AGENDA III
Oleh:
I. LATAR BELAKANG
Kejaksaan R.I. adalah lembaga negara yang melaksanakan kekuasaan
negara, khususnya di bidang penuntutan. Sebagai badan yang berwenang dalam
penegakan hukum dan keadilan, Kejaksaan dipimpin oleh Jaksa Agung yang dipilih
oleh dan bertanggung jawab kepada Presiden. Kejaksaan Agung, Kejaksaan
Tinggi, dan Kejaksaan Negeri merupakan kekuasaan negara khususnya dibidang
penuntutan, dimana semuanya merupakan satu kesatuan yang utuh yang tidak
dapat dipisahkan.
Mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2021
perubahan atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan
Republik Indonesia, Kejaksaan sebagai salah satu lembaga penegak hukum
dituntut untuk lebih berperan dalam menegakkan supremasi hukum, perlindungan
kepentingan umum, penegakan hak asasi manusia, serta pemberantasan Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Didalam UU Kejaksaan yang baru ini, Kejaksaan R.I
sebagai lembaga pemerintahan yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan
kehakiman yang melaksanakan kekuasaan Negara dibidang penuntutan serta
kewenangan lain berdasarkan UU secara merdeka, terlepas dari pengaruh
kekuasaan pemerintah dan pengaruh kekuasaan lainnya. (Pasal 2 ayat 1 Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2021).
Kejaksaan berada di poros dan menjadi filter antara proses penyidikan dan
proses pemeriksaan di persidangan serta juga sebagai pelaksana penetapan dan
keputusan pengadilan. Sehingga, Lembaga Kejaksaan sebagai pengendali proses
perkara (Dominus Litis), karena hanya institusi Kejaksaan yang dapat menentukan
apakah suatu kasus dapat diajukan ke Pengadilan atau tidak berdasarkan alat bukti
yang sah menurut Hukum Acara Pidana1. Perlu ditambahkan, Kejaksaan juga
merupakan satu-satunya instansi pelaksana putusan pidana (executive
ambtenaar). Selain berperan dalam perkara pidana. Jaksa sebagai pelaksana
1
https://www.kejaksaan.go.id/pages/pengertian-kejaksaan, 27 April 2023, 22.19 WIB.
kewenangan tersebut diberi wewenang sebagai Penuntut Umum serta
melaksanakan putusan pengadilan, dan wewenang lain berdasarkan Undang-
Undang.
Reformasi Birokrasi menjadi kebutuhan aparatur pemerintahan dalam rangka
membangun good governance dan clean government. Guna mencapai RB,
penataan ulang proses birokrasi dari tingkat tertinggi hingga terendah. Baik dari
segi regulasi, kebijakan, praktik manajemen pemerintah pusat dan daerah, serta
penyesuaian tugas fungsi instansi pemerintah tentu memerlukan upaya luar biasa.
Sejak tahun 2014, guna percepatan pelaksanaannya, dimulailah
pembangunan Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) serta
Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM). Pelaksanaannya dilakukan setiap
satuan kerja atau unit kerja yang terkait langsung dengan pemberian pelayanan
kepada masyarakat.
Zona Integritas (ZI) merupakan sebutan atau predikat yang diberikan kepada
kementerian, lembaga dan pemerintah daerah yang pimpinan dan jajarannya
berkomitmen mewujudkan WBK dan WBBM melalui pencegahan korupsi,
reformasi birokrasi dan peningkatan kualitas pelayanan publik. WBK adalah
predikat diberikan kepada suatu unit kerja yang memenuhi sebagian besar
manajemen perubahan, penataan tata laksana, penataan sistem manajemen SDM,
penguatan pengawasan dan penguatan akuntabilitas kinerja. Sedangkan WBBM
adalah predikat yang diberikan kepada suatu unit kerja yang memenuhi sebagian
besar manajemen perubahan, penataan tatalaksana, penataan sistem manajemen
SDM, penguatan pengawasan, penguatan akuntabilitas kinerja, dan penguatan
kualitas pelayanan publik.
Salah satu bentuk pelayanan publik di Kejaksaan adalah adanya restorative
justice. Pengertian dari keadilan restoratif atau restorative justice adalah upaya
untuk memberikan suatu pemulihan hubungan dan penebusan kesalahan yang
ingin dilakukan oleh pelaku tindak pidana (keluarganya) terhadap korban tindak
pidana tersebut (keluarganya) (upaya perdamaian) di luar pengadilan dengan
maksud dan tujuan agar permasalahan hukum yang timbul akibat terjadinya
perbuatan pidana tersebut dapat diselesaikan dengan baik dengan tercapainya
persetujuan dan kesepakatan diantara para pihak. Diharapkan dengan
pelaksanaan keadilan restoratif, yaitu keadilan ini adalah suatu proses dimana
semua pihak yang terlibat dalam suatu tindak pidana tertentu bersama-sama
memecahkan masalah bagaimana menangani akibatnya dimasa yang akan
datang.
Dalam restorative justice pihak korban dapat menyampaikan mengenai
kerugian yang dideritanya dan pihak pelaku pun diberi kesempatan untuk
menebusnya, melalui mekanisme ganti rugi, perdamaian, kerja sosial, maupun
kesepakatan-kesepakatan lainnya. Sehingga, dalam prinsip restorative justice
adalah tata cara dan peradilan pidana yang berfokus pada pemidanaan diubah
menjadi proses dialog dan mediasi. Tujuannya untuk menciptakan kesepakatan
atas penyelesaian perkara pidana yang lebih adil dan seimbang bagi para pihak
korban dan pelaku untuk dengan mengedepankan pemulihan kembali pada
keadaan semula dan mengembalikan pola hubungan baik dalam masyarakat.
II. TUJUAN
Tujuan dibuatnya pelayanan digital berupa aplikasi e-RJ ini adalah
untuk memudahkan masyarakat pencari keadilan untuk bisa menyelesaikan
perkara secara restorative justice secara sukarela dan dapat dengan cepat
melaporkan kepada Kejaksaan melalui apliakasi tersebut demi percepatan proses
mendapatkan keadilan dan kepastian hukum.
V. JADWAL KEGIATAN
Kegiatan ini akan dimulai bulan Juni 2023 diawali dengan:
1. Penyusunan Proposal kegiatan.
2. Rapat Koordinasi Struktural.
3. Survey lapangan dan penyiapan SDM serta Sarpras.
4. Sosialisasi kepada seluruh pegawai dan masyarakat.
5. Penyusunan SOP.
6. Pelaksanaan aplikasi e-RJ.
X. PENUTUP
Demikian proposal ini dibuat untuk mendapat dukungan baik material
maupun spiritual dari berbagai pihak yang berwenang.
(nama) (nama)