NAMA KELOMPOK 1 :
7.WANDI (F1C315007)
UNIVERSITAS JAMBI
JAMBI
2016
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................................................1
BAB II LANDASAN TEORI................................................................................................................2
2.1 Pengertian...............................................................................................................................2
2.2 Kegunaan EKG.......................................................................................................................2
2.3 Sistem Konduksi Jantung........................................................................................................4
2.4 Sifat-Sifat Sel Jantung............................................................................................................4
2.5 Potensial Aksi.........................................................................................................................5
2.6 Sadapan - Sadapan EKG.........................................................................................................5
2.7 Siklus Jantung dalam EKG.....................................................................................................7
2.8 Prinsip Membaca EKG...........................................................................................................9
2.9 Kelainan Kompleks pada Beberapa Penyakit........................................................................10
BAB III METODELOGI.....................................................................................................................14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................................19
BAB V PENUTUP..............................................................................................................................24
4.1 Kesimpulan.............................................................................................................................24
4.2 Saran.......................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................25
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Agar dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan elektrokardiogram (EKG)
dan fungsi alat tersebut serta hal hal lain yang berhubungan dengan
elektrokardiogram (EKG).
1
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian
Elektrokardiogram (EKG) merupakan suatu grafik yang dihasilkan oleh suatu
elektrokardiograf. Alat ini merekam aktivitas listrik jantung pada waktu tertentu (saat
pemeriksaan). Secara harafiah didefinisikan : elektro = berkaitan dengan elektronika, dan
kardio = berasal dari bahasa Yunani yang artinya jantung, kemudian gram, berarti tulis /
menulis. Analisis sejumlah gelombang dan vektor normal depolarisasi dan repolarisasi
menghasilkan informasi diagnostik yang penting. Elektrokardiogram tidak menilai
kontraktilitas jantung secara langsung, namun dapat memberikan indikasi menyeluruh atas
naik-turunya kontraktilitas jantung (Dharma, 2010).
Elektrokardiagram (EKG) adalah suatu alat pencatat grafis aktivitas listrik jantung.
Pada EKG terlihat bentuk gelombang khas yang disebut sebagai gelombang P, QRS dan T,
sesuai dengan penyebaran eksitasi listrik dan pemulihannya melalui sistem hantaran dan
miokardium (Sylvia Anderson Price,2005).
Elektrokardiogram (ECG atau EKG) adalah tes non-invasif yang digunakan untuk
mencerminkan kondisi jantung yang mendasarinya dengan mengukur aktivitas listrik jantung.
Dengan posisi lead (listrik sensing perangkat) pada tubuh di lokasi standar, informasi tentang
kondisi jantung yang dapat dipelajari dengan mencari pola karakteristik pada EKG (Anonim,
2011).
Elektrokardiogram, EKG atau ECG: Sebuah EKG adalah bagian penting dari evaluasi
awal pasien yang diduga memiliki masalah jantung yang terkait. Elektroda lengket kecil
diterapkan ke dada pasien, lengan dan kaki. Namun, dengan beberapa sistem, elektroda dapat
diterapkan untuk bahu dada, dan sisi dada bagian bawah, atau pinggul. Kabel digunakan
untuk menghubungkan pasien dengan mesin EKG. Anda akan diminta untuk tetap diam
sementara perawat atau teknisi catatan EKG. Aktivitas listrik yang diciptakan oleh pasien
jantung diproses oleh mesin EKG dan kemudian dicetak pada kertas grafik khusus. Ini
kemudian ditafsirkan oleh dokter Anda. Ini membutuhkan waktu beberapa menit untuk
menerapkan elektroda EKG, dan satu menit untuk membuat rekaman yang sebenarnya
(Anonim, 2010).
2
kelainan irama jantung. EKG membantu mendiagnosis penyebab nyeri dada, dan ketepatan
penggunaan trombolisis pada infark miokard tergantung padanya. EKG dapat membantu
mendiagnosis penyebab sesak nafas (Jhon R Hampton, 2006).
Karena aktivitas listrik memicu aktivitas mekanis, kelainan pola listrik biasanya disertai
oleh kelainan aktivitas kontraktil jantung. Evaluais terhadap EKG dapat memberikan
informasi yang berguna mengenai status jantung, termasuk kecepatan denyut, irama dan
kesehatan otot-ototnya.
1. Kelainan Kecepatan
Jarak antara dua kompleks QRS yang berurutan di sebuah rekaman EKG
dikalibrasikan ke kecapatan jantung. Kecepatan denyut jantung yang melebihi 100 denyut per
menit dikenal sebagai takikardia(cepat), sedangkan denyut yang lambat yang kurang dari 60
kali per menit disebut bradikardi(lambat).
2. Kelainan Irama
Irama mengacu pada keteraturan gelombang EKG. Setiap variasi irama normal dan
urutan eksitasi jangtung disebut aritmia.
a. Flutter Atrium ditandai oleh urutan deplolarisasi atrium yang reguler tetapi cepat dengan
kecepatan antara 200 sampai 300 denyut per menit.
b. Fibrilasi Atrium ditandai oleh depolarisasi atrium yang cepat, ireguler, dan tidak
terkordinasi tanpa gelombang P yang jelas.
c. Fibrilasi Ventrikel adalah kelainan irama yang sangat serius dengan otot-otot ventrikel
memperlihatkan kontraksi yang kacau dan tidak terkoordinasi.
3. Miopati Jantung
Gelombang EKG abnormal juga penting dalam mengenali dan menilai miopati
jantung (kerusakan otot jantung) (Sherwood, 2003).
Menurut (Irfan Padoe, 2010) kegunaan EKG adalah :
a. Mengetahui kelainan-kelainan irama jantung (aritmia)
b. Mengetahui kelainan-kelainan miokardium (infark, hipertrophy atrial dan ventrikel)
c. Mengetahui adanya pengaruh atau efek obat-obat jantung
d. Mengetahui adanya gangguan elektrolit
e. Mengetahui adanya gangguan perikarditis.
Pada umumnya pemeriksaan EKG berguna untuk mengetahui : aritmia, fungsi alat pacu
jantung, gangguan konduksi interventrikuler, pembesaran ruangan-ruangan jantung, IMA,
iskemik miokard, penyakit perikard, gangguan elektrolit, pengaruh obat-obatan seperti
digitalis, kinidin, kinine, dan berbagai kelainan lain seperti penyakit jantung bawaan,
korpulmonale, emboli paru, mixedema.
3
Suatu tumpukan neuromuskular yang kecil, berada di dalam dinding atrium kanan di
ujung kristo terminalis. Nodus ini merupakan pendahulu dari kontraksi jantung, dari sini
impuls diteruskan ke antrioventrikuler node.
2. Antrioventrikular Node (AV Node)
Susunannya sama seperti sinoatrium node. Berada di dalam septum atrium dekat
muara sinus koronarius. Selanjutnya impuls-impuls diteruskan ke antrioventrikuler bundel
melalui berkas wenkebach.
3. Antrioventrikuler Bundel (AV Bundel)
Mulai dari AV bundel berjalan ke arah depan pada pinggir posterior dan pinggir
bawah pars membranasea septum interventrikulare. Pada bagian cincin yang terdapat antara
atrium dan ventrikel analus vibrosus, rangsangan terhenti 1/10 detik selanjutnya menuju ke
arah apeks kordis dan bercabang dua :
a. Pars septalis dekstra melanjut ke arah AV bundel di dalam pars mucularis septum
interventrikulare menuju ke dinding depan depan ventrikel kanan.
b. Pars septalis sinistra berjalan di antara pars membranacea dan pars mucularis sampai di
sisi kiri septum interventrikularis menuju basis M. Papilaris inferior ventrikel kiri.
Serabut-serabut pars septalis kemudian bercabang-cabang menjadi serabut terminal
(serabut purkinje).
4. Seraburt penghubung Terminal
Serabut penghubung terminal (serabut purkiunje) berupa anyaman yang berada pada
endokardium menyebar pada kedua ventrikel (Syaifuddin, 2006).
4
selesai, maka potensial membran kembali mencapai keadaan semula yang disebut sebagai
repolarisasi (Sudoyo, 2009).
6
tiga yang meluas dari lengan tangan kanan ke kaki kanan dan diarahkan mengarah ke
bawah ke kaki kiri. Sadapan ini mengukur perbedaan potensial listrik antara dua titik
sehingga sadapan ini bersifat bipolar, dengan satu kutub negatif dan satu kutub positif
(Harold J Benson, 2005).
9
disertai gelombang P tinggi dan bifasik pada sandapan VI dan V2. Ditemukan pada
korpulmonale dan penyakit jantung kogenital.
Kelainan penampilan, irama dan kecepatan gelombang P yang dapat berupa kelainan
tunggal gelombang P misalnya atrial premature beat yang bisa ditemukan pada penyakit
jantung koroner (PJK), intoksikasi digitalis. Selain itu dapat ditemukan kelainan pada semua
gelombang P disertai kelainan bentuk dan iramanya misalnya fibrilasi atrium yang dapat
disebabkan oleh penyakit jantung rematik (PJR), pada infark miokard. Kelainan gelombang P
lainnya berupa tidak adanya suatu gelombang P, kompleks QRS-T timbul lebih cepat dari
pada biasanya. Misalnya AV nodal premature beat pada PJK, intoksikasi digitalis,
dimanabentuk kompleks QRS normal, dan terdapat masa istirahat kompensatoir. Kelainan
lain berupa ekstrasistole ventrikel pada PJK, intoksikasi digitalis.
Seluruh gelombang P tidak nampak, tetapi bentuk dan lamanya kompleks QRS adalah
normal. Misalnya irama nodal AV, takikardi nodal AV, atrial takikardi yang timbul akibat
intoksikasi digitalis, infark miokard, penyakit jantung hipertensi (PJH). Gelombang P
seluruhnya tidak tampak dengan kelainan bentuk dan lamanya kompleks QRS. Misalnya
ventrikel takikardi, fibrilasi atrium yang dapat timbul pada PJR. Penyakit jantung hipertensi
(PJH).
2. Kelainan interval P-R
a. Interval P-R panjang menunjukkan adanya keterlambatan atau blok
konduksi AV. Misalnya pada blok AV tingkat I dimana tiap gelombang 7 P diikuti P-R
> 0,22 detik yang bersifat tetap atau sementara, ditemukan pada miokarditis, intoksikasi
digitalis, PJK, idiopatik. PadaAV blok tingkat II yaitu gelombang P dalam irama dan
kecepatan normal, tetapi tidak diikuti kompleks QRS, dan seringkali disertai kelainan QRS, S
- T dan T. Interval P-R pada kompleks P-QRS-T mungkin normal atau memanjang, tetapi
tetap jaraknya. Blok jantung A-V2 : 1 atau 3 : 1., berarti terdapat 2 P dan hanya 1 QRS atau
3P&1QRS. Tipe lain dari blok jantung ini ialah fenomena Wenkebach. Pada blok jantung
tingkat III atau blok jantung komplit irama dan kecepatan gelombang P normal, irama
kompleks QRS teratur tetapi lebih lambat (20-40 kali permenit) dari gelombang P. jadi
terdapat disosiasi komplit antara atriumdan ventrikel.
b. Interval P-R memendek yaitu kurang dari 0,1 detik dengan atau tanpa kelainan bentuk
QRS. Ditemukan pada PJK intoksikasi digitalis, sindroma WPW.
3. Kelainan gelombang Q.
Gelombang Q patologis yang lebar > 1 mm atau > 0,4 detik dan dalamnya >2 mm
(lebih 1/3 dari amplitudo QRS pada sandapan yang sama) menunjukkan adanya miokard
yang nekrosis. Adanya gelombang Q di sandapan III dan aVR merupakan gambaran yang
normal.
10
4. Kelainan gelombang R dan gelombang S.
Dengan membandingkan gelombang R dan S disandapan I dan III yaitu gelombang S
di I dan R di III menunjukkan adanya right axis deviation. Kelainan ini ditemukan pada
hipertrofi ventrikel kanan, stenosis mitral, penyakit jantung bawaan, korpulmonale.
Sedangkan gelombang R di I dan S di III menunjukkan adanya left axis deviati on.
Kelainan ini ditemukan pada hipertrofi ventrikel kiri (LVH). Biasanya dengan menjumlahkan
voltase (kriteria voltasi) dari gelombang S di V1 dan R di V5 atau S V1 + R V6 > 35 mm atau
gelombang R>27 mm di V5 atau V6 menunjukkan adanya LVH.
5. Kelainan kompleks QRS
a. Pada blok cabang berkas His dapat ditemukan adanya kompleks QRS lebar dan atau
notched dengan gelombang P dan interval P-R normal. Ditemukan pada PJK, PJR
(Penyakit Jantung Rematik).
b. Kompleks QRS berfrekwensi lambat dengan atau tanpa kelainan bentuk tetapi iramanya
teratur yaitu pada sinus bradikardi, blok jantung 2:1, 3:1, blok komplit terutama pada
PJK, PJR, penyakit jantung bawaan.
c. Kompleks QRS berfrekwensi cepat dengan atau tanpa kelainan bentuk, yaitu pada sinus
takikardi, atrial takikardi, nodal takikardi, fibrilasi atrium, takikardi ventrikel. Ditemukan
pada PJK (Penyakit Jantung Koroner), PJH (Penyakit Jantung Hipertensi), PJR (Penyakit
Jantung Rematik), infark miokard, intoksikasi digitalis.
d. Irama QRS tidak tetap.
Kadang-kadang kompleks QRS timbul lebih cepat dari biasa, misalnya AV nodal
premature beat, ventricular premature beat. Ditemukan pada PJK dan intoksikasi
digitalis. Irama kompleks QRS sama sekali tidak teratur yaitu pada fibrilasi atrium dimana
sering ditemukan pada PJH, PJR, infark miokard dan intoksikasi digitalis.
6. Kelainan segmen S-T.
Suatu kelainan berupa elevasi atau depresi segmen S-T yang ragu-ragu, sebaiknya
dianggap normal sampai terbukti benar-benar ada kelainan pada suatu seri perekaman.
Bukanlah suatu kelainan, apabila elevasi segmen S-T tidak melebihi 1 mm atau depresi tidak
melebihi 0,5 mm, paling kurang pada sandapan standar. Secara klinik elevasi atau depresi
segmen S-T pada 3 sandapan standar, biasanya disertai deviasi yang sama pada sandapan
yang sesuai, menunjukkan adanya insufisiensi koroner. Adanya elevasi segmen S-T
merupakan petunjuk adanya infark miokard akut atau perikarditis. Elevasi segmen S-T pada
sandapan prekordial menunjukkan adanya infark dinding anterior, sedangkan infark dinding
inferior dapat diketahui dengan adanya elevasi segmen S-T pada sandapan II, III, dan aVF.
Untuk perikarditis biasanya tidak dapat dipastikan tempatnya dan akan tampak elevasi di
11
hampir semua sandapan. Elevasi segmen S-T pada V4R ditemukan pada infark ventrikel
kanan.
7. Kelainan gelombang T.
Adanya kelainan gelombang T menunjukkan adanya kelainan pada ventrikel. Untuk
itu dikemukakan beberapa patokan yaitu :
a. Arahnya berlawanan dengan defleksi utama QRS pada setiap sandapan.
b. Amplitudo gelombang T > 1 mm pada sandapan I atau II dengan gelombang R menyolok.
c. Gelombang T terbalik dimana gelombang R menyolok.
d. Lebih tinggi daripada perekaman sebelumnya atau lebih tinggi 8 mm pada sandapan I,II,
III.
Oleh karena begitu banyak penyebab kelainan gelombang T, maka dalam
menginterpretasi kelainan ini sebaiknya berhati-hati dan mempertimbangkan seluruh
gambaran klinik. Suatu diagnosis khusus tidak dapat dibuat atas dasar perubahan -perubahan
yang tidak khas. Adanya gelombang T terbalik, simetris, runcing, disertai segmen S-T
konveks keatas, menandakan adanya iskemi miokard. Kadang-kadang gelombang T sangat
tinggi pada insufisiensi koroner. Pada keadaan dimana defleksi QRS positif pada sandapan I,
sedangkan gelombang T pada sandapan I terbalik atau lebih rendah dari gelombang T di
sandapan III menunjukkan adanya insufisiensi koroner. Gelombang T yang tinggi dan tajam
pada semua sandapan kecuali aVR dan aVL menunjukkan adanya hiperkalemi. Gelombang T
yang tinggi dan simentris dengan depresi segmen S-T menunjukkan adanya infark dinding
posterior.
8. Kelainan gelombang U.
Adanya gelombang U defleksi keatas lebih tinggi dari gelombang T pada sandapan
yang sama terutama V1-V4 menunjukkan adanya hipokalemi.
12
BAB III
METODELOGI
Hasil Jenis
Kelainan
Penelitian ini akan dimulai dengan pengumpulan data sinyal pada EKG. Data tersebut
berupa file gambar yang mencerminkan ritme keadaan jantung. Data sinyal pada EKG
tersebut kemudian akan dipisahkan kedalam dua bagian, yaitu data untuk pelatihan dan data
untuk pengujian.
Terdapat empat jenis data yang akan dilakukan pengenalan kelainan ritme jantung.
Ada satu normal sinyal ritme EKG dan ada tiga kelainan ritme EKG. Data tersebut adalah
sebagai berikut :
13
Gambar 3. Sinus Brady
Normal sinus rhythm didapat dari hasil pengamatan enam detik, ritme atau irama
yang tetap, dan tidak ada denyut tambahan yaitu denyut yang terlalu cepat atau terlalu lambat.
Ada 8 QRS dan gelombang P terlihat sama, interval PR sebesar 160 milliseconds, normalnya
120 sampai 200 milliseconds . Ukuran lebar QRS sekitar 80 milliseconds , normalnya sekitar
120 milliseconds.
2. Kelainan Sinus Brady
14
4. Kelainan Irreguler
Gambar 6. Irreguler
Dari gambar Irreguler sama dengan kriteria sinus rhytme, yang membedakannya adalah pada
gelombang ini iramanya tidak teratur dan adanya gap tanpa adanya gelombang yang muncul.
Proses selanjutnya adalah memilih gambar EKG yang akan diteliti guna mengetahui
kelainan ritme jantung.
1. Sampling dan Kuantisasi
Pemrosesan gambar berukuran 750x300 pixel akan dilakukan sampling 5x5. Jika dalam pixel
5x5 terdapat warna pixel hitam atau sejenisnya maka akan diinisialisasi binner 1 jika tidak
akan diinisialisasi 0. Sehingga hasil dari sampling dan kuantisasi adalah fitur vektor dalam
binner dengan ukuran 150x60. Binner tersebut nantinya akan digunakan untuk menemukan
pola-pola dengan menggunakan integral proyeksi (Nana Ramadijanti dan Achmad Basuki,
2008).
2. Ambil Vektor Ciri
Ciri yang dimaksud adalah vector dari pola gelombang puncak QRS yang tersimpan
pada file txt.
1. Jumlah fitur ke 1,3,5 dan 6 pada fitur vektor gambar sinyal memiliki jumlah sama dengan
jumlah nilai pada fitur ke 1,3,5 dan 6 fitur vektor QRS yaitu berjumlah 0,10,0, dan 0..
2. Fitur vektor ke-2 dan ke-4 pada fitur vektor gambar sinyal memiliki jumlah kurang dari 10.
3. Fitur vektor gambar sinyal ke-7 sampai ke-16 memiliki jumlah kurang dari tiga dan tidak
boleh bernilai nol.
4. Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation
Hal pertama yang dilakukan adalah mengambil data asli sebagai data training,
sehingga menghasilkan bobot final yang terbaik. Untuk proses mapping dilakukan
pemrosesan untuk input gambar EKG yang baru dengan hasil bobot dari traning. Sehingga
akan menghasilkan nilai, dimana nilai tersebut akan menentukan jenis kelainan jantung
(Linsay Alan, 2006).
Untuk lebih jelasnya proses backpropagation dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
a. Setiap unit input (Ii) menerima input dan menyebarkan sinyal tersebut pada tiap
hidden layer unit (Hj).
b. Setiap hidden unit kemudian akan menghitung aktifasinya dan mengirim sinyal (f()j)
ke tiap unit output.
c. Setiap unit output(Ok) akan menghitung aktifasinyal(f()k) untuk menghasilkan respon
terhadap input yang diberikan jaringan. Saat proses training, setiap unit output
membandingkan aktifasinya(f()k) dengan nilai target (desired output) untuk
menentukan besarnya error.
16
d. Berdasarkan error tersebut dihitung faktor k . faktor k digunakan untuk
mendistribusikan error dari output kembali ke layer sebelumnya.
e. Dengan cara yang sama, faktor k juga dihitung pada hidden layer unit Hj . faktor k
digunakan untuk memperbaharui bobot antara hidden layer dan input layer
Pembaharuan bobot Wjk (dari hidden unit Hj ke unit output Ok) dilakukan bersamaan
faktor dan aktivasi f()j dari hidden unit Hj. Sedangkan, pembaharuan bobot vij (dari input
unit Ii ke hidden unit Hj) dilakukan berdasarkan faktor j dan aktivasi xi dari input.
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
18
Proses selanjutnya adalah mengambil informasi dari gambar EKG yang telah di
sampling dan kuantisasi. Hasilnya seperti gambar 11.
19
Tabel 1 adalah tabel hasil uji coba metode dengan merubah jumlah data training dan
melakukkannya bebarapa kali. Hasil error terkecil adalah pada jumlah data training 100 dan
dilakukan sebanyak 10 kali uji coba dengan hasil error 0.008773 dan learning rate sebesar
0.079086.
Tabel 2 adalah tabel untuk ujicoba metode dengan merubah jumlah unit pada hiden
layer.
Tabel 2. Uji Coba Unit pada hiden layer
Dari table 2, pengujian metode dengan merubah jumlah unit untuk mencapai error
terkecil. Dari hasil pengujian tersebut diperoleh error terbesar pada jumlah unit hiden layer
sebesar tiga dengan error 0.171741 dan diperoleh error terkecil sebesar 0.012199 dengan
jumlah unit 10 pada layer hiden.
20
Setelah diketahui jumlah unit terbaik yang akan digunakan, proses selanjutnya adalah
mencari learning rate terbaik sehingga dihasilkan error terkecil. Hasil pengujian terlihat pada
table 3.
Setelah dilakukan beberapa uji coba, hasilnya terlihat pada table 3. Error terbesar
ketika masukkan 0 sebesar 0.04 dengan error 0.091993 dan learning rate 0.020020. Untuk
error terkecil sebesar 0.012199 dengan masukkan 0 adalah 0.03 dan menghasilkan learning
rate sebesar 0.015015.
Dari uji coba merubah masukkan jumlah unit pada hiden layer dan masukkan 0,
diperoleh masukkan terbaik pada jumlah unit hiden layer dan 0 untuk digunakan pada
metode jaringan saraf tiruan backpropagation. Untuk jumlah hiden layer sebesar 10 dan 0
sebesar 0.03 sehingga menghasilkan learnig rate 0.015015 dan error 0.012199.
21
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Elektrokardiagram (EKG) adalah suatu alat pencatat grafis aktivitas listrik jantung.
Pada EKG terlihat bentuk gelombang khas yang disebut sebagai gelombang P, QRS dan T,
sesuai dengan penyebaran eksitasi listrik dan pemulihannya melalui sistem hantaran dan
miokardium.
22
Pada umumnya pemeriksaan EKG berguna untuk mengetahui : aritmia, fungsi alat
pacu jantung, gangguan konduksi interventrikuler, pembesaran ruangan-ruangan jantung,
IMA, iskemik miokard, penyakit perikard, gangguan elektrolit, pengaruh obat-obatan seperti
digitalis, kinidin, kinine, dan berbagai kelainan lain seperti penyakit jantung bawaan,
korpulmonale, emboli paru, mixedema.
Dari hasil uji coba sistem ini dapat ditarik beberapa kesimpulan:
1. Dengan menggunakan metode jaringan syaraf tiruan bacpropagation telah tercapai learning
rate sebesar 0.018450 dan MSE sebesar 0.009997 dengan target error sebesar 0.0100 pada
iterasi ke-315.
2. Setelah sinyal elektrokardiografi diklasifikasi, selanjutnya dilakukan perbandingan hasil
output dari software sebanyak 40 kali uji coba dengan data asal, maka menghasilkan error
simpangan sebesar 2.5% dan keberhasilan sebesar 97.5%.
4.2 Saran
Dalam proses pengambilan data, sebaiknya dilakukan secara realtime agar pengenalan
kelainan jantung segera diketahui hasilnya.
DAFTAR PUSTAKA
.
Anonim.2011.Electrocardigram.http://www.medicinenet.com/electrocardiogram_ecg_
or_ekg/article.htm diakses 13/03/2016.
Anonim. 2010. EKG or Elektrocardigram. http://www.heartsite.com/html/ekg.html diakses
13/03/2016.
Benson, Harold J. 2005. Anatomy and Physiology. New York : Mc Graw Hill.Diposkan oleh
ardhyanzah ansar di 00.16.
Guyton, Arthur C, Jhon.2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta : ECG
23
Hampton, Jhon R. 2006. Dasar-dasar EKG. Jakarta. EGC.
Linsay, Alan. 2006. ECG LERNING CENTER. LDS Hospital Salt Lake City, Utah.
Padoe, Irfan. 2010. Kegunaan EKG dan Cara Merekam EKG.
http://www.infokeperawatan.com/info-kesehatan/kegunaan-ekg-dan-cara-merekam-
ekg. Html diakses 13/03/2016.
Price, Sylvia Anderson.2005. Patofisologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta :
EGC.
Ramadijanti, Nana, Achmad Basuki. 2008. Fitur Bentuk Pada Citra. Surabaya:Politeknik
Elektronika Negeri Surabaya PENS-ITS.
Sherwood. 2003. Fisiologi Manusia. Jakarta : ECG
Sudoyo. 2009. Ilmu Penyakit Dalam Edisi V. Jakarta : Interna Publishing.
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa keperawatan. Jakarta : EGC
24