Modul FNB 12 10220015 - 10220046 - 10220072 Laporan 05
Modul FNB 12 10220015 - 10220046 - 10220072 Laporan 05
oleh
Novia Masni Dwi Putri, Dini Izzaty Harahap, Muhammad Fazli Rais
10220015, 10220046, 10220072
Pada eksperimen ini bertujuan untuk menentukan heart rate tiap anggota kelompok
yang berbeda-beda dengan variasi kondisi yang sama, posisi Alivecor dan juga
sebelum dan sesudah exercise. Eksperimen ini akan menggunakan Alivecor seagai
device untuk memperoleh grafik EKG yang kemudian akan diolah melalui web plot
digitizer, dan akan diperoleh nilai rata-rata dan standar deviasi setiap pengukuran,
yang nantinya akan dianalisis heart rate dan interval RR pada tiap anggota
kelompok.
Contents
Bab I Pendahuluan .......................................................................................... 1
Bab II Dasar Teori ............................................................................................ 2
II.1 Elektrokardiograf .......................................................................... 2
II.2 Elektrokardiogram......................................................................... 6
Bab III Metode dan Hipotesis .......................................................................... 10
III.1 Metode......................................................................................... 10
III.2 Hipotesis...................................................................................... 11
Bab IV Hasil dan Pembahasan........................................................................ 12
IV.1 Hasil Eksperimen ........................................................................ 12
IV.1.1 Pengukuran dengan variasi Posisi Alivecor..................... 12
IV.1.2 Pengukuran dengan variasi exercise................................ 14
IV.2 Pembahasan ................................................................................. 15
IV.2.1 Pertanyaan ....................................................................... 15
IV.2.2 Analisis ............................................................................ 16
IV.2.3 Open Problem ................................................................. 17
Bab V Kesimpulan .......................................................................................... 19
2
Bab I Pendahuluan
1
Bab II Dasar Teori
II.1 Elektrokardiograf
Gambar II.1 Geometri untuk menghitung beda potensial yang dibangkitkan oleh
momen dipol p di titik P (a) dan antara titik B dan A (b) (Hobbie, 2015)
𝒑.𝒓
𝑉= (II.1)
4𝜋𝜀0 𝑟 3
Beda potensial antara 2 titik di posisi r1 dan r2 dari yang masing-masing berjarak r
dari dipol diberikan oleh persamaan:
2
𝒑.(𝒓𝟐 −𝒓𝟏 ) 𝒑.𝑹
𝑉 (𝑟2 , 𝑟1 ) = = (II.2)
4𝜋𝜀0 𝑟 3 4𝜋𝜀0 𝑟 3
EKG terdiri dari 12 sadapan yang terdiri dari 6 sadapan ekstremitas (limb/extremity
lead) dan 6 sadapan prekordial (prekordial/cheast lead). Sadapan atau lead pada
EKG adalah arah rekaman untuk menentukan aktivitas listrik jantung. Tujuan dari
adanya 12 sadapan ini yaitu agar dapat merekam aktivitas kelistrikan jantung secara
menyeluruh (Saryono, 2014). Perangkat EKG Alivecor yang digunakan pada
eksperimen ini hanya mengeluarkan 6 sadapan saja, yaitu sadapan ekstremitas.
Sadapan ini bersifat bipolar karena merekam aktivitas kelistrikan jantung dengan
mengandalkan perbedaan potensial 2 elektroda yang berbeda. Terdapat 3 buah
sadapan ekstremitas standar yaitu I, II, III.
3
Gambar II.2 Posisi sadapan ekstremitas standar (Noble, 2010).
Sadapan bipolar akan membentuk segitiga yang disebut Einthoven triangle dan
memiliki persamaan:
𝐼 = 𝑉𝐿𝐴 − 𝑉𝑅𝐴
Sadapan ini terdiri dari 2 kutub. Kutub negatif diperankan oleh terminal sentral,
sedangkan kutub positif adalah elektroda yang dipasang di permukaan tubuh.
Terdapat 3 jenis sadapan ekstremitas tambahan yaitu aVR, aVL, dan aVF.
4
• Sadapan aVR: merekam potensial listrik pada tangan kanan (RA) bermuatan
positif dengan terminal sentral yang bermuatan negatif dengan sudut
orientasi -150°
• Sadapan aVL: merekam potensial listrik pada tangan kiri (LA) bermuatan
positif dengan terminal sentral yang bermuatan negatif dengan sudut
orientasi -30°.
• Sadapan aVF: merekam potensial listrik pada kaki kiri (LF) bermuatan
positif dengan terminal sentral yang bermuatan negatif dengan sudut
orientasi 90°.
1 1
𝑎𝑉𝑅 = 𝑉𝑅𝐴 − 2 (𝑉𝐿𝐴 + 𝑉𝐿𝐿 ) = − 2 (𝐼 + 𝐼𝐼) (II.5)
1 1
𝑎𝑉𝐿 = 𝑉𝐿𝐴 − 2 (𝑉𝑅𝐴 + 𝑉𝐿𝐿 ) = − 2 (𝐼 − 𝐼𝐼𝐼)
1 1
𝑎𝑉𝐹 = 𝑉𝐿𝐿 − (𝑉𝑅𝐴 + 𝑉𝐿𝐴 ) = (𝐼𝐼 + 𝐼𝐼𝐼)
2 2
5
II.2 Elektrokardiogram
6
Grafik EKG terbentuk dari beberapa pulsa yang dalam dunia kedokteran lazim
dikenal dengan istilah gelombang, yaitu gelombang P, Q, R, S, T dan U.
Gambar II.5 Satu pola gelombang yang terbentuk pada EKG (Noble, 2010)
a. Gelombang P
Gelombang P adalah gelombang yang timbul karena adanya depolarisasi atrium.
Depolarisasi atrium yang bergerak ke arah sadapan tertentu akan merekam defleksi
positif. Sadapan yang dimaksud yaitu pada lead I, II, aVL, dan aVF. Sadapan III
hampir tegak lurus dengan arah gerak gelobang depolarisasi, maka gelombang P
yang dihasilkan adalah gelombang bifasik. Sadapan aVR terletak di paling kanan
dan berlawanan dengan pergerakan gelombang depolarisasi, maka akan
menghasilkan defleksi negatif (Thaler, 2015).
b. Gelombang Q
Gelombang Q adalah gelombang yang terbentuk dari depolarisasi septum. Septum
yaitu dinding otot yang memisahkan ventrikel kiri dan kanan. Depolarisasi ini
bergerak dari kiri kanan dan terlihat kecil. Gelombang ini bernilai negatif setelah
gelombang P (Thaler, 2015).
7
c. Gelombang R
Gelombang R adalah gelombang positif pertama setelah gelombang Q dan
terbentuk akibat depolarisasi ventrikel. Depolarisasi ventrikel rata-rata akan
memutar ke arah kiri dari 90° sampai 0°. Maka dari itu, gelombang R memberikan
defleksi positif lebih besar pada sadapan I dan II dan lebih kecil pada sadapan III,
aVL, dan aVF. Sadapan aVR memiliki gelombang R yang negatif karena
berlawanan arah gerak depolarisasi (Thaler, 2015).
60
𝐻𝑅 = (II.6)
𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 𝑅𝑅
Dengan HR adalah heart rate dengan satuan beat per minute (bpm) dan interval RR
dengan satuan sekon.
8
d. Gelombang S
Gelombang S adalah gelombang yang terbentuk setelah gelombang R dan terbentuk
akibat depolarisasi ventrikel. Gelombang Q, R, dan S biasa disebut kompleks QRS.
Amplitudo kompleks QRS lebih besar daripada gelombang P karena massa otot
ventrikel lebih banyak daripada atrium.
e. Gelombang T
Gelombang T adalah gelombang hasil dari repolarisasi ventrikel. Gelombang T ini
lebih tampak pada sadapan prekordial. Gelombang T terlihat paling tinggi pada
sadapan V2 hingga V3 (Pakpahan, 2016).
f. Gelombang U
Gelombang U terjadi akibat repolarisasi serabut Purkinje dan terbentuk antara
gelombang T dan gelombang P berikutnya. Gelombang U memiliki amplitudo yang
kecil dan sering tidak terlihat (Pakpahan, 2016).
9
Bab III Metode dan Hipotesis
III.1 Metode
Berikut merupakan alur metode yang digunakan.
10
III.2 Hipotesis
Pada setiap variasi anggota kelompok diperoleh data yang berbeda-beda dan
terdapat kenaikan heart rate sesaat setelah melakukan exercise, serta adanya
perbedaan yang tidak terlalu signifikan antara 2x pengukuran heart rate pada titik
yang sama.
11
Bab IV Hasil dan Pembahasan
Pada eksperimen dilakukan digitisasi pada web plotizer dan setelah diperoleh
grafiknya pada excel, maka akan dilakukan penghitungan nilai rata-rata dari
interval RR dan heart rate setiap variasi, yang kemudian akan diinput ke nilai
masing-masing, dimana nilai utama adalah nilai dari average dan errornya
berdasarkan dari standar deviasi setiap pengukuran.
12
2. Pengukuran di mata kaki 2
Tabel IV.2 Pengukuran heart rate pada mata kaki 2
Putri Dini Fazli
Interval Heart Rate Interval RR Heart Rate Interval RR Heart Rate
RR
Lead I 0.73±0.007 82.05± 0,720±0,160 86,554±19,377 0.667 89.98 ± 1.16
0.84 ± 0.008
Lead II 0.74±0.007 81.61± 0,700±0,139 88,177±16,503 0.667 89.99 ± 0.73
0.79 ± 0.005
Lead III 0.73±0.007 81.66± 0,722±0,054 83,404±5,877 0.662 90.57 ± 0.64
0.82 ± 0.004
Lead aVR 0.73±0.005 81.91± 0,741±0,211 85,037±19,248 0.669 89.67 ± 1.16
0.62 ± 0.008
Lead aVL 0.73±0.007 81.89± 0,692±0,093 88,026±13,440 0.491 122.28
0.76 ± 0.010 ± 2.71
Lead aVF 0.73±0.006 81.88± 0,708±0,095 86,124±13,101 0.665 90.14 ± 0.74
0.71 ± 0.005
3. Pengukuran di lutut 1
4. Pengukuran di lutut 2
13
Lead I 0.74 ± 0.03 81.44±2.98 0,669±0,063 86,630±8,026 0.613 97.88 ± 1.24
± 0.007
Lead II 0.74 ± 0.02 81.47±2.51 0,696±0,078 87,074±10,696 0.611 98.05 ± 0.76
± 0.004
Lead III 0.73 ± 0.02 81.77±2.57 0,712±0,160 87,503±19,492 0.613 97.85 ± 0.23
± 0.001
Lead aVR 0.73 ± 0.02 81.71±2.45 0,711±0,165 87,782±19,465 0.612 97.95 ± 0.27
± 0.001
Lead aVL 0.73 ± 0.04 82.18±5.28 0,668±0,059 90,361±8,234 0.614 97.61 ± 0.82
± 0.005
Lead aVF 0.74 ± 0.02 81.65±2.31 0,712±0,126 84,484±16,959 0.616 97.41 ± 0.58
± 0.003
Tabel IV.5 Pengukuran heart rate pertama pada lutut setelah dilakukan
exercise
Putri (lutut) Dini Fazli(lutut)
Interval Heart Rate Interval RR Heart Rate Interval RR Heart Rate
RR
Lead I 0.50 ±0.02 119.73±3.80 0,582±0,163 109,251±29,972 0.508 118.59
± 0.037 ± 9.04
Lead II 0.50 ±0.02 119.36±4.56 0,578±0,156 109,073±25,867 0.507 118.67
± 0.033 ± 7.87
Lead III 0.50 ±0.02 119.73±4.94 0,572±0,096 107,025±17,282 0.507 118.46
± 0.028 ± 6.82
Lead 0.50 ±0.02 119.71±4.50 0,542±0,073 112,345±15,318 0.507 118.75
aVR ± 0.032 ± 7.81
Lead 0.50 ±0.02 119.04±6.07 0,578±0,142 108,962±27,609 0.511 117.83
aVL ± 0.035 ± 8.25
Lead 0.47 ±0.02 127.06±4.85 0,562±0,061 107,673±11,885 0.509 118.13
aVF ± 0.032 ± 7.46
14
Tabel IV.5 Pengukuran heart rate pertama pada lutut setelah dilakukan
exercise
Putri (lutut) Dini Fazli(lutut)
Interval Heart Rate Interval RR Heart Rate Interval RR Heart Rate
RR
Lead I 0.78 ± 0.03 76.92 ±2.77 0,725±0,136 85,336±18,470 0.575 104.36
± 0.006 ± 1.186
Lead II 0.78 ± 0.03 76.92 ±2.79 0,728±0,088 83,288±9,012 0.577 104.01
± 0.006 ± 1.133
Lead III 0.78 ± 0.03 76.71 ±2.89 0,697±0,074 86,813±9,557 0.574 104.40
± 0.007 ± 1.316
Lead 0.78 ± 0.03 76.92 ±2.81 0,695±0,077 87,191±10,013 0.577 103.92
aVR ± 0.006 ± 1.107
Lead 0.78 ± 0.03 78.33 ±2.77 0,681±0,122 90,456±17,255 0.573 104.72
aVL ± 0.009 ± 1.634
Lead aVF 0.78 ± 0.02 76.94 ±2.18 0,713±0,093 85,202±10,188 0.581 103.16
± 0.005 ± 0.994
IV.2 Pembahasan
IV.2.1 Pertanyaan
Pada pengukuran heart rate dengan keadaan normal, yaitu duduk pada setiap
anggota diperoleh hasil heart rate yang berbeda-beda. Beberapa faktor yang dapat
menyebabkan timbulnya perbedaan ini antara lain usia, tingkat kebugaran, jenis
kelamin, aktivitas fisik, kondisi medis, obat-obatan tertentu, konsumsi kafein atau
alkohol, serta faktor emosional seperti stres atau kecemasan. Usia mempengaruhi
detak jantung seseorang. Bayi baru lahir dapat memiliki detak jantung yang sangat
cepat, mencapai 120 – 160 bpm, sementara orang dewasa memiliki detak jantung
yang lebih lambat, rata-rata antara 60-100 bpm.Orang yang lebih aktif secara fisik
atau yang melakukan olahraga secara teratur cenderung memiliki detak jantung
yang lebih rendah karena jantung mereka lebih efisien dalam memompa darah ke
seluruh tubuh. Pria biasanya memiliki detak jantung yang lebih rendah daripada
wanita dalam kondisi yang sama karena jantung pria cenderung lebih besar dan
lebih kuat. Terakhir, faktor emosional seperti stres dan kecemasan dapat
meningkatkan detak jantung seseorang karena tubuh merespons dengan
15
meningkatkan aliran darah ke otot dan organ penting untuk meningkatkan
kewaspadaan.
IV.2.2 Analisis
Penempatan elektrode pada posisi yang berbeda tidak terlalu berpengaruhs ecara
signifikan apabila diukur dalam kondisi yang sama, yaitu kondisi normal. Namun
terlihat perbandingan dari Tabel IV.1 dan IV.3 sedikit terjadi kenaikan ketika
dilakukan pengukuran pada lutut, daripada hasil dari pengukuran di mata kaki. Hal
ini disebabkan karena ketika pengukuran dilakukan di lutut, posisi tubuh dan
gravitasi dapat mempengaruhi aliran darah dan sirkulasi darah di kaki. Hal ini dapat
mempengaruhi pembacaan denyut jantung yang diukur di lutut. Saat pengukuran di
kaki, posisi tubuh dan gravitasi juga dapat mempengaruhi aliran darah dan sirkulasi
darah di kaki, namun dengan lokasi yang lebih rendah dari lutut, pengaruhnya bisa
jadi berbeda. Perbedaan ketebalan jaringan kulit, jaringan otot, dan tulang di kaki
dan lutut dapat mempengaruhi hasil pengukuran denyut jantung. Ketebalan jaringan
kulit, jaringan otot, dan tulang di lutut mungkin lebih besar daripada di kaki,
sehingga mempengaruhi keakuratan pengukuran denyut jantung di kedua lokasi
tersebut.
Perbandingan pada saat sebelum melakukan exercise dan sesudahnya, terlihat pada
Tabel IV.2 dan Tabel IV.4 bahwa terjadi penurunan interval RR dan kenaikan heart
rate dari setiap anggota. Kenaikan detak jantung dan penurunan interval RR setelah
olahraga ringan disebabkan oleh kombinasi dari beberapa faktor seperti
peningkatan suplai oksigen, penyesuaian sistem saraf otonom, dan faktor
psikologis.Selama olahraga, tubuh memerlukan lebih banyak oksigen untuk
membakar energi dalam kegiatan fisik. Hal ini menyebabkan jantung harus
memompa lebih banyak darah ke seluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan
oksigen tersebut. Akibatnya, detak jantung meningkat dan interval RR menjadi
lebih pendek. Namun, dalam jangka waktu yang singkat, penurunan interval RR
biasanya lebih dominan dan signifikan dibandingkan kenaikan detak jantung
setelah olahraga ringan.
16
Pada variasi pengukuran yang dilakukan 2x, seperti terlihat pada tabel IV.1 dengan
IV.2 atau dari Tabel IV.3 dan IV.4, hanya timbul perbedaan yang sangat sedikit,
baik dari heart rate maupun interval RR. Hal ini tidak lain disebabkan oleh
beberapa faktor, diantaranya yaitu posisi elektroda yang digunakan dalam
pengukuran dapat mempengaruhi hasil pengukuran detak jantung. Jika elektroda
diposisikan pada tempat yang berbeda dalam dua kali pengukuran, maka hasil
pengukuran dapat berbeda. Juga termasuk kesalahan teknis yaitu tidak
menempatkan elektroda pada posisi yang sesuai dan tekanan pada kulit tidak sama
seperti pengukuran pertama.
17
heart rate-nya pada kondisi normal, tampak sehat dan tidak mengalami kelainan
Takikardia maupun bradikardia.
18
Bab V Kesimpulan
1. Diperoleh Tabel IV.1, Tabel IV.2, Tabel IV.3, dan Tabel IV.4 pada
pengukuran dalam kondisi normal. Terlihat tidak ada perbedaan yang begitu
signifikan baik dalam posisi penempatan yang berbeda maupun pada
pengukuran pertama dan kedua. Data masih berdekatan walaupun ada seikit
perbedaan yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor.
2. Diperoleh Tabel IV.5 dan Tabel IV.6 pada pengukuran yang dilakukan
setelah exercise. Apabila dilakukan perbandingan dengan kondisi normal
pada salah satu data dengan posisi yang sama, yaitu lutut, diperoleh
perbedaan yang signifakn antara sebelum dan sesudah dilakukan exercise.
Nilai heart rate akan mengalami kenaikan dan interval RR akan mengalami
penurunan setelah dilakukan exercise pada setiap anggota.
19
DAFTAR PUSTAKA
Bunce, Nicholas H.; Ray, Robin; Patel, Hitesh (2020). "30. Cardiology". In Feather,
Adam; Randall, David; Waterhouse, Mona (eds.). Kumar and Clark's
Clinical Medicine (10th ed.). Elsevier. pp. 1033–1038. ISBN 978-0-7020-
7870-5.
Hobbie, Russel K., Roth, Bradley J. (2015). Intermediate Physics for Medicine and
Biology, (hlm. 196-197), Fifth Edition. New York: Springer.
Noble, Alan., Johnson, Robert., Thomas, Alan., Bass, Paul. (2010). The
Cardiovascular System Basic Science and Clinical Condition Second
Edition., (hlm 76-77), United Kingdom: Churchill Livingstone Elsevier.
20