Wa0098.
Wa0098.
KELOMPOK 5
KELAS 4C
PRODI S1 ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah subhanallahu ta’ala yang telah memberi kita kesehatan
serta kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Sholawat beserta
salam kita hadiahkan kepada junjungan alam yakni nabi besar Muhammad shalallahu ‘alaihi
wasallam dengan melafadzkan allahumma sholli ‘ala sayyidana Muhammad wa ‘ala ali
sayyidina Muhammad. Semoga di akhir kelak kita mendapatkan syafaat dari beliau.
Pada makalah ini kami berkesempatan untuk membahas materi yang berjudul “Pelayanan
Publik di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru ”. Pembahasan ini menjadi bagian darimateri
yang di bahas pada mata kuliah Pelayanan Publik. Tujuan dari pembuatan makalah ini untuk
mengetahui mengenai bagaimana pelayanan publik di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muslim S.Sos, M.Si selaku dosen
pengampu mata kuliah Pelayanan Publik yang telah memberi kesempatan dan kepercayaan
kepada penulis untuk dapat menyampaikan materi ini. Penulis juga berterima kasih kepada orang
tua dan teman-teman yang telah memberi semangat sehingga penulis dapat mengerjakan
makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Penulis menyadari, bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
sangat diperlukan kritik dan juga saran dari pembaca untuk dapat menyempurnakan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
C. Tujuan .............................................................................................................................................1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pelayanan Publik.............................................................................................................................2
B. Pelayanan Kesehatan.......................................................................................................................5
C. Rumah Sakit....................................................................................................................................7
D. Kualitas Pelayanan..........................................................................................................................10
BAB III
PEMBAHASAN
A. Penerapan Nilai-nilai Islam Dalam Pelayanan Publik di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina................15
B. Langkah yang Diambil Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru Dalam Menangani
Permasalahan yang Melanggar Aturan Pelayanan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah bentuk genetik yang sekarang digunakan dan didefinisikan oleh
organisasi keuangan dan pemberi pelayanan kesehatan. Upaya status kesehatan ini harus
diberikan dan diarahkan secara maksimal agar masyarakat dapat memperolehnya. Pelayanan
kesehatan tersebut menjadi tonggak dasar produktivitas dalam memberikan kepuasaan atas
pasien yang dirawat. Adapun komponen yang menjadi dasar atas kepuasaan seorang pasien
yaitu terlihat dari komponen pelayanan dan produk pada rumah sakit.
Agar pelayanan dapat memuaskan kepada orang atau sekelompok orang yang
dilayani, maka si pelaku dalam hal ini petugas, harus dapat memenuhi 4 persyaratan pokok,
ialah: (a) tingkah laku yang sopan, (b) cara menyampaikan sesuatu yang berkaitan dengan
apa yang seharusnya diterima oleh orang yang bersangkutan, (c) waktu menyampaikan yang
tepat dan (d) keramahtamaan. Produk yang ada pada rumah sakit dapat berupa barang, jasa
dan lain-lain.
Perawat menjadi salah satu bagian dari tenaga kesehatan yang bertugas memberikan
pelayanan keperawatan kepada masyarakat sesuai dengan keahlian atau keterampilan yang
dimiliki, dan dapat diberikan kepada pasien baik secara langsung atau tidak langsung
(Budhiartie, 2009). Pelayanan keperawatan saat ini mengalami perkembangan yang sangat
pesat, sehingga perawat berkeinginan untuk mengadakan perubahan dalam pelaksanaan
profesinya, di mana pada awalnya hanya bertugas untuk membantu pelaksanaan tugas dokter
menjadi dapat memberikan pelayanan keperawatan secara mandiri dan berusaha agar dapat
mencapai tujuan dari asuhan keperawatan tersebut (Kusnanto, 2019).
Rumah Sakit Islam Ibnu Sina terwujud dari ide/gagasan Bapak M. Natsir yang
diprakarsai oleh dr Rasanuddin melalui pembentukan sebuah Yayasan Rumah Sakit Islam
Riau (YARSI Riau) pada tahun 1979 Lebih kurang 11 tahun (1968-1979) proses perjuangan
itu berlangsung agar terbentuk YASRI Riau.
Rumah Sakit Islam Ibnu Sina YARSI Riau terletak di Pekanbaru ibukota Propinsi
Riau Berdiri pada tanggal 7 Januari 1980 dengan Akta Notaris Nomor 19/1980 pada notaris
Syawal Sutan diatas yang didedikasi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat Riau
dengan memperdulikan penduduk miskin (dhuafa). Sejak awalnya berdiri berupa sebuah
klinik/balai pengobatan yang mengontrak sebuah bangunan dengan seorang dokter hingga
saat ini telah berkembang menjadi sebuah Rumah Sakit swasta kebanggan umat Islam dan
mendapatkan kemajuan pesat serta mendapat tempat dihati masyarakat dengan ciri
memberikan pelayanan secara Islam pesialis lengkap dengan dokter-dokter spesialis dan
penunjang medis yang dibutuhkan Rumah Sakit dibangun dengan bernuansa Islam.
Saat ini, Rumah Sakit ini tergolong Rumah Sakit Umum Swasta Madya Plus yang
setara dengan RSU Pemerintah kelas C Plus Mulai Juni 2005 RSI Ibnu Sina dikelola oleh
PT Syifa Utama Lokasi Rumah Sakit terletak di Jl. Melati No 60 Kelurahan Harjosari
Kecamatan Sukajadi Kota Pekanbaru. Seiring dengan pertambahan penduduk dan
meningkatnya kebutuhan pelayanan medis oleh masyarakat, Rumah Sakit sebagai salah satu
fasilitas kesehatan masyarakat mempunyai tugas yang cukup berat. Disamping tuntutan
peningkatan kemampuan dalam bidang pelayanan orang sakit juga dibidang administrasi
manajemen, Rumah Sakit yang mempunyai tanggung jawab yang cukup berat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah penerapan nilai-nilai Islam dalam pelayanan publik di rumah sakit Islam
Ibnu Sina kota Pekanbaru?
2. Langkah apa yang rsi ambil dalam menangani permasalahan yang melanggar aturan
pelayanan?
3. Bagaimanakah tingkat kesesuaian antara harapan pasien rawat inap terhadap kualitas
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Ibnu Sina?
4. Bagaimana Strategi Rumah Sakit Islam (RSI) Ibnu Sina dalam meningkatkan pelayanan?
C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan tentang bagaima penerapan nilai-nilai Islam dalam pelayanan publik
di rumah sakit Islam Ibnu Sina kota Pekanbaru.
2. Untuk menjelaskan tentang langkah apa yang Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru
ambil dalam menangani permasalahan yang melanggar aturan pelayanan.
3. Untuk menjelaskan tentang tingkat kesesuaian antara harapan pasien rawat inap terhadap
kualitas pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Ibnu Sina.
4. Untuk menjelaskan tentang strategi Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru dalam
meningkatkan pelayanan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritis
1. Pelayanan Publik
Sebelum mengkaji lebih jauh tentang pelayanan publik, maka terlebih dahulu
memahami apa yang dimaksud dengan pelayanan. Komaruddin (1997 : 394) mengartikan
pelayanan merupakan suatu prestasi yang dilakukan atau dikorbankan agar dapat
memuaskan permintaan atau kebutuhan pihak lain. Pengertian yang lain menyatakan
bahwa pelayanan adalah sesuatu hal yang dapat menolong, menyambut, membalas,
mengindahkan, memuaskan, menghidangkan, menyuguhkan, membantu, menanggapi,
menyediakan segala sesuatu yang menjadi kebutuhan atau sesuatu hal yang diperlukan oleh
pihak lain (Syafii, 1998: 39). Pelayanan publik adalah segala aktivitas yang dilakukan baik
oleh pemerintah maupun swasta dalam mendistribusikan barang atau jasa dengan tujuan
untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat atau warga Negara (Syahrir,
1996 : 11).
Gronroos (1990: 27) dalam Ratminto (2005:2) “Pelayanan adalah suatu aktivitas atau
serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi
sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang
disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan
permasalahan konsumen/pelanggan”. Keputusan MENPAN Nomor 63/2003 dalam
Ratminto (2005:5) “Pelayanan umum sebagai segala bentuk aktivitas yang dilaksanakan
oleh Instansi Pemerintah Pusat, di Daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara
atau Badan Usaha Milik Daerah dalam bentuk barang dan atau jasa, baik dalam rangka
upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan
peraturan perundang-undangan.”
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah segala
kegiatan yang tidak kasat mata yang dilaksanakan oleh pemerintah baik pemerintah pusat,
pemerintah daerah, dan swasta dalam memberikan, mendistribusikan barang dan jasa
kepada masyarakat dalam rangka memenuhi segala kebutuhan dan meningkatkan taraf
hidup dan kesejahteraan masyarakat serta memecahkan permasalahan yang terdapat pada
konsumen atau masyarakat.
2. Pelayanan Kesehatan
Kesehatan merupakan hal yang paling penting bagi manusia. Dengan adanya
kesehatan, manusia dapat menjalankan segala aktivitas. Menjaga kesehatan diri dapat
dilakukan dengan tetap menjaga kebersihan lingkungan agar tidak timbul penyakit yang
dapat menyerang. Selain itu, pemerintah telah memberikan pelayanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat yang terserang penyakit.
Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, kesehatan diartikan sebagai
keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara social dan ekonomis(Azwar, 1994:11). Menurut Levey Loomba,
pelayanan kesehatan adalah upaya yang dilakukan oleh suatu organisasi baik secara sendiri
atau bersama-sama untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan perseorangan, kelompok dan ataupun
masyarakat (Azwar, 1994: 42).
Hodgetts dan Casio (Azwar, 1994: 43) menyatakan bahwa bentuk dan jenis
pelayanan kesehatan tersebut terbagi menjadi dua yaitu :
a. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan kedokteran (medical
service) ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat berdiri sendiri (solo practice)
atau secara bersama-sama dalam satu organisasi (institution). Tujuan utamanya untuk
menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, serta sasarannya terutama untuk
perseorangan dan keluarga.
b. Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan kesehatan
masyarakat (publik health service) ditandai dengan cara pengorganisasian yang
umumnya secara bersama-sama dalam satu organisasi. Tujuan utamanya untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit dan sasaran
utamanya adalah untuk kelompok dan masyarakat.
Sekalipun pelayanan kedokteran berbeda dengan pelayanan kesehatan masyarakat,
namun untuk dapat disebut sebagai pelayanan kesehatan yang baik, keduanya harus
memenuhi beberapa persyaratan pokok sebagai berikut (Azwar, 1994:45) :
a. Tersedia dan berkesinambungan
Pelayanan tersebut harus tersedia di masyarakat (available) dan bersifat
berkesinambungan (continous) artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaannya dalam
masyarakat ada pada setiap saat yang dibutuhkan.
b. Dapat diterima dan wajar (acceptable & appropriate)
Pelayanan tersebut tidak bertentangan dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan
dan kepercayaan masyarakat serta bersifat wajar.
c. Mudah dicapai (accessible)
Pengertian tercapai disini terutama dari sudut lokasi. Untuk dapat mewujudkan
pelayanan kesehatan yang baik maka pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi
sangat penting. Pelayanan kesehatan yang terlalu terkonsentrasi di daerah perkotaan
saja dan tidak ditemukan di daerah pedesaan, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.
d. Mudah dijangkau (affordable)
Pengertian keterjangkauan ini terutama dari sudut biaya. Untuk dapat mewujudkan
keadaan seperti ini harus dapat diupayakan biaya pelayanan kesehatan tersebut sesuai
dengan kemampuan ekonomi masyarakat.
e. Bermutu (quality)
Pengertian bermutu disini adalah yang menunjukkan pada tingkat kesempurnaan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan yang disatu pihak dapat memuaskan para
pemakai jasa pelayanan dan di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan
kode etik serta standar yang telah ditetapkan.
Sedangkan mengenai stratifikasi pelayanan kesehatan, secara umum dapat
dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu (Azwar, 1994: 48- 49) :
a. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (Primary Health Servise)
Adalah pelayanan kesehatan yang bersifat pokok (Basic Health Service) yang sangat
dibutuhkan oleh masyarakat serta mempunyai nilai strategis untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Pada umumnya pelayanan kesehatan ini bersifat rawat jalan
(Ambulatory / out patient service).
b. Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua (Secondary Health Service)
Adalah pelayanan kesehatan yang lebih lanjut, telah bersifat rawat inap (in patient
service) dan dibutuhkan tenaga-tenaga spesialis untuk menyelenggarakan pelayanan
kesehatan ini.
c. Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga (Tertiary Health Service)
Adalah pelayanan kesehatan yang bersifat lebih kompleks dan dibutuhkan tenaga-
tenaga subspesialis untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat ketiga ini.
Dapat disimpulkan pelayanan kesehatan merupakan pelayanan baik dilakukan oleh
perseorangan maupun secara bersama-sama dengan tujuan memulihkan dan
menyembuhkan penyakit, meningkatkan kesehatan seseorang dan atau masyarakat. Dalam
pelaksanaannya, pelayanan kesehatan mempunyai syarat pokok yang harus dipenuhi agar
pelayanan kesehatan tersebut bisa dikatakan baik. Adapun syarat tersebut yaitu tersedia
dan berkesinambungan, dapat diterima dan wajar, mudah dicapai, mudah dijangkau dan
bermutu.
3. Rumah Sakit
a. Pengertian Rumah Sakit
1. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan dan rawat darurat.
2. Menurut American Hospital Association (1974)
Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis professional yang
terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan
kedokteran, asuhan keperawatan, yang berkesinambungan, diagnosis utama serta
pengobatan penyakit yang diterima oleh pasien.
3. Menurut WHO (World Health Organization)
Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehaan
dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan
penyakit (kuratif) dan pencehagan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah
sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian
medis.
b. Fungsi Rumah Sakit
Berdasarkan UU RI nomor 44 tahun 2009, rumah sakit mempunyai fungsi sebagai:
1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan
standar pelayanan rumah sakit.
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan peroangan melalui pelayanan kesehatan
paripurna.
3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangam serta penapsiran teknologi bidang
kesehatan dalam rangkan peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan
etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
c. Tugas Rumah Sakit
Tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara
berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan
yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta
pelaksanaan upaya rujukan Dimana untuk menyelenggarakan fungsinya, maka rumah
sakit umum menyelenggarakan kegiatan:
1. Pelayanan medis
2. Pelayanan asuhan keperawatan
3. Pelayanan penunjang medis dan non medis
4. Pelayanan kesehatan kemasyarakatan dan rujukan
5. Pendidikan, penelitian dan pengembangan
6. Administrasi umum dan keuangan
Untuk menjalankan tugas tersebut perlu adanya dukungan dari unit-unit pembantu
yang mempunyai tugas spesifik, diantaranya adalah unit rekam medis. Unit rekam
medis bertanggungjawab terhadap pengelolaan data pasien data pasien menjadi
informasi kesehatan yang berguna bagi pengambilan keputusan.
4. Kualitas Pelayanan
Ada banyak indikator dalam mengukur kualitas suatu pelayanan publik dan kepuasan
merupakan salah satu indikator dalam mengukur kualitas pelayanan. Sebelum membahas
tentang kepuasan, ada banyak definisi tentang kualitas pelayanan, berikut ini akan di
jelaskan.
a. Goetsh Davis
Mengartikan kualitas sebagai suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
produksi, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan
yang diinginkan.
b. Joseph M. Juran
Kualitas adalah kecocokan untuk pemakaian (fitness for use). Definisi ini
menekankan orientasi pada pemenuhan kepuasan pelanggan.
c. W. Edward Deming
Kualitas yaitu apapun yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen.
d. Taguchi
Kualitas adalah kerugian yang ditimbulkan oleh suatu produk bagi masyarakat
setelah produk dikirim, selain kerugian-kerugian yang disebabkan fungsi intrinsik
produksi.
Dari beberapa definisi kualitas yang ada diatas, dapat disimpulkan bahwa kualitas
merupakan usaha untuk memenuhi segala sesuatu yang berhubungan dengan produksi,
jasa, manusia, proses dan lingkungan dan yang menjadi kebutuhan dan keinginan
konsumen baik itu berupa barang dan jasa yang diharapkan dapat memenuhi dan melebihi
harapan dan kepuasan pelanggan.
Pelayanan kesehatan merupakan salah satu bentuk dari pelayanan publik, maka
diperlukan indikator untuk menentukan kualitas pelayanan publik. Salim dan Woodward
(1992) dalam Ratminto (2005:174) mengemukakan empat indikator, antara lain :
a. Economy atau ekonomis adalah penggunaan sumberdaya yang sesedikit mungkin dalam
proses penyelenggaraan pelayanan public.
b. Efficiency atau efisiensi adalah suatu keadaan yang menunjukkan tercapainya
perbandingan terbaik antara masukan dan keluaran dalam suatu penyelenggaraan
pelayanan publik.
c. Effectiveness atau efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, baik itu
dalam bentuk target, sasaran jangka panjang maupun misi organisasi.
d. Equity atau keadilan adalah pelayanan publik yang diselenggarakan dengan
memperhatikan aspek-aspek kemerataan.
Sedangkan Gibson, Ivancevich dan Donnelly (1990) dalam Ratminto (2005: 177)
yaitu :
a. Kepuasan, artinya seberapa jauh organisasi dapat memenuhi kebutuhan anggotanya.
b. Efisiensi adalah perbandingan terbaik antara keluaran dan masukan.
c. Produksi adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan organisasi untuk menghasilkan
keluaran yang dibutuhkan oleh lingkungan.
d. Keadaptasian adalah ukuran yang menunjukkan daya tanggap organisasi terhadap
tuntutan perubahan yang terjadi di lingkungannya.
e. Pengembangan adalah ukuran yang mencerminkan kemampuan dan tanggung jawab
organisasi dalam memperbesar kapasitas dan potensinya untuk berkembang.
Dari beberapa indikator diatas, dapat diketahui bahwa terdapat banyak variasi yang
menjadi indikator kinerja. Tetapi pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua
kelompok yaitu indikator yang berorientasi pada hasil dan indikator yang berorientasi pada
proses.
B. Langkah yang Diambil Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru Dalam Menangani
Permasalahan yang Melanggar Aturan Pelayanan
Seorang perawat melanggar perturan baik secara hukum ataupun kode etik maka
perawat dapat diberikan sanksi berupa sanksi administratif, sanksi perdata, sanksi pidana,
maupun sanksi moral. pelanggaran terhadap etik keperawatan dibagi menjadi pelanggaran
ringan, sedang, dan berat. Di mana pada tiap tingkatan pelanggaran tersebut akan
mendapatkan sanksi sesuai dengan tingkatannya, seperti :
a. Sanksi pada pelanggaran ringan dapat berupa, teguran yang diberikan seperti
memberikan peringatan sebagai bentuk pembinaan kepada perawat, perawat berjanji
tidak akan mengulangi perbuatannya, minta maaf kepada pihak yang telah dirugikan.
b. Sanksi pada pelanggaran sedang dapat berupa, dituntut untuk mengembalikan sesuatu
yang telah diminta pada pasien ataupun keluarga pasien, minta maaf kepada pihak yang
telah dirugikan, membuat surat bermeterai yang menyatakan bahwa tidak akan
mengulangi kesalahannya.
c. Sanksi pada pelanggaran berat dapat berupa, meminta maaf kepada pihak yang telah
dirugikan, membuat surat bermeterai yang menyatakan bahwa tidak akan mengulangi
kesalahannya, dan dapat dilaporkan pada pihak berwajib, serta diberhentikan dari dinas
secara tidak terhormat.
Rumah Sakit Ibnu Sina dalam menangani permasalahan yang melanggar aturan
pelayanan biasanya mengambil langkah-langkah berikut:
a. Identifikasi permasalahan
Indentifikasi masalah ialah upaya yang dilakukan untuk menjelaskan masalah yang
terjadi dan membuat penjelasan. Rumah Sakit Ibnu Sina akan mengidentifikasi
permasalahan yang melanggar aturan pelayanan melalui berbagai sumber, seperti
laporan pasien, keluarga pasien, staf, atau pengawasan internal.
b. Pengumpulan informasi
Pengumpulan informasi atau cara untuk memperoleh berbagai informasi. Pihak
rumah sakit akan mengumpulkan informasi terkait permasalahan yang melanggar aturan
pelayanan. Hal ini bisa dilakukan melalui wawancara dengan pihak-pihak terkait,
analisis dokumen medis, atau pengumpulan data lainnya.
c. Evaluasi dan analisis
Evaluasi memiliki arti sebagai proses untuk memberikan keputusan, sedangkan
analisis adalah penyelidikan terhadap suatu masalah untuk mengetahui keadaan yang
sebenarnya. Rumah Sakit Ibnu Sina akan melakukan evaluasi dan analisis mendalam
terhadap permasalahan yang melanggar aturan pelayanan. Tujuannya adalah untuk
memahami penyebab akar masalah, menilai dampak yang ditimbulkan, dan
mengidentifikasi area di mana aturan pelayanan dilanggar.
d. Tindakan korektif
Tindakan korektif lebih mendorong pada proses perbaikan. Setelah melakukan
evaluasi, rumah sakit akan menetapkan tindakan korektif yang sesuai dengan tingkat
pelanggaran aturan pelayanan. Tindakan korektif ini dapat berupa perbaikan sistem,
pelatihan staf, perubahan kebijakan, atau tindakan disipliner terhadap pelanggar.
e. Pelaporan dan komunikasi
Pelaporan berupa penyampaian perkembangan atau hasil atau pemberian keterangan
terkait permasalahan yang terjadi. Rumah Sakit Ibnu Sina akan melakukan pelaporan
yang tepat terkait permasalahan yang melanggar aturan pelayanan kepada pihak yang
berwenang, seperti manajemen rumah sakit, komite etik, atau lembaga pengawas yang
berlaku. Selain itu, rumah sakit juga akan berkomunikasi dengan pasien atau keluarga
pasien terkait langkah-langkah yang diambil untuk menangani permasalahan tersebut.
f. Monitoring dan evaluasi
Setelah tindakan korektif diimplementasikan, rumah sakit akan melakukan
monitoring dan evaluasi terhadap keefektifan tindakan tersebut. Hal ini dilakukan untuk
memastikan bahwa aturan pelayanan diikuti dengan baik dan permasalahan yang sama
tidak terulang di masa depan.
Penting untuk dicatat bahwa setiap rumah sakit mungkin memiliki prosedur dan
kebijakan yang sedikit berbeda dalam menangani permasalahan yang melanggar aturan
pelayanan,namun langkah-langkah di atas memberikan gambaran umum tentang pendekatan
yang dapat diambil.
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam melaksanakan pelayanan sehari-hari, Rumah Sakit Islam Ibnu Sina menerapkan
nilai-nilai yang ada dalam Islam, hal ini diambil dari beberapa hal yang dilakukan pihak
rumah sakit baik dari sisi pelayanan dan sisi pengobatan yang diberikan kepada para
pasien. Rumah Sakit Islam Ibnu Sina selalu menerapkan nilai Kesopanan dan Kebaikan
(Tabligh), dalam hal ini pihak rumah sakit senentiasa memberikan pelayanan kepada
masyarakat yang berobat dengank menerapkan “tegur, sapa dan salam”. Selain itu pihak
rumah sakit selalu memberikan pelayanan dan bimbingan Islam kepada para pasien dan
mendoakan pasien untuk segera pulih. Pihak rumah sakit memilki team sendiri yang
bekerjasama dengan Lembaga dakwah yang lain dalam memberikan bimbingan ini, hal
ini dilaksanakan untuk maksimalisasi pelayanan dan menerapkan prisip dan nilai islami.
2. Seorang perawat melanggar perturan baik secara hukum ataupun kode etik maka perawat
dapat diberikan sanksi berupa sanksi administratif, sanksi perdata, sanksi pidana, maupun
sanksi moral. Rumah Sakit Ibnu Sina dalam menangani permasalahan yang melanggar
aturan pelayanan biasanya mengambil langkah-langkah berikut:
a. Identifikasi permasalahan
b. Pengumpulan informasi
c. Evaluasi dan analisis
d. Tindakan korektif
e. Pelaporan dan komunikasi
f. Monitoring dan evaluasi
Penting untuk dicatat bahwa setiap rumah sakit mungkin memiliki prosedur dan
kebijakan yang sedikit berbeda dalam menangani permasalahan yang melanggar aturan
pelayanan.
3. Rumah Sakit Ibnu Sina merupakan salah satu rumah sakit Islam yang ada di kota
Pekanbaru, namun kualitas pelayanan di rumah sakit ini masih belum memenuhi harapan
pasien. Masih banyak keluhan, terutama terkait waktu tunggu atau waktu pengambilan
obat di farmasi sehingga para pasien menunggu lama dan menyebabkan antrian
menumpuk, dimana hal ini menimbulkan kekecewaan bagi para pasien. Instalansi farmasi
merupakan revenue center (pusat pendapatan) terbesar di rumah sakit, sehingga kepuasan
pasien akan pelayanan di bagian farmasi harus menjadi pokok perhatian penting bagi
rumah sakit.
4. Perawatan yang holistik: Rumah sakit Islam Ibnu Sina mungkin mengadopsi pendekatan
perawatan yang holistik, yang mencakup tidak hanya aspek fisik, tetapi juga aspek
mental, emosional, dan spiritual dalam perawatan pasien. Lingkungan yang ramah dan
inklusif: Rumah sakit Islam Ibnu Sina mungkin berusaha menciptakan lingkungan yang
ramah dan inklusif bagi pasien dari berbagai latar belakang budaya dan agama.
Pendidikan dan penelitian: Rumah sakit Islam Ibnu Sina mungkin menekankan
pentingnya pendidikan dan penelitian dalam pengembangan praktik medis yang unggul.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Bari Saifudin, Dkk, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
(Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2009), Ed. 1, Cet, 5,
h.18
Adisasmito, Wiku. Sistem Kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers, 2012.
Parasuraman, A., Zetham, VA, dan Berry, LL 1988 SERVQUAL multiple item scale for
Rahman V. 2008. Analisis tingkat kepuasan pasien rawat jalan terhadap kualitas pelayanan (studi
Sri Praptianingsih, Kedudukan Hukum Perawat Dalam Upaya Pelayanan Kesehatan di rumah
Sakit, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 19.
Veronica Komalawati, Peranan Informed Consent Dalam Transaksi Terepeutik (Persetuajuan
Dalam Hubungan Dokter dan Pasien); Suatu Tinjauan Yuridis, (Bandung:
PT.Citra Aditya Bhakti, 2002), h. 126-133
Yusuf, Mahmud. "Penyelenggaran Rumah Sakit Berdasarkan Prinsip Syariah: Studi pada Rumah
Sakit Islam Banjarmasin." AT-TARADHI: Jurnal Studi Ekonomi 9.2
(2018): 76-83.
Zainur, Zainur, and Hendri Tanjung. "Implementasi Manajemen dan Budaya Kerja berbasis
Syariah pada Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Kota Pekanbaru." Jurnal An-
Nahl 8.2 (2021): 107-114.
LAMPIRAN