Karakter Gerakan Dakwah Muhammadiyah
Karakter Gerakan Dakwah Muhammadiyah
Dosen Pengampu:
Drs.MATSEH,.S.PdI, M.A
KELOMPOK 2 :
`Puji syukur kehadiran Allah Subhana`hu wa ta`ala yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga ananda dapat menyelesaikan makalah pada mata Studi
KEMUHAMMADIYAHAN. Shalawat serta salam tidak bosan-bosannya kita sampaikan
kepada junjungan kita Baginda Nabi Muhammad Salallahhu`alaihi wa sallam yang telah
membawa kita selaku umat manusia dari zaman jahiliyyah kepada zaman Islamiyah dan
memerankan fungsi kekhalifahan dengan baik sehingga dipilih oleh Allah sebagai Uswatun
Hasanah bagi seluruh umat seperti yang kita rasakan pada saat ini.
Penulis menyadari dalam permbuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritikan dan saran yang dapat
membangun, baik dari dosen maupun pembaca sekalian, agar kedepannya tulisan kami sesuai
kriteria yang di ajukan dosen. Semoga tulisan ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan
dan pengetahuan kita semua.
Pemakalah
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………...…..…i
Daftar isi…….………………………………………….……………....…ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………..….1
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………3
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Ketiganya saling terkait secara esensial, yang pertama (gerakan Islam) sebagai karakter
dasar yang utama, yang berikutnya (karakter dakwah dan tajdid) sebagai karakter dasar yang
bersifat derivasi atau pengembangan dari karakter Islam dalam bentuk dari sebuah misi.
1
1.2. Rumusan Masalah
memperkaya konsep – konsep, teori-teori, terhadap ilmu pengetahuan dari penelitian yang
sesuai dengan bidang ilmu dalam suatu penelitian. Diharapkan dapat memberikan wawasan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Muhammadiyah dengan seluruh institusinya secara kelembagaan dan orang-orang
Muhammadiyah sebagai pelakunya haruslah memiliki watak pergerakan. Artinya selalu
bergerak alias tidak pasif, stagnasi, dan statis. Bergerak itu artinya berpindah dari tempat atau
kedudukan, tidak diam; mulai melakukan suatu usaha; mengadakan aksi; giat berusaha
termasuk untuk memperbaiki nasib.
Kata lain dari gerak adalah menggerakkan; yang artinya menjadikan bergerak: seperti
buruh mengadakan aksi; membangkitkan atau membangunkan sesuatu seperti untuk memberi
pertolongan; dan mengubah kedudukan atau keadaan. Adapun gerakan tersebut adalah :
1) Perbuatan keadaan menjadi bergerak (air, laut, mesin).
2) Pergerakan, usaha, atau kegiatan di lapangan sosial (politik dll).
Gerakan dilakukan oleh suatu kelompok masyarakat disertai program terencana dan
ditujukan pada suatu perubahan atau sebagai gerakan perlawanan untuk melestarikan pola-pola
dan lembaga-lembaga masyarakat yang ada. Sedangkan pergerakan mengandung arti :
1) Perihal atau keadaan bergerak
2) Kebangkitan (untuk perjuangan atau perbaikan): pada waktu itu muncul nasionalisme di
mana-mana.
Semua makna yang terkait dengan gerakan dan pergerakan itu dinamis, berubah, dan
maju secara pesat. Karena itu, Muhammadiyah maupun simpatisan di mana dan kapan pun
berada harus selalu memiliki watak bergerak yang dinamis, berubah, dan maju ke arah yang
semakin benar, baik, berkualitas, dan berkeunggulan di segala bidang pergerakannya.
Pada saat yang sama tidak boleh statis, jumud, dan tertinggal yang membuat dirinya
kehilangan jatidiri pergerakan. Kata almarhum KH. AR. Fakhruddin, Ketua Pimpinan Pusat
Muhammadiyah, “Muhammadiyah itu Gerakan Islam, kalau tidak bergerak maka bukan
Muhammadiyah”. Haedar Nasir Selaku Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode
2015-2022 melengkapi, “Muhammadiyah itu Gerakan Islam, kalau tidak Islam dan tidak
bergerak, maka bukan Muhammadiyah.” Penulis juga menambahkan, Muhammadiyah itu
pengikut Nabi Muhmmad saw, jadi barang siapa yang mengaku Islam dan nabinya nabi
Muhammad, maka seharusnya seseorang tersebut adalah Muhammadiyah.
4
2. Muhammadiyah Sebagai Gerakan Dakwah
K.H Ahmad Dahlan selaku pendiri Muhammadiyah berharap pada umat agar umat
Islam menjadi terbaik dan senantiasa menyeru kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang
munkar, dan beriman kepada Allah.SWT Upaya itu berdasarkan firman Allah QS. Ali-Imran :
110, yaitu :
ْٱّللْۗ َو َلوْ َءا َمنَْ أَه ُل َِّْ َن ٱل ُمنك َِْر َوت ُؤ ِمنُونَْ ِبِْ وف َوتَن َهونَْ ع ِْ اسْ تَأ ُم ُْرونَْ ِبٱل َمع ُر ْ كُنت ُمْ َخي َْر أ ُ َّم ْة أُخ ِر َج
ِ ت ِلل َّن
َْسقُونِ َب لَكَانَْ َخي ًرا لَّ ُهمْۚ ِمن ُه ُْم ٱل ُمؤ ِمنُونَْ َوأَكثَ ُر ُه ُْم ٱل َٰف
ِْ َٱل ِك َٰت
Artinya:
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS. Ali-Imran : 110).
Berangkat dari firman Allah, manusia harus melaksanakan dakwah amar ma'ruf nahi
munkar. Dalam menghadapi kemunkaran tidak boleh berdiam diri, melainkan harus memiliki
kepekaan sosial terhadap berbagai kemunkaran baik yang sedang, atau akan berlangsung dan
atau telah menimpa orang lain. Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam memiliki watak dasar
derivasi (turunan, pengembangan) sebagai Gerakan Dakwah. Artinya dakwah menjadi misi
utama Muhammadiyah. Dengan demikian dapat dikatakan Muhammadiyah itu Gerakan Islam
yang bermisi dakwah, dakwah yang mencerahkan sekaligus dakwah yang menggembirakan.
Karena itu, misi dakwah harus menjadi jiwa, orientasi, usaha, dan aktivitas yang utama dalam
Muhammadiyah. Dakwah harus menjadi jiwa, alam pikiran, sikap, dan tindakan anggota
Muhammadiyah. Jika Muhammadiyah dan orang-orangnya tidak memiliki jiwa, pemikiran,
dan kegiatan-kegiatan dakwah maka seseorang itu belum Muhammadiyah.
Inspirasi lahirnya Muhammadiyah justru panggilan berdakwah, yakni menjadi
segolongan umat terpilih atau terunggul yang mengakar pada al-khayr, menyuruh pada yang
makruf, dan mencegah dari hal-hal munkar, sehingga menjadi golongan al-muflihum atau
orang-orang yang menang, selamat, dan beruntung dunia akhirat Qs Ali Imran: 104, yaitu :
١٠٤ ََْن ٱل ُمنك َِْرْۚ َوأ ُ ۟ولَ َٰـٰٓئِكَْ ُه ُْم ٱل ُمف ِل ُحون ِْ َولتَكُن ِْمنكُمْ أ ُ َّمةْ يَدعُونَْ إِلَى ٱل َخي ِْر َويَأ ُم ُرونَْ ِبٱل َمع ُر
ِْ وف َويَن َهونَْ ع
Artinya :
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung. (Qs Ali Imran: 104).
5
Berkaitan dengan perintah Allah swt di QS. Ali Imran ayat 104 ini, adalah agar ada
segolongan umat atau perseorangan untuk melakukan menyuruh pada yang makruf, dan
mencegah hal-hal munkar. Karena seluruh denyut nadi gerakan Muhammadiyah dan orang-
orangnya haruslah dakwah. Dakwah untuk mengajak orang di jalan Allah SWT dengan cara
bil-hikmah, wal-mauidhat al-hasanah, wa jadilhum bi laty hiya ahsan (Qs An-Nahl: 125).
Apakah dakwah itu bersifat bi-lisan maupun bil-hal, baik yang bersifat kerisalahan maupun
kerahmatan, semuanya harus melekat dalam seluruh detak jantung gerakan Muhammadiyah
dari pusat sampai bawah termasuk di amal usahanya.
Dakwah amar ma'ruf nahi munkar yang dilakukan Muhammadiyah berkaitan pada dua
bidang, yaitu perorangan dan masyarakat. Hal ini dilakukan:
2. Bidang Masyarakat.
Sifat dakwah Muhammadiyah merupakan bimbingan, perbaikan dan peringatan pada
masyarakat. Kesemuanya itu dilaksanakan bersama dengan bermusyawarah atas dasar takwa
dan mengharap keridlaan Allah semata-mata. Dengan melaksanakan dakwah dan amar
makruf nahi munkar dengan caranya masing-masing yang sesuai, Muhammadiyah
menggerakkan masyarakat menuju tujuannya, yaitu: “terwujudnya masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya” [ CITATION Hae11 \l 1033 ]
6
3. Muhammadiyah Sebagai Gerakan Tajdid
Tajdid bermakna pembaruan. Kata tajdid bentuk kata dari jadda-yajiddujiddan/ jiddatan
artinya ternama, yang besar, nasib baik, dan baru. Pemahaman mengenai tajdid dibedakan
menjadi dua. Yaitu tajdid dalam arti pemurnian dan tajdid dalam arti pembaruan. Dalam arti
pemurnian disebut purifikasi, sedangkan dalam arti pembaruan disebut reformasi.
Muhammadiyah, selain gerakan dakwah, dalam identitasnya disebutkan juga sebagai
gerakan tajdid. Tajdid itu pembaruan, baik yang bersifat purifikasi atau pemurnian (tajrid,
tandhif) maupun pengembangan atau dinamisasi (tajdid, ishlah). Muhammadiyah sebagai
gerakan tajdid sangat dikenal oleh masyarakat luas. Para peneliti atau pakar menyebutnya
sebagai gerakan modernisme atau reformisme Islam, yang menunjukkan Muhammadiyah
sebagai organisasi pembaruan Islam yang maju dan mampu hidup serta memberikan jawaban
atas permasalahan aktual dinamika zaman [ CITATION Abu13 \l 1033 ].
Karenanya, baik Muhammadiyah secara kelembagaan maupun orang-orang
Muhammadiyah harus berjiwa, berpikiran, bersikap, bertindak, dan melakukan usaha-usaha
tajdid. Pada saat yang sama tidak boleh konservatif, jumud, dan tradisional yang menyebabkan
kemunduran dan ketertinggalan di tengah dinamika zaman. Dalam keputusan Muktamar Tarjih
XXII di Malang tahun 1990, direkomendasikan agar Muhammadiyah dapat menanggapi setiap
perkembangan pemikiran tentang Islam dan iptek sebagai bagian integral dari tajdid dalam
pelaksanaan gerakan dakwah Islam amar makruf nahi munkar. Sehubungan dengan itu
Muhammadiyah perlu melakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Kajian secara sungguh-sungguh dengan pendekatan interdisipliner terhadap sumber pokok
ajaran Islam, Al-Qur’an dan As-Sunnah Al-Maqbulah, sehingga diperoleh pemahaman
Islam yang utuh, benar, dan fungsional, serta mendakwahkannya sebagai petunjuk
operasional bagi umat dan masyarakat dalam melaksanakan fungsi khalifah di muka bumi;
2) Kajian secara serius dengan pendekatan interdisipliner terhadap berbagai persoalan sebagai
akibat perkembangan kehidupan manusia, perubahan sosial, dan kemajuan iptek untuk
memperoleh pemahaman yang tepat sebagai landasan bimbingan dan pelurusan arah
perkembangan kehidupan manusia, perubahan sosial, dan kemajuan iptek tersebut sesuai
dengan prinsip dan tujuan Islam.”
Banyak usaha dan langkah Muhammadiyah dalam menjalankan tajdid di abad kedua
dalam pergerakannya.
7
Semua pihak harus berpikir dan bekerja keras agar Muhammadiyah tampil sebagai gerakan
tajdid gelombang kedua sebagai kesinambungan dari tajdid abad pertama yang dipelopori
pendirinya KH Ahmad Dahlan.
Jika Muhammadiyah dan penggeraknya tidak menjadikan tajdid sebagai arus utama
gerakannya di abad baru ini maka kekuatan-kekuatan lain akan mengambil peranan tajdid,
yang belum tentu sejalan dengan Muhammadiyah. Jika Muhammadiyah tidak melakukan
tajdid maka bukan Muhammadiyah, demikian pula manakala orang-orang Muhammadiyah
tidak berpikiran tajdid maka bukanlah pengikut dan penggerak Muhammadiyah.
8
Sejauh yang menyangkut paham agama dan ukhuwah tentu tidak ada yang salah dan hal itu
dapat disikapi secara tasamuh atau toleransi. Tetapi bagi anggota Muhammadiyah tentu
perlu lebih mendalam untuk dihayati, dipahami, dan dijadikan rujukan utama tentang
karakter keislaman dan gerakan Muhammadiyah [ CITATION Hae10 \l 1033 ].
Hal-hal furu’iyah tentu perlu saling hormat dan menghargai. Namun bagi anggota, kader,
dan pimpinan Muhammadiyah di mana pun berada mestinya menjadikan paham Islam dan
prinsip-prinsip gerakan Muhammadiyah menjadi rujukan utama dalam berpikir dan
bertindak baik dalam keagamaan maupun arah gerakan.
1. Karakter Islam
Muhammadiyah adalah gerakan Islam, oleh sebab itu Islam harus menjadi landasan
nilai, jiwa, pemikiran, dan cita-cita gerakan. Ciri gerakan Muhammadiyah menyatu dan
melekat dengan Islam [ CITATION Agu12 \l 1033 ]. Sehingga segala sesuatunya selalu
dipertimbangkan berdasarkan prinsip dan pedoman ajaran Islam secara seksama. Ajaran
Islam yang menjadi aspek hidup utama berkaitan aqidah, ibadah, akhlak, dan mu’amalah
dunyawiyah dipahami dan diamalkan berdasarkan pada ajaran Al-Quran dan Sunnah Nabi
yang maqbulah, serta dengan akal pikiran atau ijtihad sesuai dengan semangat ajaran Islam.
Dalam memahami dan mengamalkan Islam secara luas dan mendalam perlu
menggunakan pendekatan bayani, burhani, dan irfani. Lebih dari itu Islam yang dipahami
dan diamalkan Muhammadiyah haruslah Islam yang menggerakkan karena Muhammadiyah
itu gerakan Islam. Islam yang menggerakkan ialah Islam yang membawa perubahan,
dinamis, progresif, dan penuh dengan daya hidup. Bukan Islam yang kunol, kolot, dan anti
kehidupan.
Islam yang menggerakkan ialah Islam berkemajuan. Islam berkemajuan selalu
mengajarkan umatnya untuk selalu memiliki jiwa, pikiran, dan tindakan yang membawa
kemajuan di segala bidang kehidupan. Islam yang cerdas, beradab, dan membangun
peradaban. Islam yang melahirkan pemikiran dan kerjakerja produktif. Islam yang
memajukan kehidupan laki-laki dan perempuan tanpa diskriminasi. Islam yang rahmatan
lil’alamin. Bukan Islam yang pasif, jumud, kolot, dan antikemajuan. Bukan pula Islam yang
banyak retorika minus kerja dan perbuatan berkemajuan menuju kebahagiaan hidup di dunia
dan akhirat.
9
2. Karakter Dakwah
Muhammadiyah bukanlah organiasi atau pergerakan biasa, melainkan gerakan dakwah.
artinya, segala gerakannya selalu dakwah-minded, yakni berjiwa, berpikiran, dan bertindak
dakwah. Muhammadiyah selalu mengajak orang kepada jalan Allah, mengajak pada ajaran
Islam, menyuruh pada hal-hal ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar. Dalam bahasa
populer Muhammadiyah gerakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Dalam berdakwah
diperlukan cara yang diajarkan Islam, yaitu bil-hikmah, wal mauidhatul hasanah, wa
jadilhum billaty hiya ahsan. Bukan dengan aksi jalanan.
Karakter dakwah yang melekat pada Muhammadiyah menjadikan dirinya memandang
segala persoalan dari sudut dakwah, yakni mengubah keadaan menjadi lebih baik sesuai
dengan prinsip-prinsip ajaran Islam. Dalam menghadapi persoalan ummat dan kebangsaan
Muhammadiyah meletakkannya dalam konteks dakwah, yang bersifat mengajak, menyeru,
dan mengubah ke arah yang lebih baik. Berbeda dengan pendekatan politik ala partai politik,
yang melihat persoalan dari kepentingan kekuasaan, ada yang loyalis ada pula yang oposisi.
Muhammadiyah berkomunikasi dengan siapa saja demi untuk kepentingan dakwah dengan
memilah mana yang prinsip dan mana yang bersifat taktis dan strategis.
3. Karakter Tajdid
Muhammadiyah itu organisasi atau gerakan Islam yang berwatak tajdid (pembaruan).
Jiwa, pikiran, dan tindakannya selalu bersifat pembaruan yang membawa pada perubahan
ke arah kemajuan yang berkeunggulan. Dalam hal tajdid ada yang bersifat pemurnian
(tandhif, tajrid) dan ada yang bersifat pengembangan atau dinamisasi (ishlah) sesuai dengan
bidang dan sasarannya. Karenanya Muhammadiyah tidak berpaham konservatif, kolot,
jumud, dan kembali ke masa lalu (salaf) secara parsial dan berkemunduran ala hidup zaman
batu.
Jika dalam aqidah dan ibadah ada pemurnian, maka dalam pemurnian tidak hanya
verbal rukun tetapi juga substansi, esensi, makna, kekhusyukan, dan tahsinah atau
kebaikannya atau kemaslahatannya. Pemurnian pun luas dan mendalam, bukan sekadar
formalitas. Pemurnian akidah disertai pemahaman akan prinsip iman dan tauhid serta
dikaitkan dengan amal shaleh, bukan sekadar kulit luarnya. Dalam beribadah mengikuti
tuntunan Rasulullah, baik rukun maupun khusyuk dan makna serta fungsi ibadah itu bagi
kehidupan.
10
Dalam berakhlak mengikuti akhlak Nabi dengan uswah hasanah, sehingga melahirkan
keadaban dan peradaban, bukan sekadar keshalehan individual tetapi sekaligus keshalehan
sosial. Dalam hal mua’malah dunyawiyah berlaku prinsip ibahah (kebolehan) dan
dinamisasi (pengembangan) sehingga luas dan fleksibel untuk mengurus kehidupan dunia
sesuai dengan prinsip Islam. Dalam hal mu’amalah luas sekali ranah pembaruan yang perlu
dicapai, sehingga harus menciptakan berbagai keunggulan di segala bidang kehidupan.
4. Karakter Wasithiyah
Muhammadiyah sebagai gerakan keislaman dan kemasyarakatan memiliki sifat
tengahan (wasithiyah), sehingga tidak tampak ekstrem dan radikal dalam makna cenderung
serbakeras dan serba-apriori. Sifat tengahan itu kuat dalam prinsip tetapi fleksibel dalam
cara. Hal prinsip pun benar-benar yang bersifat prinsip, sehingga tidak semua hal dijadikan
prinsip jika hal itu menyangkut furu’ atau cabang dan ranting dari persoalan [ CITATION
Hae10 \l 1033 ].
Sikap tawasuth (tengahan) atau tawazun (keseimbangan) benar-benar menjadi cirri
khas Muhammadiyah. Islam dipandang dari sudut aqidah, ibadah, akhlak, dan mu’amalah
secara komprehensif sehingga semua aspek itu Islami. Berbicara tentang Islami bukan hanya
dalam urusan aqidah saja, ibadah saja, akhlak saja, tetapi juga mu’amalah secara saling
terkait satu sama lain dalam habluminallah dan habluminannas. Tengahan dan seimbang
dalam mengaitkan iman, ilmu, dan amal sehingga Islam itu luas dan tidak parsial, sekaligus
membumi.
Terkadang ada anggapan sempit yang disebut Islami itu jika berpakaian tertentu atau
beratribut tertentu. Jangan anggap berislam itu terbatas pada urusan pakaian, tatacara
makan, dan fisik saja. Tetapi Islam harus meluas menjadi urusan dunia yang multiaspek,
termasuk membangun peradaban ilmu dan kemajuan di segala bidang kehidupan. Di sinilah
sifat tengahan Muhammadiyah yang memposisikan dan memfungsikan Islam secara
seimbang dalam berbagai aspek kehidupan.
Sikap tengahan juga tercermin dalam cara berdakwah, antara amar ma’ruf dan nahi munkar
haruslah seimbang sesuai dengan sasaran, aspek, cakupan, kepentingan, serta misinya. Dalam
bersikap pun warga Muhammadiyah harus memiliki sifat tengahan sebagaimana tercermin dalam
Sepuluh Sifat Muhammadiyah dalam Kepribadian Muhammadiyah. Sifat tengahan jangan diartikan
lembek dan lemah. Sebab yang tampak garang, keras, dan kencang pun tidak selalu identik dengan
keteguhan dalam prinsip dan lurus [ CITATION Ham11 \l 1033 ].
11
5. Nonpolitik Praktis
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam sejak awal memilih strategi perjuangan non-politik
praktis, artinya tidak bergerak dalam perjuangan memperebutkan dan menduduki kekuasaan di
pemerintahan sebagaimana yang dilakukan partai politik seperti Serikat Islam, Masyumi, dan
partai-partai Islam lainnya di masa lalu maupun saat ini. Muhammadiyah lebih memilih jalur
dakwah kemasyarakatan melalui berbagai amal usaha dan langkah-langkah dakwah pembinaan
masyarakat sebagaimana Khittah Muhammadiyah yang masih berlaku sampai saat ini dan bahkan
dikukuhkan pada Muktamar tahun 2015 di Makassar.
Apakah Muhammadiyah apolitik dan tidak memandang penting politik kekuasaan di
pemerintahan? Sama sekali tidak. Muhammadiyah memandang politik kekuasaan penting dan
strategis, tetapi perjuangan secara langsung harus dilakukan melalui partai politik. Kalau di masa
lalu Muhammadiyah sempat mendirikan parpol Islam, hal itu menunjukkan sikap positif
Muhammadiyah. Tetapi karena Muhammadiyah bukan parpol, maka selayaknya perjuangan
politik-praktis itu dilakukan oleh parpol, bukan oleh Muhammadiyah.
Kini, kader Muhammadiyah didorong untuk ada yang aktif di partai politik dan berkiprah
melalui parpol untuk perjuangan kekuasaan. Muhammadiyah perlu melakukan pendidikan politik
sekaligus membuka ruang bagi kader-kader politik untuk berkiprah di jalur perjuangan kekuasaan.
Pada saat yang sama Muhammadiyah dapat menjalankan fungsi-fungsi kelompok kepentingan
melalui lobi, komunikasi, dan fungsi politik moral-kebangsaan untuk mempengaruhi kebijakan
pemerintahan sebagaimana tuntunan Khittah Denpasar.
Dengan jalur ormas dan parpol itu akan bertemu, tetapi jangan dicampur aduk.
Muhammadiyah pernah memiliki pengalaman di partai politik, maka jangan dicobacoba lagi
apapun namanya untuk melibatkan Muhammadiyah dalam pertarungan politik kekuasaan
layaknya parpol. Jika ingin berjuang di amal usaha politik praktis maka jalurnya melalui partai
politik. Sedangkan usaha-usaha lain di luar fungsi parpol dapat diperankan Munammadiyah secara
elegan sesuai dengan Kepribadian dan Khittah Muhammadiyah.
12
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Muhammadiyah sebagai organisasi atau sebagai persyarikatan yang bertujuan untuk
mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya melalui gerakan Islam, gerakan
dakwah dan gerakan tajdid. Organisasi Muhammadiyah dalam melakukan gerakan
dakwahnya selalu mengajak manusia untuk mengikuti jalan Allah, mengajak pada ajaran
Islam, menyuruh pada hal-hal ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar. Muhammadiyah
sebagai organisasi memiliki karakter, yang berbeda dengan organisasi kemasyarakatan dan
keagamaan lainnya. Dalam mengamalkan ajaran islam, Muhammadiyah bekerja pada
hampir semua bidang kehidupan manusia. Diantara bidang tersebut adalah akidah, akhlak,
ibadah, dan mu'amalat duniawiyah. Dakwah amar ma'ruf nahi munkar yang dilakukan
Muhammadiyah berkaitan pada dua bidang, yaitu perorangan dan masyarakat.
3.2. SARAN
Diharapkan hasil diskusi kita kali ini dapat menjadi sumber pengetahuan bagi kita terhadap
pentinganya pendidikan. Terutama pendidikan Muhmmadiyah yang mempunyai tujuan mencerdaskan
kehidupan bangsa dan membangun karakter masyarakat yang lebih baik kedepannya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Adaby., A. (2011). Sejarah Kauman: Menguak Identitas Kampung Muhammadiyah.
Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.
Agus Miswato, M. Z. (2012). Seri Studi Islam Sejarah Isalm dan Kemuhammadiyahan.
Magelang: P3SI UMM. Fakih, M. (2002).
Tiada Transformasi Tanpa Gerakan Sosial, dalam Zaiyardam Zubir,
Radikalisme Kaum Terpinggir : Studi Tentang Ideologi, Isu , Strategi Dan
Dampak Gerakan. Insist Press: Insist Press.
Haedar Nashir. (2011). Muhammadiyah dan Pembentukan Masyarakat Islam”.
Yogyakarta: Al Wasat.
Hambali, H. (2011). Ideologi dan Strategi Muhammadiyah.
Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.
Mujahid., A. (2013). Sejarah Muhammadiyah Gerakan “Tajdid” di Indonesia Bagian I.
Bandung: Too Bagus Publishing.
Nashir., H. (2010). Muhammadiyah Gerakan Pembaruan .
Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.
Nur Rahma Amini, M. Q. (2014). Kemuhammadiyahan.
Medan: UMSU Press.
Pohan, Selamat, (2021). Strategi dan Metode Pembelajaran Generasi Milenial.
Yogyakarta: Bildung.
Yustisia., N. (2016). Ada 5 Generasi Yang lahir Setelah Perang Dunia Ke Dua Dan
Berhubungan Dengan Masa Kini Menurut Teori Generasi.
Jakarta: Randomnes
14