E-mail: edi@tf.itb.ac.id
Prinsip Dasar
Gasifikasi Biomassa/Batubara merupakan alat yang dapat digunakan untuk menghasilkan gas sintetis (syn-gas) dari bahan bakar padat yang antara lain berasal dari biomassa (sampah padat perkotaan, limbah pertanian, perkebunan dan kehutanan) dan batubara. Dengan pemanasan dalam gasifier, bahan baku biomassa/batubara akan terurai menjadi gas hidrogen, methana, karbon
monoksida, karbon dioksida, nitrogen, polutan dan abu. Komponen syn-gas yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi adalah hidrogen, methan dan karbon monoksida. Polutan dan abu sisa gasifikasi diserap oleh gas cleaning & cooling subsystem yang terdiri dari cyclone untuk memfilter partikel padat yang terbawa gas dan wet scrubber untuk memfilter polutan dan partikel padat yang masih terbawa gas. Gas cooling subsystem digunakan untuk mendinginkan gas sintetis untuk meningkatkan density gas. Gas sintetis yang dihasilkan selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk pembakaran/pemanasan (heating/drying) maupun dapat juga digunakan sebagai bahan bakar pembangkit berbahan bakar gas atau bisa juga pembangkit berbahan bakar diesel yang dimodifikasi. Penggunaan gas cleaning & cooling subsystem akan membuat gas terbakar sempurna sedemikian rupa sehingga yang tersisa hanya gas karbon dioksida. Sistem ini sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan pemanasan dan pembangkit listrik bagi industri kecil dan menengah serta untuk aplikasi di daerah terpencil (remote area) yang belum terjangkau listrik. Bahan bakarnya sangat fleksibel, mulai dari biomassa (sekam padi, serbuk gergajian kayu, tongkol jagung, cangkang sawit dan limbah lainnya yang mudah didapat dilokasi instalasi sistem) hingga batubara kualitas rendah yang sampai sekarang ini harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan bahan bakar minyak atau gas. Industri kecil menengahpun, dengan harga BBM yang semakin mahal, pasti berkeinginan kuat untuk menggantikan pemanas/pembangkit mereka dari berbahan bakar minyak menjadi berbahan bakar batubara. Gambar 1 menunjukkan pilihan penggunaan teknologi gasifikasi.
Gambar 1.
Gambar 2 menunjukkan urutan proses dan komponen-komponen utama yang digunakan pada pembangkit listrik berbasis gasifikasi biomassa/batubara.
Gambar 2.
Aplikasi Industrial
Sekarang ini sektor industri dihadapkan pada kompetisi yang sangat ketat di pasar internasional dan banyak industri yang sulit bersaing dengan produk-produk dari negara maju akibat biaya produksi yang tinggi. Salah satu alasan yang paling utama dari mahalnya biaya produksi adalah akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak yang masih ada kecenderungan untuk menjadi semakin mahal. Pembangkit listrik yang dimiliki PLN umumnya berbahan bakar fosil (minyak, gas dan batubara). Penggunaan bahan bakar fosil ini umumnya mengakibatkan berbagai dampak lingkungan seperti polusi udara, pemanasan global dan lain-lain yang mengancam kehidupan manusia.
Dalam dunia kompetisi dan kesadaran biaya produksi ini, perusahaan harus mampu memanfaatkan segala sesuatu yang mampu menjaga kelangsungan industri. Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan ini kita dipaksa untuk memanfaatkan sumber energi yang murah, terbarukan dan ramah lingkungan. Salah satu jenis energi tersebut adalah biomassa yang tersedia banyak dan dapat dimanfaatkan
untuk memenuhi kebutuhan energi di industri. Perkembangan terakhir dari gasifier biomassa telah terbukti mampu menjadi salah satu pilihan yang bisa memberikan kontribusi yang substansial sebagai sumber energi. Dengan memanfaatkan teknologi gasifikasi secara intensif untuk aplikasi pembangkit listrik dan thermal akan mampu menurunkan tingginya biaya produksi ke tingkat yang lebih kompetitif dan menguntungkan.
Gambar 3 menunjukkan prototipe sistem pembangkit listrik berbasis gasifikasi biomassa/batubara yang dikembangkan Kelompok Keilmuan Teknik Fisika Institut Teknologi Bandung. Prototipe sistem ini mempunyai kemampuan untuk menghasilkan listrik sekitar 20KW dan telah diuji coba dengan bahan bakar berupa sampah kertas, potongan kayu, serbuk dan limbah industri kayu maupun batubara kualitas rendah.
Gambar 3.
Prototipe Pembangkit Listrik Berbasis Gasifikasi Biomassa/Batubara Keuntungan Ekonomis: Aplikasi Pembangkitan Listrik: Biaya pembangkitan dengan 1 liter solar dapat digantikan dengan kira-kira 4 kg kayu (biomassa). Dengan demikian jika dibandingkan dengan pembangkit listrik tenaga diesel, mempunyai keuntungan ekonomis yang jauh lebih besar.
Aplikasi Thermal/Pembakaran/Pemanasan: Gas yang dihasilkan oleh 4 kg biomassa kira-kira dapat menggantikan 1 liter solar. Jika harga 1 liter solar diasumsikan berharga Rp. 5500,-/liter dan harga 4 kg bahan biomassa diasumsikan Rp. 1500,-, maka akan diperoleh penghematan kira-kira Rp. 4000,-/liter konsumsi solar. Keuntungan Sosial: biomassa Meningkatkan perekonomian dan peluang kerja di pedesaan melalui suplai (energy plantation) yang akan menjadikan lingkungan yang lebih hijau yang Unit Pembangkit bisa jadi juga mendorong konsep penanaman energy selanjutnya akan mengakibatkan lebih banyak turun hujan dan menurunkan temperature lingkungan. industri dari sumber-sumber terbarukan. Kesinambungan yang dapat dicapai dengan menghasilkan listrik kelas
bermanfaat 50% lebih besar dari pada pembakaran gas secara langsung. Kenaikan efisiensi ini disebabkan oleh rancangan proses bentuk tertutup, dimana hanya sebagian kecil dari panas proses yang akan terbuang.
Polusi Lingkungan
Ketika biomassa dipanaskan untuk pembakaran atau gasifikasi, beberapa hidrokarbon dihasilkan sebagai akibat proses pirolisis dan penguraian bahan.
Hidrokarbon ini menjadi tar dan partikel-partikel kecil. Pada pembakaran terbuka, tar dan partikel terbawa keluar melalui stack. Karena beberapa kandungan tar dan partikel tersebut adalah polutan, maka komponen-komponen tersebut harus diserap terlebih dahulu dari emisi proses pembakaran. Ini biasanya dilakukan dengan menggunakan temperatur stack yang tinggi untuk menguraikan dan memusnahkan tar dan kemudian menyerap yang tertinggal dalam scrubber. Pendekatan ini ternyata mengakibatkan penurunan efisiensi dan kenaikan biaya proses. Karena gasifikasi adalah proses tertutup, polutan akan terurai dalam proses kemudian semua komponen gas yang masih tertinggal dapat difilter. Tidak ada penurunan efisiensi dan pemfilteran gas yang diperlukan pada sistem tertutup. Tidak diperlukan stack dan tidak terdapat emisi signifikan dari proses gasifikasi.
Bahan bakar gas lebih disukai dibandingkan dengan bahan bakar gas karena kinerja pembakarannya lebih baik. Bahan bakar gas juga lebih mudah dipindahkan melalui pipeline dari titik pembangkitan/produksi/penyimpanan sampai ditempat dimana bahan bakar akan dimanfaatkan. Berbeda dengan bahan bakar padat yang cara transportasinya harus menggunakan conveyor atau dengan truk. Salah satu kelemahan utama dari bahan bakar gas adalah pada aspek penangannya yang harus aman. Syn-Gas terdiri dari gas hidrogen dan karbon monoksida yang dapat terbakar dengan mudah oleh percikan api yang kecil.
Komposisi Syn-gas
Untuk bahan bakar biomassa kering, syn-gas mempunyai kisaran persen komposisi sebagai berikut: CO : 19 - 22 CO2 : 10 - 13 N2 : 50 H2 : 18 - 20 CH4 : 3 H2O: 8 - 10 Untuk bahan bakar biomassa basah, syn-gas mempunyai kisaran persen komposisi sebagai berikut: CO: 17 - 12 CO2: 13 - 15 N2: 44 - 42 H2: 18 - 19 CH4: 2
Kinerja Gasifier
Gambaran mengenai laju aliran gas dari suatu down-draft gasifier reactor adalah 2.5-3.0 m berkisar 75-85% tergantung pada mode operasi dan tingkat kebersihan gas yang dihasilkan (bebas char/tar). Jadi 75-85% energi yang terkandung pada biomassa diubah menjadi energi dalam syn-gas. Sekitar 10% energi biomassa dikonsumsi dalam reaksi eksotermik dan sekitar 5-15% hilang sebagai panas/enthropi.
3/jam
KK Teknik Fisika, Institut Teknologi Bandung, Mei 2008 Posted by , at 16/07/2008 00:00