Anda di halaman 1dari 4

Nama : Rico Eko Andrianto

NIM : 2207090518

Analisislah artikel yang terlampir ditinjau dari kedalaman pendahuluan dan pembahasan.

Artikel 1 : Improving students’ mathematics self-efficacy through problem based


learning
Ringkasan pendahuluan :
Efikasi diri atau keyakinan kita pada kemampuan diri sendiri. Merupakan factor
penting yang dapat mempengaruhi pencapaian siswa dalam proses pembelajaran. (Mukhid
2009). Setiap siswa memiliki tingkat efikasi berbeda dalam mengerjakan suatu tugas.
Efikasi diri dalam matematika digambarkan keyakinan diri dalam menyelesaikan
berbagai tugas, dari memahami konsep hingga memecahkan masalah dalam matematika.
semakin tinggi efikasi siswa dapat mendorong tercapainya hasil belajar yang baik, dan Ketika
siswa memiliki hasil belajar yang baik maka mereka akan lebih termotivasi dalam proses
pembelajaran. (Zimmermann, dkk, 2011).
Siswa dengan efikasi diri yang tinggi bertahan lebih lama pada masalah matemarika
yang sulit dan lebih akurat disbanding siswa dengan efikasi diri yang lebih rendah (Fast, et,
al, 2015).
Semua hal yang dijelaskan diatas didukung oleh fakta berdasarkan wawancara dengan
guru matematika di SPN 1 Yogyakarta. Di sekolah itu efikasi diri siswa tergolong rendah
karena matematika masih dianggap sebagai pelajaran yang sulit (didukung dengan hasil
angket efikasi diri siswa terhadap matematika melibatkan 35 siswa)

Dari tabel diatas efikasi diri siswa perlu ditingkatkan. Upaya yang dapat dilakukan
adalah dengan meningkatkan proses pembelajaran matematika (proses pembelajaran yang
interaktif, menyenangkan, penantang dan memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam
proses pembelajaran) disini menggunakan PBL (problem based learning). PBL merupakan
strategi pembelajaran yang mengharuskan siswa mempelajari materi pembelajaran sambal
memecahkan masalah yang berpusat pada siswa (Jonassen, 2011). PBL menekankan pada
kebutuhan siswa untuk menyelidiki masalah yang disajikan dan mengkontruksi pengetahuan
berdasarkan pengalaman yang diorganisir sesuai dengan situasi didunia nyata. PBL dimuali
dengan penyajian masalah dan pengorganisasian siswa ke dalam kelompok belajar.
Kemajuan siswa dipantau saat petanyaan dibuka.
Dari wawancara dengan guru matematika kelas VIIIB pembelajaran PBL sudah
dilakukan tetapi belum maksimal yang disebabkan oleh kemampuan kognitif / prestasi
belajarmatematika siswa dikelas tergolong rendah (siswa pasif dan kurang antusias)

Ringkasan hasil dan pembahasan :


Penelitianini dilakukan dengan 2 siklus (setiap siklus siswa melakukan pretest untuk
mengethui kemampuan siswa). Proses belajar menggunakan lembar kerja yang sudah
disiapkan dan siswa berdiskusi dalam kelompok kecil (2-4 siswa). Tetapi setiap siswa
memiliki lembar kerja sendiri (supaya memiliki pengalaman yang sama). Pada setiap siklus
memiliki 4 tahapan (perencanaan, Tindakan, observasi, dan refleksi).
Pada siklus 1 belum berjalan dengan maksimal karena siswa membutuhkan adaptasi
(siswa sering keluar dari topik diskusi dan kurang focus mengikuti pembelajaran). Saran dan
peringatan dari guru dalam diskusi masih diterapkan untuk membimbing siswa dalam proses
belajar. Pada kegiatan presentasi siswa masih kurang percaya diri. Tetapi masalah diatas
sudah mulai teratasi pada saat siklus kedua.

Efikasi diri sebagai target utama dalam penelitian ini sudah tercapai.

Prestasi belajar siswa diukur menggunakan instrument tes yang dibagi menjadi 4.
Pretest dan posttest pad asiklus 1 dan pretest dna posttest pada siklus 2. Dan dari tabel diatas
dapat disimpulkan memiliki peningkatan.
Dari data yang diperoleh diketahui bahwa penelitian tindakan kelas yang dilakukan
secara kolaboratif antara peneliti dan guru matematika kelas VIII-B SMP N 1 Yogyakarta
dapat meningkatkan efikasi diri matematika siswa.
Analisis artikel 1 :
Dari data artikel yang sudah saya simpulkan diatas ada beberapa hal yang tidak
disebutkan dalam penelitian sepeti berapa lama penelitian itu dilakukan (pretest-posttest pada
setiap siklus). Berapa lama siswa dapat menyesuaikan diri dari siklus 1 menuju siklus 2.
Pretest-posttest dalam bentuk apa yang sesuai dengan matematika dan masalah dalam
kehidupan sehari-hari.
Bagaimana cara mengatasi tingkat efikasi diri yang berbeda setiap siswa, dan apakah
hal tersebut sangat berpengaruh dalam penelitian dan hasil penelitian, hal itu tidak dijelaskan
dalam artikel. (apakah setiap kelompok dibagai dengan distribusi normal atau bagaimana)
Dalam proses pembelajaran tidak dijelaskan motivasi, kondisi kelas, dan sikap guru
seperti apa yang dapat meningkatkan motivasi siswa untuk ikut aktif dalam pembelajaran.
Dan yang terpenting adalah kelanjutan dari penelitian tersebut. Apakah pendekatan
PBL masih dilakukan setelah penelitian ini dilakukan?. Karena jika tidak maka tingkat efikasi
diri siswa dapat turun seperti sebelum penelitian ini dilakukan.

Jurnal 2 : Blended Learning Models


Ringkasan Pendahuluan :
Blended learning digunakan untuk menggambarkan solusi yang menggabungkan
beberapa metode penyampaian yang berbeda. Blended learning juga digunakan untuk
menggambarkan berbagai aktivitas berbasis peristiwa baik secara kelas tatap muka, e-
learning, dan pembelajaran mandiri. Tetapi tidak ada formula yang dapat menjamin
pembelajaran berjalan dengan baik. NIT mengkategorikan blended learning menjadi 3 model
sebagai panduan mengatur aktivitas belajar.
- Pembelajaran berbasis keterampilan. Menggabungkan pembelajaran mandiri dengan
dukungan fasilitator untuk mengembangkan pengetahuan khusus dan pembelajaran
berbasis sikap
- Pembelajaran berbasis perilaku spesifik pembelajarannberbasis kompetensi
- Pembelajaran berbasis kompetensi. Meningkatkan daya manajemen dan pendamping
untuk mengembangkan kompetensi di tempat kerja
Ringkasan Pembahasan :
Dalam pembahasan dibahas seacara singkat dan sangat jelas dengan bentuk tabel
sehingga mudah untuk dimengerti sebagai berikut.
- Pembelajaran berbasis keterampilan
Memadukan interaksi dengan fasilitator melalui forum diskusi, email dan
pertemuan tatap muka. Seperti kursus dan buku berbasis web. Lebih menekankan
pada interaksi anatara siswa dengan fasilitator untuk mencapai sebuah tujuan
pembelajaran
Disebutkan juga bebgai contoh pembelajaran berbasis keterampilan seperti
Belajar mandiri. Berbais teknologi seperti tutorial berbasis web, EPSS, simulasi dan
berbasis non teknologi seperti artikel, buku, pelatiha di tempat kerja.
- Pembelajaran berbas is perilaku
Memadukan pembelajaran berbasis kelas tradisional dengan acara
pembelajaran kolaboratif online. Contohnya kursus soft skill yang membutuhkan role
playing evaluasi kinerja atau negoisasi dengan pelanggan.
- Pembelajaran berbasis kompetensi
Keberhasilan bergantung pada seberapa cepat karyawan membuat keputusan
di tempat kerja. Proses pengambilan keputusan dipandu oleh fakta umum dan prinsip
kerja.

Analisis Jurnal 2 :
Dalam pendahuluan dan pembahasan sudah menjabarkan pemngertian dari blended
learning, sampai berbagai contohnya.
Pengantar menjelaskan secara singkat pengertian dan mengaktegorikan blended
learning supaya mudah untuk dipahami, dan dalam pembahasan dijelaskan secara rinci dari
kategori yang telah dijelaskan.
Tetapi tidak dijelaskan apa saja kelemahan dari blended learning dan setiap
kategorinya, dan bagaimana cara mengatasi setiap kelemahan tersebut.
Tidak dijelaskan juga spesifikasi seperti apa yang untuk dapat menerapkan blended
learning itu.

Artikel 3 : Relating Students’ Personal Frameworks for Science Learning to Their


Cognition inCollaborative Contexts

Ringkasan pendahuluan :
(National Research Council, 1996) menyarankan agar guru sains dapat
mengembangkan pembelajaran sains sambal memastikan kesetaraan dan pertisipasi penuh
dari keragaman siswa di sekolah. Dalam penelitian bebrapa decade ini menunjukkan
kepribadian siswa dapat mempengaruhi pembelajaran.

Ringkasan pembahasan :
Analisis artikel 3 :

Anda mungkin juga menyukai