diri guru. Studi ini menunjukkan bahwa peningkatan
inovasi diri guru dapat memengaruhi kemanjuran diri dan
akuntabilitas mereka dan mengarah pada praktik pengajaran
pembelajaran jarak jauh yang lebih baik. Oleh karena itu,
disarankan untuk mengubah fokus program pengembangan
profesional untuk mempromosikan

inovasi diri guru dan mendorong mereka untuk menciptakan


kombinasi pembelajaran hybrid yang baru dan disesuaikan

Simpulan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami hubungan antara
keinovatifan diri guru dan bagaimana hal itu memengaruhi
akuntabilitas, kemanjuran diri DL, dan praktik pengajaran DL
mereka. Studi tersebut menunjukkan bahwa ketika guru merasa
inovatif, mereka lebih bertanggung jawab atas pengajaran

mereka, lebih mampu menghadapi pengajaran DL secara umum,


dan dalam menerapkan praktik pengajaran DL. Studi ini
menunjukkan bahwa itu adalah inovasi diri yang mempengaruhi
semua faktor lainnya.

Kesimpulannya, pandemi COVID-19 memaksa guru untuk menjadi


inovator atau pengadaptasi awal teknologi, karena mereka perlu
menerapkan DL secara instan. Guru yang lebih berpengalaman
merasa mereka dapat mengatasi perubahan mendadak ini dengan
lebih baik karena mereka menganggap diri mereka lebih inovatif,
artinya mereka dapat menghasilkan, menyajikan, dan menerapkan
ide-ide baru, dan memiliki tingkat akuntabilitas batin yang lebih
tinggi dibandingkan dengan guru baru. Namun kenyataannya,
semua guru melaporkan bahwa mereka menganggap diri mereka
mampu menerapkan praktik DL di kelas mereka. Berarti bahwa
guru baru, yang memiliki tingkat inovasi diri yang lebih rendah,
mengandalkan kursus PD, dan guru yang lebih berpengalaman
yang memiliki tingkat inovasi diri dan akuntabilitas batin yang
lebih tinggi mengandalkan mereka untuk menerapkan praktik DL di
kelas mereka.

Baik guru sekolah dasar dan menengah menunjukkan bahwa


inovasi diri mereka dikembangkan oleh pengalaman kerja mereka,
yang memengaruhi akuntabilitas, self-efficacy DL, dan praktik
pengajaran DL mereka. Artinya mengembangkan inovasi diri yang
berkaitan dengan pengajaran merupakan suatu proses yang
melibatkan latihan terus menerus dan PD. Dalam penelitian ini guru
menekankan bahwa mengikuti kursus PD tentang penggunaan DL
untuk mengajar tidak cukup untuk mengembangkan inovasi diri
mereka dalam hal mengajar secara berbeda menggunakan teknologi
dan teknologi.

Sitasi • Philipsen et al. (2019) menyelidiki pengaruh PD dalam


mengadopsi pembelajaran campuran online. Banyak aspek
yang dipertimbangkan oleh para peneliti ini, tetapi tidak ada
yang berhubungan dengan inovasi diri guru. Di satu sisi,
penelitian kami mendukung penelitian sebelumnya yang
menunjukkan bahwa guru yang telah mengikuti kursus
mempersiapkan mereka untuk menerapkan DL dalam
pengajaran merasa hal itu berdampak signifikan pada
praktik pengajaran DL mereka, dan kemanjuran diri DL
mereka. Di sisi lain, temuan menunjukkan bahwa PD
berupa mata kuliah penggunaan DL untuk pengajaran yang
ditawarkan kepada guru dari sekolah yang berbeda oleh
dosen yang berbeda tidak berpengaruh terhadap inovasi diri
guru.
Artikel 13 (Science Direct)

Judul Model Inovasi Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam


Multikultural Masyarakat

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model inovatif


pembelajaran bahasa Indonesia integrasi TIK dalam konteks
masyarakat multikultural. Desain penelitian ini adalah Research and
Development. Pengumpulan data dilakukan selama 6 bulan melalui
observasi, wawancara, dan tes kepada guru dan siswa SMP di Jawa
Tengah. Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat dua model
pembelajaran bahasa Indonesia yang terintegrasi dengan TIK, yaitu
model investigasi kelompok berbasis multikultural dan model inkuiri
sosial, disertai perangkat pembelajaran. Model investigasi kelompok
berbasis multikultur digunakan untuk pembelajaran menulis karya
tulis, dan model inkuiri sosial digunakan untuk pembelajaran menulis
teks drama yang terintegrasi dengan TIK. Sedangkan model
perangkat pembelajaran meliputi silabus, RPP, bahan ajar, media
pembelajaran berbasis TIK, dan instrumen evaluasi pembelajaran.
Dalam model ini siswa memiliki kesempatan untuk mendapatkan
informasi yang lebih aktual dan mengunggah hasil karyanya secara
kreatif dan mandiri. Model ini dapat digunakan secara efektif karena
guru dapat mengecek pekerjaan siswa dan memberikan umpan balik
melalui email, facebook dan kemudian siswa dapat mengunggah
hasil kerjanya di blog sekolah.

Simpulan Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa inovasi pembelajaran


bahasa berbasis TIK dibuat mungkin dengan pembelajaran berbasis TIK.
Perangkat tersebut meliputi: (1) kerangka konseptual KTSP, (2) silabus-
RPP, (3) bahan ajar, (4) media/alat peraga, dan (5) evaluasi pembelajaran.
Salah satu bentuk pembelajaran dan pengembangan bahan ajar inovatif
adalah pengembangan model investigasi kelompok dalam pembelajaran
menulis karya ilmiah konteks multikultural berbasis TIK. Dalam rangka
meningkatkan pemanfaatan dan pengembangan bahan ajar dan
pembelajaran yang inovatif dan teknologi komunikasi informasi (TIK)
berbasis bahasa yang berorientasi pada kebutuhan komunikatif siswa.
Kompetensi telah menyampaikan saran agar produk hasil pengembangan
ini dapat digunakan sebagai langkah dalam dunia persekolahan dalam
pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang maju. TIK yang
dilakukan melalui penelitian ini niscaya siswa, guru, sekolah, pemerintah,
dan pemangku kepentingan dapat termotivasi atau tergerak lagi memajukan
pendidikan. Selain itu, persaingan dunia global yang semakin ketat
membuat TIK bukan lagi barang mahal, melainkan kebutuhan yang harus
dipenuhi. Di sisi lain, keterbatasan model yang dihasilkan dalam hal ini
penelitian selanjutnya memberikan peluang bagi penelitian yang dapat
digunakan sebagai pelengkap hasil penelitian itu telah dihasilkan dalam
penelitian ini.

Sitasi Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang


menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan
pembelajaran pengalaman untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu
dan berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam perencanaan dan
melaksanakan kegiatan pembelajaran (Joyce & Weil, 2000).

Investigasi berbasis model karakteristik multikultural kelompok, yaitu (1)


tujuan dan asumsi, (2) sintagmatik Kelompok Investigasi Berbasis Model
Multikultural, (3) sistem sosial, (4) sistem pendukung (5) prinsip-prinsip
manajemen/respons, dan (6) dampak instruksional dan pendampingan
(Zulaeha, Rokhman, & Faridi, 2010:45-50).

Artikel 14 (Science Direct)

Judul Pembelajaran di Luar Kelas: Pengaruh terhadap Konsentrasi dan


Minat Siswa

Abstrak Proses belajar mengajar yang efektif merupakan katalis menuju prestasi dan
keberhasilan siswa di tingkat perguruan tinggi. Kajian ini menitikberatkan
pada teknik komunikasi yang efektif dalam konteks belajar mengajar di luar
kelas. Pembelajaran di luar kelas adalah metode pembelajaran yang
menempatkan siswa dalam konteks yang memotivasi mereka untuk belajar.
Responden terdiri dari mahasiswa tahun pertama dan ketiga dari program
Komunikasi dan Kebijakan Publik di The School of Media and
Communication Studies, Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM). Tujuan
utama penelitian ini adalah mengidentifikasi tingkat konsentrasi, mengukur
tingkat kepuasan belajar dan menganalisis kualitas tingkat pembelajaran
mahasiswa UKM terhadap permasalahan pembelajaran. Tiga aspek utama
yang dibahas dalam survei tersebut adalah Konsentrasi Belajar, Kepuasan
Belajar dan Kualitas Pembelajaran. Data yang diperoleh menunjukkan
bahwa pada aspek Konsentrasi Pembelajaran, pembelajaran dengan orang
yang disukai memperoleh skor rata-rata tertinggi sedangkan keterampilan
komunikasi guru dan lingkungan belajar yang bersahabat memperoleh skor
rata-rata tertinggi pada aspek Kepuasan Belajar dan Kualitas Pembelajaran.

Simpulan Studi tentang pembelajaran di luar kelas dengan fokus pada konsentrasi dan
minat siswa ini dilakukan pada bulan Agustus 2010. Responden berjumlah
62 orang yang terdiri dari mahasiswa Tahun 1 dan Tahun 3 Program
Komunikasi dan Kebijakan Publik di Universiti Kebangsaan Malaysia.
Kajian ini dilakukan sebagai penilaian awal. Penelitian lebih lanjut akan
dilakukan per bagian. Bagian pertama ini melibatkan responden dari Tahun
1 dan Tahun 3. Bagian kedua akan melibatkan siswa Tahun 2 pada program
pembelajaran di luar kelas yang belum ditentukan. Dibandingkan dengan
rekan Tahun 1 mereka, temuan menunjukkan bahwa responden Tahun 3
tampak waspada dan siap untuk proses pembelajaran di lingkungan
tersebut. Faktor-faktor yang mungkin berkontribusi terhadap hal ini adalah
fakta bahwa siswa Kelas 3 memiliki pengalaman yang lebih lama di
lingkungan belajar tersier. Siswa kelas 3 juga telah terpapar dengan
keragaman program dan kegiatan yang diadakan di universitas dan
perguruan tinggi masing-masing. Ini sedikit banyak memengaruhi perilaku
dan bahasa tubuh mereka di lingkungan tertentu. Temuan awal
menunjukkan bahwa lingkungan belajar yang kondusif sangat penting
untuk meningkatkan konsentrasi atau fokus belajar. Dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran, responden menganggap keterampilan komunikasi
guru dan berbagai gaya mengajar menjadi penting. Dalam meningkatkan
kepuasan belajar, responden lebih menyukai belajar dalam suasana belajar
yang santai dan bersahabat. Faktor-faktor ini semua dapat dicapai melalui
pembelajaran di luar kelas. Melalui pengamatan yang dilakukan dalam
penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden tampak
beradaptasi dengan lingkungannya dengan gembira. Hal ini menunjukkan
bahwa pembelajaran di luar kelas merupakan komponen penting dalam
meningkatkan kualitas konsentrasi dan kepuasan siswa terhadap
pembelajaran.

Sitasi • Dalam tulisannya, Knapper and Croppley (1991) dan Paterson (1996)
juga menyatakan bahwa alat peraga penting dalam menjaga konsentrasi
dan fokus dalam pembelajaran.
• Menurut Kementerian Pendidikan Malaysia (2005), metode
pembelajaran ini didefinisikan sebagai program atau kegiatan yang
terorganisir dan terstruktur yang dilakukan di luar kelas. Kegiatan ini
berpusat pada siswa dan dimaksudkan untuk memperkuat implementasi
kurikulum mata pelajaran tertentu dalam lingkungan belajar yang
progresif.

Artikel 15 (Science Direct)

Judul Pola Bimbingan Orang Tua Dalam Proses Pembelajaran


Daring Selama Ini Pandemi Covid-19: Studi Kasus Di Sekolah
Indonesia

Abstrak Pandemi COVID-19 berdampak signifikan terhadap proses


pendidikan di sekolah-sekolah di Indonesia. Skema pembelajaran
daring diterapkan sebagai alternatif pembelajaran di masa pandemi
COVID-19. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan pola efektif
bimbingan orang tua selama proses pembelajaran daring di tengah
pandemi COVID-19. Menggunakan skema campuran antara
metode studi kasus dan studi literatur, studi literatur ini dilakukan
dengan menganalisis studi sebelumnya pada topik “pola bimbingan
orang tua” dan “pembelajaran online selama pandemi”. Data
bersumber dari beberapa artikel relevan yang diterbitkan dari tahun
2020 hingga 2021. Data tersebut kemudian dianalisis menggunakan
metode interaktif, kuantitatif, dan biometrik dengan aplikasi
VOSviewer. Analisis data menunjukkan bahwa pola bimbingan
orang tua harus disesuaikan dengan kebutuhan anak. Dalam
pembelajaran daring, orang tua berperan sebagai fasilitator,
motivator, pengawas, dan pembimbing. Tingkat pendidikan anak
juga mempengaruhi pola pembinaan orang tua. Selain itu,
komunikasi antara guru dan orang tua juga harus terjalin dengan
baik agar proses pembelajaran dapat berjalan efektif dan efisien
serta mencapai hasil belajar yang optimal.

Simpulan Semua pihak baik orang tua maupun guru harus benar-benar
menyikapi skema pembelajaran daring di masa pandemi COVID-
19 ini. Dalam hal ini, bimbingan orang tua sangat diperlukan untuk
menjamin kelangsungan proses belajar daring secara maksimal.
Pola bimbingan orang tua juga harus disesuaikan dengan kebutuhan
anak karena orang tua berperan sebagai fasilitator, motivator,
pengawas, dan pembimbing dalam proses pembelajaran. Untuk
pendidikan anak usia dini dan sekolah dasar, peserta didik
memerlukan pola bimbingan ekstra karena kehadiran figur orang
tua bagi mereka sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran
daring. Peran orang tua sebagai pembimbing dan fasilitator dalam
proses pembelajaran dituntut agar anak dapat melakukan proses
pembelajaran daring secara maksimal. Pada jenjang pendidikan
menengah pertama dan atas, orang tua diharapkan lebih demokratis
dan memberikan kebebasan kepada anaknya.

Namun, fungsi pengawasan harus diperketat mengingat remaja


rentan terhadap dampak negatif penggunaan internet.

Selanjutnya pola pengawasan orang tua juga harus disesuaikan


dengan kebutuhan dan situasi masing-masing keluarga, mengingat
heterogenitas aspek ekonomi, jenis pekerjaan orang tua, akses
internet, dan pemenuhan infrastruktur pembelajaran. Dengan
demikian, komunikasi yang baik antara guru dan orang tua
diharapkan selalu terjalin demi proses pembelajaran daring yang
efektif dan efisien di masa pandemi COVID-19.

Sitasi • (Febrianto et al., 2020; Wardani dan Sayekti, 2022).


Kondisi serupa juga terjadi
di China dimana pemerintah melakukan Emergency Remote
Teaching-Learning (ERT) sebagai respon dari pandemi
COVID-19. Tantangan yang dihadapi
guru, siswa, dan orang tua serta strategi ed-tech yang
digunakan guru dan sekolah dalam pembelajaran jarak jauh
yang efektif telah mendapat perhatian dari negara-negara di
seluruh dunia
• (Bÿczek et al., 2021). Perkembangan revolusi industri
sangat mendukung penerapan LFH online karena
pembelajaran online dapat menghilangkan waktu dan jarak
dengan bantuan platform digital berbasis internet yang
dapat mendukung pembelajaran dilakukan tanpa adanya
interaksi fisik antara guru dan siswa
• ( Putra dan Irwansyah, 2020; Martin dan Borup, 2022).
Pembelajaran daring telah dilakukan di hampir semua
negara, namun selama ini pembelajaran dengan sistem
daring belum pernah dilakukan secara serentak (Sun et al.,
2020). Oleh karena itu, proses pembelajaran daring
menuntut semua unsur pendidikan dapat memberikan
kesempatan belajar. Hal ini juga memungkinkan
pembelajaran dilakukan secara tatap muka (Utomo et al.,
2020).

Anda mungkin juga menyukai