Anda di halaman 1dari 6

TUGAS TUTORIAL KE-2

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Nama Mata Kuliah : Pemasaran Strategik


Kode Mata Kuliah : EKM4475
Jumlah sks : 3
Nama Pengembang : Ginta Ginting
Status Pengembangan : Baru/Revisi* (coret yang tidak sesuai)
Tahun Pengembangan : 2022

Sumber
Skor
No Tugas 2 TUTON Tugas
Maksimal
Tutorial
1 Satu tahun terkena pandemi Covid-19, kondisi ritel kian 100 Modul 5
jatuh. Beberapa perusahaan ritel raksasa bahkan harus dan 6
menutup operasional beberapa gerainya. Langkah itu
diambil untuk menjawab tantangan pandemi akibat kondisi
yang kian tidak menentu. Asosiasi Pengusaha Ritel
Indonesia (Aprindo) sudah menyatakan bahwa ada ratusan
ritel tutup. Pasalnya, setiap hari ada saja gerai yang
berhenti beroperasi di Indonesia. Sektor ritel yang
dimaksud termasuk ritel fashion, makanan, dan gerai ritel
non-makanan lainnya. Berikut 5 ritel besar yang mengalami
kebangkruta yaitu:

1. Giant: Pada Selasa (25/5) manajemen PT Hero


Supermarket Tbk (HERO) mengungkapkan semua gerai
Giant akan ditutup pada Juli 2021. Gerai Giant akan
dialihkan menjadi IKEA sebanyak 5 gerai dan sisanya
menjadi gerai Hero.
2. Matahari: Selain Giant, emiten ritel milik Grup Lippo,
PT Matahari Departement Store Tbk (LPPF) juga
berencana menutup 13 gerainya pada tahun in
3. Ramayana: Publik masih teringat video viral sempat
beredar terkait penutupan gerai Ramayana yang
diwarnai tangis karyawan di gerai Depok beberapa
waktu lalu. Hal itu bagian dari langkah penutupan gerai
juga dilakukan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk
(RALS).
4. Centro: Dampak pandemi juga dirasakan emiten toko
ritel lainnya yakni pengelola jaringan ritel Centro, PT
Tozy Sentosa yang menutup gerai di Bintaro dan Plaza
Ambarrukmo
Namun, saat ini Pandemi COVID sudah tertangani dengan
baik, terbukti dengan terbukanya mobilitas yang ditandai
dengan dibukanya banyak gerai-gerai (Mall dan Plaza)

Mempelajari dari berbagai kondisi tersebuat Anda diminta


untuk mendeskripsikan beberapa pertanyaan berikut:

A. Jelaskan apakah keputusan produsen/perusahaan 50


menggunakan ritel menengah-besar masih perlu
dipertahankan kedepannya (Aspek Distribusi)
B. Strategi harga yang tepat selalu menjadi kunci 50
persaingan. Salah satu metode adalah DISKRIMINASI
HARGA. JELASKAN 3 aspek Diskriminasi Harga
yaitu: segmen, produk dan lokasi yang dapat dijalankan
untuk memiih RITEL menjadi tempat penjualan
produk.
* coret yang tidak sesuai

Satu tahun terkena pandemi Covid-19, kondisi ritel kian jatuh. Beberapa perusahaan ritel
raksasa bahkan harus menutup operasional beberapa gerainya. Langkah itu diambil untuk
menjawab tantangan pandemi akibat kondisi yang kian tidak menentu. Asosiasi Pengusaha Ritel
Indonesia (Aprindo) sudah menyatakan bahwa ada ratusan ritel tutup. Pasalnya, setiap hari ada
saja gerai yang berhenti beroperasi di Indonesia. Sektor ritel yang dimaksud termasuk ritel
fashion, makanan, dan gerai ritel non-makanan lainnya. Berikut 5 ritel besar yang mengalami
kebangkruta yaitu:

5. Giant: Pada Selasa (25/5) manajemen PT Hero Supermarket Tbk (HERO) mengungkapkan


semua gerai Giant akan ditutup pada Juli 2021. Gerai Giant akan dialihkan menjadi
IKEA sebanyak 5 gerai dan sisanya menjadi gerai Hero.
6. Matahari: Selain Giant, emiten ritel milik Grup Lippo, PT Matahari Departement Store Tbk
(LPPF) juga berencana menutup 13 gerainya pada tahun in
7. Ramayana: Publik masih teringat video viral sempat beredar terkait penutupan gerai
Ramayana yang diwarnai tangis karyawan di gerai Depok beberapa waktu lalu. Hal itu
bagian dari langkah penutupan gerai juga dilakukan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk
(RALS).
8. Centro: Dampak pandemi juga dirasakan emiten toko ritel lainnya yakni pengelola jaringan
ritel Centro, PT Tozy Sentosa yang menutup gerai di Bintaro dan Plaza Ambarrukmo

Namun, saat ini Pandemi COVID sudah tertangani dengan baik, terbukti dengan terbukanya
mobilitas yang ditandai dengan dibukanya banyak gerai-gerai (Mall dan Plaza)

Mempelajari dari berbagai kondisi tersebuat Anda diminta untuk mendeskripsikan beberapa
pertanyaan berikut:

Nama : Bella Yoo


Nim : 031122385
Tugas 2
Jawab :

A. Dalam dunia pemasaran tentu tidak bisa terlepas dari faktor produksi, distribusi dan
konsumsi. Keseluruhan proses tersebut merupakan serangkaian dari sebuah strategi dalam
proses penyaluran. Lalu dalam prosesnya tentu harus mengenal lebih jauh tentang apa yang
dimaksud dengan strategi.
Seperti namanya sendiri, strategi distribusi memang menjadi sebuah tanggung jawab dalam
dunia pemasaran. Dalam sebuah pendistribusian barang ataupun produk lainnya tentu saja dari
tangan produsen menuju ke konsumen, pasti ada sebuah perantaranya. Perantara tersebut
akan
menjadi sebuah jembatan.
Teknik seperti itulah yang dinamakan dengan strategi distribusi. Nantinya dalam sebuah
strategi
tersebut akan lebih dikenal dengan sebutan saluran distribusi. Jika diperhatikan lebih lanjut
kumpulan saluran tersebut merupakan sebuah perusahaan dengan kewenangan tertentu
mengambil alih sebuah produk atau jasa untuk dapat disampaikan atau turun ke tangan
konsumen.
> Jenis Strategi Distribusi Eceran / Ritel
Dalam dunia pendistribusian, tentu saja terdapat beberapa jenis yang harus diketahui. Jenis
jenis tersebut memang sebuah jenis yang harus diketahui oleh pemasaran baik produsen
maupun konsumen. Tentu saja yang namanya sebuah strategi bertujuan untuk mendapatkan

keuntungan dengan hasil yang maksimal. Untuk mengetahui lebih jelasnya, berikut beberapa
jenis strategi yang wajib diketahui.
1. Strategi Insentif
Dalam strategi yang satu ini, ada sebuah keunikan yang disajikan. Yaitu sebuah strategi yang
menjadi dasar dalam sebuah penempatan produk dagang. Biasanya yang dilakukan oleh sebuah
perusahaan tertentu adalah dengan mengedarkannya secara eceran atau bisa disebut dengan
langkah retail. Pengencernya juga disebut sebagai distributor.
Strategi yang satu ini merupakan strategi yang cukup sering digunakan. Dalam prosesnya jika
ingin menggunakan strategi yang satu ini. Maka produsen harus melihat pasaran yang sering
digunakan. Biasanya yang paling sering digunakan adalah produk kebutuhan rumah tangga.
Produk produk tersebut memiliki tingkat kebutuhan dengan intensitas yang tinggi dalam
konsumsinya.
2. Strategi Selektif
Sama halnya dengan strategi yang sebelumnya, strategi yang satu ini tentu bertujuan untuk
memberikan dampak terbaik dalam sebuah produksi barang tertentu. Perbedaan dengan
strategi sebelumnya adalah melalui strategi yang satu ini, produsen akan memilih distributor
yang tepat untuk mendistribusikan produk nya.
Hal inilah yang menyebabkan strategi yang satu ini disebut sebagai strategi distribusi selektif. Di
dalam suatu daerah, tidak semua distributor atau pengecer dipilih untuk menjadi agen
distributor. Hal ini sebagai langkah yang efektif guna memberikan hasil atau dampak pada
produk dagang yang sedang disalurkan.
3. Strategi Secara Eksklusif
Seperti strategi strategi sebelumnya, perbedaannya adalah dengan yang sebelumnya adalah
untuk strategi yang satu ini lebih eksklusif dibandingkan dengan yang lainnya. Hal ini terjadi
karena kebutuhan produksi yang diedarkan adalah merupakan barang-barang dengan kualitas
dan kuantitas produk yang tinggi.
Maka dari itu dalam proses distribusinya tidak boleh diedarkan secara menyeluruh atau meluas.
Dalam suatu daerah tentu saja ini menjadi salah satu strategi yang cukup mumpuni untuk
dilakukan.
Tentu saja produk dengan kualitas serta harga yang tinggi bisa menjadi cukup sulit untuk
dilakukan proses pendistribusian. Untuk konsumennya juga merupakan berupa konsumen
dalam jumlah yang sedikit, sehingga strategi ini disebut eksklusif.
> Jenis Strategi Saluran Distribusi
Sama halnya dengan strategi distribusi ritel atau eceran. Strategi ini menjelaskan bagaimana
proses produk barang atau jasa tertentu dapat sampai ke tangan konsumen. Untuk lebih
jelasnya maka dapat dilihat dalam penjelasan berikut ini.
1. Produsen Ke Konsumen
Jenis strategi yang satu ini merupakan salah satu strategi yang cukup singkat. Strategi ini terjadi
dengan cukup singkat, yaitu terjadi antara produsen langsung ke konsumen. Biasanya jenis yang
satu ini terjadi dengan cukup singkat dimana produk yang dihasilkan oleh produsen langsung
diberikan atau berpindah tangan langsung ke tangan konsumen.
2. Produsen, Pengecer dan Konsumen
Berbeda dengan strategi yang sebelumnya, strategi yang satu ini memiliki penghubung antara
keduanya. Perbedaan yang satu ini adalah dengan adanya pengecer diantaranya maka
produsen
tidak langsung memberikan barang produksinya ke konsumen.
Namun terlebih dahulu melewati pengecer. Melalui pengecer ini nantinya produsen tidak akan
langsung menemui konsumen nya. Hal ini tentu juga sebagai langkah pemasaran yang tepat
guna.
3. Produsen ke Pedagang Besar, Kemudian Pengecer dan Konsumen
Untuk yang satu ini tentu saja produsen yang dimaksud adalah produsen dengan tingkat
produktivitas yang tinggi. Selain itu produsen tentu saja akan memberikan atau menaruh
produknya pada sebuah perusahaan besar yang dalam hal ini akan disebut sebagai pedagang
besar.
Setelah sampai di pedagang besar, produk nya tidak akan langsung turun ke tangan konsumen
secara langsung. Setelah berada di tangan pedagang besar, maka produk akan di salurkan ke
pengecer.
Untuk langkah dan proses selanjutnya akan sama dengan yang terjadi pada poin ke 2. Hal
semacam ini memang menjadi salah satu strategi yang lebih tepat guna sehingga produk yang
dihasilkan produsen pada kesempatan pertama akan mengalami kenaikan minat beli dari
konsumen.
4. Produsen Melalui Agen, Pengecer, Konsumen
Untuk strategi yang satu ini, kebanyakan akan menggunakan agen yang memang telah ditunjuk
sebelumnya. Penunjukan tersebut merupakan langkah yang preventif dalam menunjang
keberlangsungan produk dari tangan produsen. Biasanya setelah produk sampai ditangan agen,
maka agen akan mencari pengecer yang tepat untuk ditunjuk sebagai penyalur.
Proses penyaluran tersebut nantinya akan menjadi kunci yang cukup efektif dalam memasarkan
produknya. Cara ini terkesan lebih khusus, namun cara yang satu ini cukup memberikan
dampak
serta hasil yang efektif.
B. Aspek Diskriminasi Harga
Setidaknya terdapat tiga jenis aspek diskriminasi harga yang bisa kita temukan dengan mudah
di
pasaran, yaitu:
1. Diskriminasi Harga Tingkat I ( Segmen )
Diskriminasi harga tingkat pertama atau yang sering disebut dengan diskriminasi harga
sempurna umumnya terjadi saat suatu perusahaan mampu memberikan harga yang lebih tinggi
yang bersedia dan juga mampu dibayar oleh setiap orang.
Contohnya, Ibu Yeni bersedia membayar satu botol saus dengan harga 30 ribu rupiah, dan Ibu
Neni bersedia membayar 50 ribu rupiah. Lalu, perusahaan saus tersebut menetapkan harga 30
ribu rupiah untuk ibu Yeni, dan 50 ribu rupiah untuk ibu Neni. Dengan menggunakan cara ini,
maka perusahaan saus tersebut pun akan memperoleh untung yang maksimal.
Karena dalam strategi ini memberlakukan harga paling tinggi yang bersedia dibayarkan oleh
konsumen, maka surplus konsumen pada setiap individu adalah nol. Secara keseluruhan,
diskriminasi harga sempurna akan memberikan kesempatan bagi produsen untuk merubah
total
surplus konsumen menjadi surplus produsen.
Dua kriteria tersebut wajib dilengkapi agar perusahaan mampu memberlakukan diskriminasi
harga sempurna.
Pertama, pihak perusahaan harus mampu mengukur dan juga mengetahui dengan pasti harga
maksimal yang bersedia dibayarkan oleh setiap individu. Kedua, perusahaan bisa mencegah
penjualan kembali barang antar setiap individu.
2. Diskriminasi Harga Tingkat II ( Produk)
Pada jenis diskriminasi harga ini, perusahaan akan menggunakan volume pembelian sebagai
alat ukur kesediaan dalam membeli. Volume pembelian pun nantinya akan menunjukkan
bagaimana pihak pelanggan dalam menilai suatu produk.
Ketika melakukan pembelian dalam jumlah yang besar, maka pelanggan akan dianggap sangat
menghargai produk dan untuk itu mereka bersedia membayar harga yang lebih tinggi pada
setiap produknya.
Perusahaan menggunakan strategi ini sebagai cara dalam membedakan harga pada setiap
pelanggan. Pihak perusahaan akan menjual dengan kuantitas yang lebih kecil dengan harga
kecil
dan akan menjual dengan kuantitas yang lebih banyak dengan harga yang lebih tinggi,
3. Diskriminasi Harga Tingkat III ( Lokasi )
diskriminasi harga jenis ini bisa terjadi bila perusahaan mampu mengelompokkan pelanggan
pada beberapa segmen dengan berdasarkan variabel geografis ataupun variabel non-volume
lainnya.
Lalu, perusahaan pun akan membebankan harga yang lebih tinggi pada satu kelompok
pelanggan dan membebankan harga yang lebih rendah pada kelompok lainnya.

Anda mungkin juga menyukai