Anda di halaman 1dari 4

Nama : Anastasia Jennycapri U.S.

NIM : 044273834
Program Studi : S1 Ilmu Hukum
Mata Kuliah : Ilmu Negara/HKUM4209

Tugas.2

1. Apa bentuk Negara menurut tripartite berdasarkan ajaran negara klasik tradisional dan
bagaimana bentuk negara menurut Plato dan bentuk negara yang bagaimana yang ideal
menurut Plato, jelaskan alasannya!
Jawaban :
Berdasarkan ajaran negara klasik tradisional para ahli umumnya mengklasifikasikan negara
ke dalam tiga bentuk, yaitu monarki, aristokrasi, dan demokrasi. Bentuk-bentuk negara
semacam ini lazim disebut dengan istilah klasifikasi tripartite. Yang dimaksud dengan
klasifikasi tripartite adalah penggolongan bentuk negara atas dasar tiga bentuk sebagai
sandaran seperti pengklasifikasian bentuk negara atas monarki, aristokrasi, dan demokrasi
(Atmadja, 2012: 124). Kriteria yang dipakai oleh para sarjana dalam menghasilkan klasifikasi
tripartite adalah mengenai susunan daripada pemerintahannya dan sifat dari pemerintahannya.
Susunan pemerintahan mengenai jumlah orang yang memegang kekuasaan, sedangkan sifat
daripada pemerintahan mengenai karakter daripenyelenggaraan pemerintahannya itu, apakah
untuk kepentingan umum ataukah tidak (Sochino1980: 173). Klasifikasi tripartite dilontarkan
oleh para filsuf Yunani Kuno dan Romawi Kuno diantaranya: Plato, Aristoteles dan Polybius.
Sebagai penganut filsafat idealisme Plato mengemukakan lima macam bentuk negara
didasarkan pada sifat tertentu dari jiwa manusia, yaitu:
1) Aristokrasi yaitu pemerintahan oleh Aristokrat (cendekiawan) sesuai dengan
pikiran keadilan.
2) Timokrasi, yaitu pemerintahan oleh orang-orang yang ingin mencapai
kemasyhuran dan kehormatan.
3) Oligarki, yaitu pemerintahan oleh para hartawan. Keadaan ini melahirkan milik
partikultur maka orang-orang miskin pun bersatu melawan kaum hartawan.
4) Demokrasi, yaitu pemerintahan oleh rakyat miskin. Karena salah mempergunakan
maka keadaan ini berakhir dengan kekacauan atau anarki.
5) Tirani, yaitu pemerintahan oleh seorang penguasa yang bertindak secara sewenang-
wenang. Bentuk ini adalah yang paling jauh dari cita-cita keadilan.

Berdasarkan klasifikasi diatas maka bentuk negara terbaik menurut Plato adalah
aristokrasi. Aristokrasi menjadi puncak daripada bentuk-bentuk negara. Dalam aristokrasi
pemerintahan dinakhodai oleh orang-orang cerdik pandai. Melalui orang-orang yang
cerdik dan pandai inilah dapat menyelenggarakan pemerintahan yang berpedoman pada
keadilan.

2. Ada banyak sarjana yang membuat klasifikasi negara. Jelaskan klasifikasi negara menurut
Harold J. Laski ? Bagaimana pula klasifikasi negara hukum Kemakmuran.
Jawaban :
Klasifikasi bentuk negara menurut Harold J. Laski mengatakan bahwa yang menjadi inti
soal dalam organisasi negara adalah hubungan antara rakyat dengan undang-undang.
Maksudnya adalah dalam negara itu rakyat memiliki wewenang ikut campur dalam
pembuatan undang-undang ataukah tidak. Keikutsertaan rakyat dalam pembuatan undang-
undang dipakai oleh Laski untuk mengklasifikasikan negara. Berdasarkan kriteria ini Laski
mengklasifikasikan bentuk negara menjadi negara demokrasi dan autokrasi. Suatu negara
disebut demokrasi apabila rakyat memiliki wewenang ikut campur dalam pembuatan
undang-undang. Sementara itu, negara disebut autokrasi apabila rakyat tidak memiliki
wewenang ikut campur dalam pembuatan undang-undang. Klasifikasi negara oleh Laski
ini dalam kenyataannya bersifat ideal. Hal ini karena bentuk negara demokrasi murni atau
autokrasi murni sangat sulit ditemukan dalam praktik negara-negara saat ini. Dalam
demokrasi murni misalnya harus meminta pendapat rakyat seluruhnya mengenai segala
soal, terutama dalam pengaturannya. Demikian pula dalam autokrasi murni, negara harus
merencanakan serta melaksanakan sendiri semua undang-undang yang akan dibentuk.
Dalam kenyataan organisasi negara yang tampak adalah dalam bentuk campuran. Disini
terjadi kombinasi antara autokrasi dan demokrasi. Hanya saja memang harus diakui dalam
penerapannya demokrasi lebih menonjol dibandingkan autokrasi atau sebaliknya
penerapan autokrasi lebih tegas dibandingkan demokrasi. Dalam kenyataannya tiada satu
daripada kedua bentuk organisasi negara tersebut berada dalam bentuknya yang semurni-
murninya.Negara hukum kemakmuran pada dasarnya merupakan penyempurnaan dari
negara hukum materiil. Konsep negara hukum kesejahteraan mengemuka dan menjadi arus
utara yang dianut negara-negara modern sejak terjadinya great depression pada era 1940-
an. Amerika Serikat menjadi salah satu pioneer negara kesejahteraan melalui kebijakan
new deal yang dijalankan oleh Presiden Roosevelt. Pada konsep negara kemakmuran atau
wohlfaartstaats negara mengabdi sepenuhnya kepada masyarakat. Dalam negara
kemakmuran negara adalah alat satu-satunya untuk menyelenggarakankemakmuran
rakyat. Negara aktif dalam menyelenggarakan kemakmuran warganya untuk kepentingan
seluruh rakyat dan negara. Jadi, tugas negara adalah semata-mata menyelenggarakan
kemakmuran rakyat yang semaksimal mungkin. Konsepsi negara
kesejahteraan/kemakmuran dimana negara dituntut untuk memperluas tanggung jawab
terhadap masalah-masalah sosial ekonomi yang dihadapi oleh rakyat, peran personal dalam
menguasai hajat hidup rakyat banyak dihilangkan. Negara harus melakukan banyak
intervensi dalam berbagai masalah ekonomi dan sosial untuk terciptanya kesejahteraan
bersama masyarakat.Adapun ciri-ciri dari negara kesejahteraan/kemakmuran adalah
sebagai berikut:
1) Pemisahan kekuasaan berdasarkan trias politica dipandang tidak prinsipil lagi.
Pertimbangan-pertimbangan efisiensi kerja lebih penting daripada pertimbangan-
pertimbangan dari sudut politis sehingga peranan dari organ-organ eksekutif lebih
penting daripada organ legislatif;
2) Peranan negara tidak terbatas pada penjaga keamanan dan ketertiban saja, akan tetapi
negara secara aktif berperanan dalam penyelenggaraan kepentingan rakyatdi bidang-
bidang sosial, ekonomi dan budaya, sehingga perencanaan (planning) merupakan alat
yang penting dalam welfare state.
3) Welfare state merupakan negara hukum materiil yang mementingkan keadilan sosial
dan bukan persamaan formal.
4) Hak milik tidak lagi dianggap sebagai hak yang mutlak, akan tetapi dipandang
mempunyai fungsi sosial, yang berarti ada batas-batas dalam kebebasan
penggunaannya.
5) Adanya kecenderungan bahwa peranan hukum publik semakin penting dan semakin
mendesak peranan hukum perdata. Hal ini disebabkan karena semakin luasnya
peranan negara dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya.

Negara hukum kemakmuran/kesejahteraan telah menjadi trend bagi negara-negara di


dunia. Tipe negara hukum ini sangat mudah timbul penyalahgunaan kekuasaan akibat freis
ermessen yang diberikan ruang yang sangat luas. Oleh karena itu, dalam menghindari
penyalahgunaan ini, baik wewenang ataupun penyalahgunaan bukan wewenangnya oleh
alat perlengkapan negara lainnya dalam melindungi kepentingan rakyat maka setiap alat
perlengkapan negara harus dibawah kontrol yang kuat. Dan jika tidak dapat memberikan
pertanggungjawaban yang telah ditentukan harus dikenakan sanksi-sanksi hukum
sebagaimana mestinya.

Sumber :
Aminoto. 2020. Ilmu Negara. Tanggerang : Universitas Terbuka. Edisi 2.

Anda mungkin juga menyukai