Anda di halaman 1dari 3

PENERAPAN BUDAYA POSITIF DI SEKOLAH MELALUI

PEMBUATAN KESEPAKATAN KELAS

A. LATAR BELAKANG

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020 tentang
Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024 bahwa salah satu
tujuan dalam Kurikulum Merdeka adalah terwujudnya peserta didik yang sesuai dengan Profil Pelajar
Pancasila. Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat
yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila yaitu meliputi
Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, mandiri, bergotong royong,
berkebinekaan global, bernalar kritis dan kreatif. Hal ini selaras dengan visi SMKN 3 Magelang
yaitu Mencetak lulusan yang unggul dan berwawasan profil pelajar Pancasila.
Disiplin positif adalah sebuah pendekatan yang dirancang untuk mengembangkan peserta didik
menjadi pribadi yang bertanggungjawab, penuh hormat dan kritis. Disiplin positif dapat membuat
seseorang menggali potensinya menuju kepada sebuah tujuan, sesuatu yang dihargai dan bermakna.
Dengan kata lain, disiplin positif juga mempelajari bagaimana cara kita mengontrol diri, dan
bagaimana menguasai diri untuk memilih tindakan yang mengacu pada nilai-nilai yang kita hargai.
Peserta didik yang memiliki disiplin positif berarti mereka bisa bertanggung jawab terhadap apa yang
dilakukannya karena mereka mendasarkan tindakan mereka pada nilai-nilai kebajikan universal yaitu
nilai-nilai profil pelajar Pancasila. Disiplin positif yang dilakukan terus menerus akan membentuk
budaya positif. Pembuatan kesepakatan kelas adalah langkah awal untuk membentuk budaya positif.

B. TUJUAN
a. Terciptanya budaya positif di kelas pada khususnya dan di sekolah pada umumnya.
b. Menumbuhkan sikap tanggung jawab.
c. Menghasilkan peserta didik yang memiliki karakter profil pelajar Pancasila.
d. Terciptanya lingkungan belajar yang berpihak pada peserta didik.

C. TOLOK UKUR
a. Peserta didik mampu menerapkan kesepakatan kelas.
b. Peserta didik mempunyai rasa tanggungjawab serta kesadaran diri dalam melakukan budaya
positif
c. Peserta didik mempunyai karakter yang sesuai dengan profil pelajar Pancasila.
d. Peserta didik merasa aman, nyaman dan bermakna dalam pembelajaran.

D. LINIMASA TINDAKAN
 Wali kelas bersama peserta didik menggali tata tertib sekolah yang perlu disepakati di kelas.
 Peserta didik diberi kesempatan untuk curah pendapat tata tertib sekolah yang akan disepakati di
kelas (bisa melalui post it, diskusi atau menuliskan langsung di papan tulis).
 Wali kelas mengajak peserta didik untuk mencari tahu nilai kebajikan / manfaat dari semua tata
tertib yang terkumpul.
Contoh: Datang sebelum bel berbunyi (Nilai kebajikan: Disiplin)
Keluar dan masuk kelas atas ijin guru (Nilai kebajikan: Menghormati orang lain)
 Wali kelas bersama peserta didik membuat kesimpulan dari hasil tata tertib yang sudah disarikan
ke nilai kebajikan.
 Wali kelas bersama peserta didik membuat kesepakatan tentang hasil kesimpulan (Hasil
kesepakatan bisa ditulis di kertas, di papan tulis )
 Perwakilan peserta didik dan wali kelas menandatangani hasil kesepakatan kelas.
 Hasil kesepakatan kelas ditempel di dalam kelas / jika ditulis di papan tulis di foto dan dishare di
group kelas sehingga bapak ibu guru yang lain bisa mengetahui.
 Selanjutnya wali kelas / bapak ibu guru memantau pelaksanaan kesepakatan kelas dengan
mencatat / mendokumentasikan setiap ada pelanggaran hasil kesepakatan kelas.
Jika ada peserta didik yang melanggar keyakinan kelas maka diatasi dengan segitiga restitusi.

Contoh pembuatan kesepakatan kelas di XI Busana 1


SEGITIGA RESTITUSI

Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi peserta didik untuk memperbaiki kesalahan
mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat.
Restitusi juga merupakan proses kolaboratif yang mengajarkan peserta didik untuk mencari solusi atas
masalah mereka, dan membantu peserta didik berpikir tentang orang seperti apa yang mereka ingin
menjadi (tujuan mulia), dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain (Gossen, 2004).

Tahapan segitiga restitusi:

1. Menstabilkan identitas
Untuk membuat peserta didik yang merasa gagal karena berbuat salah menjadi positif terhadap
dirinya.
2. Validasi kebutuhan
Membantu peserta didik mengenali kebutuhan dasar (Bertahan hidup, Kasih sayang dan Rasa
diterima, Penguasaan, Kesenangan dan Kebebasan) yang ingin dipenuhi ketika melakukan kesalahan
itu.
3. Menanyakan keyakinan
Peserta didik menyadari kesalahannya dihubungkan dengan keyakinan kelas yang sudah disepakati
dan bersedia memperbaiki kesalahannya dan menerima konsekuensinya.

Dengan melalui tahapan segitiga restitusi, harapannya peserta didik dapat menjadi mandiri dan
bertanggung jawab.
Untuk lebih jelasnya mengenai penerapan segitiga restitusi dapat melalui link berikut:
https://youtu.be/AnVT_8Vw_oo

Anda mungkin juga menyukai