Anda di halaman 1dari 2

KONSEP MAZBAH SOCIAL JURISPRUDENCE

Social Jurisprudence timbul dari proses dialektika antara mazhab positivisme hukum
dengan mazhab sejarah, dimana mazhab positivisme hukum lebih mementingkan hukum
positif yang diberikan oleh penguasa (law is a command of law givers) sedangkan mazhab
sejarah lebih mementingkan pengalaman. Mazhab sociological jurisprudence menganggap
keduanya sama penting. Mazhab ini menggabungkan antara hukum tertulis sebagai
kebutuhan masyarakat hukum demi terciptanya kepastian hukum dan living law sebagai
wujud penghargaan terhadap pentingnya peranan masyarakat dalam pembentukan hukum
(Rasjidi dan Rasjidi, 2007).
Roscoe Pound adalah salah satu pakar dari mazhab sociological jurisprudence. Teori
hukum yang dimiliki oleh Roscoe Pound ialah “law is a tool of social engineering” yakni
hukum adalah alat pembaharuan (rekayasa) masyarakat. Maksudnya ialah hukum diharapkan
dapat berperan untuk merubah nilai-nilai sosial dalam masyarakat demi mencapai tujuan-
tujuan yang dikehendaki dengan menghapuskan kebiasaan atau nilai-nilai yang dipandang
tidak sesuai lagi dan menciptakan nilai-nilai atau pola-pola kebiasaan yang baru yang sesuai
dengan perkembangan yang ada. Perlu diingat, bahwasanya, hukum yang digunakan sebagai
alat untuk merubah masyarakat itu dapat berupa undang-undang atau yurisprudensi atau
gabungan dari keduanya. Agar pelaksanaan perundang-undangan yang bertujuan untuk
pembaharuan itu dapat berjalan sebagaimana mestinya, hendaknya perundang-undangan yang
dibentuk itu sesuai dengan apa yang menjadi inti pemikiran aliran sociological jurisprudence
yaitu hukum yang baik hendaknya sesuai dengan hukum yang hidup didalam masyarakat.
Sebab jika ternyata tidak, akibatnya ketentuan tersebut akan tidak dapat dilaksanakan dan
akan mendapat tantangan-tantangan1.
Eugene Ehrlich, seorang ahli hukum dan sosiologi dengan teorinya Sociological
Jurisprudence, ingin membuktikan bahwasanya titik berat perkembangan hukum itu tidak
terletak pada perundang-undangan ataupun ilmu hukum melainkan pada masyarakat itu
sendiri dengan konsep dasarnya “living law” yang mencerminkan nilai-nilai yang hidup
dalam masyarakat (volkgeist). Apa yang dimaksud dengan volkgeist tersebut tidak dijelaskan
oleh Eugen Ehrlich. Mochtar Kusumaatmadja mencoba mencari jalan keluar dengan teorinya
yang dikenal dengan “Teori Hukum Pembangunan”, yaitu bahwa “nilai-nilai yang hidup
dimasyarakat” berkaitan dengan “perasaan keadilan masyarakat” atau “kesadaran hukum
masyarakat”2. Sehingga ajaran berpokok pada hukum positif tidak akan berjalan dengan
efektif apabila tidak sejalan dengan hukum yang hidup didalam masyarakat.

1
Marsudi Dedi Putra, Kontribusi Aliran Sociological Jurisprudence Terhadap Pembangunan Sistem Hukum
Indonesia, volume 16, Jurnal Ilmiah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, 2014, hal. 52
2
W.M. Herry Susilowati, Kritik Terhadap Aliran Sociological Juridprudence Eugen Ehrlich, vol. 5 (1), 2000,
hal. 26
DAFTAR PUSTAKA
Putra, M. D. (2014). Kontribusi Aliran Sociological Jurisprudence Terhadap Pembangunan
Sistem Hukum Indonesia. Likhitaprajna, 16(2), 45-59.

Anda mungkin juga menyukai