Sepasang suami isteri bangun pagi-pagi pada suatu hari Minggu. Mereka
sarapan, lalu si istri ke kamar untuk berganti pakaian untuk ke gereja. Saat tiba
waktunya mereka harus berangkat untuk kebaktian pagi, ia melihat suaminya tidak
menunjukkan gelagat hendak berganti pakaian. Ia bertanya, “Mengapa kamu belum
berganti pakaian untuk ke gereja?”
Suaminya berkata, “Karena aku tidak mau pergi.” Si isteri bertanya, “Apa kamu
punya alasan yang bagus?” Suaminya berkata, “Ya, aku punya tiga alasan bagus.”
“Yaitu?” Tanya isteri. “Pertama, jemaatnya dingin. Kedua, tak seorang pun menyukaiku.
Dan ketiga, pokoknya aku tidak mau pergi pagi ini.”
Si isteri menjawab dengan hikmat, “Sayang, aku punya tiga alassan mengapa
kamu harus pergi.” “Yakinkan aku,” kata suaminya.
“Pertama jemaatnya hangat. Kedua ada beberapa orang yang menyukaimu ada
di sana. Dan ke tiga, kamu gembalanya. Jadi ayo ganti pakaian!”
Tak seorang pun senang melakukan apa yang benar dan baik setiap saat. Kita
masing-masing pernah mengalami saat-saat ketika kita lebih memilih untuk melakukan
dengan setengah hati atau menyerah pada godaan. Tanda profesionalisme,
bagaimananpun juga, adalah menundukkan apa yang tidak ingin Anda lakukan dengan
tetap melakukannya.
Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya
dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang
fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi. (1 Korintus 9:25)
Hyrum Smith menulis, “Saat saya berumur delapan tahun dan tinggal di
kepulauan Hawaii, tampaknya Natal akan menjadi sangat sederhana bagi keluarga kami.
Kedua orang tua saya mengumpulkan kami semua untuk menjelaskan kepada saudara-
saudara saya dan saya (Kami bertujuh) bahwa tidak ada cukup banyak uang untuk Natal.
Kami masing-masing harus memilih satu hadiah yang benar-benar kami inginkan, dan
satu hadiah itu akan menjadi satu-satunya yang akan kami terima. “Smith sangat
menyukai apel, jadi ia meminta sekeranjang apel.
Kedua orang tuanya terkejut, namun di pagi Natal mereka berusaha memberikan
kepadanya “sekeranjang apel terbagus yang pernah mereka lihat.” Baru bertahun-tahun
kemudian Smith menyadari bahwa karena apel tidak tumbuh di Hawaii, maka apel-apel
itu harus didatangkan dengan kapal. Ia telah meminta hadiah yang sangat mahal!
Ia mengenang, “Begitu seluruh keluarga selesai membuka hadiah-hadiah
mereka, saya mengambil apel saya dan keluar menemui semua teman saya. Dalam
beberapa jam, saya telah memberikan semua apel itu. Saya ingat betapa senangnya
membagi apel-apel saya pada semua sahabat saya, kenyataan bahwa semuanya habis
sebelum matahari terbenam bukanlah masalah bagi saya. “Dari pengalaman itu, Smith
kemudian sampai pada suatu pemahaman yang disebutnya, “mentalitas kelimpahan.”
Semakin tulus kita memberi kepada orang lain, semakin berlimpah kita
menerima.
Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan
dipuaskan…. (Matius 5:6)
Ben merasa kesal pada dirinya sendiri karena membiarkan tagihan menjadi
begitu besar. Ia adalah seorang pengantar susu dan memperbolehkan seorang wanita
cantik beranak enam yang sedang mengandung terlambat membayar $79. Wanita itu
berulang kali berkata kepadanya, “Aku akan segera membayarmu, kalau suamiku
mendapat pekerjaan tambahan.” Ben percaya kepadanya. Namun akhirnya wanita itu
pindah dan tidak meninggalkan alamat baru. Ben marah karena dirinya begitu mudah
dikelabui, dan semakin marah karena kerugian sebesar &79, yang harus dibayarnya dari
koceknya sendiri.
Seorang temannya memberi saran yang tidak lazim, “Berikan susu itu kepada
wanita tersebut. Jadikan itu sebagai hadiah Natal bagi anak-anaknya yang memang
memerlukan susu.” Ben menjawab, “Kamu bercanda,ya? Istriku saja tidak kuberi hadiah
semahal itu.”
“Mungkin tidak,” kata temannya, “tapi kamu sudah terlanjur kehilangan
pendapatan dari itu. Apa yang bisa mmebuatmu lebih rugi?” Ben menolak gagasan,
namun akhirnya, ia memberitahu temannya, “Aku melakukannya! Aku memberi wanita
itu susu sebagai hadiah Natal. Tidak mudah, tapi aku benar-benar merasa lebih baik.
Anak-anak itu makan serela dengan banyak susu karena aku. “Ia tidak saja merasa lebih
baik terhadap semua pelanggannya. Sifat cerianya pulih kembali.
Cara terbaik untuk berurusan dengan orang-orang yang “berbuat salah pada
Anda,” adalah “berbuat benar kepada mereka.”
Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu.
Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang
menganiaya kamu. (Matius 5:43-44)
Pada suatu malam Natal, seorang pria sedang mengantarkan dua wanita muda
ke perayaan kelompok kaum muda gereja saat mereka mengalami tabrakan beruntun.
Mereka tak dapat berhenti di jalan yang licin sehingga mobil mereka menghantam
bagian belakang sebuah mobil. Salah satu gadis itu, Donna terlempar dengan wajah
terlebih dahulu ke kaca depan mobil. Pinggiran tajam tak beraturan kaca depan yang
hancur berantakan itu membuat dua luka dalam di pipi kirinya.
Di rumah sakit, dokter yang sedang bertugas ternyata seorang dokter bedah
plastik. Ia menjahit wajah Donna dengan sangat hati-hati. Betapapun si pengemudi
merasa hancur karena apa yang terjadi dan takut mengunjungi Donna di hari Natal. Ia
mengira akan menemukan Donna dalam keadaan bersedih dan tertekan. Sebalikanya, ia
mendapati Donna bahagia dan ceria, mengajukan banyak pertanyaan kepada para
dokter dan perawat. Seorang perawat membuka rahasia bahwa semua perawat
mencari-cari alasan untuk pergi ke kamar Donna, mereka menyebut dia “pancaran sinar
matahari.” Ia tidak membiarkan kekecewaan itu menghancurkan suka cita Natalnya.
Pria itu pindah ke kota lain tak berapa lama sedudah itu dan kehilangan kontak
dengan keluarga Donna selama lima belas tahun. Ketika ia bertemu lagi dengan ibu
Donna, ia dengan takut-takut bertanya bagaimana keadaan Donna. Ibu Donna bercerita
padanya bahwa Donna begitu tertarik dengan profesi perawat sewaktu tinggal di rumah
sakit sehingga ia kini menjadi seorang perawat, memperoleh sebuah pekerjaan bagus di
rumah sakit, bertemu dengan seorang dokter muda, menikah dengannya, dan mereka di
karunia dua anak.
Ibu Donna berkata, “Donna meminta saya untuk memberitahu Anda bahwa
kecelakaan itu merupakan hal terrbaik yang dapat terjadi padanya!
Kita memiliki kebebasan untuk memilih sikap kita dalam semua keadaan kita.
Kita dapat memilih untuk membiarkan kesulitan membuat kita tertekan dan lemah, atau
bahagia dan kuat tak peduili apa pun pencobaan yang kita alami. Bila kita memilih untuk
memiliki suka cita, saat-saat terburuk kita dapat berubah menjadi kemenangan-
kemenangan terbesar kita.