Anda di halaman 1dari 13

PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERBASIS KETERPADUAN DATA DI

KOTA SEMARANG

POVERTY ALLEVIATION BASED ON DATA INTEGRATION IN SEMARANG MANUCIPAL

Irmayani dan Suradi


Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial
Jln. Dewi Sartika No. 200, Cawang III, Jakarta Timur, Telp. 021-8017146.
E-mail: mas.soeradi@yahoo.co.id

Diterima: 25 Oktober 2018; Direvisi: 14 Nopember 2018; Disetujui: 3 Desember 2018

Abstrak
Penanggulangan kemiskinan memerlukan keterpaduan data, sehingga hanya ada satu data fakir miskin
pada program kemiskinan. Permasalahan utama yang hingga kini masih menjadi perdebatan di lingkungan
birokrasi, peneliti maupun akademisi, bahwa data kemiskinan yang masih bermacam-macam, dan dikelola
oleh berbagai instansi, merupakan pangkal dari tidak efektifnya program penanggulangan kemiskinan di
Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan penanggulangan kemiskinan berbasis keterpaduan data
di Kota Semarang. Sumber data penelitian adalah Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda)
dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang menyelenggarakan program penanggulangan kemiskinan.
Data dikumpulkan melalui wawancara, studi dokumentasi dan FGD dengan unsur Dinas Sosial, dan OPD
penyelenggara program kemiskinan. Berdasarkan analisis secara kualitatif, penanggulangan kemiskinan di
Kota Semarang belum berbasis keterpaduan data. Setiap OPD penyelenggara program kemiskinan meliliki
data kemiskinan sendiri-sendiri, baik data yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) maupun hasil
pendataan sendiri. Hal ini menyebabkan capaian program penanggulangan kemiskinan di Kota Semarang
belum optimal pada lima tahun terkahir. Sehubungan dengan itu, Pemda yang dimotori Bappeda Kota
Semarang perlu melakukan penataan pengelolaan data kemiskinan, sehingga ke depan terwujud data yang
terpadu atau satu data kemiskinan pada satu pintu.
Kata kunci : kemiskinan, program penanggulangan kemiskinan, keterpaduan data.
Abstract
Poverty reduction requires solid data integration, so that there is only one poor data in the poverty allevation
program. The main problem that are still debated in the bureaucracy, researchers and academics, that
poverty data that is still diverse, and managed by various agencies, is the basis of the ineffectiveness of
poverty reduction programs in Indonesia. This study aims to explain data integration based poverty
alleviation in Semarang City. The research data sources are Regional Planning and Development Agency
(Bappeda) and Regional Device Organizations (OPD) that carry out poverty reduction programs. Data was
collected through interviews, documentary study and Focus Group Discussions with elements of the Office of
Social Affairs, and OPD administering poverty programs. Based on qualitative analysis, poverty reduction
in Semarang City has not been based on data integration. Every OPD organizers of poverty programs have
their own poverty data, both data from the Central Bureau of Statistics (BPS) and the data collection itself.
This causes the achievement of poverty reduction programs in the city of Semarang has not been optimal
in the last five years. In connection with this, the Regional Government led by the Regional Planning and
Development Agency of Semarang City needs to organize the management of poverty data, so that in the
future there will be integrated data or one poverty data at one door.

Keywords: poverty, poverty allevation program, data integration.

SOSIO KONSEPSIA Vol. 8, No. 01, September - Desember, Tahun 2018 1


PENDAHULUAN kebijakan dan program kesejahteraan
Pemerintah Indonesia menempatkan sosial, terutama kebijakan dan program
penanggulangan kemiskinan sebagai salah penanggulangan kemiskinan memperhatikan
satu prioritas nasional. Oleh sebab itu, dan merujuk kebijakan dan program yang ada
maka penanggulangan kemiskinan menjadi di Kementerian Sosial RI. Regulasi dalam
kewenangan dan tanggung jawab bersama bentuk Peraturan Daerah (Perda) dan Rencana
antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi Strategis Kesejahteraan Sosial, akan merujuk
dan pemerintah kabupaten/kota. dan masyarakat pada peraturan perundang-undangan, dan data
Kewenangan dan tanggung jawab pemerintah kemiskinan yang ada di Kementerian Sosial. Hal
kabupaten/kota dalam pembangunan sosial, ini dimaksudkan agar regulasi dan program yang
dengan jelas diatur di dalam Undang- diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten/
Undang (UU) Nomor 23 Tahun 2014 tentang Kota di bidang kesejahteraan sosial, sejalan
Pemerintahan Daerah. Pada bagian ketiga dengan Strategi Nasional, dan memberikan
dari UU tersebut diatur Urusan Pemerintahan kontribusi pada pencapaian target nasional.
Konkuren, yang salah satu di antaranya adalah Khusus mengenai data kemiskinan, perlu
urusan sosial. Urusan sosial sebagaimana pemahaman bersama, bahwa penanggulangan
dimaksud adalah urusan kesejahteraan sosial kemiskinana memerlukan “satu data dalam satu
(lihat UU No 11/2009). Sehubungan dengan pintu” (lihat Sitepu.et.al, 2018; Mahaeni.et.al,
itu, ketika melihat UU No 23 Tahun 2014, 2018; Ummami, 2013; Darwis dan Nurmanaf,
maka Pemerintah Daerah tentunya juga melihat 2001).
UU No 11 Tahun 2009, untuk memperoleh
Permasalahan klasik yang hingga kini masih
pemahaman yang komprehensif terkait dengan
menjadi perdebatan di lingkungan birokrasi,
urusan sosial yang menjadi urusan pemerintah
peneliti maupun akademisi, bahwa data
konkuren.
kemiskinan yang masih bermacam-macam,
Salah satu urusan sosial adalah dan dikelola oleh berbagai instansi, merupakan
penanggulangan kemiskinan atau pangkal dari tidak efektifnya program
penanggulangan fakir miskin (amanat UU penanggulangan kemiskinan di Indonesia.
No 11/2009; UU No 13/2011). Di dalam Belum ada satu data kemiskinan yang dapat
UU No 13/2011, Pemerintah Daerah digunakan oleh instansi pemerintah yang
memiliki kewenangan dan tanggung jawab menyelenggarakan program penanggulangan
untuk menyelenggarakan penanggulangan kemiskinan. Instansi pemerintah, baik di Pusat
kemiskinan dengan membentuk Peraturan maupun di Daerah, masih sibuk mengumpulkan
Daerah (Perda). Hal ini dimaksudkan, bahwa data sendiri sesuai dengan kriteria yang
penanggulangan kemiskinan di Indonesia, dibangun sendiri, dan ada kesan mengabaikan
tidak semata-mata menjadi tugas dan tanggung data yang sudah ada. Hal ini mensyiratkan
jawab Pusat, tetapi Pemerintah Provinsi dan buruknya tata kelola pemerintahan (Rinaldi,
Kabupatan/Kota memiliki tugas dan tanggung 2014; Karnaesih, 2005; Sumarto, Suharyadi
jawab yang sama. dan Arifianto, 2004).

Berdasarkan mandat UU tersebut di atas, Penduduk miskin di Kota Semarang


Pemerintah Daerah terutama Pemerintah berjumlah 424,628 orang (BPS Kota Semarang,
Kabupaten/Kota ketika merumuskan 2017), dan penduduk miskin di Provinsi Jawa

2 SOSIO KONSEPSIA Vol. 8, No. 01, September - Desember, Tahun 2018


Tengah 3,90 juta orang (BPS Prov Jawa Tengah, METODE
2017). Berdasar data kemiskinan tersebut, Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
penduduk miskin di Kota Semarang sebesar dengan pendekatan kualitatif. Penelitian
10,89 persen dari populasi penduduk miskin di dalam rangka menjelaskan penanggulangan
Provinsi Jawa Tengah. kemiskinan berbasis keterpaduan data.
Keterpaduan data dimaksud adalah satu data
Apabila data penduduk miskin tersebut
kemiskinan yang digunakan sebagai basis
sudah menjadi satu data, maka data penduduk
dalam penanggulangan kemiskinan oleh OPD-
miskin di Kota Semarang merupakan sebagian
OPD di Kota Semarang.
dari penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah,
dan penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah Kota Semarang adalah salah satu kota, di
merupakan sebagian dari penduduk miskin mana Dinas Sosialnya telah melakukan MoU
nasional. Dengan demikian, maka capaian dengan Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan
target penurunan angka kemiskinan nasional Sosial untuk mengelola data kemiskinan.
dapat diikuti dari capaian target penurunan Melalui MoU tersebut, data kemiskinan di
angka kemiskinan di Kota Semarang dan di Kota Semarang berada dalam satu pintu,
Provinsi Jawa Tengah. yaitu pada Dinas Sosial Kota Semarang.
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang
Penelitian yang membahas kemiskinan di
menyelenggarakan program penanggulangan
Kota Semarang sudah banyak dilakukan, dan
kemiskinan, akan menggunakan data
dapat diakses dalam publikasi nasional (Natalia
kemiskinan yang ada di Dinas Sosial tersebut.
dan Alie, 2014; Rachmawati dan Surtian,
2011; Desmawati, Rifai dan Mulyono, 2015). Pengumpulan data dilakukan melalui
Sementara itu penelitian penanggulangan wawancara mendalam dan diskusi kelompok
kemiskinan berbasis keterpaduan data masih terarah (FGD) dengan pejabat dan pelaksana
sangat terbatas. Berdasar isu-isu tersebut, program dari Organisasi Perangkat Daerah
maka penelitian ini perlu dilakukan. Penelitian (OPD), seluruhnya berjumlah 20 orang. Peneliti
ini bertujuan untuk menjelaskan kibijakan, juga melakukan studi domentasi dengan
program penanggulangan kemiskinan dan mempelajari laporan tertulis yang berkaitan
keterpaduan data kemiskinan di Kota Semarang. dengan regulasi dan program penanggulangan
kemiskinan di Kota Semarang.
Keterpaduan data dimaksud adalah satu
data kemiskinan atau data fakir miskin yang Informasi yang dihimpun melalui berbagai
dikeluarkan oleh Kementerian Sosial RI, metode dikompilasi dan dikategorisasi berdasar
dan diberlakukan di seluruh Indonesia. Hal tujuan penelitian. Kategorisasi menghasilkan
ini sesuai dengan UU No 13/2011 tentang tiga aspek yang menjadi fokus analisis penelitian
Penanggulangan Fakir Miskin, dan Permensos ini, yaitu: regulasi, program anti kemiskinan,
No 30/HUK/2017 tentang Kelompok dan keterpaduan data kemiskinan.
Kerja Pengelolaan Data pada Program
Penanggulangan Fakir Miskin. Sehubungan HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan itu, maka OPD-OPD di wilayah Kota
1. Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan
Semarang akan menggunakan satu data pada
Pemerintah Kota Semarang
program penanggulangan kemiskinan.
mengeluarkan kebijakan penanggulangan

SOSIO KONSEPSIA Vol. 8, No. 01, September - Desember, Tahun 2018 3


kemiskinan sebagai respon terhadap sesuai dengan bidang kompetensi dan
permasalahan kemiskinan yang ada di Kota tupoksi masing-masing (Semarangkota.
Semarang. Kebijakan dimaksud dalam go.id, 2016). .
bentuk Peraturan Daerah (Perda) Nomor
Peningkatan pelayanan untuk warga
12 Tahun 2016 tentang Penanggulangan
miskin meliputi bidang sosial, ekonomi,
Kemiskinan di Kota Semarang. Perda
pendidikan, kesehatan, budaya. Semua OPD
inilah yang kemudian menjadi payung
masuk tim penanggulangan kemiskinan.
hukum bagi setiap Organisasi Perangkat
Seperti Dinas Permukiman punya program
Daerah (OPD) di Kota Semarang dalam
bedah rumah, Dinas Kesehatan Kota (DKK)
penyelenggaraan prorgam penanggulangan
memiliki program Jamkesmaskot, Dinas
kemiskinan sesuai dengan tugas dan fungsi
Pendidikan (Disdik) memiliki beasiswa
OPD masing-masing.
miskin, program inklusi, dan pelatihan,
Salah satu kegiatan yang diatur di budidaya ternah hingga perikanan, untuk
dalam Perda tersebut adalah pendataan dan OPD yang lain.  Konsep Gerbang Hebat
penandaan warga miskin Kota Semarang ini terintegrasi dengan stakeholder. Pihak
melalui Kartu Identitas Miskin. Kartu pemangku wilayah seperti lurah dan camat
Identitas Miskin ( KIM) digunakan untuk melakukan pemetaan untuk kawasan
mengidentifikasi warga miskin yang ada di tematik. Program ini akan lebih cepat terlihat
Kota Semarang. KIM ini akan digunakan hasilnya jika masyarakat yang masuk dalam
sebagai acuan bagi seluruh program OPD database miskin mamiliki semangat untuk
dalam penanggulangan kemiskinan di Kota lepas dari persoalan kemiskinan. Termasuk
Semarang. Proses pelaksanaan program mengubah pola pikir ketergantungan pada
– program penanggulangan kemiskinan bantuan. Dalam beberapa kasus persoalan
di Kota Semarang harus tertuju kepada kemiskinan sulit terentaskan, karena
masyarakat penerima KIM tersebut, sehingga masyarakat masih nyaman berada di zona
diharapkan program penanggulangan miskin yang selalu menikmati bantuan dari
kemiskinan di Kota Semarang akan tepat pemerintah (Semarangkota.go.id, 2016). 
sasaran (Semarangkota.go.id, 2016). 
2. Program Penanggulangan Kemiskinan
Pemerintah Kota Semarang memiliki
Penanggulangan kemiskinan atau
program pengentasan kemiskinan melalui
fakir miskin, sudah menjadi salah satu
motto: Gerbang Hebat, singkatan dari
program unggulan di Kota Semarang.
Gerakan Bersama Penanggulangan
Peraturan Daerah (Perda) No 12 tahun 2016
Kemiskinan dan Pengangguran Melalui
memberikan mandat kepada setiap OPD
Harmonisasi Ekonomi, Edukasi, Ekosistem,
yang memiliki program penanggulangan
Etos Bersama Masyarakat. Program ini
kemiskinan, menjadi bagian dari Tim
akan berjalan dengan empat skenario
Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan
yang tertuang dalam empat klaster, yakni
Kota Semarang. Kemudian, di dalam Perda
pengentasan kemiskinan berbasis bantuan
tersebut diatur dengan jelas dan tegas,
sosial, pemberdayaan masyarakat, fasilitasi
adalah kelompok program penanggulangan
UMKM dan mikro, dan perluasan program
kemiskinan.
pro rakyat. Keempat klaster tersebut,
kedepannya dilaksanakan oleh OPD teknis Berdasarkan Perda itu, OPD yang

4 SOSIO KONSEPSIA Vol. 8, No. 01, September - Desember, Tahun 2018


memiliki sasaran program penanggulangan praktiknya program ini belum berjalan
kemiskinan, masuk ke dalam kelompok secara optimal dan masih dihadapkan
program yang dikoordinasikan oleh dengan berbagai kendala. Sebagaimana
Bappeda Kota Semarang. Program- dikemukakan informan petugas kesehatan:
program penanggulangan kemiskinan “pada implementasi program, banyak
yang dilaksanakan oleh OPD sebagaimana ditemukan kendala, yaitu pada penerima
tampak pada tabel berikut: PBI seringkali data penerimaan bantuan
tidak ada, data banyak penerima
Tabel 1: OPD dan Program Penanggulangan
program yang belum terisi NIK-nya,
Kemiskinan di Kota Semarang
data terpecah atau tidak dalam satu
Nama Organisasi KK. Juga ditemukan, bahwa peserta KIS
No Perangkat Program Ket.
Daerah yang belum mendapatkan kartu, padahal
1 Kesehatan KIS dan 1 kelg, mereka sudah terdaftar PBI. Mekanisme
Jamkesmaskot 1 pasien updating data terlambat. Data fakir
2 Pendidikan KIP (beasiswa 1 kelg, miskin, belum dapat mengatasi masalah,
miskin) 1 anak karena kalau suatu keluarga memiliki
3 Perikanan Bantuan Sarana anak dua, maka yang dapat prorgam satu
4 Sosial PKH, Rutilahu, orang”.
KUBE, Rastra/
BPNT b. Dinas Pendidikan
5 Pengendalian KB Gratis Dinas Pendidikan menyelenggaran
Penduduk
dan Keluarga
program dengan sasaran keluarga miskin,
Berencana yaitu Kartu Indonsia Pintar (KIP) dan
6 Kependudukan Akte Gratis bantuan siswa miskin. Pada praktiknya
dan Catatan Sipil program KIP tersebut masih ditemukan
7 Tenaga Kerja Pelatihan kerja berbagai permasalahan di lapangan.
8 Permukiman Rutilahu Sebagaimana dikemukakan oleh informan
9 Koperasi Pelatihan dari dinas pendidikan:
kewirausahaan
10 Bappeda Koordinasi ... program ini menyasar orang umur
program yang 40 tahun, dengan jumlah cukup banyak.
dilaksanakan Permasalahan lain, bahwa Kartu
oleh OPD
Indentitas Miskin tumpang tindih
Sumber: Hasil FGD di Bappeda Kota Semarang, pada pemberian beasiswa miskin.
2018.
Pencairan data KIP sempat mengakami
Implementasi program penanggulangan keterlambatan atau tertunda, sehingga
beasiswa terlambat diterima. Program
kemiskinan pada OPD di Kota Semarang dapat
ini belum dapat mengatasi masalah,
dijelaskan sebagai berikut:
karena keluarga yang memiliki anak dua
a. Dinas Kesehatan orang pada usia sekolah, yang menerima
Dinas Kesehatan Kota Semarang KIP hanya satu orang.
menyelenggarakan program dengan sasaran c. Dinas Perikanan
keluarga miksin, yaitu Keluarga Indonesia Dinas Perikanan Kota Semarang
Sehat (KIS) dan Jaminan Kesehatan Daerah menyelenggarakan program
(jamkesda) bagi keluarga miskin. Pada penanggulangan kemiskinan, yang

SOSIO KONSEPSIA Vol. 8, No. 01, September - Desember, Tahun 2018 5


sasarannya nelayan kategori miskin. sehingga memerlukan kesiapan sumber
Program ini dilaksanakan melalui bimbingan daya manusia di daerah”.
teknik tanhkap ikan, dan bantuan sarana
e. Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga
kerja tangkap ikan. Berkaitan dengan itu, Berencana
dikemukakan oleh informan berikut:
Dinas PPKB ini terbentuk pada tahun
“pada umumnya nelayan itu pendidikan 2017. Program yang sudah dilaksanakan
dan keterampilannya sangat rendah, dan adalah pelayanan KB gratis bagi keluarga
karenanya perlu diberikan pelatihan. miskin dengan dukungan APBN. Selain
Selain pendidikan dan keterampilan yang itu, program kampung KB sebagai
rendah, mereka mencari ikan dengan sebuah gerakan KB yang dilaksanakan di
peralatan kerja tradisional, sehingga setiap kecamatan. Berkaitan dengan itu
hasil tangkapnnya kurang memenuhi
dikemukakan oleh informan berikut:
kebutuhan sehari-hari. Instansi kami
memberikan bantuan sarana kerja “Program KB gratis ini ditujukan
dengan harapan keluarga miksin akan bagi keluarga miskin. Ini sebagai
mengalami peningkatan hasil tangkapan bentuk kontribusi OPD kami dalam
ikannya, sehingga akan meningkat pula penanggulangan kemiskinan di
penghasilan dan kesejahteraannya”. Indonesia”.

d. Dinas Sosial f. Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil)


Dinas Sosial menyelenggarakan Dinas Dukcapil menyelenggarakan
program penanggulangan kemiskinan atau program layanan Nomor Induk
penanggulangan fakir miskin. Program Kependudukan (NIK) kepada setiap
tersebut dengan dukungan APBN, seperti orang. Prinsipnya setiap orang yang ada
Program Keluarga Harapan (PKH), di Kota Semarang harus memiliki NIK,
kelompok usaha bersma (KUBE FM), sebagaimana dikemukakan oleh informan
Rehabilitasi Rumah (Rutilahu) dan distribusi dari Dukcapil berikut:
bahan pangan (BPNT). Semua program ...baik orang tersebut miskin maupun
tersebut dari Kementerian Sosial dengan tidak miskin akan menerima layanan
dukungan dana APBN. Selain program NIK. Jadi, siapapun orang selama
dari Pusat atau APBN, Dinas Sosial Kota mereka penduduk Kota Semarang, akan
Semarang juga menyelenggakan program memperoleh palayanan NIK.
bagi keluarga miksin dari APBD II, yaitu Berkaitan dengan layanan NIK ini,
bantuan usaha bagi keluarga miskin. disadari masih ada permasalahan, di mana
Sebagaimana dikemukakan oleh informan masih ada keluarga yang tidak memiliki
berikut: NIK, tetapi jumlahnya sangat kecil. Kepada
“Dinas Sosial Kota Semarang mereka akan dilakukan pencatatan sesegera
menyelenggarakan program yang mungkin agar tidak terkendala sebagai
dananya dari APBN atau dari calon penerima program.
Kementerian Sosial, seperti PKH, g. Dinas Tenaga Kerja
KUBE, Rutilahu dan BPNT. Kemudian
melaksanakan program yang dananya Dinas Tenaga Kerja menyelenggarakan
dari APBD II atau dari Pemda Kota program pelatihan kerja atau kewirausahaan
Semarang. Namun demikian, program dan padat karya. Program ini dengan
tersebut masih berjalan sendiri-sendiri, sasaran keluarga miskin, terutama bagi

6 SOSIO KONSEPSIA Vol. 8, No. 01, September - Desember, Tahun 2018


mereka yang masih usia muda / produktif. Program ini didasarkan pada kondisi
Program ini didasarkan pada kondisi riil orang miskin, di mana mereka pada
obyektif orang miskin yang pada umumnya umumnya tidak memiliki ketarampilan
memiliki keterampilan yang sangat rendah, wirausaha. Berkaitan dengan itu,
sehingga menghadapi kesulitan untuk dikemukakan oleh informan berikut:
mengembangkan potensi dirinya. Berkaitan ”Keterbatasan pada orang miskin
dengan itu dikemukakan oleh informan menyebabkan mereka tidak mampu
berikut: mengembangkan potensinya, dan
“melalui program ini, penduduk usia keterbatasan mengakses pelayanan
produktif dan masuk kategori miskin, yang diperlukan. Melalui program
memiliki satu jenis usaha ekonomi tersebut, keluarga miskin akan memiliki
yang layak, sehingga mereka mampu keterampilan bidang wirasaha atau
meningkatkan taraf hidupnya”. kegiatan usaha ekonomis produktif,
sehingga mereka memiliki pendapatan
h. Dinas Permukiman
yang lebih baik”.
Dinas Permukian menyelenggarakan
program rehabilitasi rumah layak huni atau j. Bappeda
Rutilahu. Program Rutilahu ini dilaksanakan Badan Perencanaan Pembangunan
sejak tahun 2011, sebagai ini sebagai wujud Daerah (Bappeda) Kota Semarang,
kontribusi Dinas Permukiman dalam merupakan OPD yang tugasnya
penanggulangan kemiskinan. Sebagimana mengkoordinasikan perencanaan pada
dikemukakan oleh informan berikut: OPD di Kota Semarang. Sebagaimana
dikemukakan oleh informan berikut:
“rehabilitasi rumah layak huni atau
rutilahu ini sebagai slah satu upaya “Bappeda adalah OPD yang tugasnya
untuk memenuhi kebutuhan dasar mengkoordinasikan program-program
keluarga miskin, yaitu rumah yang OPD mulai dari tahap perencanaan
layak huni. Program ini menjawab dan penganggarannya. Termasuk di
kebutuhan keluarga miskin yang selama dalamnya mengendalikan program-
ini menempati rumah tidak layak huni, program pada OPD tersebut, sehingga
dan menempati di kantong-kantong sesuai dengan tujuan yang akan dicapai
kemiskinan”. oleh Rencana Strategis Kota Semarang.
Oleh karena itu, berbicara program
Implementasi program ini menghendaki
penanggulangan kemiskinakan, maka
persyaratan bagi keluarga miskin sesuai
prorgam itu berada pada OPD teknis”.
ketentuan dari Kementerian PUPERA,
yang salah satunya adalah rumah milik Ketelibatan beberbagai OPD di Kota
sendiri. Adapun sumber pendanaan program Semarang dalam program penanggulangan
tersebut, selain dari APBN juga dari dunia kemiskinan, menunjukkan Pemerintah Kota
usaha melalui mekanisme Coorporate Semarang sudah memiliki komitmen dalam
Social Responsibliity (CSR). penanggulangan kemiskinan. Meskipun
i. Dinas Koperasi demikian, komitmen tersebut mengundang
Dinas Koperasi menyelenggarakan pertanyaan, ketika disandingkan dengan data
program penaggulangan kemiskinan, yang kemiskinan di Kota Semarang. Berdasarkan
diarahkan pada peningkatan kapasitas data BPS, pada tahun 2011 penduduk miskin
kewirausahaan bagi keluarga miskin. berjumlah 88.453 jiwa (5.68 %) dan pada

SOSIO KONSEPSIA Vol. 8, No. 01, September - Desember, Tahun 2018 7


tahun 2015 menjadi 84.270 jiwa (4.97 %) a. Sumber data
(BPS Kota Semarang, 2016). Berdasarkan Data kemiskinan di Kota Semarang
data tersebut, selama 5 (lima) tahun terakhir, saat ini berasal dari berbagai sumber,
Kota Semarang hanya berhasil menurunkan yaitu TNP2K, kementerian sektoral,
angka kemiskinan sebesar 4.183 jiwa, hasil pendataan OPD sendiri dan hasil
atau rata-rata per tahun hanya berhasil pendataan Dinas Sosial Kota Semarang.
menurunkan angka kemiskinan sebesar Khusus terkait dengan pendataan yang
837 jiwa atau 170 KK. Jika angka ini dibagi dilakukan oleh Dinas Sosial Kota
pada OPD-OPD yang menyelenggarakan Semarang, dilakukan sebagai realisasi
program penanggulangan kemiskinan, maka dari mandat Peraturan Daerah (Perda)
rata-rata per OPD per tahun hanya berhasil Kota Semarang Nomor 12 Tahun 2016
menurunkan angka kemiskinan sebesar 19 tentang Penanggulangan Kemiskinan
KK atau 0,02 persen. Kota Semarang. Pada Pasal 7 disebutkan,
bahwa “pendataan, verifikasi dan
Pencapaian penurunan angka validasi data dilaksanakan oleh OPD
kemiskinan tersebut dapat dikatakan yang menangani urusan pemerintah
sangat kecil, jika dikaitkan dengan bidang sosial”.
jumlah OPD yang menyelenggarakan
Berkaitan dengan informasi yang
program penanggulangan kemiskinan. dihimpun dari berbagai sumber, maka
Hal ini menunjukkan, bahwa ada sesuatu pada setiap OPD yang menyelenggarakan
yang tidak tepat dalam penyelenggaraan program penanggulangan kemiskinan,
penanggulangan kemiskinan di Kota memiliki data kemiskinan berdasarkan
Semarang. Jika dikaitkan dengan versi OPD yang bersangkutan. Data
pembahasan terdahulu, maka belum tersebut merupakan “data program”
adanya satu data kemiskinan dan lemahnya pada masing-masing OPD, sehingga
koordinasi antar OPD, merupakan faktor tidak dapat digunakan oleh OPD lain
yang menyebabkan penanggulangan karena bersifat sektoral.
kemiksinan di Kota Semarang belum Berkaitan dengan sumber data
optimal. Hal ini berarti, bahwa komitmen kemiskinan, dikemukakan oleh informan
perlu didukung dengan komponen lain, dari beberapa OPD terkait. Pada saat
antara lain tersedianya data yang berkualitas ini Dinas Sosial Kota Semarang masih
dan koordinasi antara OPD. menggunakan dua data, yaitu data
Kementerian Sosial dan hasil pendataan
3. Katerpaduan Data Kemiskinan sendiri, sebagaimana dikemukakan oleh
Keterpaduan data menjadi kunci informan dari Dinas Sosial berikut.
efektivitas dalam penanggulangan
“untuk program Pusat digunakan
kemiskinan. Data kemiskinan yang
data dari Kementerian Sosial melalui
tersebar di setiap OPD, dan dikumpulkan Pusdatinkesos. Sementara itu untuk
oleh OPD masing-masing, menyebabkan program daerah atau yang bersumber
target perunuruan kemiskinan di Kota dari dana APBD kota, menggunakan
Semarang akan sulit diukur. Berkaitan data hasil pendataan sendiri”.
dengan keterpaduan data kemiskinan,
Pada Dinas Pengendalian
pada penelitian ini dikumpulkan informasi
Penduduk dan Keluarga Berencana,
berkaitan dengan hal-hal berikut:

8 SOSIO KONSEPSIA Vol. 8, No. 01, September - Desember, Tahun 2018


data untuk sasaran program diperoleh Penanggulangan Kemiskinan Kota
dari pendataan sendiri, sebagaimana Semarang. Untuk tugas tersebut, Dinas
dikemukakan oleh informan berikut: Sosial Kota Semarang belum didukung
dengan SDM dan sarana masih terbatas.
“Instansi kami melakukan pendataan
Sampai saat ini, pengelola data masih
sendiri untuk memperoleh data sasaran
menggunakan komputer pribadi”.
program yang kami laksanakan. Dari
pendataan yang kami lakukan, dan kami c. Penggunaan data
menentukan kategori keluarga miskin Berdasarkan tabel tersebut di atas,
dengan : KS I, II dan III setiap tahun. OPD yang menggunakan DT PPFM
Pada praktiknya, kegiatan pendataan baru Dinas Sosial. Dinas Sosial sudah
tersebut menggunakan jasa RT/RW menggunakan data karena instansi
setempa”. ini sudah melalukan MoU dengan
b. Pengelolaan data Kementerian Sosial. Berdasarkan MoU
Setiap OPD mengelola data tersebut, Dinas Sosial Kota Semarang
kemiskinan sebagai “data program” adalah instansi yang diberikan
pada OPD tersebut. Data kemiskinan kewenangan untuk mengelola dan
yang dikelola oleh setiap OPD sekaligus dapat menggunakan data DT
terebut tidak menjadi bagian dari data PPFM.
kemiskinan yang ada di Kota Semarang. Penggunaan data kemiskinan
Sehingga tampak sekali, bahwa data ini tidak terlepas dari sumber data
kemiskinan di Kota Semarang belum kemiskinan pada OPD-OPD di Kota
ada keterpaduan antar OPD, terutama Semarang. Selain Dinas Sosial,
dengan Dinas Sosial. OPD-OPD di Kota Semarang belum
Dinas Sosial Kota Semarang menggunakan DT PPFM untuk
selain mengelola “data program”, penentuan sasaran programnya. OPD
juga mengelola data kemiskinan yang tersebut menggunakan data BPS dan
dihasilkan dari pendataan atas mandat data hasil pendataan sendiri berdasarkan
Perda Kota Semarang. Sehingga pada pedoman Pusat (Kementerian masing-
Dinas Sosial Kota Semarang ada tiga masing). Alasan mereka menggunakan
jenis data kemiskinan, yaitu (1) data data sendiri, karena TNP2K banyak
kemiskinan untuk mendukung program yang tidak sesuai dengan kondisi di
Kementerian Sosial, (2) data kemiskinan lapangan. Misal, seseorang/ keluarga
untuk mendukung program Dinas yang sudah mampu masih dimasukkan
Sosial Kota Semarang sendiri, dan (33) dalam BDT, atau ternyata belum
data kemiskinan sebagai mandat dari memiliki NIK. Ketidaktepatan data
Perda No 12 tahun 2016. Sebagaimana ini menimbulkan permasalahan ketika
dikemukakan oleh informan pada Dinas akan mendistribusikan pelayanan dan
Sosial sebagai berikut: bantuan sosial.

“Dinas Sosial mengelola data kemiskinan Berkaitan dengan penggunaaan data


untuk keperluan Kementerian Sosial, kemiskinan, dikemukakan oleh informan
untuk keperluan Dinas Sosial Kota dari Dinas Tenaga Kerja sebagai berikut:
Semarang dan untuk memenuhi mandat “untuk menetapkan sasaran atau
Perda No 12 Tahun 2016 tentang penerima manfaat program pelatihan

SOSIO KONSEPSIA Vol. 8, No. 01, September - Desember, Tahun 2018 9


kerja, kewirausahaan dan padat karya, tugas mengelola data kemiskinan dari
instansi kami memperoleh data dari TNP2K. Selain data dari TNP2K,
Musrenbang. Selain itu kami melakukan berdasarkan Perda No 12 Tahun 2016
pemetaan sendiri dengan menggunakan tentang Penanggulangan Kemiskinan
instrumen yang telah tersedia, dan di Kota Semarang, bahwa Daerah juga
digunakan selama ini”. melakukan pendataan kemiskinan
Kemudian dikemukakan juga oleh sendiri. Berdasarkan Perda tersebut,
informan dari Dinas Permukiman Dinas Sosial adalah instansi yang
sebagai berikut: menjadapatkan mandat untuk pendataan,
verifikasi dam validasi data kemiskinan.
“data sasaran program diambil dari
data Bappeda. Kemudian, pada tahun Kemudian, pada tahun 2017
2017 diambil dari data TNP2K. Namun dilaksanakan MoU antara Dinas Sosial
demikian, data tersebut belum sesuai Kota dengan Kementerian Sosial RI.
dengan kondisi di lapangan. Data 2018 Berdasarkan MoU tersebut instansi
menggunakan data KOTAKU dari yang bertanggung jawab melakukan
Kementerian PUPERA, dan diperoleh pengelolaan data dan pendistribusian
sasaran sebanyak 1.050 unit rumah. data kemiskinan ke OPD-OPD
Selain dari APBN, sumber data RTLH adalah Dinas Sosial Kota Semarang.
diperileh dari APBD I, APBD II dan Sehubungan dengan itu, maka setiap
Coorporate Social Responsibliity (CSR). OPD di Kota Semarang seyogyanya
Data BPS tidak dapat digunakan, karena menggunakan data kemiskinan yang ada
data tersebut tidak dapat menunjukkan di Dinas Sosial dengan cara mengajukan
BN/BA, dan status rumah/tanah”. permohonan secara resmi.
Berkaitan dengan penggunaan data, Pada saat yang sama, Dinas Sosial
sudah ada pembicaraan antara Dinas Kota Semarang juga mendapatkan
Sosial, Bappeda dengan Wakil Wali mandat dari Perda No 12/2016 untuk
Kota Semarang. Hasil pembicaraan melakukan pemutakhiran data hasil
tersebut, bahwa Kota Semarang melalui pendataan sendiri. Dua tugas yang
Wakil Wali Kota sepakat ke depan di sama ini dirasakan oleh Dinas Sosial
Kota Semarang hanya ada satu data Kota Semarang cukup berat. Karena
kemiskinan yang dihasilkan oleh pada saat ini Seksi Pengolahan Data
Kementerian Sosial. Pemerintah Daerah tidak didukung oleh SDM, baik jumlah
Kota Semarang tidak perlu melakukan maupun kompetensi serta sarana
pendataan sendiri, dan tugasnya prasarana (hardware maupun software).
bergeser pada mendukung proses Sebagaimana disingggung di
validasi data. Melihat posisi Dinas atas, kehadiran Sistem Layanan dan
Sosial Kota Semarang terkait dengan Rujukan Terpadu (SLRT) pada konteks
penanggulangan kemiskinan, maka Wali pengelolaan data kemiskinan dipandang
Kota mengeluarkan kebijakan bahwa oleh Daerah menjadi persoalan baru.
TKPK Kota Semarang akan dipindahkan Pada saat ini di Kota Semarang sudah
dari Bappeda ke Dinas Sosial. ada berbagai data kemiskinan yang
d. Pemutakhiran data dihasilkan oleh Dinas Sosial, masing-
Selama ini, Bappeda melaksanakan masing OPD, TNP2K dan Kementerian
Sosial. Pertanyaannya adalah data

10 SOSIO KONSEPSIA Vol. 8, No. 01, September - Desember, Tahun 2018


kemiskinan yang mana yang akan dan (3) belum optimalnya peran Bappda
dikumpulkan dan dimutakhirkan oleh sebagai koordinator perencanaan
SLRT. pembangunan Kota Semarang.
Berkaitan dengan pemutakhiran Selain belum ada keterpaduan
data kemiskinan, dikemukakan oleh data, pada saat ini data kemiskinan
informan dari Dinas Sosial Kota di Kota Semarang masih bermasalah,
Semarang sebagai berikut: yaitu validitas datanya masih rendah,
“beruntung kami sebagai pengelola belum ada kejelasan kewenangan
data memiliki latar belakang pendidikan antara pusat dan daerah, dan masih
teknologi informatika, sehingga lemahnya tata kelola data kemiskinan.
memahami program atau software Berbagai permasalahan tersebut
untuk proses pengolahan data. Dengan memerlukan solusi segera, mengingat
latar belakang tersebut, kami cepat penanggulangan kemiskinan merupakan
dapat menyesuaikan dengan perubahan prioritas nasional, dan Pemda Kota
sistem yang ada di Pusdatin kemensos. Semarang memiliki kewenangan dan
Meskipun demikian, untuk pencapaian tanggung jawab dalam percepatan
target kemungkinan akan sulit untuk penurunan angka kemiskinan.
dapat dipenuhi, karena jumlah personal
dan sarana yang ada masih sangat KESIMPULAN
terbatas”. Penanggulangan kemsikiain di Kota
Berbagai permasalahan sebagaimana Semarang belum berbasis pada keterpaduan
dijelaskan di atas, tentu akan membawa data. Setiap OPD yang menyelenggarakan
implikasi terhadap kinerja program program kemiskinan memiliki data kemiskinan
penanggulangan kemiskinan di Kota sendiri-senidiri dan sampai saat ini belum pernah
Semarang. Target atau capaian program dipadukan. Apabila hal ini terus berkelanjutan,
penanggulangan kemiskinan Kota maka Kota Semarang akan sulit mencapai
Semarang tidak dapat diukur, karena target penurunan angka kemiskinan, karena
ketika sasaran program diakumulasi dari apabila target OPD-OPD tersebut dijumlahkan,
setiap OPD, jumlahnya akan melebihi maka melebihi jumlah keluarga miskin di Kota
data keluarga miskin di Kota Semarang. Semarang.
Apabila hal seperti ini berlangsung terus,
maka akan terjadi pemborosan anggaran SARAN
di satu sisi, dan angka kemiskinan Berdasarkan hasil penelitian dan
mengalami pelambatan penurunan di pembahasan, saran yang perlu dipertimbangkan
sisi lain. adalah:
Keterpaduan data dalam
1. Kepada Kementerian Sosial
penanggulangan kemiskinan di Kota
Semarang terjadi karena beberapa faktor, a. Melakukan advokasi kepada Wali Kota
yaitu (1) belum dipahaminya amanat Semarang, agar ke depan hanya ada
Perda Nomor 12 Tahun 2016 tentang satu data kemiskinan yang dikelola oleh
Penanggulangan Kemiskinan di Kota Dinas Sosial.
Semarang, (2) lembahnya koordinasi b. Pertemuan koordinasi secara regional
antar OPD yang menyelenggarakan yang difasilitasi, dengan peserta Dinas
program penanggulangan kemiskinan Sosial Kabupaten/Kota dan Bappeda

SOSIO KONSEPSIA Vol. 8, No. 01, September - Desember, Tahun 2018 11


Kabupaten/Kota. Pertemuan untuk Telah Dilakukan Dan Rencana Waktu
memberi-kan kesepahaman terkit data Mendatang, FAE. Volume 19 No. 1 Juli
kemiskinan “satu data dan satu pintu”. 2001 : 55 – 67.
2. Dinas Sosial Daerah
Desmawati.L, Achmad Rifai RC.A dan
a. Peningkatan kapasitas SDM berkaitan Mulyono.S.E, (2015), Penanggulangan
dengan penguasaan sistem pengo-lahan
Masyarakat Miskin Kota Rawan
dan pengelolaan.
Kriminalitas Melalui Pemberdayaan
b. Dukungan sarana prasarana pengolahan Masyarakat Di Jalur Pendidikan
data kemiskinan pada Dinas Sosial. Nonformal Di Kota Semarang, Journal
3. Pusata Penelitian dan Pengembangan of Nonformal Eduacation, Vol. 1 No 1,
Kesejahteraan sosial sebaiknya melakukan Tahun 2015.
penelitian berikutnya untuk mengesplorasi
sistem pelaksanaan basis data terpadu Karnesih.E, (2005), Pengentasan Penduduk
penanggulangan kemiskinan di daerah lain Miskin Sebagai Refleksi Pelaksanaan
sebagai pembanding. Otonomi Daerah Jawa Barat,
Sosiohumaniora, Vol. 7, No. 3,
UCAPAN TERIMA KASIH
November 2005 : 220 – 233.
Penulisan artikel ini berkat dukungan dan
bantuan dari banyak binyak. Sehubungan Kertati.I, (2013), Analisis Kemiskinan Kota
dengan itu, disampaikan terima kasih kepada Semarang berdasarkan Data Pendataan
rekan-rekan peneliti Puslitbangkesos. Ucapan Program Perlindungan Sosial (PPLS),
terima kasih kepada pejabat pada OPD-OPD Riptek Vol. 7, No. 1, Tahun 2013, Hal.
terkait, dan secara khusus kepada para pejabat 27-38.
di lingkungan Dinas Sosial dan Bappeda Kota
Liutami.R, Hermini. S dan Windiani.R, (2013),
Semarang. Ucapan terimakasih terkhusus
Implementasi Program Gerdu Kempling
pada saudara Suradi yang telah memberikan
Bidang Ekonomi Kota Semarang Tahun
bimbingan dalam penulisan artikel ini.
2011, Jurnal Ilmu Pemerintahan,
Volume : Nomor: Tahun 2013, http//
DAFTAR PUSTAKA
www.fisipundip.ac.id diakses pada
Badan Pusat Statistik Kota Semarang, (2016),
2/4/2018.
Kota Semarang Dalam Angka, Kota
Semarang : BPS. Mahaeni.AAIN. et.al, (2014), Evaluasi Program
-pr ogram Pengentasan Kemiskinan di
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah
Provinsi Bali, PIRAMIDA Vol. X No. 1,
(2017), Jumlah dan Persentase
Volume X No. 1 Juli 2014.
Penduduk Miskin menurut Kabupate/
Kota di Provinsi Jawa Tengah tahun Natalia.M dan Alie.M.M, (2014), Kajian
1996 – 2017. Kemiskinan Pesisir Di Kota Semarang
(Studi Kasus: Kampung Nelayan
Badan Pusat Statistik, (2018), Persentase
Tambak Lorok), Jurnal Teknik PWK
Penduduk Miskin, Jakarta.
Volume 3 Nomor 1 2014 Online : http://
Darwis.V dan Nurmanaf.A.R, (2001), ejournal-s1.undip.ac.id, diakses pada
Pengentasan Kemiskinan : Upaya Yang 5/4/2018.

12 SOSIO KONSEPSIA Vol. 8, No. 01, September - Desember, Tahun 2018


news.unika.go.id, (2016), Angka Kemiskinan Terpadu pada Program Penanggulangan
di Kota Semarang Masih Cukup Fakir Miskin dalam Penanggulangan
Besar, Ada Apa? Fakir Miskin, Jakarta: Puslitbangkesos.

Nugroho.A.P.K, (tt), Inovasi Penanggulangan Sumarto.S, Suharyadi.A dan Arifianto.A,


Kemiskinan Berbasis Teknologi (2004), Tata Kelola Pemerintah dan
Informasi (Studi Kasus: Aplikasi Penanggulangan Kemiskinan: Bukti-
Madani Sinangkis Di Kota Serang). Bukti Awal Disentralisasi di Indonesia,
http://repository.umy.ac.id/diakses pada Jakarta: SMERU.
5/4/2018.

Nurfahmi.T dan Lituhayu.D, (tt), Evaluasi


Program Gerdu Kempling Bidang
Ekonomi Di Kecamatan Pedurungan
Kota Semarang. http://media.neliti.com/
media/ diakses pada 8/4/2018.

Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan


(PSKK-UGM), (2014), Penanggulangan
Kemiskinan: Data Kemiskinan Tunggal
Guna Efektifitas dan Sinergisitas
Program, https://cpps.ugm.ac.id/
diakses pada 3/8/2018.

Rachmawati.L dan Surtian.GAK, (2011),


Pengelolaan air di kalangan
penduduk Miskin Di Kota Semarang:
Pembelajaran Dari Tingkat Lokal,
Jurnal Kependudukan Indonesia, Vol.
VI, No.2, 2011.

Rinaldi.R, (2014), Keterlibatan Otonomi daerah


untuk Penggulangan Kemiskinan Belum
Optimal, http://www.tribunnews.com
diakses pada 20/3/2018.

Ummami., 2013; Cara Pandang dan Upaya


Pemerintah dalam Mengurangi
Kemiskinan, Jurnal Pembangunan
Wilayah dan Kota, Volume 9 (4): 343-
354 Desember 2013.

Semarangkota.go.id/http://semarangkota.go.id/
berita diakses pada 31/3/2018.

Sitepu.A.et.al, (2018), Pemanfaatan Data

SOSIO KONSEPSIA Vol. 8, No. 01, September - Desember, Tahun 2018 13

Anda mungkin juga menyukai