Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN


DEFISIT PERAWATAN DIRI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Klinik Keperawatan Jiwa
Program Pendidikan Diploma III Keperawatan
Dosen Pembimbing : Guling Setiawan, S.Kep.,Ners.,M.Kep

Oleh :
Resma Arfiani
21.039
IIA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RUMAH SAKIT DUSTIRA


CIMAHI
20203
RS/RUANGAN TGL/PARAF NILAI TGL/PARAF NILAI NILAI
CI KLINIK CI AKADEMIK RATA-RATA

LAPORAN PENDAHULUAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI

1. MASALAH UTAMA
Defisit Perawatan Diri
2. PROSES TERJADINYA MASALAH
A. DEFINISI
Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan dalam : kebersihan diri,
makan, berpakaian, berhias diri, makan sendiri, buang air besar atau kecil
sendiri (toileting) (Keliat B. A, dkk, 2018).
Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah timbul pada pasien
gangguan jiwa. Pasien gangguan iwa kronis sering mengalami ketidakpedulian
merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif dan
menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun masyarakat
(Yusuf, Rizky &Hanik,2020:154)
Pewatan diri adalah salah satu kemampuan manusia dalam memenuhi kebutuhannya sehari-
hari guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi
kesehatannya, klien bisa dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan
perawatan diri sendiri (Depkes, 2000 dalam Direja, 2019).

B. ETIOLOGI
Menurut Depkes (2000, dalam Dermawan, 2019), penyebab defisit perawatan
diri adalah :
a. Faktor predisposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan
diri.
3) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan
mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri.

C. POHON MASALAH

D. TANDA DAN GEJALA


Menurut Depkes (2000, dalam Dermawan, 2019) tanda dan gejala klien
dengan defisit perawatan diri adalah :
a. Fisik
1) Badan bau, pakaian kotor.
2) Rambut dan kulit kotor.
3) Kuku panjang dan kotor.
4) Gigi kotor disertai mulut bau.
5) Penampilan tidak rapi.

b. Psikologis
1) Malas, tidak ada inisiatif.
2) Menarik diri, isolasi diri.
3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.

c. Sosial
1) Interaksi kurang.
2) Kegiataan kurang.
3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
4) Cara makan tidak teratur, BAK dan BAB di sembaraang tempat, gosok gigi dan
mandi tidak mampu mandiri.
E. RENTANG RESPON
Adaptif Maladaptif
Pola perawatan diri Kadang perawatan diri Tidak melakukan
seimbang kadang tidak perawatan saat stress

F. MEKANISME KOPING
Mekanisme koping pada pasien dengan defisit perawatan diri adalah sebagai berikut:
a. Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku kembali,
seperti pada perilaku perkembangan anak atau berhubungan dengan masalah
proses informasi dan upaya untuk mengulangi ansietas (Dermawan, 2013).
b. Penyangkalan ( Denial ), melindungi diri terhadap kenyataan yang tak
menyenangkan dengan menolak menghadapi hal itu, yang sering dilakukan
dengan cara melarikan diri seperti menjadi “sakit” atau kesibukan lain serta
tidak berani melihat dan mengakui kenyataan yang menakutkan (Yusuf dkk,
2015).
c. Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun
psikologis, reaksi fisk yaitu individu pergi atau lari menghindar sumber stresor,
misalnya: menjauhi, sumber infeksi, gas beracun dan lain-lain. Reaksi psikologis
individu menunjukkan perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak berminat, sering
disertai rasa takut dan bermusuhan (Dermawan, 2013).
d. Intelektualisasi, suatu bentuk penyekatan emosional karena beban emosi
dalam suatu keadaan yang menyakitkan, diputuskan, atau diubah (distorsi)
misalnya rasa sedih karena kematian orang dekat, maka mengatakan “sudah
nasibnya” atau “sekarang ia sudah tidak menderita lagi” (Yusuf dkk, 2015)

G. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan defisit perawatan
diri menurut Fitria (2012), adalah sebagai berikut:
a. Defisit perawatan diri
b. Harga diri rendah
c. Isolasi sosial

H. DATA YANG PERLU DIKAJI (DS/DO)

Masalah keperawatan Data yang perlu dikaji


Defisit keperawatan diri Subjektif
a. Klien mengatakan dirinya malasmandi
karena airnya dingin, atau di RS tidak
tersedia alatmandi.
b. Klien mengatakan dirinya malasberdandan.
c. Klien mengatakan ingin disuapimakan.
d. Klien mengatakan jarangmembersihkan
alat kelaminnya setelahBAK/BAB.
Objektif
a. Ketidakmampuan mandi/membersihkandiri
ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor,
kulit berdaki, dan berbau, serta kuku
panjang dankotor.
b. Ketidakmampuan berpakaian/berhias
ditandai dengan rambut acak-acakan,
pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak
sesuai, tidak bercukur (laki-laki), atautidak
berdandan(wanita)
c. Ketidakmampuan makan secaramandiri
ditandai dengan ketidakmampuan
mengambil makan sendiri, makan
berceceran, dan makan tidak pada
tempatnya.
d. Ketidakmampuan BAB/BAKsecara mandiri
ditandai BAB/BAK tidak pada tempatnya,
tidak membersihkan diri denga

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Defisit Perawatan Diri

DAFTAR PUSTAKA
Azizah, L. M. (2019). Keperawatan Jiwa (Aplikasi Praktik Klinik). Yogyakarta: Graha Ilmu.

Dalami, E. d. (2021). Asuhan Keperawatan Jiwa Diagnosa Masalah Psikososial.


Jakarta: TIME (Trans Indo Media).

Erlinafsiah. (2017). Modal Perawat Dalam Prkatik Keperawatan Jiwa. Jakarta: CV. Trans
Info Media.

Hawari, D. (2008). Manajemen Stress Cemas dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

I, S. (2019). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

J, V. S. (2018). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Keliat, B. A. (2021). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC. Riyadi, S.

&. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu. Stuart, G. W.

(2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Suliswati. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Herdman, T.H.(2018).NANDA International Nursing Diagnoses:definitions and


classification 2018-2020.Jakarta:EGC
Yosep, I. (2011). Keperawatan Jiwa. Jakarta: PT Refika Aditama.
http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/162/jtptunimus-gdl-nitaindria-8092-2-
babii.pdf https://journal.ppnijateng.org/index.php/jikj/article/view/478/0

Anda mungkin juga menyukai