Anda di halaman 1dari 7

METODE DALAM PEMBELAJARAN IPA

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Unsur terpenting dalam mengajar ialah merangsang serta mengarahkan siswa untuk
belajar. Belajar dapat dirangsang dan diarahkan dengan berbagai macam cara yang
mengarah pada tujuan yang lain pula. Tetapi apaun subjeknya mengajar pada
hakikatnya tidak lebih dari sekedar menolong para siswa untuk memperoleh
pengetahuan, ketrampilan, sikap, serta idealisme, dan apresiasi yang menjurus
kepada perubahan tingkah laku dan pertumbuhan siswa. Merumuskan tujuan
instruksional, menyediakan media instruksional, mempersiapkan tes dengan sebaik-
baiknya, dan lain-lain prosedur mengajar yang merupakan semacam alat untuk
fungsi pokok tersebut. Disamping itu, cara menagajar guru yang baik merupakan
kunci dan prasayarat bagi siswa untuk dapat belajar dengan baik. Hal ini menuntut
kepiawaian, kejelasan, dan ketrampilan dalam memilih pendekatan serta metode
yang sesuai untuk pembelajaran saat itu. Metode mengajar berbeda dengan teknik
mengajar. Metode mengajar menyangkut pengertian yang luas. Metode dapat
dianggap sebagai prosedur atau proses yang teratur. Metode mengajar dapat terdiri
atas beberapa atau banyak teknik mengajar. Apabila kita hendak mempergunakan
suatu metode tertentu, maka kita harus memperhatikan banyak hal, misalnya faktor
usia. Usia siswa berpengaruh terhadap penentuan metode belajar. Jika metode yang
dipilih guru tidak sesuai dengan kondisi siswa maka tujuan dari pembelajaran tidak
dapat tersampaikan dengan baik, karena tingkat pemahaman setiap anak berbeda
sesuai dengan usia mereka.
B. RUMUSAN MASALAH
Seberapa besar pengaruh penggunaan metode dalam pembelaran IPA di SD?
C. TUJUAN
Untuk mengetahui penggunaan metode yang tepat dalam pembelajaran IPA SD.
LANDASAN TEORI
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan
rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun
tercapai secara optimal (Sanjaya, 2016, hlm. 147). Metode pembelajaran
merupakan langkah operasional dari strategi pembelajaran yang dipilih untuk
mencapai tujuan pembelajaran (Sani, 2019, hlm. 158).
Berbagai metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA antara lain metode
penugasan, diskusi, tanya – jawab, latihan, ceramah, simulasi, proyek, studi
lapangan/karyawisata, demonstrasi, dan eksperimen.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, (2010:85), menjelaskan bahwa metode
penugasan atau resitasi merupakan pemberian tugas tertentu kepada siswa supaya
melakukan aktivitas belajar, adapun tugas yang diberikan dapat dilakukan dalam
kelas, rumah, bengkel, laboratorium, maupun tempat dimana saja asalkan bisa
dikerjakan oleh siswa.
Menurut Syaiful Sagala (2011:219) metode pemberian tugas merupakan cara
penyampaian materi pembelajaran yang mana guru memberikan tugas tertentu
supaya peserta didik belajar, yang selanjutnya untuk dipertanggung jawabkannya,
adapun tugas yang diberikan bisa memperdalam bahan pelajaran, dan juga dapat
mengecek bahan yang telah dipelajari.
Metode penugasan yang baik adalah yang bersifat menantang dan lentur sesuai
minat dan bakat murid. Metode penugasan kadang-kadang kurang menyenangkan
karena murid terikat akan jadwal penyelesaian, murid juga duharuskan membuat
laporan kemudian menyampaikan hasil laporannya, bagi murid yang tidak terbiasa
dapat menjadi beban psikologis.
Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2011), metode diskusi adalah suatu cara
penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan kesempatan kepada siswa
(kelompok–kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna
mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai alternatif
pemecahan atas suatu masalah.
Menurut Sagala (2012), manfaat metode diskusi adalah sebagai berikut:
1. Siswa memperoleh kesempatan untuk berpikir.
2. Siswa mendapat pelatihan mengeluarkan pendapat, sikap dan aspirasinya secara
bebas.
3. Siswa belajar bersikap toleran terhadap teman-temannya.
4. Diskusi dapat menumbuhkan partisipasi aktif di kalangan siswa.
5. Diskusi dapat mengembangkan sikap demokratif, dapat menghargai pendapat
orang lain.
6. Dengan diskusi, pelajaran menjadi relevan dengan kebutuhan masyarakat.
Menurut Arief (2002), untuk mengatasi permasalahan tsaat melakukan diskusi,
terdapat beberapa kiat yang dapat dilakukan oleh guru untuk mendapatkan hasil
diskusi menjadi lebih baik, antara lain yaitu sebagai berikut:
1. Pemimpin diskusi diberikan kepada murid dan diatur secara pergantian.
2. Pemimpin diskusi yang diberikan kepada murid perlu bimbingan dari pihak
guru.
3. Guru mengupayakan agar seluruh siswa ikut berpartisipasi dalam diskusi.
4. Mengusahakan agar semua siswa dapat giliran bicara, sementara siswa lain
belajar mendengarkan pendapat teman-temannya.
5. Mengoptimalkan waktu yang ada untuk mendapatkan hasil atau kesimpulan
yang diinginkan.
N. Ardi Setyanto (2017:213) menyatakan bahwa “Metode tanya jawab diartikan
sebagai cara mengajar yang memungkinkan terjadinya interaksi dua arah (Two way
traffic) secara langsung antara guru dengan murid”. Metode tanya
jawab adalah suatu cara penyajian pelajaran dengan dua arah dalam bentuk
pertanyaan yang harus dijawab dari pendidik kepada peserta didik atau dari
peserta didik kepada pendidik secara langsung.
Metode latihan merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan
kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-
kebiasaan yang baik. Selain itu metode ini juga baik untuk memperoleh suatu
ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan keterampilan (Djamarah, 2010: 95).
Menurut pendapat Murwani (2006: 64), metode ceramah banyak digunakan oleh
guru pada berbagai situasi serta tujuan pembelajaran. Dalam metode ini guru
berperan menyampaikan informasi di depan, sedangkan peserta didik duduk untuk
mendengarkan. Namun pada pembelajaran IPA metode ceramah kurang dianjurkan
karena untuk belajar IPA murid dituntut agar lebih aktif dalam proses pembelajaran.
Menurut Sudjana (2013), metode simulasi adalah metode pembelajaran yang
membuat suatu peniruan terhadap sesuatu yang nyata, terhadap keadaan
sekelilingnya (state of affaris) atau proses.
Menurut Hamalik (2002), tujuan model pembelajaran menggunakan metode simulasi
adalah sebagai berikut:
1. Belajar dengan berbuat. Para siswa melakukan peranan tertentu sesuai dengan
kenyataan yang sesungguhnya. Tujuannya untuk mengembangkan keterampilan-
keterampilan interaktif atau keterampilan-keterampilan reaktif.
2. Belajar melalui peniruan (imitasi). Para siswa pelaku drama menyamakan diri
dengan pelaku (aktor) dan tingkah laku mereka.
3. Belajar melalui balikan. Para pengamat mengomentari (menanggapi) perilaku
para pemain/pemegang peran yang telah ditampilkan. Tujuannya untuk
mengembangkan prosedur-prosedur kognitif dan prinsip-prinsip yang mendasari
perilaku keterampilan yang telah didramatisasikan.
4. Belajar melalui pengkajian, penilaian, dan pengulangan. Para peserta dapat
memperbaiki keterampilan-keterampilan mereka dengan mengulanginya dalam
penampilan berikutnya.
Menurut Afriana (2015), pembelajaran berbasis proyek merupakan model
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan memberikan pengalaman belajar
yang bermakna bagi peserta didik. Pengalaman belajar peserta didik maupun konsep
dibangun berdasarkan produk yang dihasilkan dalam proses pembelajaran berbasis
proyek. Peran guru saat melakukan metode proyek yaitu membantu dan
membimbing siswa agar siswa dapat berperan aktif dalam melakukan suatu proyek.
Menurut Bevan dan Sharon (2009), studi lapangan atau karyawisata adalah metode
pembelajaran melalui pengumpulan data secara langsung dengan pengamatan,
wawancara, mencatat, atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
Menurut Daryanto (2009:403), metode demonstrasi adalah cara menyajikan bahan
pembelajaran dengan menampilkan atau memperagakan kepada peserta didik yang
sering disertai penjelasan secara lisan. Dalam demonstrasi hasil yang terjadi harus
disampaikan pada murid sehingga murid tidak merumuskan masalah dan menarik
kesimpulan berdasarkan apa yang disaksikannya.
Roestiyah, (2012: 80), pengertian Meteode eksperimen merupakan satu dari banyak
metode mengajar di mana siswa melaksanakan sesuatu percobaan mengenai sesuatu
hal, melihat prosesnya dan menuliskan hasil percobaannya, selanjutnya hasil
pengamatan tersebut disampaikan di kelas dan dievaluasi oleh pendidik.
Syaiful Bahri Djamarah (2005: 234) menjelaskan bila metode eksperimen merupakan
metode yang memberikan kesempatan kepada siswa perorangan atau kelompok
untuk berlatih melakukan suatu proses maupun percobaan. Melalui metode ini siswa
diharapkan sepenuhnya terlibat eksperimen, melakukan eksperimen, menemukan
fakta, mengumpulkan data, mengendalikan variabel, serta memecahkan masalah
yang dihadapinya secara nyata. Dengan menggunakan metode eksperimen dapat
memudahkan siswa dalam memahami materi yang diberikan karena siswa dituntut
untuk melakukan eksperimen atau praktik langsung dalam mencari tahu jawabannya.
PEMBAHASAN
Dari berbagai banyak jenis metode yang dapat digunakan dan dipilih guru dalam
pembelajaran, tidak semuanya dapat digunakan dalam kelas. Banyak faktor yang
menjadi penyebab mengapa guru harus dapat memilih metode yang tepat agar tujuan
dari pembelajaran dapat diterima siswa dengan baik. Metode belajar hendaknya
sesuai dengan tujuan, metode belajar hendaknya diadaptasi dengan kemampuan
siswa, metode belajar hendaknya sesuai dengan psikologi belajar, metode belajar
hendaknya disesuaikan dengan bahan pengajaran, disesuaikan dengan alokasi waktu
dan sarana prasarana yang tersedia, serta metode belajar harus sesuai dengan pribadi
guru merupakan berbagai faktor yang dapat dijadikan pertimbangan dalam memilih
metode.
KESIMPULAN
Metode sangat diperlukan guru dalam memberikan pelajaran untuk siswa dikelasnya.
Dengan menggunakan metode maka tujuan dari pembelajaran dapat tersampaikan
kepada siswa. Dengan menggunakan metode yang tepat dapat memudahkan guru
dalam menyampaikan sebuah materi kepada siswa serta metode yang tepat juga
mampu memberikan hasil atau dampak setelah dilakukannya pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Afriana, Jaka. 2015. Project Based Learning (PjBL). Makalah untuk Tugas Mata Kuliah
Pembelajaran IPA Terpadu. Program Studi Pendidikan IPA Sekolah Pascasarjana.
Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Armai, Arief. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta:
Ciputat Press.
Bevan, N. dan Sharon, T. 2009. www.usabilitybok.org/field-study.
Daryanto. 2009. Demonstrasi Sebagai Metode Belajar. Jakarta: Depdikbud.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2010.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Asdi. Mahasatya
Hamalik, Oemar. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Jakarta: Bumi Aksara.
Hasibuan, J.J. dan Moedjiono. 2011. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Murwani Elika Wati. 2006. Peran Guru Dalam Membangun Kesadaran Kritis Siswa.
Jurnal Pendidikan Penabur.
N. Ardi Setyanto. 2017. Interaksi dan Komunikasi Efektif Belajar-Mengajar.
Yogyakarta: Diva Press.
Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Sagala, Syaiful. 2012. Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu
Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.
Sani, R.A. (2019). Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Sanjaya, Wina (2016). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan
(Cetakan ke 12). Jakarta: Kencana Prenada Media.
Sudjana, Nana. 2013. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Syaiful Bahri Djamarah. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta:
Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai