Pembimbing :
dr. Diani Arisandhi
Disusun oleh :
dr. Anthony, Lu
Penelitian ini dibuat sebagai salahsatu usaha untuk meningkatkan awareness akan
kejadian Impaksi Serumen pada anak sekolah. Penulis banyak memperoleh bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak. Untuk itu, dalam
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
Penulis menyadari bahwa di dalam penulisan ini masih banyak kekurangan oleh
karena itu dengan segala kerendahan hati penulis menerima semua saran dan kritikan yang
membangun guna penyempurnaan evaluasi program ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
BAB II.......................................................................................................................................3
2.1.1 Definisi.................................................................................................................3
2.1.2 Epidemiologi.......................................................................................................4
2.1.3 Etiologi................................................................................................................5
2.1.4 Diagnosis.............................................................................................................6
2.1.5 Tatalaksana.......................................................................................................10
2.1.6 Prognosis...........................................................................................................13
BAB III....................................................................................................................................16
ii
1.3 Cara Analisis................................................................................................................16
BAB IV....................................................................................................................................17
a. Keadaan Geografis..............................................................................................17
b. Keadaan Demografis...........................................................................................20
c. Kondisi Pendidikan.................................................................................................22
d. Kondisi Ekonomi..................................................................................................23
4.4 Saran.....................................................................................................................34
BAB V......................................................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................36
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Impaksi serumen merupakan penyakit yang cukup sering terjadi di Indonesia. Angka
kejadian Impaksi serumen pada anak sekolah di Indonesia berkisar 30-50%. Angka kejadian
ini jauh lebih besar dibanding rata-rata angka kejadian impaksi serumen di dunia yang
berkisar 6% dan angka kejadian impaksi serumen pada anak TK di Tiongkok yang berkisar
10%. Impaksi serumen merupakan urutan pertama penyakit paling sering ditemukan pada
program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di Puskesmas Mojoagung. Hal ini menunjukkan
tingginya angka kejadian impaksi serumen pada anak – anak sekolah yang terdapat di
wilayah Mojoagung. Salah satu faktor yang mempengaruhi antara lain kurangnya kesadaran
dan edukasi yang didapatkan oleh orangtua anak sekolah mengenai impaksi serumen.
Impaksi serumen memang bukan penyakit yang letal, akan tetapi dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak – anak sekolah dalam jangka panjang. Impaksi
serumen dapat menyebabkan rasa gatal, nyeri, pusing, dan berbagai gejala lain yang tentunya
mengganggu aktifitas anak – anak sekolah, termasuk didalamnya yaitu konsentrasi saat
belajar. Selain itu impaksi serumen juga menyebabkan gangguan pendengaran, sehingga
dapat mengganggu proses pembelajaran. Meskipun secara umum gangguan yang terjadi
bersifat sementara, akan tetapi jika tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan resiko
komplikasi lebih lanjut yang dapat berakibat permanen bagi pendengaran anak – anak.
1
1.3 Tujuan Evaluasi Program
1.3.1 Tujuan Umum
Evaluasi program ini bertujuan sebagai upaya pencegahan dan pengendalian
impaksi serumen pada anak - anak sekolah di wilayah Mojoagung sehingga dapat
menurunkan angka kejadian impaksi serumen di Indonesia.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.1.2 Epidemiologi
Epidemiologi serumen prop paling sering terjadi pada usia lanjut dan anak-
anak. Pada orang dewasa dengan retardasi mental dan pada orang dewasa yang
lebih tua, prevalensi serumen berkisar antara 22-36%. Proses penuaan
mengurangi jumlah dan aktivitas kelenjar seruminosa, menghasilkan jenis
serumen yang lebih kering. Peningkatan jumlah rambut saluran telinga pada pria
yang lebih tua juga merupakan faktor dalam peningkatan insiden serumen pada
populasi geriatri, terutama di kalangan pria. Sedangkan pada anak-anak lebih
disebabkan kurangnya perhatian orang tua terhadap kebersihan telinga anaknya.
[5]
4
2.1.3 Etiologi
Etiologi impaksi serumen terbagi menjadi faktor internal dan eksternal.
Faktor internal yang berperan terhadap terjadinya serumen prop adalah faktor
genetik, anatomi saluran telinga, dan usia. Faktor genetik membuat beberapa
orang membentuk lebih banyak serumen dibandingkan yang lain. Faktor anatomi
saluran telinga membuat orang yang memiliki saluran telinga kecil, lebih rentan
terhadap impaksi serumen karena produksi serumen yang sedikit saja dapat
menutupi salurannya. Faktor usia pada pria tua menghasilkan sekresi serumen
yang lebih kering dan banyaknya rambut pada saluran telinga juga meningkatkan
risiko gangguan pendengaran.[4]
Faktor Risiko
Faktor risiko serumen prop adalah kondisi psikologis yang menyebabkan
peningkatan produksi kotoran telinga, yaitu kondisi cemas, stres, atau ketakutan.
[7]
5
2.1.4 Diagnosis
Diagnosis serumen prop dapat ditegakkan jika timbul gejala berupa otalgia,
tinitus, vertigo, oklusi total dan atau saat pemeriksaan fisik telinga terdapatnya
akumulasi serumen yang mengganggu visualisasi saluran telinga atau membran
timpani.[2]
Anamnesis
Anamnesis pada pasien serumen prop umumnya sulit ditegakkan karena bersifat
asimtomatik dan tidak menyebabkan keluhan. Namun, jika muncul gejala, gejala
yang dapat timbul adalah gatal-gatal pada telinga, nyeri, tinnitus, pusing, batuk,
vertigo, dan peningkatan risiko infeksi.
Serumen prop juga dapat mengganggu pendengaran. Semakin berat oklusi yang
terjadi, semakin berat pula gangguan pendengaran yang terjadi.[2, 10]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada serumen prop atau pada telinga secara umum dilakukan
dengan lampu ruang pemeriksaan yang diredupkan. Hal ini bertujuan untuk
memudahkan visualisasi saluran dan gendang telinga saat pemeriksaan
menggunakan otoskop.
6
4. Kondisi kulit pinna dan kanal eksterna, apakah terdapat infeksi atau radang
saluran telinga luar dengan ada atau tidaknya cairan serta tanda atau bekas
luka dari operasi sebelumnya[11,12]
7
berbentuk lingkaran dengan diameter 1 cm. Hal yang dapat dinilai berupa refleks
cahaya, pars tensa dan pars flaccida serta penyangga malleus lateral. Namun
terkadang, pada membran timpani yang sehat dan tipis mungkin pula dilakukan
pemeriksaan untuk melihat panjang incus, korda timpani, pembukaan tuba
eustachius serta koklea.[11,12]
8
Diagnosis Banding
Diagnosis banding serumen prop atau impaksi telinga dapat dilihat dalam tabel
berikut:[4]
Otitis Eksterna
Otitis eksterna memiliki gejala klinis berupa otorrhea yang berbau busuk terjadi
berulang. Diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan fisik.[4]
Keratosis Obturans
Keratosis obturans memiliki gejala klinis berupa terdapatnya gumpalan epidermis
di liang telinga yang disebabkan oleh terbentuknya sel epitel yang berlebihan yang
tidak bermigrasi ke arah luar telinga. Dapat menyebabkan terjadinya obstruksi
saluran telinga parsial atau total. Diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
fisik.[4]
Polip
9
Pada pasien dengan polip akan didapatkan tanda-tanda infeksi dan otorrhea yang
purulen. Diagnosis penyakit ini dapat ditegakkan dengan Pemeriksaan audiogram
dapat ditemukan gangguan pendengaran konduktif serta pemeriksaan radiologi
berupa CT Scan untuk melihat penyakit telinga tengah atau mastoid.[4]
Benda Asing
Jika dicurigai masuknya benda asing, gejala dan tanda hampir sama dengan
penyakit lainnya hanya pada anamnesis terdapat riwayat masuknya benda asing.
Didiagnosis dengan inspeksi telinga luar. Diagnosis dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan fisik.[4]
Audiometri
Tes audiometri dilakukan untuk menguji seberapa baik fungsi pendengaran. Tes
ini menguji intensitas dan nada suara, serta masalah keseimbangan dan masalah
lain yang terkait dengan fungsi telinga bagian dalam. Terdapat beberapa tes dalam
audiometri di antaranya adalah tes nada murni untuk mengukur suara paling pelan
yang dapat pasien dengar di nada yang berbeda dan tes pada latar belakang suara
keras. Pasien akan mendapatkan instruksi untuk mengangkat tangan ketika mereka
mendengar suara.[14]
10
2.1.5 Tatalaksana
Penatalaksanaan pada serumen prop berupa pengangkatan serumen, irigasi saluran
telinga, atau penggunaan agen serumenolitik. Serumen prop perlu ditangani untuk
mencegah terjadinya komplikasi infeksi telinga akibat akumulasi serumen.[2,5]
Pengangkatan Serumen
11
otoskop, spekulum telinga dengan sumber cahaya dari luar atau menggunakan
mikroskop binokular. Penggunaan alat kuret telinga, probe sudut-kanan, forsep,
perangkat microsuction atau kombinasi instrumen dapat digunakan bergantung
pada lokasi dan konsistensi serumen.[2,5]
Penggunaan otoskop dianggap paling baik selain dari segi visualisasi dengan
cahaya yang cukup juga dapat memberikan persepsi kedalaman dan pembesaran
yang baik. Dengan menggunakan alat ini, dokter biasanya dapat mengangkat
serumen tanpa menimbulkan rasa sakit ataupun laserasi pada kulit. Kerugian dari
mikroskop binokular ini terdapat pada sisi biaya dan tidak tersedia pada pelayanan
primer.[2,5]
Irigasi saluran telinga dengan menggunakan jarum suntik atau irigasi mekanis
adalah metode yang banyak digunakan untuk menghilangkan serumen. Metode ini
aman jika menggunakan aliran tekanan rendah yang tidak diarahkan langsung ke
membran timpani untuk mencegah terjadinya perforasi membran.
Irigasi ini harus dihindari pada pasien dengan perforasi membran timpani atau
adanya riwayat operasi telinga. Beberapa pasien dengan atrofi pada membran
timpani juga perlu diperhatikan karena cenderung akan mengalami perforasi saat
irigasi.[2,5]
Agen Serumenolitik
Berbagai agen kimia telah diterapkan pada serumen untuk melunakkan dan
mempercepat pengangkatannya baik secara manual ataupun irigasi. Agen-agen ini
dapat dilakukan oleh dokter atau digunakan oleh pasien sendiri di rumah mereka.
Cara pemberiannya agen ini adalah dengan meneteskan agen serumenolitik ini ke
dalam telinga selama 15-20 menit sebelum pembersihan telinga. Cara ini
meningkatkan tingkat keberhasilan pembersihan telinga mencapai 97% dan
membutuhkan volume air yang lebih kecil untuk membersihkan serumen.[2,5]
12
Agen-agen serumenolitik ini dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu berbasis air,
berbasis minyak, atau nonair dan nonminyak.
Agen berbasis air menginduksi hidrasi dan fragmentasi korneosit pada serumen.
Contoh agen berbasis air adalah asam asetat, natrium, hidrogen peroksida,
gliserin, dan karbogliserin
Agen berbasis minyak melumasi dan melunakkan serumen. Contoh agen berbasis
minyak adalah minyak zaitun dan minyak mineral
Agen berbasis nonair dan nonminyak tidak diketahui bagaimana mekanisme
kerjanya. Contoh agen kelompok ini adalah karbamid peroksida
Belum ada bukti yang cukup untuk mengetahui pelunak berbasis manakah yang
lebih baik.[2,5]
Dokter atau petugas media dapat meneteskan salah satu agen di atas dengan
menggunakan pipet dan diteteskan ke dalam saluran telinga. Jika serumen terlalu
keras, pasien akan dipulangkan dan diresepkan untuk meneteskan agen-agen di
atas selama beberapa hari sebelum akhirnya dapat dilakukan pembersihan.[2,5]
2.1.6 Prognosis
Prognosis serumen prop dipengaruhi oleh pengobatan yang adekuat untuk
mengeluarkan serumen yang terimpaksi. Jika serumen prop tidak diobati, gejala
dapat bertambah buruk dan bahkan dapat terjadi komplikasi berupa infeksi atau
gangguan pendengaran permanen.[15]
Komplikasi
Komplikasi pada serumen prop yang paling sering adalah akibat dari tindakan
pengobatan yang dilakukan:
Pembersihan secara manual: laserasi kulit dengan perdarahan dan nyeri
Irigasi saluran telinga / ekstraksi serumen: perforasi membran timpani, laserasi
saluran telinga dan perdarahan, otitis eksterna, nyeri, vertigo, gangguan
keseimbangan, gangguan pendengaran
Agen serumenolitik: reaksi-reaksi alergi, otitis eksternal, nyeri, atau vertigo, dan
kehilangan pendengaran sementara
13
Apabila serumen prop yang terimpaksi tidak diobati dapat menyebabkan infeksi
pada gendang telinga, telinga tengah ataupun telinga luar, atau komplikasi yang
paling parah adalah gangguan pendengaran permanen.[2,5,15]
Prognosis
Prognosis serumen prop dipengaruhi oleh pengobatan yang adekuat untuk
mengeluarkan serumen yang terimpaksi. Jika serumen prop tidak diobati, gejala
dapat bertambah buruk dan bahkan dapat terjadi komplikasi baik akibat serumen
propnya, infeksi dan gangguan pendengaran, maupun akibat tindakan
pembersihan manual yang dilakukan. Jika kotoran telinga berwarna coklat, hitam
atau putih dan bersisik hal ini dapat menunjukkan bahwa adanya infeksi pada
telinga dan perlu dilakukannya pemeriksaan oleh dokter.[15,16]
Edukasi
Edukasi pasien dengan serumen prop adalah memberitahukan bahwa terdapat
beberapa faktor risiko yang dapat dicegah seperti tidak memasukkan benda
apapun ke dalam telinga, dan tidak menggunakan cotton bud untuk membersihkan
telinga mereka atau untuk tujuan lainnya. Hal-hal tersebut akan menyebabkan
kotoran telinga terdorong semakin dalam sehingga menumpuk dan mengeras
menjadi serumen prop.[7,14]
Dokter juga harus mengedukasi pasien bahwa serumen tidak selalu perlu diangkat.
Serumen memiliki fungsinya tersendiri sebagai agen pembersih dengan sifat
14
pelindung, pelumas dan bakteriosidal. Serumen umumnya dihasilkan oleh saluran
telinga secara alami sehingga tidak perlu selalu dibersihkan. Serumen hanya perlu
dikeluarkan jika menyebabkan gejala. Jelaskan juga bahwa tindakan ekstraksi
serumen ini hanya boleh dilakukan oleh dokter, tidak boleh dilakukan sendiri oleh
pasien.[2,5]
Pencegahan
Pencegahan serumen prop dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pencegahan
primer dan sekunder.
Pencegahan Primer
Pencegahan primer yang utama adalah memberitahukan pada pasien untuk tidak
menggunakan cotton bud atau alat lainnya yang dimasukkan ke dalam telinga.
Apapun tujuan penggunaan alat tersebut baik untuk mengeringkan saluran telinga,
mengurangi rasa gatal atau untuk membersihkan serumen karena hal yang akan
terjadi adalah mendorong serumen lebih dalam sehingga dapat menyebabkan
impaksi atau memperburuk impaksi serumen yang terjadi.[4]
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder yang dapat dilakukan adalah dengan kontrol secara rutin
setiap 6 bulan sekali tanpa perlu menunggu sampai terdapat gejala gangguan
pendengaran.[4]
15
BAB III
METODE PENELITIAN
16
BAB IV
EVALUASI PROGRAM
4.1 Profil Puskesmas Mojoagung
a. Keadaan Geografis
Kecamatan Mojoagung secara geografis adalah wilayah perkotaan dengan karakter
masyarakat yang sangat heterogen dann sebagai salah satu kecamatan yang rawan bencana
alam, terutama banjir. Dalam perencanaan pembangunan jangka panjang Kabupaten
Jombang, Kecamatan Mojoagung di tetapkan sebagai Satuan Kawasan Pengembangan
Perdagangan yaitu Titik Berat Pembangunan Ekonomi di sektor perdagangan jasa dan
industri.
17
Seketi
Murukan
Mojotrisno
Puskesmas Mojoagung menjadi salah satu puskesmas yang diunggulkan oleh Pemerintah
Kabupaten Jombang, ini merupakan Puskesmas Mojoagung memiliki Pelayanan Unggulan
yaitu:
18
1. Pelayanan Kesehatan Tradisional
2. Taman Pemulihan Gizi (TPG)
3. TFC (Therapeutic Feeding Centre)
4. Pemeriksaan IVA (nspeksi Visual dengan Asam Asetat) serta Pengobatan Cryo Terapy.
5. Pelayanan TB Rujukan
6. Pelayanan Santun Lansia
7. Pelayanan Paliatif
8. Pelayanan ANC terpadu
9. Klinik Sanitasi
10. Pelayanan Gizi
11. Pelayanan KRR
12. Pojok Laktasi
13. Pelayanan VCT- IMS
14. Pelayanan Mata dan Optik
15. Kelas Ibu Hamil
16. Kelas Ibu Balita
17. ASMAN (Asuhan Masyarakat Mandiri)
18. FPA (Forum Peduli AIDS)
19. MACIN (Masyarakat Cinta Puskesmas)
20. STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) percepatan ODF bekerjasama dengan PID
(Pagu Intensif Desa) dan Bank swasta
21. Pemberdayaan Kader Kesehatan Lingkungan dalam pencegahan penyakit berbasis
lingkungan
22. Jamban Cor ditempat
23. Marketing Sanitasi
24. Laboratorium denganTes Narkoba dan Tes HIV-AIDS
19
Gambar 7. Denah Puskesmas Mojoagung
b. Keadaan Demografis
Jumlah penduduk Kecamatan Mojoagung berdasarkan Data BPS Provinsi
Jawa Timur Tahun 2017 adalah 75.018 jiwa dengan Jumlah Desa/kelurahan 18.
Kecamatan Mojoagung merupakan kota kecamatan terbesar kedua di Kabupaten
Jombang setelah kota Jombang.
Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Mojoagung adalah 44.032 jiwa,
desa/kelurahan 10 yaitu : Desa Miagan, Desa Mojotrisno, Desa Tanggalrejo, Desa
Dukuhdimoro, Desa Dukuhmojo, Desa Karangwinongan, Desa Kademangan, Desa
20
Kedunglumpang, Desa Murukan dan Desa Seketi. (sumber data : BPS
Kabupaten/Kota Jombang, 2021).
Dinamika kependudukan meliputi struktur dan distribusi penduduk serta
bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat adanya perubahan kelahiran
dan kematian, salah satu indicator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja
pelaksanaan pembangunan adalah dengan menggunakan indikator jumlah penduduk
sebagai dasar penentuan indicator lainnya terkait pemenuhan kesejahteraan penduduk.
Perkembangan penduduk di Kecamatan Mojoagung tahun 2021 dapat dilihat
sebagai berikut :
Luas Jumlah
Jumlah
No Desa Wilayah Jumlah Desa
Desa Kelurahan Penduduk
(km2) dan Kelurahan
1 Miagan 1.24 1 0 1 4031
2 Mojotrisno 1.21 1 0 1 4476
3 Kademangan 1.71 1 0 1 6169
Karang 1 0 3327
4 2.35 1
Winongan
Kedung 1 0 4701
5 15.9 1
Lumpang
6 Dukuh mojo 2.48 1 0 1 5906
7 Tanggalrejo 2.88 1 0 1 6841
8 Dukuh dimoro 2.11 1 0 1 3971
9 Murukan 1.84 1 0 1 3444
10 Seketi 1.12 1 0 1 1166
10 0 10 44032
21
Penduduk Sasaran Jombang
Nama Sasaran Jumlah
Bumil 699
Bulin 667
Lahir Hidup 629
Bayi Surviving Infant 691
Baduta (0-1 th) 1.356
Batita (0-2 th) 2001
Balita (0-4 th) 3.260
Anak Balita (1-4 th) 2.568
Anak Kelas 1 SD 621
Anak Kelas 2 SD 622
Anak Kelas 3 SD 623
Anak Usia SD (7-12 th) 3.749
Usia 18+ 32.452
Belum Produktif (0-14 th) 9.548
Produktif (15-64 th) 30.198
Tidak Produktif (65+) 4.286
Wanita Usia Subur 11.332
15-39 th 8.006
15-49 th 11.332
Wanita Usia 30-50 th 6.825
Usia Lanjut (60+) 6.397
Usia Lanjut Risti (70+) 2.522
c. Kondisi Pendidikan
Jumlah Sekolah : 45 buah
1 Taman Kanak-kanak yang ada : 26 buah
22
5 Akademi yang ada : - buah
2 SD / MI : 4.145 murid
d. Kondisi Ekonomi
Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Mojoagung adalah dibidang
pertanian dan di bidang perdagangan, disamping bidang profesi lain. Jenis mata
pencaharian di wilayah Mojoagung termasuk heterogen meliputi : PNS, Pertanian,
Pertambangan, Industri Pengolahan, Bangunan, Perdagangan, Transportasi,
Keuangan, TNI/POLRI.
e. Kondisi Sosial Budaya
Kecamatan Mojoagung terdiri dari 18 desa, 60 dusun 112 RW 408 RT. Sedangkan
wilayah kerja Puskesmas Mojoagung terdiri dari 33 dusun, 245 RW, 30 RT, sebagaimana
rekapitulasi tersebut dibawah ini :
23
Warga masyarakat Kecamatan Mojoagung menganut berbagai macam
agama/kepercayaan diantaranya :
NO AGAMA JUMLAH
1 Islam 85.998
2 Kristen Protestan 1108
3 Kristen Katolik 254
4 Hindu 4
5 Buddha 52
1. MUI
2. MWC NU
3. Muhammadiyah
4. Fatayat NU
5. A’isyiyah
6. LDII
7. Karang Taruna
8. IPNU
9. Khoirunnisa’
10. PKK
24
f. Kondisi Lingkungan / Lokasi
Secara topografis Kecamatan Mojoagung merupakan dataran rendah dengan
ketinggian rata-rata 37 M di atas permukaan air laut dan sedikit berbukit di bagian
selatan wilayah yaitu Desa Kedunglumpang. Sedangkan lapisan tanah di wilayah
Kecamatan Mojoagung relative stabil. Posisi kecamatan Mojoagung terletak antara
07.45 LS dan 05.30 BT. Kondisi umum ABT (Air Bawah Tanah) sangat baik, rata-
rata 40 M di bawah permukaan tanah disertai rata-rata suhu udara antara 210C – 300C.
25
7 MI SUNAN 23 18 13 7 14 22 13 9 13 19 8 14 173
KALIJAGA
8 MI 18 12 10 6 3 3 8 6 8 10 6 7 97
UNGGULA
N NU
9 SDK 4 1 3 2 2 1 5 4 2 4 4 3 35
BETHEL
10 SDK 3 7 - 6 - 8 5 6 2 3 4 1 45
WIJANA
11 SDN 19 11 8 7 16 12 11 12 13 18 19 15 161
DUKUH
DIMORO
12 SDLB 5 5 10 3 4 4 3 3 2 1 3 2 45
TUNAS
HARAPAN
13 SDN 27 11 9 12 19 15 18 14 20 21 13 17 196
DUKUHMO
JO I
14 SDN 19 10 21 19 21 23 26 20 28 24 29 17 257
DUKUHMO
JO II
15 SDN 10 12 18 20 16 15 23 10 12 10 23 15 184
KADEMAN
GAN I
16 SDN 7 9 9 14 7 9 12 11 17 17 9 8 129
KADEMAN
GAN III
17 SDN 14 17 12 8 17 10 17 13 14 22 12 10 166
KARANGW
INONGAN
18 SDN 13 9 24 14 34 20 22 15 17 35 18 18 239
KEDUNGL
UMPANG
26
19 SDN 16 13 7 18 14 16 20 23 18 27 24 15 211
MIAGAN
20 SDN 37 22 25 17 30 23 32 30 42 43 47 40 388
MOJOTRIS
NO
21 SDN 8 14 14 18 14 14 14 17 17 25 17 22 194
MURUKAN
22 SDN 8 6 7 2 11 8 9 9 13 10 16 13 112
SEKETI
23 SDN 23 19 22 24 13 24 31 23 24 31 25 24 283
TANGGAL
REJO
TOTAL 35 286 30 306 33 331 36 318 38 420 390 35 4145
3 4 2 5 5 5
7 SMP PGRI 6 0 9 1 5 1 22
27
8 SMP TAMAN SISWA 21 18 19 9 35 8 110
9 SMP TPI 1 0 4 0 3 3 11
10 SMPLB 1 3 2 1 1 5 13
11 SMPN 1 MOJOAGUNG 288 160 153 163 109 175 1048
3 MA DARUL ULUM M 2 2 6 9 5 5 29
4 MA TPI 1 1 1 1 2 1 7
6 SMALB 1 3 0 0 2 1 7
28
KELAMIN
1 Eka Febri Manda P SD Miagan IV 19-09-2022
2 Zhildan L SD Miagan IV 19-09-2022
3 Nadira T P SD Miagan IV 19-09-2022
4 Violeta P SD Miagan VI 19-09-2022
5 Auliya Isna P SD Miagan III 19-09-2022
6 Nayla Azahra P SD Miagan III 19-09-2022
7 M Fauzi L SD Miagan III 19-09-2022
8 Auliya P SD Miagan III 19-09-2022
9 Satria Airlangga L SD Mojotrisno IV 22-09-2022
10 Evan Izam L SD Mojotrisno IV 22-09-2022
11 Yalinga Gibson L SD Mojotrisno IV 22-09-2022
12 Alif Carens L SD Mojotrisno IV 22-09-2022
13 Ahmad Riza L SD Mojotrisno IV 22-09-2022
14 Haydar L SD Mojotrisno IV 22-09-2022
15 Alfino Adyrama L SD Mojotrisno IV 22-09-2022
16 M Ubay L SD Mojotrisno IV 22-09-2022
17 M Risky L SD Mojotrisno IV 22-09-2022
18 Arinda Arbui P SD Mojotrisno IV 22-09-2022
19 Keyndra P SD Mojotrisno IV 22-09-2022
20 M Rafael L SD Mojotrisno IV 22-09-2022
21 Rizky Saputra L SD Mojotrisno IV 22-09-2022
22 Desta K P SD Mojotrisno IV 22-09-2022
23 Abdi L SD Mojotrisno VI 22-09-2022
24 Ahmad Hilmi L SD Kedunglumpang IV 11-10-2022
25 Rama L SD Kademangan III III 18-10-2022
26 Vaila P SD Kademangan III IV 24-10-2022
27 Syfa P SD Kademangan III V 24-10-2022
28 Valen P SD Kademangan III IV 24-10-2022
29 Nafisah P SD Kademangan III VI 24-10-2022
30 Andalus L SD Kademangan III VI 24-10-2022
31 Ahmad Riko L SD Kademangan III IV 24-10-2022
32 Anasya Putri M P SD Kademangan III IV 24-10-2022
29
33 Ahmad Rozak L SD Kademangan III IV 24-10-2022
34 Fadi Putra L SD Kademangan III III 24-10-2022
35 Fina Sri P SD Kademangan III III 24-10-2022
36 Kayla Yusri P SD Kademangan III IV 24-10-2022
KELAS Jumlah %
III 7 19,4%
IV 24 66,7%
V 1 2,8%
VI 4 11,1%
36 100%
Jumlah Kejadian
Jenis Kelamin Anak Impaksi %
Serumen
Laki-Laki 5.334 20 0.37%
Perempuan 5.721 16 0.28%
Total 11.055 36 0.33%
30
Serumen
I 639 0 0%
II 610 0 0%
III 663 7 1.06%
IV 683 24 3.51%
V 805 1 0.12%
VI 745 4 0.54%
VII 1.061 0 0%
VIII 848 0 0%
IX 601 0 0%
X 1.249 0 0%
XI 1.743 0 0%
XII 1.408 0 0%
Total 11.055 36 0.33%
31
4.3 Analisis Penyebab Masalah
Men : Tidak ada Kendala
Money : Tidak ada kendala
Material :
- Kurangnya sarana promosi kesehatan mengenai impaksi serumen.
Faktor Lain :
32
Sesuai Prosedur
Tidak ada Kendala
MAN METHOD
Target
33
4.4 Saran
a. Memaksimalkan sarana media:
i. Memakai media cetak (leaflet, poster, banner) mengenai edukasi
impaksi serumen yang dapat ditempatkan di area puskesmas maupun
di area sekolah.
b. Melanjutkan program UKS secara rutin.
c. Kegiatan edukasi/penyuluhan rutin kepada para orangtua/walimurid di
sekolah.
4.4.1
34
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil evaluasi program angka kejadian impaksi serumen pada anak
sekolah di wilayah Mojoagung, dapat disimpulkan bahwa angka kejadian impaksi serumen
cukup rendah. Kegiatan UKS yang dilakukan oleh Puskesmas Mojoagung dapat menemukan
dan memberikan rujukan kepada anak – anak yang mengalami impaksi serumen sehingga
mereka bisa mendapatkan pengobatan yang tepat. Kegiatan UKS ini merupakan kegiatan
yang rutin dilakukan oleh Puskesmas Mojoagung dan mencangkup semua sekolah yang
berada di wilayah kerja Puskesmas Mojoagung tanpa terkecuali mengingat angka cangkupan
kegiatan UKS ini mencapai 100%. Dengan demikian maka program UKS ini membantu
untuk melakukan evaluasi sekaligus menekan angka kejadian Impaksi serumen pada anak –
anak sekolah di wilayah Mojoagung.
Hal ini dapat dibuktikan dengan data angka kejadian impaksi serumen pada anak –
anak sekolah di wilayah Mojoagung yang hanya ditemukan sebanyak 36 kasus dari 11.055
anak sekolah yang di periksa atau berkisar 0,33%. Hal ini jauh lebih rendah dari hasil
penelitian di Tiongkok yang menemukan angka kejadian impaksi serumen pada anak TK
berkisar 10% dan juga lebih rendah dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Profesi
Perhimpunan Ahli THT (Perhati) dan Departemen Mata Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia (FKUI) di beberapa sekolah di 6 kota di Indonesia, yang berkisar 30-50 %.
Dari 36 kasus Impaksi Serumen yang ditemukan, sebanyak 20 kasus (55,6%) terjadi
pada Laki – Laki dan 16 kasus (44,4%) terjadi pada Perempuan. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa impaksi serumen lebih banyak terjadi pada anak dengan jenis kelamin laki – laki.
Ditemukan bahwa terdapat 7 kasus(19.4) pada anak kelas III SD, 24 kasus(66.7) pada anak
kelas IV SD, 1 kasus(2.8%) pada anak kelas V SD, dan 4 kasus(11.1%) pada anak kelas VI
SD. Tidak ditemukan kasus impaksi serumen pada anak pada tingkatan kelas pendidikan
yang lain dari kelas I SD hingga Kelas XII SMA. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
kejadian impaksi serumen paling banyak ditemukan pada anak kelas IV SD.
35
DAFTAR PUSTAKA
1. Oladeji SM, Babatunde OT, Babatunde LB, Sogebi OA. Knowledge of Cerumen and
Effect of Ear Self-cleaning Among Health Workers in A Tertiary Hospital LA
Connaissance De. 2015 June; 2(3): 117-133.
2. Armstrong C. Diagnosis and Management of Cerumen Impaction. American Family
Physician. 2009. Diakses dari: https://www.aafp.org/afp/2009/1101/p1011.html
3. Schwartz SR, Magit AE, Rosenfeld RM, Ballachanda BB, Hackell JM et al. Clinical
Practice Guideline (Update): Earwax (Cerumen Impaction). 2017; 156(IS): 1-29.
4. Wetmore S. Cerumen Impaction. Epocrates. 2018. Diakses dari:
https://online.epocrates.com/diseases/103211/Cerumen-impaction/Key-Highlights
5. Wetmore S, Shah RK, Schwartz SR, Youngs R. Cerumen Impaction. BMJ. 2018.
Diakses dari: https://bestpractice.bmj.com/topics/en-us/1032
6. Guest JF, Greener MJ, Robinson AC, Smith AF. Impacted cerumen: composition,
production, epidemiology and management. 2013 July; 97(8): 477–88.
7. Khan NB, Thaver S, Govender SM. Self-ear cleaning practices and the associated risk of
ear injuries and ear-related symptoms in a group of university students. 2017 December 31;
8(2): 149-154.
8. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pendengaran Sehat untuk Hidup Bahagia.
2013 Maret; 1-2.
9. Khan NB, Thaver S, Govender SM. Self-ear cleaning practices and the associated risk of
ear injuries and ear-related symptoms in a group of university students. 2017 December 31;
8(2): 149-154
10. Pray WS, Pray JJ. Earwax: Should It Be Removed? Medscape. 2005. Diakses dari:
https://www.medscape.com/viewarticle/504788_3
11. British Society of Audiology. Ear examination. November 2016. Diakses dari:
https://www.thebsa.org.uk/wp-content/uploads/2010/04/Recommended-Procedure-Ear-
Examiniation-Sept-2016.pdf
12. Maqbool M, Maqbool S. Textbook of Ear Nose and Throat Diseases. New Delhi: Jaypee
Brothers; 2007.p. 32-47.
13. Turton L, Batty S. Recommended Procedure Rinne and Weber Tuning Fork Test.
Bathgate: British Society of Audiology; 2016.p. 6-8.
14. Sevy JO, Singh A. Cerumen Impaction. NCBI. 2018. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448155/
36
15. McCarter DF, Courtney U, Pollart SM. Cerumen Impaction. 2007 May 15; 75(10): 1523-
28.
16. Sevy JO, Singh A. Cerumen Impaction. NCBI. 2018. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448155/
17. Ping C, Yanling H, Youhua W, et al. Epidemiology of cerumen impaction among
municipal kindergartens children in Wuhan, China. Int J Pediatr Otorhinolaryngol. 2017
Sep;100:154-156.
37