Anda di halaman 1dari 5

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai

pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial.


Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk
di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Sedangkan menurut Joyce & Weil dalam Mulyani
Sumantri, dkk model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran tertentu, dan memiliki fungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar
mengajar.4 Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah cara atau teknik penyajian sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan berfungsi sebagai
pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan
proses belajar mengajar.

Metode Struktural Analitik dan Sintetik (SAS) merupakan salah satu jenis metode yang bisa
digunakan untuk proses pembelajaran membaca menulis permulaan bagi siswa pemula.
Menurut (Solchan, 2014:22) menyatakan bahwa pembelajaran membaca dan menulis
permulaan dengan meetode ini mengawali pelajarannya dengan menampilkan dan
memperkenalkan sebuah kalimat utuh. Metode Struktural Analitik dan Sintetik (SAS)
merupakan metode yang dikhususkan untuk belajar membaca dan menuli permulaan di kelas
rendah, meskipun demikian, metode struktural analitik dan sintetik (SAS) dapat dipergunakan
dalam berbagai bidang pengajaran khususnya bahasa indonesia. Metode SAS adalah
pembelajaran membaca permulaan menggunakan proses penguraian kalimat menjadi kata,
kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf/fonem itu kemudian dilanjutkan dengan
proses sintetik. Hasil penguraian tadi dikembalikan mengikuti urutan sebagai berikut : dari
huruf/fonem yang berupa suku kata, gabungan suku kata menjadi kata, dan gabungan kata
menjadi kalimat semula. Metode SAS adalah salah satu metode yang memiliki 3 proses
penting dengan menghubungkan huruf menjadi kata kemudian kata tersebut diuraikan dan
menggabungkan kembali huruf pada struktur semula.
Cahyani (2017), metode struktural analitik dan sintetik adalah pembelajaran membaca
permulaan menggunakan proses penguraian kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata,
suku kata menjadi huruf/fonem, kemudian dilanjutkan dengan proses sintesis. 
Wahyuni (2010), metode struktural analitik dan sintetik adalah salah satu metode yang biasa
digunakan untuk proses pembelajaran membaca dan menulis permulaan bagi siswa pemula.
Metode SAS (Struktur Analitik Sintetik) memulai pembelajaran membaca permulaan dari
kalimat utuh kemudian ke unsur-unsur yang lebih kecil. 
Saputra (2012), metode struktural analitik dan sintetik adalah suatu cara untuk mengajarkan
membaca permulaan pada siswa dengan menampilkan suatu kalimat utuh yang kemudian
diurai menjadi kata hingga menjadi huruf-huruf yang berdiri sendiri dan menggabungkannya
kembali menjadi kalimat yang utuh. 
Oktaviani dkk (2014), metode struktural analitik dan sintetik adalah metode membaca
keseluruhan baru bagian, yaitu anak dilatih menguraikan kata-kata dari sebuah kalimat, lalu
kata, suku kata, hingga huruf dalam suku kata. Selanjutnya suku kata menjadi kata dan kata
menjadi kalimat awal.
Metode struktural analitik dan sintetik adalah salah satu metode pembelajaran membaca dan
menulis permulaan bagi siswa dengan cara menampilkan suatu kalimat utuh kemudian diurai
menjadi kata, suku kata, dan huruf yang berdiri sendiri selanjutnya kalimat yang diurai
tersebut digabungkan kembali menjadi kalimat yang utuh seperti sedia kala. Metode SAS
dikembangkan oleh PKMM (Pembaharuan Kurikulum dan Metode Mengajar) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan RI yang diprogramkan pada tahun 1974. Metode ini terutama
digunakan dalam pengajaran membaca dan menulis di Sekolah Dasar. Dalam metode SAS,
anak lebih dulu diperkenalkan pada suatu kalimat. Kalimat tersebut selanjutnya dirinci
menjadi kata-kata, dipecah lagi menjadi suku kata, dan selanjutnya dipecah-pecah lagi
menjadi huruf-huruf. Huruf-huruf tersebut selanjutnya disintesiskan lagi menjadi suku kata,
kata, dan akhirnya menjadi kalimat yang utuh lagi.
Pada proses analitik, anak-anak diajak untuk mengenal konsep kata. Kalimat utuh yang
dijadikan tonggak dasar untuk pembelajaran membaca permulaan ini diuraikan ke dalam
satuan-satuan bahasa yang lebih kecil yang disebut kata. Proses penganalisisan atau
penguraian ini terus berlanjut hingga pada wujud satuan bahasa terkecil yang tidak bisa
diuraikan lagi, yakni huruf-huruf.
Pada proses sintesis (menyimpulkan), satuan-satuan bahasa yang telah terurai tadi
dikembalikan lagi pada satuannya semula, yakni dari huruf-huruf menjadi suku kata, suku-
suku kata menjadi kata, dan kata-kata menjadi kalimat. Dengan demikian, melalui proses
sintesis ini anak-anak akan menemukan kembali wujud struktur semula, yakni sebuah kalimat
utuh.

Prinsip Metode SAS 


Prinsip-prinsip pembelajaran membaca menggunakan metode Struktural Analitik dan Sintetik
(SAS) adalah sebagai berikut: 
Kalimat adalah unsur bahasa terkecil sehingga pengajaran dengan menggunakan metode ini
harus dimulai dengan menampilkan kalimat secara utuh dan lengkap berupa pola-pola
kalimat dasar.
Struktur kalimat yang ditampilkan harus menimbulkan konsep yang jelas dalam pemikiran
murid. 
Adakan analisis terhadap struktur kalimat tersebut untuk unsur-unsur struktur kalimat yang
ditampilkan.
Unsur-unsur yang ditemukan tersebut kemudian dikembalikan pada bentuk semula (sintesis). 
Struktur yang dipelajari hendaknya merupakan pengalaman bahasa murid sehingga mereka
mudah memahami serta mampu menggunakannya dalam berbagai situasi.

Langkah-langkah Metode SAS 


Menurut Alfin (2008), langkah-langkah pembelajaran membaca permulaan menggunakan
metode Struktural Analitik dan Sintetik (SAS) adalah sebagai berikut: 
a. Membaca permulaan tanpa buku 
Pada tahap ini, guru menggunakan alat atau media kecuali buku. Langkah-langkah dalam
pembelajaran membaca permulaan tanpa buku adalah sebagai berikut: 
Merekam bahasa siswa. Pada saat awal masuk pembelajaran, guru menulis kata-kata siswa
sebagai bahan pelajaran dalam pembelajaran membaca permulaan agar siswa tidak
mengalami kesulitan.
Menampilkan gambar sambil bercerita. Di dalam kelas biasanya terdapat gambar-gambar
yang dipasang di dinding kelas. Guru dapat menampilkan gambar tersebut sebagai bahan
cerita yang dimulai melalui pertanyaan-pertanyaan pancingan dari guru yang kemudian siswa
mengemukakan kalimat sehubungan dengan gambar. Guru menunjukkan sebuah gambar
kepada siswanya sambil mengucapkan kalimat, misalnya gambar pahlawan. 
Membaca gambar dengan kartu kalimat. Pada tahap ini, guru menempelkan kartu kalimat di
bawah gambar. Siswa dapat melihat gambar dan tulisan secara keseluruhan yang ditempel
oleh guru bahwa tulisan tersebut berbeda-beda untuk setiap gambar.
Pada saat membaca gambar dan tulisan, proses struktural (S), analitik (A) dan sintetik (S)
adalah sebagai berikut: 
1. Proses struktural (S) 
Gambar-gambar yang memandu kalimat pada kartu kalimat kemudian sedikit demi sedikit
dihilangkan, sehingga yang ada hanyalah kartu-kartu kalimat yang terlihat oleh siswa. Siswa
mulai belajar membaca secara struktural kartu kalimat.
2. Proses analitik (A)
Setelah siswa dapat membaca kalimat pada kartu kalimat, kemudian pada tahap ini mulai
mengurai kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf. Melalui
tahap analitik ini, siswa diharapkan mampu mengenali huruf-huruf yang terdapat pada
kalimat yang telah dibacanya.
Contoh:
ini sepeda
i - ni se - pe - da
i-n-is-e-p-e-d-a
3. Proses sintetik (S) 
Setelah siswa mampu mengenali huruf-huruf dalam kalimat, maka huruf-huruf tersebut
digabung kembali, dari huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, kata menjadi
kalimat.
Contoh:
i-n-is-e-p-e-d-a
i - ni se - pe - da
ini sepeda

b. Membaca permulaan dengan buku 


Pada pembelajaran dengan menggunakan buku ini, guru menciptakan suasana pembelajaran
yang menarik minat dan perhatian siswa agar mereka tertarik dengan buku (bacaan) dan mau
belajar dengan keinginannya sendiri. Kegiatan membaca dengan buku bertujuan untuk
melancarkan dan memantapkan siswa dalam membaca. Langkah-langkah pembelajaran
membaca permulaan dengan menggunakan buku adalah sebagai berikut: 
Siswa diberi buku paket yang sama dan diberi kesempatan untuk melihat isi buku tersebut. 
Siswa diberi penjelasan mengenai buku tersebut. 
Siswa diberi penjelasan mengenai fungsi dan kegunaan angka-angka yang menunjukkan
halaman-halaman buku. 
Siswa diajak untuk memusatkan perhatian pada salah satu teks/ bacaan yang terdapat pada
halaman tertentu. 
Jika bacaan itu disertai dengan gambar, sebaiknya terlebih dahulu guru bercerita tentang
gambar yang dimaksud. 
Guru dapat mengawali pembelajaran dengan memberikan contoh membaca pola kalimat
dengan lafal dan intonasi yang benar.
Kelebihan dan Kekurangan Metode SAS 
Setiap metode pembelajaran umumnya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing,
begitu juga dengan pembelajaran membaca permulaan menggunakan Struktural Analitik dan
Sintetik (SAS). Menurut Nisa (2018), kelebihan dan kekurangan metode SAS adalah sebagai
berikut:
a. Kelebihan Metode SAS 
Kelebihan atau keunggulan pembelajaran membaca permulaan dengan metode SAS yaitu:
Memenuhi tuntutan jiwa peserta didik yang memiliki sifat melik (ingin tahu) terhadap sesuatu
dan segala sesuatu yang ada diluar dirinya.
Menyajikan bahan pelajaran yang sesuai dengan perkembangan dan pengalaman bahasa
peserta didik yang selaras dengan situasi lingkungannya. 
Menuntun peserta didik untuk berpikir analitis dengan cara membiasakannya ke arah
pendekatan: a) Bahasa adalah sebuah struktur, b) Struktur terorganisasikan atas unsur-unsur
secara teratur, c) Kehidupan merupakan struktur yang terdiri atas bagian-bagian yang
tersusun secara teratur.
Dengan langkah-langkah yang diatur sedemikian rupa, peserta didik dapat lebih mudah
mengikuti prosedur pembelajaran dan dengan cepat dapat menguasai keterampilan membaca
pada kesempatan berikutnya. 
Berdasarkan landasan linguistik, metode ini menolong peserta didik untuk menguasai bacaan
dengan lancar. 
Metode ini sesuai dengan prinsip inkuiri (menemukan sendiri). anak mengenal dan
memahami sesuatu berdasarkan hasil temuannya sendiri.
b. Kekurangan Metode SAS 
Kekurangan atau kelemahan pembelajaran membaca permulaan dengan metode SAS yaitu:
Anak cenderung menghafal bacaan tanpa melihat detail bacaan tersebut dalam bentuk kata
atau huruf. 
Penggunaan metode SAS mempunyai kesan bahwa guru harus kreatif dan terampil serta
sabar. Tuntutan semacam ini dipandang sangat sukar untuk kondisi guru dewasa ini.
Banyak sarana yang harus dipersiapkan untuk pelaksanaan metode ini, yang bagi sekolah-
sekolah tertentu dirasakan sangat sukar.
Metode SAS hanya dapat dikembangkan pada masyarakat pembelajar di kota-kota dan tidak
di perdesaan.
Karena agak sukar menganjurkan para pengajar untuk menggunakan metode SAS ini, di
berbagai tempat metode ini tidak dilaksanakan.

Anda mungkin juga menyukai