Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN LIKUIDA


“Sediaan Larutan Eliksir dengan Bahan Aktif Teofilin”

Dosen pengampu:
Apt. Yani Ambari, S.Farm.,M.Farm
Apt. Marthy Meliana, S.Farm.,M.Farm.

Disusun Oleh:
Kelompok 3
Silvia Februaningtias (20020200011)
Amanda Cansabilla Perret (20020200028)
Almira Rista Premaswari (20020200034)
Zumrotin Nafilah (20020200049)
Devi Cahyaningtyas (20020200054)
Rohana Maya Sari (20020200060)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


STIKES RUMAH SAKIT ANWAR MEDIKA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penyusunan laporan praktikum teknologi sediaan likuida
yang berjudul “Sediaan Larutan Eliksir dengan Bahan Aktif Theofilin”  dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.

Penyusunan laporan ini diajukan sebagai salah satu penugasan Mata Kuliah Wajib
Praktikum Teknologi Sediaan Likuida prodi S1 Farmasi STIKES RS ANWAR
MEDIKA tahun akademik 2021/2022. Dalam penyusunan laporan ini, penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada

1. Ibu Apt. Yani Ambari, S.Farm.,M.Farm. selaku PJ Mata kuliah Praktikum


Teknologi Sediaan Likuida, yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk menyusun Laporan ini.

2. Ibu Marthy Meliana, S.Farm.,M.Farm. selaku dosen pengampu mata kuliah


Praktikum Teknologi Sediaan Likuida, yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menyusun laporan ini.

Kami selaku penulis mohon maaf apabila masih ada kekurangan dan kesalahan
dalam penyusunan makalah ini. Apabila ada kritik dan saran dari pembaca, kami
terima dengan tangan terbuka untuk makalah yang lebih baik lagi. Kami selaku
penulis berharap semoga laporan ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
pemenuhan nilai tugas, petunjuk pembelajaran, serta dapat menambah informasi,
pengetahuan, pengalaman, dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan bagi kita
semua.

Sidoarjo, 30 April 2022

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1

1.1 Latar Belakang...................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..............................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................2
BAB II KAJIAN PUSTAKA.........................................................................3

BAB III METODE PENELITIAN................................................................5

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian............................................................5


3.2 Bahan dan Alat Penelitian..................................................................5
3.3 Metode Kerja.....................................................................................6
3.4 Rancangan Kerja (Bagan Alir)...........................................................7
BAB IV HASIL PENELITIAN.....................................................................9

BAB V PEMBAHASAN...............................................................................12

BAB VI PENUTUP.......................................................................................13

6.1 Kesimpulan........................................................................................13
6.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................14

LAMPIRAN...................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Praktikum kali ini dibuat larutan sirup teofilin. Digunakan untuk
penggunaan secara oral dalam bentuk sirup. Penggunaan oral adalah
pemberian obat dengan cara diminum atau dimakan sehingga melalui sistem
pencernaan. Sebagian besar dimaksudkan untuk efek sistemik dari obat, yang
dihasilkan setelah terjadi absorpsi pada berbagai permukaan sepanjang
saluran cerna. (Syamsuni, 2007).
Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa.
Kadar sakarosa (C12H22O11) tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari
66%. Secara umum sirup merupakan larutan pekat dari gula yang ditambah
obat atau zat pewangi dan merupakan larutan jernih berasa manis.
(Farmakope Indonesia, Edisi III)
Teofilin merupakan obat asma dengan indeks terapi sempit oleh karena
itu dibuat formulasi sirup teofilin karena sirup merupakan sediaan yang
homogeny sehingga diharapkan zat aktif yang terkandung di dalamnya
(teofilin) dapat tersebar secara merata dan menunjukkan aksi yang lebih cepat
karena tidak membutuhkan waktu bagi obat untuk berdisolusi.
Teofilin mempunyai khasiat antara lain berdaya sebagai
spasmolitis terhadap otot polos, khususnya otot bronchi, menstimulasi
jantung dan mendilatasinya. Teofilin juga menstimulasi Sistem Saraf Pusat
(SSP) dan pernapasan, serta bekerja diuretis lemah dan singkat. Teofilin
memiliki mekanisme kerja dengan melemaskan otot polos pembuluh darah
bronkial saluran udara dan paru-paru dan mengurangi respon saluran
napas untuk histamin, metakolin, adenosin, dan alergen. Secara
kompetitif menghmabat fosfodiestare (FDE) tipe III dan tipe IV, enzim yang
berperan untuk menghentikan siklik AMP dalam sel otot polos, mungkin
mengakibatkan bronkodilatasi. (Hoan and Kirana, 2007).
Keuntungan obat dalam sediaan sirup yaitu merupakan campuran
yang homogen, dosis dapat diubah-ubah dalam pembuatan, obat lebih
mudah diabsorbsi, mempunyai rasa manis, mudah diberi bau-bauan dan
warna sehingga menimbulkan daya tarik untuk anak-anak, membantu
pasien yang mendapat kesulitan dalam menelan obat. Kerugian obat
dalam sediaan sirup yaitu ada obat yang tidak stabil dalam larutan,
volume bentuk larutan lebih besar, ada yang sukar ditutupi rasa dan
baunya dalam sirup (Ansel et al., 2005).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah theophylline bisa dibuat dalam formulasi pembuatan sediaan sirup ?
2. Bagaimana evaluasi fisik dari sediaan sirup theophylline ?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Dapat membuat formulasi obat asma dalam bentuk sediaan sirup
dengan bahan aktif Teofilin.
2. Untuk mengetahui formulasi sirup yang baik dan benar serta proses
pembuatan sediaan berdasarkan peraturan yang ada.
3. Untuk mengetahui hasil evaluasi skala lab dan skala pilot dari sediaan sirup
yang telah dibuat.

2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa.


Kadar sakarosa (C12H22O11) tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66%.
Secara umum sirup merupakan larutan pekat dari gula yang ditambah obat atau
zat pewangi dan merupakan larutan jernih berasa manis. (Farmakope Indonesia,
Edisi III)

Keuntungan obat dalam sediaan sirup yaitu merupakan campuran yang


homogen, dosis dapat diubah-ubah dalam pembuatan, obat lebih mudah diabsorbsi,
mempunyai rasa manis, mudah diberi bau-bauan dan warna sehingga menimbulkan
daya tarik untuk anak-anak, membantu pasien yang mendapat kesulitan dalam
menelan obat. Kerugian obat dalam sediaan sirup yaitu ada obat yang tidak stabil
dalam larutan, volume bentuk larutan lebih besar, ada yang sukar ditutupi rasa dan
baunya dalam sirup (Ansel et al., 2005).

Asma adalah suatu penyakit obstruksi saluran pernafasan yang bersifat


kronis dengan serangan-serangan akut. Penyakit asma ditandai dengan peningkatan
respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan pada saluran pernafasan
dan dapat menimbulkan tingkat keparahan yang bervariasi. Penyakit asma dapat
disebabkan oleh berbagai komplikasi, misalnya alergi, hiperreaktivitas bronki, dan
infeksi saluran pernafasan (Boushey dan Holtzman, 1998).

Asma merupakan penyakit yang membutuhkan terapi jangka panjang.


Karena itu penatalaksanaan jangka panjang juga memerlukan pemahaman
penderita akan seluk beluk penyakitnya sehingga akan meningkatkan adheres
terhadap penata laksanaan asma yang tepat dan benar, serta dapat memberikan
dampak positif terhadap komponen farmakoekonomik.

Salah satu obat yang digunakan pada terapi asma adalah teofilin. Teofilin
merupakan derivat metil xanthin yang berguna untuk relaksasi otot polos bronkus,
terutama bila otot bronkus berada dalam keadaan konstriksi (Sunaryo, 2004).

3
Teofilin secara cepat diabsorpsi setelah pemberian oral, rektal atau
parenteral. Sediaan bentuk cair atau tablet tidak bersalut akan diabsorpsi secara
cepat dan sempurna. Teofilin diabsorpsi dengan baik di saluran pencernaan,
didistribusikan ke seluruh tubuh, termasuk plasenta dan air susu ibu. Teofilin
dieliminasi melalui metabolisme di hati dan diekskresi sebagian besar melalui urin
dalam bentuk asam metilurat atau metilxantin. (AHFS Drug Information, 1997).

Teofilin merupakan obat asma dengan indeks terapi sempit oleh


karena itu dibuat formulasi sirup teofilin karena sirup merupakan sediaan
yang homogeny sehingga diharapkan zat aktif yang terkandung di dalamnya
(teofilin) dapat tersebar secara merata dan menunjukkan aksi yang lebih
cepat karena tidak membutuhkan waktu bagi obat untuk berdisolusi.

Banyak studi klinis memperlihatkan bahwa terapi jangka panjang


dengan teofilin lepas lambat efektif dalam mengontrol gejala asma dan
memperbaiki fungsi paru. Karena mempunyai masa kerja yang panjang,
obat ini berguna untuk mengontrol gejala nokturnal yang menetap walaupun
telah diberikan obat antiinflamasi.

Efek sampingnya adalah intoksikasi teofilin, yang dapat melibatkan


banyak sistem organ yang berlainan. Gejala gastrointestinal, mual dan
muntah adalah gejala awal yang paling sering. Pada anak dan orang dewasa
bisa terjadi kejang bahkan kematian. Efek kardiopulmoner adalah takikardi,
aritmia danterkadang stimulasi pusat pernafasan

4
BAB III

METODE PENELITIAN

 Tempat dan waktu penelitian


 Bahan dan alat penelitian
 Alat
- Skala lab
1. Timbangan analitik
2. Beaker glass
3. Gelas arloji
4. Cawan petri
5. Mortar dan stamper
6. Gelas ukur
7. pH meter
8. Batang pengaduk

- Skala pilot
1. Mixer
2. Alat pengukur cairan dan zat padat
3. Polishing akhir larutan
4. Tangki pencampuran

 Bahan
1. Theophilin
2. Syr simplex
3. Na benzonat
4. Sorbitol
5. Pisang ambon
6. Aquades

5
7. Asam sitrat
8. Na sitrat

 Metode kerja
Metode kerja yang digunakan pada praktikum kali ini adalah dengan
menyiapkan bahan lalu menimbang theophilin masuk mortir, di larutkan
dalam aquades panas yang sudah disiapkan gerus ad homogen. Setelah itu
mengambil syr simplex dengan menggunakan gelas ukur campur dengan
theophilin gerus ad homogen Setelah homogen bisa di tambahkan na
benzonat yang sudah dilarutkan kedalam aquades aduk ad larut. Membuat
campuran dapar as sitrat. na sitrat lalu masuk mortir terus ad homogen dan di
tambahkan dengan na benzoat. Menambahkan sorbitol campur dengan larutan
dapat gerus ad homogen lalu di beri perasan pisang Ambon dan bisa masuk
botol yang sudah di kalibrasi

 Rancangan kerja
- Skala lab

Siapka Siapkan alat dan bahan

Siapkan alat dan bahan

Menyetarakan timbangan

angan

Kali Kalibrasi botol 60ml

brasi botol 60ml

Menimbang theophilin sebnayak 600mg, masuk mortir +


tambahkan aquades panas sebanyak 12ml gerus ad homogen
6
Mengambil syr simplex 18ml dengan gelas
ukur

(4) + (5) gerus ad homogen

Timbanglah Na benzoate 120mg, masuk mortir + aquades q.s


ad larut

ge Buatlah campuran larutan dapar, as sitrat 1200mg + Na sitrat 1,2gr ,


masuk mortir gerus ad homogen + (7) aduk ad homogen

rus ad homogen + (7) aduk ad homogen

Ambil sorbitol 9ml + (8) masuk mortir gerus ad


homogen

(9) + masuk mortir gerus ad homogen

Tambahkan perasa pisang ambon + (10) + aquades ad


60ml lalu masuk kemasan

- Skala pilot
Si Siapkan alat dan bahan

apkan alat dan bahan

7
Menyetarakan timbangan

timbangan

Kalibrasi botol 60ml

tol 60ml

Menimbang theophilin sebnayak 3000mg, masuk mortir + gerus


ad halus

Mengambil syr simplex 90gr, masuk mortir + aquades q.s aduk ad


larut + theophilin aduk ad homogen

Menimbang Na benzoate 600mg, masuk mortir + aduk ad


larut

Membuat campuran dapar > menimbang As sitrat 1,2gr + Na sitrat


1.2gr aduk ad homogen + Na benzoate campur gerus ad homogen

enimbang As sitrat 1,2gr + Na sitrat 1.2gr aduk ad homogen + Na

Mengambil sorbitol 45ml + campur dapar > masuk


mortir gerus ad homogen > masuk botol

Tambahkan perasa pisang ambon, masuk botol kocok ad homogen +


ad 300ml > tutup masuk kemasan

8
BAB IV

HASIL PENELITIAN

No Parameter yang diuji Spesifikasi Hasil


1. Uji organoleptis

- Warna Kuning Cerah Kuning Cerah

- Bau Pisang Ambon Pisang Ambon

- Rasa Pisang Ambon Manis

2. Uji Ph 3,4 - 5 3,8


3. Uji viskositas 1-3 mp.as 2,50 mp.as
4. Bj sirup >1,2 1,152
5. Uji kejernihan larutan Harus jernih Jernih
bebas dari
partikel kecil
6. Volume perpindahan 60 ml 60 ml

Pada Uji Organoleptis dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui warna


, bau ,rasa pada sediaan sirup theophylline dengan cara melihat kesesuian
warna, rasa dan bau dengan spesifikasi yang dipakai. Maka Diperoleh hasil uji
organoleptis sediaan sirup berwarna kuning cerah, bau/aroma pisang ambon
dan rasa manis.

Pada uji PH dilakukan dengan spesfikasi 3,4-5 dan untuk hasilnya 3,8
pengujian ini bertujuan untuk megetahui PH sediaan sirup dengan cara
mengambil sedikit sampling sampel dan diletakkan nya kedalam beaker glass.
Dilakukan uji PH untuk mencocokkan hasil warna dengan ketentuan warna
PH yang ada. Diperoleh hasil pada sirup theophylline pada uji pH yaitu jadi
berdasarkan (FI III. 1979) hal ini menunjukkan hasil sirup theophylin sesuai

9
dengan spesifikasi yang telah ditelah ditetapkan.

Uji Bobot jenis dilakukan dengan menimbang piknometer kosong


terlebih dahulu, kemudian menimbang piknometer + aquades dan menimbang +
sediaan sirup.
a. Didapatkan berat piknometer kosong sebesar 23,5 gram,

b. piknometer + aquades sebesar 47,3 gram,

c. piknometer + larutan sampel sebesar 49,4 gram.

Maka Volume air = volume pikno

28,8
BJ=
25

= 1,152 gr/ml

Hasil yang didapat setelah dilakukan perhitungan dengan rumus yang


ada dan didapatkan hasil BJ sediaan 1,152 gr/ml. Nilai ini berbeda dengan nilai
BJ sediaan yang ada diteori yaitu 1,3 gr/ml. Hal ini dapat disebabkan karena
kurangnya ketelitian pada saat penimbangan, piknometer yang akan digunakan
kurang bersih dan juga dapat disebabkan karena pengisian piknometer yang
kurang penuh juga dapat mempengaruhi berat dari piknometer tersebut. Hal ini
dapat dicegah dengan cara sebelum menggunakan piknometer harus selalu
dikeringkan dan dapat dibilas agar mencegah sisa sisa larutan atau zat cair yang
masih menempel pada dinding piknometer tidak mempengaruhi berat dari
bobot jenis sediaan.
Pada uji viskositas berujuan untuk mengetahui kekentalan sediaan sirup
apakah sesuai dengan spesifikasi atau tidak. dengan cara memasukkan sirup
kedalam beaker glass kemudian Memasang alat Brookfield dan memasukkan
spindle dalam sirup heophylline menggunakan rotor no 2 dengan menggunakan

10
speed 30 dan speed 60 RPM dan muncul hasil untuk speed 30 RPM yaitu 0,00
mpa.s dan untuk speed RPM yaitu 5.00 mp.as
Pada uji Volume terpindahkan bertujuan mengetahui sediaan pada
masing masing botol dengan cara mengukur volume dalam gelas ukur, maka
diperoleh sediaan sebesar 60 ml. Pada uji kejernihan larutan bertujuan untuk
mengevaluasi ada atau tidaknya pertumbuhan mikroorganisme pada
sediaan sirup.
Jadi berdasarkan uji evaluasi yang telah dlakukan sirup theopylline yang
dibuat dengan konsentrasi mg / ml dalam sediaan 60 ml dan 120 ml ,
memenuhi persyaratan uji sirup yaitu uji organoleptis, uji pH, uji bobot jenis,
uji viskositas dan volume perpindahan.

11
BAB V
PEMBAHASAN

Pada percobaan kali ini, kami melakukan praktikum sediaan liquida yaitu
“sirup theophylline” dimana theophylline dapat digunakan untuk meredakan gejala
akibat penyempitan saluran pernafasan (bronkospame), seperti mengi atau sesak
napas. Pada praktikum kali ini theophylline dibuat sediaan sirup dengan konsentrasi 5
mg/5 ml dalam sediaan 60 ml. Dimana sediaan syr theophylline ditujukan untuk anak
usia 5-9 tahun (2,5 mg 3 x sehari) dan anak Usia 9 – 14 tahun ( 5mg 3 x sehari).
Berikut alat dan bahan yang diperlukan dalam pembuatan sediaan sirup theophylline
yaitu, ALAT : Timbangan digital, mortir, stemper, gelas ukur, beaker glass, batang
pengaduk, Hot plat, BAHAN : theophylline, metil paraben, sirup simplex, natrium
benzoate, sorbitol, pisang ambon, aquades, asm sitrat dan natrium sitrat. Pada
praktikum kali ini kita pembuatan sediaan sirup theophylline dibuat dalam dua skala
yaitu : skala lab dan skala pilot dimana cara kerja yang digukan kurang lebih sama,
Cuma yang membedakan adalah jumlah bahan yang digunakan,dimana hal tersebut
sudah tertera dalam bagian penimbangan bahan.

Setelah pembuatan sediaan sirup theophylline maka dilakuakan pengujian


secara organoleptis dan pengujian ph sedian.dimana uji organoleptis yang dilakukan
berupa (warna,bau,dan rasa dari sediaan) dan hasil yang diperoleh yaitu sediaan
theophylline memiliki warna kuning, bau aroma pisang ambon, dan rasa manis.
Sedang uji ph dilakukan dengan menggunakan ph meter dan indicator universa,
dimana hasil yang diperoleh jika menggunakan ph meter = 3,8 dan indikotor
universal = 4 – 5. Selanjutnya sediaan dilakukan evaluasi yang lebih lengkap setelah
penyimpanan selama beberapa minggu seperti : uji organoleptis, Uji Ph, Uji bobot
jenis, Uji viskositas, dan volume terpindahkan.

Setelah evaluasi selesai maka sediaan syr diberi etiket + leaflet dan dikemas
dalam wadah yang telah disesuaikan dengan sediaan.

12
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pada praktikum ini yaitu dilakukan pembuatan sirup 2x,
pembuatan sirup yang pertama yaitu dengan menggunakan pewarna dan
perasa orange yaitu mendapatkan hasil yang keruh pada sirup hang
dibuat,sehingg membuat ulang sediaan baru namun, dengan pewarna dan
perasa yang berbeda yaitu pisang kepok dan mendapatkan hasil yang
maksimal sesuai dengan yang kita harapkan yaitu sediian bening dan jernih.
Prinsip percoban praktikum ini membuat sirup Theofillyn menggunakan
pelarut aquadest serta bahan tambahan lain seperti dapar, pengawet, Anti
Caplocking, colouris dan flavor. Evaluasi dilakukan dengan pemeriksaan
organoleptik, pemeriksaan Ph, pemeriksaan BJ, dan pemeriksaan viskositas.
Evaluasi kembali dilakukan setelah penyimpanan selama seminggu.
6.2 Saran
1. Sebaiknya penambahan alat seperti timbangan analitik sangat
diperlukan untuk mempercepat proses produksi.
2. Ketelitian dalam pengambilan bahan dan manajemen waktu harus
diperhatikan.
3. Sebaiknya dalam mencari literatur didapatkan dari buku atau jurnal agar
literatur yang didapatkan akurat.
4. Kebersihan diri dan peracikan harus tetap dijaga

13
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1982. ANESTESIA AND ANAIGESIA. Vol. 6. June - Ansel, Howard


C.1989. Pengatar Bentuk sediaan Farmasi. Edisi 4. UI Press. Jakarta.
Diakses pada tanggal 30 April 2022

Ansel, Howard C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta:
Universitas Indonesia. Diakses pada tanggal 30 April 2022

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi


IV, Jakarta: Departemen Kesehatan. Diakses pada tanggal 30 April
2022

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Direktorat bina farmasi dan


klinik ditjen bina kefarmasian dan alat kesehatan. Jakarta:
Departemen Kesehatan. Diakses pada tanggal 30 April 2022

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia edisi V,


Jakarta: Departemen Kesehatan. Diakses pada tanggal 30 April 2022

Rowe, Raymond C.2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed.,


London : Pharmaceutical Press. Diakses pada tanggal 30 April 2022

Syamsuni. 2007. Ilmu Resep, Jakarta, EGC. Diakses pada tanggal 30 April 2022

The Council of The Royal Pharmaceutical Society of Great Britain. The


Pharmaceutical Codex, 12 th ed., Principles and Practice of
Pharmaceutics. 1994. London: The Pharmaceutical Press. Diakses
pada tanggal 30 April 2022

Tim penyusun ISO. 2014. ISO Informasi Spesialite Obat Indonesia.Vol


48. Jakarta. PT ISFI. Diakses pada tanggal 30 April 2022

Tjay Tan Hoan, Tahardja Kirana. 2007. Obat-Obat Penting (Khasiat, Cara
penggunaan dan efek-efek sampingnya), Edisi keenam. Jakarta. PT

14
ELEX MEDIA KOMPTINDO KELOMPOK KOMPAS-
GRAMEDIA. Diakses pada tanggal 30 April 2022

15
LAMPIRAN

16

Anda mungkin juga menyukai