Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN EKSPERIMEN FISIKA III

PENDETEKSIAN SINYAL KELISTRIKAN JANTUNG MANUSIA

oleh

Novia Masni Dwi Putri, Dini Izzaty Harahap, Muhammad Fazli Rais
10220015, 10220046, 10220072

LABORATORIUM FISIKA LANJUT


PROGRAM STUDI FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2022-2023
ABSTRAK

Pada eksperimen ini bertujuan untuk menentukan heart rate tiap anggota kelompok
yang berbeda-beda dengan variasi kondisi yang sama, posisi Alivecor dan juga
sebelum dan sesudah exercise. Eksperimen ini akan menggunakan Alivecor seagai
device untuk memperoleh grafik EKG yang kemudian akan diolah melalui web plot
digitizer, dan akan diperoleh nilai rata-rata dan standar deviasi setiap pengukuran,
yang nantinya akan dianalisis heart rate dan interval RR pada tiap anggota
kelompok.

Kata Kunci : Alivecor, Elektrokardiograf, Elektrokardiogram, Heart rate, Jantung


DAFTAR ISI

Contents
Bab I Pendahuluan .......................................................................................... 1
Bab II Dasar Teori ............................................................................................ 2
II.1 Elektrokardiograf .......................................................................... 2
II.2 Elektrokardiogram......................................................................... 6
Bab III Metode dan Hipotesis .......................................................................... 10
III.1 Metode......................................................................................... 10
III.2 Hipotesis...................................................................................... 11
Bab IV Hasil dan Pembahasan........................................................................ 12
IV.1 Hasil Eksperimen ........................................................................ 12
IV.1.1 Pengukuran dengan variasi Posisi Alivecor..................... 12
IV.1.2 Pengukuran dengan variasi exercise................................ 14
IV.2 Pembahasan ................................................................................. 15
IV.2.1 Pertanyaan ....................................................................... 15
IV.2.2 Analisis ............................................................................ 16
IV.2.3 Open Problem ................................................................. 17
Bab V Kesimpulan .......................................................................................... 19

2
Bab I Pendahuluan

Eksperimen pada modul ini diharapkan dapat menganalisis kondisi kelistrikan


jantung pada setiap anggota baik dalam kondisi normal, maupun setelah dilakukan
exercise sehingga dapat diprediksi tingkat kesehatannya menggunakan Alivecor
dengan 6 leads.

Tujuan eksperimen pada modul kali ini adalah sebagai berikut:

1. Menentukan heart rate dari masing-masing anggota kelompok dalam


kondisi normal
2. Menentukan heart rate dari masing-masing anggota kelompok dalam
kondisi seseudah exercise

Batasan eksperimen pada modul kali ini adalah sebagai berikut:


1. Menggunakan heart rate dari 3 orang saja
2. Menggunakan Alivecor sebagai device dengan 6 leads saja

Asumsi eksperimen pada modul kali ini adalah sebagai berikut:


1. Setiap anggota kelompok dianggap dalam keadaan sehat saat dilakukan
pengukuran heart rate menggunakan Alivecor
2. Pada saat sesudah dilakukan exercise dianggap subjek benar-benar
kelelahan.

1
Bab II Dasar Teori

II.1 Elektrokardiograf

Elektrokardiografi adalah proses menghasilkan elektrokardiogram (EKG) yaitu


rekaman aktivitas listrik jantung melalui siklus jantung yang berulang (Bunce,
Nicholas H. 2020). Hasilnya berupa grafik tegangan terhadap waktu aktivitas listrik
jantung menggunakan elektroda yang diletakkan di kulit. Elektroda ini nantinya
akan mendeteksi perubahan listrik kecil yang merupakan konsekuensi dari
depolarisasi otot jantung yang diikuti oleh repolarisasi selama setiap siklus jantung
(detak jantung).

Untuk mengetahui bagaimana pengukuran EKG terbentuk, maka tubuh dapat


dimodelkan sebagai konduktor homogen tak terbatas dan diasumsikan bahwa setiap
sel miokardium memiliki jarak yang sama ke setiap elektroda.

Gambar II.1 Geometri untuk menghitung beda potensial yang dibangkitkan oleh
momen dipol p di titik P (a) dan antara titik B dan A (b) (Hobbie, 2015)

Potensial di titik P dari dipol p dapat dihitung dengan persamaan:

𝒑.𝒓
𝑉= (II.1)
4𝜋𝜀0 𝑟 3

Beda potensial antara 2 titik di posisi r1 dan r2 dari yang masing-masing berjarak r
dari dipol diberikan oleh persamaan:

2
𝒑.(𝒓𝟐 −𝒓𝟏 ) 𝒑.𝑹
𝑉 (𝑟2 , 𝑟1 ) = = (II.2)
4𝜋𝜀0 𝑟 3 4𝜋𝜀0 𝑟 3

EKG terdiri dari 12 sadapan yang terdiri dari 6 sadapan ekstremitas (limb/extremity
lead) dan 6 sadapan prekordial (prekordial/cheast lead). Sadapan atau lead pada
EKG adalah arah rekaman untuk menentukan aktivitas listrik jantung. Tujuan dari
adanya 12 sadapan ini yaitu agar dapat merekam aktivitas kelistrikan jantung secara
menyeluruh (Saryono, 2014). Perangkat EKG Alivecor yang digunakan pada
eksperimen ini hanya mengeluarkan 6 sadapan saja, yaitu sadapan ekstremitas.

II.1.1 Sadapan Ekstrimitas

Pada sadapan ekstremitas, elektroda dipasang pada pergelangan tangan dan


pergelangan kaki, dan memandang jantung dari arah frontal membentuk bidang
vertikal. Sadapan ekstremitas dibagi dua, yaitu sadapan ekstremitas standar dan
sadapan ekstremitas tambahan.

a. Sadapan ekstrimitas standar

Sadapan ini bersifat bipolar karena merekam aktivitas kelistrikan jantung dengan
mengandalkan perbedaan potensial 2 elektroda yang berbeda. Terdapat 3 buah
sadapan ekstremitas standar yaitu I, II, III.

• Sadapan I: merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) bermuatan


negatif dengan tangan kiri (LA) bermuatan positif dengan sudut orientasi
0°.
• Sadapan II: merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) bermuatan
negatif dengan kaki kiri (LL) bermuatan positif dengan sudut orientasi 60°.
• Sadapan III: merekam beda potensial antara tangan kiri (LA) bermuatan
negatif dengan kaki kiri (LL) bermuatan positif dengan sudut orientasi 120°.

3
Gambar II.2 Posisi sadapan ekstremitas standar (Noble, 2010).

Sadapan bipolar akan membentuk segitiga yang disebut Einthoven triangle dan
memiliki persamaan:

𝑉𝐼𝐼 = 𝑉1 + 𝑉𝐼𝐼𝐼 (II.3)

dengan perbedaan potensial masing-masing lead yaitu:

𝐼 = 𝑉𝐿𝐴 − 𝑉𝑅𝐴

𝐼𝐼 = 𝑉𝐿𝐿 − 𝑉𝑅𝐴 (II.4)

𝐼𝐼𝐼 = 𝑉𝐿𝐿 − 𝑉𝐿𝐴

b. Sadapan ekstrimitas tambahan (Augmented)

Sadapan ini terdiri dari 2 kutub. Kutub negatif diperankan oleh terminal sentral,
sedangkan kutub positif adalah elektroda yang dipasang di permukaan tubuh.
Terdapat 3 jenis sadapan ekstremitas tambahan yaitu aVR, aVL, dan aVF.

4
• Sadapan aVR: merekam potensial listrik pada tangan kanan (RA) bermuatan
positif dengan terminal sentral yang bermuatan negatif dengan sudut
orientasi -150°
• Sadapan aVL: merekam potensial listrik pada tangan kiri (LA) bermuatan
positif dengan terminal sentral yang bermuatan negatif dengan sudut
orientasi -30°.
• Sadapan aVF: merekam potensial listrik pada kaki kiri (LF) bermuatan
positif dengan terminal sentral yang bermuatan negatif dengan sudut
orientasi 90°.

Gambar II.3 Orientasi sadapan ekstremitas (Thaler, 2015)

Hubungan antara sadapan ekstremitas standar dan ekstremitas tambahan diberikan


oleh persamaan:

1 1
𝑎𝑉𝑅 = 𝑉𝑅𝐴 − 2 (𝑉𝐿𝐴 + 𝑉𝐿𝐿 ) = − 2 (𝐼 + 𝐼𝐼) (II.5)

1 1
𝑎𝑉𝐿 = 𝑉𝐿𝐴 − 2 (𝑉𝑅𝐴 + 𝑉𝐿𝐿 ) = − 2 (𝐼 − 𝐼𝐼𝐼)

1 1
𝑎𝑉𝐹 = 𝑉𝐿𝐿 − (𝑉𝑅𝐴 + 𝑉𝐿𝐴 ) = (𝐼𝐼 + 𝐼𝐼𝐼)
2 2

5
II.2 Elektrokardiogram

Elektrokardiogram adalah keluaran dari perangkat EKG. Keluaran EKG berupa


grafik beda potensial terhadap waktu. Keluaran EKG bisa dalam bentuk kertas
ataupun dalam format pdf, keduanya memiliki garis tipis dan tebal. Garis tipis
menandai kotak kecil berukuran 1 × 1 mm dan garis tebal menandai kotak besar
berukuran 5 × 5 mm yang berisi 5 kotak kecil. Sumbu horizontal merupakan waktu,
sedangkan sumbu vertikal merupakan tegangan. Untuk besaran waktu, satu kotak
kecil mewakili 0,04 detik yang artinya satu kotak besar mewakili 0,2 detik. Untuk
besaran tegangan, satu kotak kecil mewakili 0,1 mV yang artinya satu kotak besar
mewakili 0,5 mV.

Gambar II.4 Kotak-kotak pada kertas EKG (Thaler, 2015)

6
Grafik EKG terbentuk dari beberapa pulsa yang dalam dunia kedokteran lazim
dikenal dengan istilah gelombang, yaitu gelombang P, Q, R, S, T dan U.

Gambar II.5 Satu pola gelombang yang terbentuk pada EKG (Noble, 2010)

a. Gelombang P
Gelombang P adalah gelombang yang timbul karena adanya depolarisasi atrium.
Depolarisasi atrium yang bergerak ke arah sadapan tertentu akan merekam defleksi
positif. Sadapan yang dimaksud yaitu pada lead I, II, aVL, dan aVF. Sadapan III
hampir tegak lurus dengan arah gerak gelobang depolarisasi, maka gelombang P
yang dihasilkan adalah gelombang bifasik. Sadapan aVR terletak di paling kanan
dan berlawanan dengan pergerakan gelombang depolarisasi, maka akan
menghasilkan defleksi negatif (Thaler, 2015).

Gambar II.6 Arah gerak depolarisasi atrium untuk membentuk gelombang P


(Thaler, 2015)

b. Gelombang Q
Gelombang Q adalah gelombang yang terbentuk dari depolarisasi septum. Septum
yaitu dinding otot yang memisahkan ventrikel kiri dan kanan. Depolarisasi ini
bergerak dari kiri kanan dan terlihat kecil. Gelombang ini bernilai negatif setelah
gelombang P (Thaler, 2015).

7
c. Gelombang R
Gelombang R adalah gelombang positif pertama setelah gelombang Q dan
terbentuk akibat depolarisasi ventrikel. Depolarisasi ventrikel rata-rata akan
memutar ke arah kiri dari 90° sampai 0°. Maka dari itu, gelombang R memberikan
defleksi positif lebih besar pada sadapan I dan II dan lebih kecil pada sadapan III,
aVL, dan aVF. Sadapan aVR memiliki gelombang R yang negatif karena
berlawanan arah gerak depolarisasi (Thaler, 2015).

Gambar II.7 Arah gerak depolarisasi ventrikel untuk membentuk gelombang R


(Thaler, 2015)
Gelombang R pada pola gelombang pertama dan gelombang R pada pola
gelombang selanjutnya biasa digunakan sebagai acuan interval waktu dalam satu
gelombang. Interval ini disebut interval RR dan memiliki persamaan:

𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 𝑅𝑅 = 𝑡𝑅𝑛+1 − 𝑡𝑅𝑛 (II.5)


Dengan 𝑡𝑅𝑛 adalah waktu gelombang R (puncak gelombang R) pada pola ke-n
dengan satuan sekon.
Interval RR digunakan untuk menentukan heart rate atau denyut jantung. Heart rate
adalah banyaknya denyut jantung tiap menit. Heart rate dapat dihitung dengan

60
𝐻𝑅 = (II.6)
𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 𝑅𝑅
Dengan HR adalah heart rate dengan satuan beat per minute (bpm) dan interval RR
dengan satuan sekon.

8
d. Gelombang S
Gelombang S adalah gelombang yang terbentuk setelah gelombang R dan terbentuk
akibat depolarisasi ventrikel. Gelombang Q, R, dan S biasa disebut kompleks QRS.
Amplitudo kompleks QRS lebih besar daripada gelombang P karena massa otot
ventrikel lebih banyak daripada atrium.

e. Gelombang T
Gelombang T adalah gelombang hasil dari repolarisasi ventrikel. Gelombang T ini
lebih tampak pada sadapan prekordial. Gelombang T terlihat paling tinggi pada
sadapan V2 hingga V3 (Pakpahan, 2016).

f. Gelombang U
Gelombang U terjadi akibat repolarisasi serabut Purkinje dan terbentuk antara
gelombang T dan gelombang P berikutnya. Gelombang U memiliki amplitudo yang
kecil dan sering tidak terlihat (Pakpahan, 2016).

9
Bab III Metode dan Hipotesis

III.1 Metode
Berikut merupakan alur metode yang digunakan.

Gambar III.1 Metode Percobaan Pada Eksperimen untuk Pengambilan data

Gambar III.2 Metode Percobaan Pada Eksperimen untuk Pengolahan data

10
III.2 Hipotesis

Hipotesis eksperimen ini adalah :

Pada setiap variasi anggota kelompok diperoleh data yang berbeda-beda dan
terdapat kenaikan heart rate sesaat setelah melakukan exercise, serta adanya
perbedaan yang tidak terlalu signifikan antara 2x pengukuran heart rate pada titik
yang sama.

11
Bab IV Hasil dan Pembahasan

IV.1 Hasil Eksperimen

Pada eksperimen dilakukan digitisasi pada web plotizer dan setelah diperoleh
grafiknya pada excel, maka akan dilakukan penghitungan nilai rata-rata dari
interval RR dan heart rate setiap variasi, yang kemudian akan diinput ke nilai
masing-masing, dimana nilai utama adalah nilai dari average dan errornya
berdasarkan dari standar deviasi setiap pengukuran.

IV.1.1 Pengukuran dengan variasi Posisi Alivecor

1. Pengukuran di mata kaki 1

Tabel IV.1 Pengukuran heart rate pada mata kaki 1


Putri Dini Fazli
Interval Heart Rate Interval RR Heart Rate Interval RR Heart
RR Rate
Lead I 0.76± 0.02 79.22± 1.98 0,739±0,062 81,603±7,027 0.641 93.60
± 0.022 ± 3.21
Lead II 0.76± 0.02 78.82± 1.60 0,758±0,156 81,967±18,413 0.639 93.88
± 0.005 ± 0.83
Lead III 0.76± 0.02 78.92± 1.66 0,742±0,125 82,447±12,856 0.653 91.77
± 0.011 ± 1.52
Lead 0.76± 0.02 78.89± 1.70 0,716±0,101 84,904±10,789 0.643 93.26
aVR ± 0.004 ± 0.65
Lead 0.76± 0.02 79.10± 1.61 0,761±0,132 81,002±16,795 0.645 93.15
aVL ± 0.030 ± 4.42
Lead 0.76± 0.02 78.90± 1.74 0,725±0,145 85,554±19,066 0.643 93.30
aVF ± 0.010 ± 1.59

12
2. Pengukuran di mata kaki 2
Tabel IV.2 Pengukuran heart rate pada mata kaki 2
Putri Dini Fazli
Interval Heart Rate Interval RR Heart Rate Interval RR Heart Rate
RR
Lead I 0.73±0.007 82.05± 0,720±0,160 86,554±19,377 0.667 89.98 ± 1.16
0.84 ± 0.008
Lead II 0.74±0.007 81.61± 0,700±0,139 88,177±16,503 0.667 89.99 ± 0.73
0.79 ± 0.005
Lead III 0.73±0.007 81.66± 0,722±0,054 83,404±5,877 0.662 90.57 ± 0.64
0.82 ± 0.004
Lead aVR 0.73±0.005 81.91± 0,741±0,211 85,037±19,248 0.669 89.67 ± 1.16
0.62 ± 0.008
Lead aVL 0.73±0.007 81.89± 0,692±0,093 88,026±13,440 0.491 122.28
0.76 ± 0.010 ± 2.71
Lead aVF 0.73±0.006 81.88± 0,708±0,095 86,124±13,101 0.665 90.14 ± 0.74
0.71 ± 0.005

3. Pengukuran di lutut 1

Tabel IV.3 Pengukuran heart rate pada mata lutut 1


Putri Dini Fazli
Interval Heart Rate Interval RR Heart Rate Interval RR Heart Rate
RR
Lead I 0.77±0.02 77.01±2.62 0,733±0,108 83,188±11,886 0.642 93.52 ± 1.30
± 0.009
Lead II 0.78±0.03 77.72±2.69 0,700±0,114 87,581±15,146 0.642 93.48 ± 2.21
± 0.015
Lead III 0.78±0.03 77.36±2.81 0,722±0,045 83,404±5,877 0.644 93.20 ± 2.51
± 0.017
Lead 0.77±0.03 77.58±2.88 0,677±0,043 88,870±5,833 0.641 93.53 ± 2.05
aVR ± 0.014
Lead 0.78±0.05 77.61±4.95 0,743±0,084 81,609±10,143 0.641 94.77 ± 11.71
aVL ± 0.087
Lead 0.78±0.03 77.16±2.72 0,762±0,122 80,275±13,027 0.643 93.40 ± 2.06
aVF ± 0.014

4. Pengukuran di lutut 2

Tabel IV.4 Pengukuran heart rate pada mata lutut 2


Putri Dini Fazli
Interval Heart Rate Interval RR Heart Rate Interval RR Heart Rate
RR

13
Lead I 0.74 ± 0.03 81.44±2.98 0,669±0,063 86,630±8,026 0.613 97.88 ± 1.24
± 0.007
Lead II 0.74 ± 0.02 81.47±2.51 0,696±0,078 87,074±10,696 0.611 98.05 ± 0.76
± 0.004
Lead III 0.73 ± 0.02 81.77±2.57 0,712±0,160 87,503±19,492 0.613 97.85 ± 0.23
± 0.001
Lead aVR 0.73 ± 0.02 81.71±2.45 0,711±0,165 87,782±19,465 0.612 97.95 ± 0.27
± 0.001
Lead aVL 0.73 ± 0.04 82.18±5.28 0,668±0,059 90,361±8,234 0.614 97.61 ± 0.82
± 0.005
Lead aVF 0.74 ± 0.02 81.65±2.31 0,712±0,126 84,484±16,959 0.616 97.41 ± 0.58
± 0.003

IV.1.2 Pengukuran dengan variasi exercise

1. Pengukuran pertama sesudah exercise di lutut

Tabel IV.5 Pengukuran heart rate pertama pada lutut setelah dilakukan
exercise
Putri (lutut) Dini Fazli(lutut)
Interval Heart Rate Interval RR Heart Rate Interval RR Heart Rate
RR
Lead I 0.50 ±0.02 119.73±3.80 0,582±0,163 109,251±29,972 0.508 118.59
± 0.037 ± 9.04
Lead II 0.50 ±0.02 119.36±4.56 0,578±0,156 109,073±25,867 0.507 118.67
± 0.033 ± 7.87
Lead III 0.50 ±0.02 119.73±4.94 0,572±0,096 107,025±17,282 0.507 118.46
± 0.028 ± 6.82
Lead 0.50 ±0.02 119.71±4.50 0,542±0,073 112,345±15,318 0.507 118.75
aVR ± 0.032 ± 7.81
Lead 0.50 ±0.02 119.04±6.07 0,578±0,142 108,962±27,609 0.511 117.83
aVL ± 0.035 ± 8.25
Lead 0.47 ±0.02 127.06±4.85 0,562±0,061 107,673±11,885 0.509 118.13
aVF ± 0.032 ± 7.46

3. Pengukuran kedua sesudah exercise di lutut

14
Tabel IV.5 Pengukuran heart rate pertama pada lutut setelah dilakukan
exercise
Putri (lutut) Dini Fazli(lutut)
Interval Heart Rate Interval RR Heart Rate Interval RR Heart Rate
RR
Lead I 0.78 ± 0.03 76.92 ±2.77 0,725±0,136 85,336±18,470 0.575 104.36
± 0.006 ± 1.186
Lead II 0.78 ± 0.03 76.92 ±2.79 0,728±0,088 83,288±9,012 0.577 104.01
± 0.006 ± 1.133
Lead III 0.78 ± 0.03 76.71 ±2.89 0,697±0,074 86,813±9,557 0.574 104.40
± 0.007 ± 1.316
Lead 0.78 ± 0.03 76.92 ±2.81 0,695±0,077 87,191±10,013 0.577 103.92
aVR ± 0.006 ± 1.107
Lead 0.78 ± 0.03 78.33 ±2.77 0,681±0,122 90,456±17,255 0.573 104.72
aVL ± 0.009 ± 1.634
Lead aVF 0.78 ± 0.02 76.94 ±2.18 0,713±0,093 85,202±10,188 0.581 103.16
± 0.005 ± 0.994

IV.2 Pembahasan

IV.2.1 Pertanyaan

Pada pengukuran heart rate dengan keadaan normal, yaitu duduk pada setiap
anggota diperoleh hasil heart rate yang berbeda-beda. Beberapa faktor yang dapat
menyebabkan timbulnya perbedaan ini antara lain usia, tingkat kebugaran, jenis
kelamin, aktivitas fisik, kondisi medis, obat-obatan tertentu, konsumsi kafein atau
alkohol, serta faktor emosional seperti stres atau kecemasan. Usia mempengaruhi
detak jantung seseorang. Bayi baru lahir dapat memiliki detak jantung yang sangat
cepat, mencapai 120 – 160 bpm, sementara orang dewasa memiliki detak jantung
yang lebih lambat, rata-rata antara 60-100 bpm.Orang yang lebih aktif secara fisik
atau yang melakukan olahraga secara teratur cenderung memiliki detak jantung
yang lebih rendah karena jantung mereka lebih efisien dalam memompa darah ke
seluruh tubuh. Pria biasanya memiliki detak jantung yang lebih rendah daripada
wanita dalam kondisi yang sama karena jantung pria cenderung lebih besar dan
lebih kuat. Terakhir, faktor emosional seperti stres dan kecemasan dapat
meningkatkan detak jantung seseorang karena tubuh merespons dengan

15
meningkatkan aliran darah ke otot dan organ penting untuk meningkatkan
kewaspadaan.

IV.2.2 Analisis

Penempatan elektrode pada posisi yang berbeda tidak terlalu berpengaruhs ecara
signifikan apabila diukur dalam kondisi yang sama, yaitu kondisi normal. Namun
terlihat perbandingan dari Tabel IV.1 dan IV.3 sedikit terjadi kenaikan ketika
dilakukan pengukuran pada lutut, daripada hasil dari pengukuran di mata kaki. Hal
ini disebabkan karena ketika pengukuran dilakukan di lutut, posisi tubuh dan
gravitasi dapat mempengaruhi aliran darah dan sirkulasi darah di kaki. Hal ini dapat
mempengaruhi pembacaan denyut jantung yang diukur di lutut. Saat pengukuran di
kaki, posisi tubuh dan gravitasi juga dapat mempengaruhi aliran darah dan sirkulasi
darah di kaki, namun dengan lokasi yang lebih rendah dari lutut, pengaruhnya bisa
jadi berbeda. Perbedaan ketebalan jaringan kulit, jaringan otot, dan tulang di kaki
dan lutut dapat mempengaruhi hasil pengukuran denyut jantung. Ketebalan jaringan
kulit, jaringan otot, dan tulang di lutut mungkin lebih besar daripada di kaki,
sehingga mempengaruhi keakuratan pengukuran denyut jantung di kedua lokasi
tersebut.

Perbandingan pada saat sebelum melakukan exercise dan sesudahnya, terlihat pada
Tabel IV.2 dan Tabel IV.4 bahwa terjadi penurunan interval RR dan kenaikan heart
rate dari setiap anggota. Kenaikan detak jantung dan penurunan interval RR setelah
olahraga ringan disebabkan oleh kombinasi dari beberapa faktor seperti
peningkatan suplai oksigen, penyesuaian sistem saraf otonom, dan faktor
psikologis.Selama olahraga, tubuh memerlukan lebih banyak oksigen untuk
membakar energi dalam kegiatan fisik. Hal ini menyebabkan jantung harus
memompa lebih banyak darah ke seluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan
oksigen tersebut. Akibatnya, detak jantung meningkat dan interval RR menjadi
lebih pendek. Namun, dalam jangka waktu yang singkat, penurunan interval RR
biasanya lebih dominan dan signifikan dibandingkan kenaikan detak jantung
setelah olahraga ringan.

16
Pada variasi pengukuran yang dilakukan 2x, seperti terlihat pada tabel IV.1 dengan
IV.2 atau dari Tabel IV.3 dan IV.4, hanya timbul perbedaan yang sangat sedikit,
baik dari heart rate maupun interval RR. Hal ini tidak lain disebabkan oleh
beberapa faktor, diantaranya yaitu posisi elektroda yang digunakan dalam
pengukuran dapat mempengaruhi hasil pengukuran detak jantung. Jika elektroda
diposisikan pada tempat yang berbeda dalam dua kali pengukuran, maka hasil
pengukuran dapat berbeda. Juga termasuk kesalahan teknis yaitu tidak
menempatkan elektroda pada posisi yang sesuai dan tekanan pada kulit tidak sama
seperti pengukuran pertama.

IV.2.3 Open Problem

Alivecor menggunakan elektroda yang ditempatkan di bagian belakang perangkat,


sehingga penempatan elektrodanya tentu saja berbeda dari elektroda pada EKG
klinis yang ditempatkan di pergelangan kaki kiri dan kedua pergelangan tangan.
Jika elektroda klinis dipindahkan ke bagian-bagian tubuh seperti lutut, siku, betis,
lengan bawah, paha, atau lengan atas, hasil pengukuran mungkin tidak akan sama
dengan pengukuran yang dilakukan pada pergelangan tangan dan pergelangan kaki
seperti pada EKG klinis. Hal ini karena letak elektroda pada EKG klinis telah dipilih
secara khusus untuk mengukur aktivitas listrik jantung dengan akurasi yang tinggi,
sedangkan penempatan elektroda pada bagian tubuh lainnya mungkin tidak optimal
untuk tujuan ini.
Takikardia adalah kondisi ketika denyut jantung berdetak lebih cepat dari normal.
Secara umum, takikardia didefinisikan sebagai denyut jantung di atas 100 denyut
per menit. Beberapa penyebab takikardia meliputi stres, kecemasan, kurang tidur,
konsumsi kafein atau obat-obatan tertentu, gangguan tiroid, dan masalah jantung
seperti aritmia atau gagal jantung. Sedangkan bradikardia adalah kondisi ketika
denyut jantung berdetak lebih lambat dari normal. Secara umum, bradikardia
didefinisikan sebagai denyut jantung di bawah 60 denyut per menit. Beberapa
penyebab bradikardia meliputi gangguan jantung seperti blok AV, hipotiroidisme,
penggunaan obat-obatan tertentu, dan faktor usia. Pada semua anggota yang diukur

17
heart rate-nya pada kondisi normal, tampak sehat dan tidak mengalami kelainan
Takikardia maupun bradikardia.

18
Bab V Kesimpulan

1. Diperoleh Tabel IV.1, Tabel IV.2, Tabel IV.3, dan Tabel IV.4 pada
pengukuran dalam kondisi normal. Terlihat tidak ada perbedaan yang begitu
signifikan baik dalam posisi penempatan yang berbeda maupun pada
pengukuran pertama dan kedua. Data masih berdekatan walaupun ada seikit
perbedaan yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor.

2. Diperoleh Tabel IV.5 dan Tabel IV.6 pada pengukuran yang dilakukan
setelah exercise. Apabila dilakukan perbandingan dengan kondisi normal
pada salah satu data dengan posisi yang sama, yaitu lutut, diperoleh
perbedaan yang signifakn antara sebelum dan sesudah dilakukan exercise.
Nilai heart rate akan mengalami kenaikan dan interval RR akan mengalami
penurunan setelah dilakukan exercise pada setiap anggota.

19
DAFTAR PUSTAKA

Bunce, Nicholas H.; Ray, Robin; Patel, Hitesh (2020). "30. Cardiology". In Feather,
Adam; Randall, David; Waterhouse, Mona (eds.). Kumar and Clark's
Clinical Medicine (10th ed.). Elsevier. pp. 1033–1038. ISBN 978-0-7020-
7870-5.

Hoyland, Philip; Hammache, Néfissa; Battaglia, Alberto; Oster, Julien; Felblinger,


Jacques; de Chillou, Christian; Odille, Freddy (2020). "A Paced-ECG
Detector and Delineator for Automatic Multi-Parametric Catheter
Mapping of Ventricular Tachycardia". IEEE Access. 8: 223952–223960

Pakpahan, Henry A P. (2016). Elektrokardiografi Ilustratif Belajar EKG dengan


Ilustrasi Sederhana Edisi Kedua, (hlm 6-12), Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

Hobbie, Russel K., Roth, Bradley J. (2015). Intermediate Physics for Medicine and
Biology, (hlm. 196-197), Fifth Edition. New York: Springer.

Noble, Alan., Johnson, Robert., Thomas, Alan., Bass, Paul. (2010). The
Cardiovascular System Basic Science and Clinical Condition Second
Edition., (hlm 76-77), United Kingdom: Churchill Livingstone Elsevier.

20

Anda mungkin juga menyukai